Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN WALIKOTA CIMAHI

NOMOR 47 TAHUN 2011


TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA
WALIKOTA CIMAHI,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa untuk meningkatkan pelayanan, daya guna


dan hasil guna pemungutan Pajak Parkir serta
dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah dari sektor Pajak Parkir di Kota Cimahi,
perlu diatur Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan
Pajak Parkir;

b.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Walikota
tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Pemungutan Pajak Parkir;

: 1.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang


Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3259);

2.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62.
Tambanan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4999);

3.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang


Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3987);

4.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2001 tentang


Pembentukan Kota Cimahi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4116);

5.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);

7.

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

8.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang tentang perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9.

UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5049);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986


tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor 46, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3339);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000


tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 247,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4049);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000


tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan yang
dikecualikan dari Penjualan Secara Lelang dalam
rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 248, Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 4050);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005


tentang Tata
Cara
Penghapusan
Piutang
Negara/Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4488);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005


tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4578);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007


tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010


tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan
Intensif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010


Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut
Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau
Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5179);

18.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun


2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;

19.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun


2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan
Penyusunan
Laporan
Pertanggungjawaban
Bendahara Serta Penyampaiannya;

20.

Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 11 Tahun


2007 tentang Pokok - pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Daerah Kota Cimahi Tahun 2007
Nomor 80 Seri E);

21.

Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 5 Tahun 2008


tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kota Cimahi
(Lembaran Daerah Kota Cimahi Tahun 2008 Nomor
86 Seri D);

23.

Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 9 Tahun 2011


tentang Pajak Daerah Kota Cimahi (Lembaran
Daerah Kota Cimahi Tahun 2011 Nomor 122 Seri
B);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

WALIKOTA
CIMAHI
TENTANG
: PERATURAN
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK
PARKIR.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kota Cimahi.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Cimahi.
3. Walikota adalah Walikota Cimahi.
4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi.
5. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu di bidang
perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Cimahi atau Badan yang diserahi
wewenang dan tanggungjawab sebagai pemegang Kas Kota Cimahi.
8. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak.
9. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah.
10. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah(BUMD) dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
11. Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik
yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.
12. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.
13. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain
yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan
kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang.
14. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali
bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender.

15. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
16. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data
objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi
yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib
Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.
17. Sistem Pemungutan Pajak Daerah adalah sistim yang akan dikenakan kepada
Wajib Pajak dalam memungut, memperhitungkan dan melaporkan serta
menyetorkan pajak terhutang.
18. Sistem Self Assesment adalah suatu sistem dimana Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk mengitung sendiri pajak yang terhutang.
19. Sistem Official Assesment adalah suatu sistem dimana penghitungan pajak
terutang ditetapkan oleh Walikota atau Pejabat dalam hal ini Kepala Dinas
Pendapatan Daerah.
20. Sistem Surat Ketetapan Pajak yang selanjutnya disebut sistem SKP adalah
suatu sistem dimana petugas Dinas Pendapatan Daerah akan menetapkan
jumlah pajak terhutang pada awal suatu masa pajak dan pada akhir masa pajak
yang bersangkutan, akan dikeluarkan surat ketetapan pajak rampung.
21. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah .
22. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti
pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.
23. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terhutang.
24. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat
SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
25. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya
disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
26. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
27. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB,
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
28. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda.
29. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan
Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil,
Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat
Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

30. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak
Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak
ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
31. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
32. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
33. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah dan retribusi daerah.
34. Perforasi adalah tanda pengesahan dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi
atas benda berharga dan benda lainnya yang akan dipergunakan atau diedarkan
di masyarakat.
BAB II
OBYEK, SUBYEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2
(1)

Dengan nama Pajak Parkir dipungut pajak atas penyelenggaraan tempat parkir
di luar badan jalan dan penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

(2)

Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.

(3)

Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan
untuk karyawannya sendiri;
c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan
negara asing dengan asas timbal balik.
Pasal 3

(1)

Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir
kendaraan bermotor.

(2)

Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
tempat parkir.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 4

(1)

Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang


seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir.

(2)

Dasar pengenaan Pajak Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menggunakan tempat parkir.

(3)

Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada
penerima jasa parkir.

