[Type here]
22
[Type here]
22
Jumlah debit curah hujan wilayah harian pada setiap DAS Jabodetabek
pada 2014
Jumlah debit curah hujan wilayah harian pada setiap DAS Jabodetabek
pada 2015
[Type here]
22
[Type here]
22
Suhu adalah tertinggi rata-rata pada Oktober, di sekitar 27.8 C. Januari adalah bulan
terdingin, dengan suhu rata-rata 26.2 C.
[Type here]
22
Variasi dalam presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah adalah
319 mm. Sepanjang tahun, suhu bervariasi menurut 1.6 C.
[Type here]
22
Nama
Luas Daerah Aliran
Hulu
Hilir
: Kali Bekasi
: 51,785 Ha
: Bukit Sentul
;: Laut Jawa
SubDAS
Curah Hujan
: 2300 mm/tahun
DAS Kali Bekasi memiliki 5 Sub DAS besar, yaitu Kali Bekasi, Cikeas,
Cileungsi, Citeurep dan Cijanggel. Bagian hilir DAS ini bermuara di CBL (Cakung
Bekasi Laut) Kab. Bekasi bagian Utara. Bagian Hulu berada di Kab. Bogor. Luas
DAS ini 51.785 Ha. Daerah lahan terbangun DAS ini tersebar merata dari bagian
tengah sampai hilir. Kurang kebih 31,20% dari total luas DAS ini adalah lahan
terbangun. Daerah yang termasuk pemukiman 27,5%. Daerah pemukiman yang
paling padat berada di bagian tengah sampai hilir DAS. Kawasan hijau lebih banyak
tersebar di bagian hulu karena merupakan dalam kawasan hutan. Proporsi luasan tipe
penutupan lahan yang lainnya di tunjukan oleh Gambar 3.19 di bawah ini.
[Type here]
22
Di bagian hulu Kali bekasi terdapat pemukiman Bukit sentul, serta lahan
bermasalah di sekitar Babakan Madang dan Cileungsi, sehingga berkurangnya atau
hilangnya perkebunan karet di bagian hulu yang berubah menjadi daerah pemukiman
menyebabkan berubahnya aliran S. Cikeas dan Cilengsi. Di bagian selatan terdapat
perumahan Sentul, Lapang Golf Sentul dan Gunung Geulis yang merupakan hulu dari
S. Cikeas, demikian juga perumahan dan lapang Golf di kanan kiri Jl Tol Jagorawi, di
sekitar Cibinong, Cileungsi dan Cimanggis memberikan konstribusi positif terhadap
naiknya debit S. Cikeas di sekiar perumahan Villa Indah Bekasi. Di bagian Sub DAS
Cileungsi terdapat kawasan industri yang padat di sekitar Pabrik semen Cibinong,
Pabrik semen Holcim dan kawasan industri Branta-Mulia. Selain itu, di daerah ini
juga terdapat perumahan-perumahan seperti Kota Legenda, Kota Wisata di Cibubur
sehingga Sub DAS Cileungsi merupakan daerah yang menyebabkan naiknya debit di
DAS Kali Bekasi.
[Type here]
22
[Type here]
22
Gambar 3.2. Wilayah DAS Jabodetabek Menurut Status Kawasan (Baplan, Kepmen
No.SK.195/Kpts-II/2003 tgl 4 Juli 2003 dan Kepmen No.SK.220/Kpts-II/2000 tgl 2
Agustus 2000).
22
Batuan tertua menempati initi antiklin yang secara berurutan ditutupi oleh batuan
yang lebih muda yang tersingkap pada bagian sayap antiklin di bagian utara dan
selatan. Berdasarkan peta geologi lembar Bogor oleh A.C. Effendi, (1986) yang
dikorelasikan dengan peta geologi lembar Jakarta oleh T. Turkandi, (1992) dapat
dikelompokan
secara
sederhana
menjadi
satuan
batuan,
yaitu
kuarsa,
matrik
tuf
halus,
tebal
kira-kira
1,5
m.
[Type here]
22
[Type here]
22
kemiringan 200 dengan arah jurus timur laut-barat daya. Setempat mempunyai
retakan dengan kemiringan 50-600 ke arah timur laut.
Batu gamping pasiran, kelabu kekuningan, glokonitan, mengandung moluska,
foraminifora dan koral, berlapis baik dengan tebal 5-20 cm, kemiringan 20-500,
setempat sampai 700 dengan arah jurus timur laut-barat daya. Batu gamping ini
berselingan dengan napal dan batu pasir hijau. Beberapa sayatan sisipnya
menunjukkan bahwa batu ini mengandung glokonit, moluska, foraminifera,
echinodermata dan bahan rombakan berupa kuarsa berhablur tunggal atau banyak,
felspar, fragmen batuan andesitan dan granitan, hornblenda, biotit, piroksen, epidot,
turnalin dan magnetit yang tersemen oleh sparit dan matrik mikrit.
