Sispemkot-Pdfbase-Perwal Pajak Parkir 2011 1416033456
Sispemkot-Pdfbase-Perwal Pajak Parkir 2011 1416033456
Mengingat
: a.
b.
: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
23.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
WALIKOTA
CIMAHI
TENTANG
: PERATURAN
PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK
PARKIR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kota Cimahi.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Cimahi.
3. Walikota adalah Walikota Cimahi.
4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi.
5. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu di bidang
perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Cimahi atau Badan yang diserahi
wewenang dan tanggungjawab sebagai pemegang Kas Kota Cimahi.
8. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak.
9. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah.
10. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah(BUMD) dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
11. Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik
yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.
12. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.
13. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain
yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan
kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang.
14. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali
bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender.
15. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
16. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data
objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi
yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib
Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.
17. Sistem Pemungutan Pajak Daerah adalah sistim yang akan dikenakan kepada
Wajib Pajak dalam memungut, memperhitungkan dan melaporkan serta
menyetorkan pajak terhutang.
18. Sistem Self Assesment adalah suatu sistem dimana Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk mengitung sendiri pajak yang terhutang.
19. Sistem Official Assesment adalah suatu sistem dimana penghitungan pajak
terutang ditetapkan oleh Walikota atau Pejabat dalam hal ini Kepala Dinas
Pendapatan Daerah.
20. Sistem Surat Ketetapan Pajak yang selanjutnya disebut sistem SKP adalah
suatu sistem dimana petugas Dinas Pendapatan Daerah akan menetapkan
jumlah pajak terhutang pada awal suatu masa pajak dan pada akhir masa pajak
yang bersangkutan, akan dikeluarkan surat ketetapan pajak rampung.
21. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah .
22. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti
pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.
23. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terhutang.
24. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat
SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
25. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya
disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
26. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
27. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB,
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
28. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga
dan/atau denda.
29. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan
Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil,
Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat
Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.
30. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak
Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak
ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
31. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
32. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
33. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah dan retribusi daerah.
34. Perforasi adalah tanda pengesahan dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Cimahi
atas benda berharga dan benda lainnya yang akan dipergunakan atau diedarkan
di masyarakat.
BAB II
OBYEK, SUBYEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2
(1)
Dengan nama Pajak Parkir dipungut pajak atas penyelenggaraan tempat parkir
di luar badan jalan dan penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
(2)
Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan,
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan
bermotor.
(3)
Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan
untuk karyawannya sendiri;
c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan
negara asing dengan asas timbal balik.
Pasal 3
(1)
Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan parkir
kendaraan bermotor.
(2)
Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan
tempat parkir.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 4
(1)
(2)
Dasar pengenaan Pajak Parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menggunakan tempat parkir.
(3)
(4)
(2)
(3)
(1)
pada
(3)
(1)
Jumlah pembayaran seperti yang dimaksud dalam Pasal 4, yang menjadi dasar
pengenaan pajak harus tercantum dengan jelas pada bukti pembayaran atau
Karcis Parkir.
(2)
(3)
Karcis Parkir harus mempunyai nomor urut yang sudah tercetak sebelumnya
("printed running number).
(4)
Bentuk dan format karcis parkir minimal memberi informasi nomor bukti, tanggal
pembayaran ,lama parkir dan nomor kendaraan bermotor dan jumlah yang harus
dibayar serta pajak yang dibayar.
Pasal 11
(1)
Setiap Wajib Pajak wajib menggunakan Karcis Parkir yang diperforasi terlebih
dahulu oleh Dinas Pendapatan Daerah.
(2)
Untuk Wajib Pajak yang telah mempunyai sistem Pencetakan Karcis Parkir
tersendiri dengan menggunakan komputer untuk mencetak Karcis Parkir,
perforasi Karcis Parkir bukan merupakan keharusan.
(3)
Wajib Pajak seperti yang dimaksud pada ayat (2), harus mengajukan permohon
untuk tidak menggunakan Karcis Parkir perforasi.
(4)
(2)
Jumlah pajak yang telah dipungut selama 1 (satu) bulan disetorkan ke Kas
Daerah atau Bank yang ditunjuk, paling lambat tanggal 30 (tiga puluh) bulan
berikutnya dengan mempergunakan SSPD.
(3)
(4)
(1)
(2)
SSPD yang sudah ditandatangani dan dicap tertentu oleh Bendahara Penerima,
atau Bank yang ditunjuk, dilampirkan pada SPTPD yang akan disampaikan
kepada Dinas Pendapatan Daerah sebagai laporan.
(3)
(4)
Bentuk SSPD dan SPTPD akan ditetapkan Kemudian oleh Dinas Pendapatan
Daerah.
BAB X
PENETAPAN PAJAK
Pasal 14
(1)
(2)
(3)
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDLB;
d. SKPDN.
Mekanisme pengelolaan Ketetapan Pajak, seperti Tata Cara Pemungutan, Surat
Tagihan Pajak, Tata Cara Pembayaran dan Penagihan, Keberatan Banding,
Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, Dan Penghapusan atau
Pengurangan Sanksi Administratif, Pengembalian Kelebihan Pembayaran dan
Kedaluarsa Penagihan ditetapkan sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan
yang ada pada Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah.
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Pembukuan, catatan dan bukti seperti Karcis Parkir yang berhubungan dengan
usaha Wajib Pajak harus disimpan selama 5 (lima) tahun.
(5)
Tata cara pembukuan dan pelaporan akan ditetapkan kemudian oleh Dinas
Pendapatan Daerah.
Pasal 16
(1)
(2)
(3)
Tata cara pemeriksaan pajak dan pelaporan hasil pemeriksaan serta tindak
lanjut pemeriksaan pajak akan ditetapkan kemudian oleh Dinas Pendapatan
Daerah.
BAB XII
PENGAWASAN DAN PENERTIBAN
Bagian Kesatu
Pengawasan
Pasal 17
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 20
(1)
(2)
(3)
Surat Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disiapkan oleh Dinas
Pendapatan Daerah setelah dikoordinasikan dengan Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu, Polisi Pamong Praja dan Instansi terkait lainnya.
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh Pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Perpajakan Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan
dengan tindak pidana Perpajakan Daerah;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan degan tindak pidana di
bidang Perpajakan Daerah;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti
tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang Perpajakan Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan, dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang Perpajakan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
l. Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XIV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 24
Hal-hal yang betum cukup diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaan pemungutan Pajak Parkir akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan
tersendiri.
BAB XV
PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di Cimahi
pada tanggal
WALIKOTA CIMAHI,
ITOC TOCHIJA