(4)

Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam


bentuk apapun untuk harga pengganti sebagai penukar atas penyediaan jasa
perparkiran atau penitipan kendaraan bermotor.
Pasal 5

Tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).


BAB IV
CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 6
Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1).
BAB V
PENDAFTARAN DAN PENDATAAN WAJIB PAJAK
Pasal 7
(1)

Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan usahanya kepada Pemerintah Kota


Cimahi dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah dalam jangka waktu selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya kegiatan usahanya, kecuali di
tentukan.

(2)

Apabila Wajib Pajak tidak melaporkan sendiri usahanya sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) Dinas Pendapatan Daerah akan mendaftar perusahaan sebagai
Wajib Pajak;

(3)

Pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai


dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Pasai 8

(1)

Berdasarkan keterangan Wajib Pajak dan data yang ada


formulir pendaftaran, Kepala Dinas Pendapatan Daerah menerbitkan :

pada

a. Surat Pengukuhan sebagai Wajib Pungut dengan Sistem Pemungutan


Pajak yang dikenakan;
b. Surat Penunjukan sebagai Pemilik/Penanggung Jawab usaha Wajib
Pajak;
c. Kartu NPWPD;
d. Maklumat.
(2)

Penyerahan Surat Pengukuhan, Surat Penunjukan, Kartu NPWPD dan


Maklumatkan Tarif kepada pengusaha/penanggung jawab atau kuasanya
sesuai dengan Tanda Terima Pendaftaran.

(3)

Terhadap Maklumat, Wajib Pajak memasangnya pada tempat yang mudah


dilihat oleh pengemudi kendaraan bermotor.
BAB VI
MEDIA PEMBAYARAN DAN PERFORASI
Pasal 10

(1)

Jumlah pembayaran seperti yang dimaksud dalam Pasal 4, yang menjadi dasar
pengenaan pajak harus tercantum dengan jelas pada bukti pembayaran atau
Karcis Parkir.

(2)

Untuk memudahkan pengawasan, Wajib Pajak harus menggunakan Karcis


Parkir yang telah diberi tanda atau diperforasi oleh Dinas Pendapatan Daerah
sebelumnya.

(3)

Karcis Parkir harus mempunyai nomor urut yang sudah tercetak sebelumnya
("printed running number).

(4)

Bentuk dan format karcis parkir minimal memberi informasi nomor bukti, tanggal
pembayaran ,lama parkir dan nomor kendaraan bermotor dan jumlah yang harus
dibayar serta pajak yang dibayar.
Pasal 11

(1)

Setiap Wajib Pajak wajib menggunakan Karcis Parkir yang diperforasi terlebih
dahulu oleh Dinas Pendapatan Daerah.

(2)

Untuk Wajib Pajak yang telah mempunyai sistem Pencetakan Karcis Parkir
tersendiri dengan menggunakan komputer untuk mencetak Karcis Parkir,
perforasi Karcis Parkir bukan merupakan keharusan.

(3)

Wajib Pajak seperti yang dimaksud pada ayat (2), harus mengajukan permohon
untuk tidak menggunakan Karcis Parkir perforasi.

(4)

Tata cara melakukan perforasi dan permohonan untuk tidak menggunakan


perforasi akan ditetapkan kemudahan terpisah oleh Dinas Pendapatan Daerah.
BAB VII
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
Pasal 11

Atas segala usaha penyelenggaraan perparkiran Dinas Pendapatan menetapkan


sistem pemungutan pajak dengan metode sistem Self Assesment dan sistem Official
Assesment.
BAB VIII
TATA CARA PENYETORAN PAJAK
Pasal 12
(1)

Berdasarkan rekapitulasi penerimaan bulanan, yang disusun dari rekapitulasi


penerimaan karcis parkir harian, ditetapkan jumlah pajak yang telah dipungut
untuk masa atau bulan yang bersangkutan.

(2)

Jumlah pajak yang telah dipungut selama 1 (satu) bulan disetorkan ke Kas
Daerah atau Bank yang ditunjuk, paling lambat tanggal 30 (tiga puluh) bulan
berikutnya dengan mempergunakan SSPD.

(3)

Keterlambatan penyetoran pajak, akan dikenakan denda tambahan sebesar 2%


(dua persen) per bulan dari pokok pajak, dan maksimal keterlambatan selama 24
(duapuluh empat) bulan.