Napal, kelabu, tidak berlapis dan lunak mengandung foraminifera, moluska,
berhablur priti, berselingan dengan batu gamping pasiran, tebal 40-200 m. Batu pasir
kuarsa glakoinitan, kelabu kehijauan, banyak mengandung kuarsa, berbutir halus
hingga sedang, membundar tanggung-bundar, terpilih baik, tebal 40-80 cm, menyisip
dengan batu lempung.
Batu pasir, kehijauan, lunak, sebagian mengandung 80% glokonit, berbutir
halus-sedang, kandungan moluska, foraminifera, koral melimpah, juga terdapat bekas
galian binatang (burrow). Hasil analsis palaentologi menunjukkan bahwa batu
pasirnya mengandung fosil foraminifera kecil, plankton dan bentos, di antanya
Globigerina venezuelana HERDBERG, kumpulan fosil tersebut menunjukkan umur
Miosen Tengah atau zona N9-N12 (Purnamaningsih, 1986, hubungan tertulis).
Pada batuan yang sama dijumpai fosil bentos, antara lain Uvigerina sp.,
brazilina sp., planulina sp, dan gyoridina sp. Fosil tersebut menunjukkan bahwa
formasi ini berlingkungan pengendapan sublitoral luar-batial. Formasi ini tebalnya
ratusan meter dan menyebar di bagian tenggara lembar, meliputi daerah Rawaragos,
Sungai Cibeber, yang membentuk morfologi hogbag. Berdasarkan bentuk sebaran
dan umurnya, formasi ini menjemari dengan kelapanunggal.
Nama Formasi Jatiluhur pertamakali diusulkan oleh Effendi (1974) dan menerus ke
lembar Karawang dan lembar Bogor.
[Type here]
22
Bojongsengket,
Cikaau,
Banakan
dan
lain-lainnya.
Pada lembar Bogor, Formasi Bojongmanik (Tmb) ini tertindih oleh tuf dan breksi
(Tmtb), sedangkan pada lembar Jakarta tuf dan Breksi merupakan bagian dari
Formasi Bojongmanik (Tmb).
[Type here]
22
siur,
tebal
lapisan
sampai
puluhan
meter.
Breksi andesit, berstruktur perlapisan bersusun, berbutir pasir kasar hingga kerakal,
menyudut tanggung hingga membundar tanggung, berkomponen andesit basal, batu
apung, kuarsa dan gunung api, tebal lapisan dari beberapa sentimeter hingga puluhan
meter. Di beberapa tempat terdapat lensa-lensa tuf dan batu pasir terutama di bagian
alasnya. Konglomerat, kelabu tua, agak mampat, berbutir pasir kasar hingga kerakal,
membundar hingga membundar tanggung, berlapis baik, berkomponen andesit,
kuarsa, batu apung, felspar, batu pasir dengan masa dasar tuf pasiran, berstruktur lapis
bersusun, tebal lapisan antara 15-60 cm, terutama pada bagian bawah formasi.
Lempung tufan, berwarna kelabu kehijauan, lunak, tebal sekitar 5-10 cm,
sebagai sisipan dalam batu pasir. Di dalam formasi ini tidak ditemukan adanya fosil.
Berdasarkan stratigrafinya yang menindih tak selaras Formasi Bojongmanik dan
ditindih secara selaras Formasi Serpong, maka formasi ini diduga berumur Pliosen
awal-pliosen tengah. Marks (1956) menyatakan Pliosen awal berumur pliosen awalpliosen tengah, sedangkan Van Bammelen (1949) menyatakan berumur MiosenPliosen Awal. Berdasarkan struktur sedimen dan batuan penyusunnya, diduga formasi
ini diendapkan dalam lingkungan litoral hingga darat. Tebal lapisan ini diperkirakan
puluhan hingga ratusan meter, sebarannya meliputi daerah-daerah Dago hilir,
Pasirawi, Celong, Pagedangan dan Curugwetan.
Nama satuan ini didasarkan persamaan litologi dan penyebarannya di lembar Serang,
dengan lokasi tipe di Desa Genteng, sebelah selatan Rangkasbitung, Banten.