(4)

Pengenaan denda keterlambatan sebagaimana diatur dalam ayat (3) akan


mempergunakan STPD.
BAB IX
TATA CARA PELAPORAN
Pasal 13

(1)

Berdasarkan rekapitulasi penerimaan bulanan, yang disusun dari rekapituiasi


penerimaan karcis parkir harian, Wajib Pajak menyiapkan SPTPD masa/bulan.

(2)

SSPD yang sudah ditandatangani dan dicap tertentu oleh Bendahara Penerima,
atau Bank yang ditunjuk, dilampirkan pada SPTPD yang akan disampaikan
kepada Dinas Pendapatan Daerah sebagai laporan.

(3)

SPTPD disampaikan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.

(4)

Bentuk SSPD dan SPTPD akan ditetapkan Kemudian oleh Dinas Pendapatan
Daerah.
BAB X
PENETAPAN PAJAK
Pasal 14

(1)

Dinas Pendapatan Daerah dapat menetapkan besarnya pajak terutang dalam


suatu masa pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang dengan
mengeluarkan SKPD.

(2)

SKPD yang diterbitkan meliputi:

(3)

a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDLB;
d. SKPDN.
Mekanisme pengelolaan Ketetapan Pajak, seperti Tata Cara Pemungutan, Surat
Tagihan Pajak, Tata Cara Pembayaran dan Penagihan, Keberatan Banding,
Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, Dan Penghapusan atau
Pengurangan Sanksi Administratif, Pengembalian Kelebihan Pembayaran dan
Kedaluarsa Penagihan ditetapkan sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan
yang ada pada Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah.

(4)

Bentuk SKPD akan ditetapkan kemudian oleh Dinas Pendapatan Daerah.


BAB XI
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 15

(1)

Wajib Pajak diwajibkan menyelengarakan pembukuan yang cukup, sesuai


dengan kaidah akuntansi dan pembukuan yang lazim dalam mencatat
penerimaan dan pengeluaran usaha.

(2)

Pembukuan dimaksudkan untuk mempemudah Wajib Pajak dalam mengelola


usahanya sekaligus membantu petugas Dinas Pendapatan Daerah dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha Wajib Pajak guna
mengetahui jumlah peredaran karcis parkir yang menjadi dasar pengenaan pajak
untuk setiap masa pajak.

(3)

Apabila Wajib Pajak tidak dapat menunjukkan


pembukuan
pada
saat
pemeriksaan, maka jumlah penjualan terutang pajak akan ditetapkan secara
jabatan.

(4)

Pembukuan, catatan dan bukti seperti Karcis Parkir yang berhubungan dengan
usaha Wajib Pajak harus disimpan selama 5 (lima) tahun.

(5)

Tata cara pembukuan dan pelaporan akan ditetapkan kemudian oleh Dinas
Pendapatan Daerah.
Pasal 16

(1)

Dinas Pendapatan Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji


kepatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakan.

(2)

Mekanisme dan prosedur pemeriksaan pajak mengacu kepada ketetapan


sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan yang ada pada Peraturan Daerah
Kota Cimahi Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Kota Cimahi.

(3)

Tata cara pemeriksaan pajak dan pelaporan hasil pemeriksaan serta tindak
lanjut pemeriksaan pajak akan ditetapkan kemudian oleh Dinas Pendapatan
Daerah.
BAB XII
PENGAWASAN DAN PENERTIBAN
Bagian Kesatu
Pengawasan
Pasal 17

Pengawasan administratif dilakukan terhadap :


a. Status penyelenggaraan usaha Perparkiran;
b. Penetapan. pembayaran, dan penagihan pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan yang bertaku.
Pasal 18
(1)

(2)

(3)

(4)

Setiap Petugas Dinas Pendapatan Daerah wajib melakukan pengawasan


dilapangan terhadap :
a. Pengoperasian usaha Perparkiran, termasuk fasilitas yang dijual;
b. Izin usaha Perparkiran;
c. Pemungutan dan pembayaran pajak.
Pengawasan penyelenggaraan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini
dilakukan untuk menilai sebagai berikut:
a. Pemilikan masa berlaku izin;
b. Aspek operasional dari fasilitas penginapan;
c. Aspek pembukuan, Karcis Parkir dan tarif Perparkiran;
d. Aspek kepatuhan pemungutan, pembayaran dan pelaporan pajak.
Apabila dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat
(2) dtketemukan pelanggaran, petugas wajib melakukan pengusutan atas
pelanggaran tersebut.
Apabila dalam melakukan pengusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diketemukan data baru (novum), maka data tersebut dipakai sebagai dasar untuk
melakukan tagihan susulan.
Bagian Kedua
Penertiban
Pasal 19

(1)

Penertiban usaha Perparkiran dilakukan Dinas Pendapatan Daerah yang dilakukan


dalam suatu koordinasi dengan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Cimahi
dan instansi terkait terhadap:
a.
b.
c.
d.

(2)

Penyalahgunaan izin yang diberikan.


Kegiatan yang menyimpang atau tidak sesuai dengan izin yang tesedia.
Pengoperasian fasilitas yang tidak sesuai dengan perizinan.
Penyelenggara tidak melakukan pemungutan dan
penyetoran pajak
daerah.
e. Penyelenggara melakukan pemungutan pajak tetapi tidak menyetorkannya ke
kas daerah baik seluruh atau sebagian.
Pelaksanaan penertiban tehadap usaha Perparkiran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara koordinasi antara Dinas Pendapatan Daerah, Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu, Satuan Polisi Pamong Praja dan instansi terkait
lainnya.

Pasal 20
(1)

Penertiban terhadap usaha Perparkiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk penyegelan, penutupan dan/atau
pembongkaran.

(2)

Sebelum dilaksanakan tindakan penyegelan terhadap usaha Perparkiran, Wajib


Pajak terlebih dahulu diberikan Surat Peringatan (I, II, III) dan Surat Teguran dalam
jangka waktu 3 x 24 jam terhutang diterimanya Surat Peringatan.

(3)

Surat Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disiapkan oleh Dinas
Pendapatan Daerah setelah dikoordinasikan dengan Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu, Polisi Pamong Praja dan Instansi terkait lainnya.

(4)

Penyegelan terhadap usaha Perparkiran dilakukan apabila :

(5)

a. Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban untuk mengurus izin atau


memperpanjang izin usaha Perparkiran yang telah berakhir masa berlakunya
dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Peringatan;
b. Wajib Pajak secara tegas tidak melakukan pemungutan pajak atau
melakukan pungutan pajak tetapi tidak menyetorkannya ke Kas Daerah
seluruhnya dan atau sebagian.
c. Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban untuk menyesuaikan perubahan
fasiltas yang dioperasikan dengan izin yang diberikan dalam jangka waktu
yang ditetapkan dalam Surat Peringatan.
Penyegelan disiapkan oleh Dinas Pendapatan Daerah atas nama Walikota
dilaksanakan antara Dinas Pendapatan Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu, Polisi Pamong Praja dan Instansi terkait lainnya.
Pasal 21
Usaha Perparkiran yang telah disegel, penyelenggara masih diberikan kesempatan
untuk :
a. mengurus izin atau mempenpanjang izin yang telah berakhir masa berlakunya;
b. menyesuaikan perubahan fasilitas yang dioperasikan dengan izin yang telah
diberikan;
c. melunasi seluruh Pajak Daerah terutang beserta dendanya sesuai dengan
ketentuan berlaku.
Pasal 22

(1)

Apabila penyelenggara usaha Perparkiran tetap tidak melaksanakan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Walikota ini maka usaha Perparkiran akan
disita oleh Dinas Pendapatan Daerah atas nama Walikota Cimahi.

(2)

Biaya penyitaan usaha Perparkiran ditetapkan oleh Walikota Cimahi.

(3)

Penyitaan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilakukan sesuai dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIII
PENYIDIKAN
Pasal 23
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Hukum
Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh Pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Perpajakan Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan
dengan tindak pidana Perpajakan Daerah;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan degan tindak pidana di
bidang Perpajakan Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang Perpajakan Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan, dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang Perpajakan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
l. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 24
Hal-hal yang betum cukup diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaan pemungutan Pajak Parkir akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
tersendiri.

BAB XV
PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.

Ditetapkan di Cimahi
pada tanggal
WALIKOTA CIMAHI,

ITOC TOCHIJA

Anda mungkin juga menyukai