[Type here]
22
Nama lain adalah Genteng Lagen (Anonimous, 1938) atau Genteng Bed (Van
Bemmelen, 1949).
d. Formasi Serpong (Tpss)
Tersusun oleh perselingan konglomerat, batu pasir,batu lanau, batu lempung
dengan sisa tanaman, konglomerat batu apung dan tuf batu apung.
Konglomerat, hitam kebiruan, terdiri dari beraneka ragam komponen, yaitu andesit,
basal, batu gamping dan rijang, setempat terdapat fosil kayu, matriks pasir hitam,
kemas terbuka, pemilahan sedang, komponen berumur 7-12 cm, setempat sampai 30
cm, membundar-tanggung membundar, berstruktur imbrikasi (imbrication). Pada
umumnya mengisi bagian yang tererosi pada batuan yang lebih tua (Formasi
Bojongmanik). Di bagian atas, konglomerat ini mengandung batu apung yang
berukuran lebih kecil dari (3-5 cm) dengan matrik pasir tufan.
Batu pasir, kelabu kehijauan, halus-sedang, membundar tanggung-membundar baik,
pemilihan sedang, sebagian berstruktur silang siur, tebal lapisan 60-200 cm, berselang
seling dengan konglomerat. Batu lanau, kelabu kehitaman, berstruktur perairan,
mengandung banyak sisa tanaman seperti daun, batang dan tunggul pohon, berselang
seling dengan konglomerat, tebal lapisan 50-300 cm.
Batu lempung, kelabu kehitaman, pejal dan berstruktur perairan, mengandung sisa
tanaman dan bekas galian binatang, berselang seling dengan konglomerat, tebal
lapisan 30-100 cm.
Konglomerat batu apung, putih kekuningan, komponen terdiri dari batu apung
andesitan, pemilihan baik, berukuran 3-5 cm, matrik tufan kelabu cerah, berselang
seling dengan tuf batu apung.
Tuf batu apung, putih, berbutir kasar, pemilihan jelek, membundar tanggung hingga
membundar, tersusun dari pasir kasar (lapili) bersusunan andesitan, berstruktur silang
siur, semakin ke atas semakin halus dan menjadi tuf halus yang berstruktur perairan,
setempat bersisipan pasir hitam. Kemiringan batuan 5-100 dengan arah jurus timur
laut-barat daya.
[Type here]
22
[Type here]
22
Mandala air tanah dataran; menempati dataran aluvium pantai dan dataran
aluvium sungai. Dataran patai berarah barat-timur meliputi utara Tangerang
Jakarta dan Bekasi dengan lebar antara 6-16 km, selebihnya sebagian besar
mandala air tanah dataran terletak di bagian selatan hingga sampai di sekitar
daerah Serpong dan Depok. Umumnya mandala ini mempunyai sudut
kelerengan antara 0-1,5%, ketinggian antara 0-100 m dpl. Luas mandala ini
sekitar 75% dari daerah penyelidikan. Litologi penyusun dari mandala ini
terutama terdiri dari endapan bersifat lepas dari endapan kuarter berupa
kerakal, kerikil, pasir, lempung dan terdiri dari endapan batuan padu tersier
berupa batu pasir, breksi, tufa, konglomereat dan batu lempung. Batu-batu
lepas terutama diendapkan oleh sungai Cisadane, Ciliwung dan Bekasi serta
cabang-cabangnya berupa endapan aluvium pantai, pematang pantai dan
sungai purba di bagian utara meliputi utara Tangerang-Jakarta-Bekasi. Ke arah
lebih selatan dari daerah ini litologi penyusunnya berupa endapan kipas
aluvium berupa pasir, lempung dan kerikil yang semuanya bersifat tufaan.
Tata guna lahan di daerah ini berupa pemukiman, ladang, kebun buah-buahan,
sawah dan industri.
[Type here]
22
Mandala air tanah karst; dicirikan oleh daerah batu gamping dengan gejala
pelarutannya oleh air. Proses pelarutan ini ditunjukkan oleh rongga-rongga
dan permukaan-permukaan runcing pada batu gamping tersebut. Luas
mandala ini sekitar 5% dari daerah penyelidikan, menempati bagian tenggara
daerah penyelidikan. Litologi penyusun mandala ini terdiri daribatu gamping
koral dan bati gamping berlapis. Pemunculan mata air di mandala ini
mempunyai debit cukup besar dengan kiksaran 100-500 l/dtk (M.A. Cilalai).
Tata guna lahan di mandala ini berupa ladang dan belukar.Daerah resapan air
tanah utama di Jabodetabek antara lain daerah Parung, Sawangan, Cileungsi,
Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Pancoran Mas, Cisarua. Tingkat
kelulusan batuan sangat tinggi, yaitu diatas 10 m/hari dengan jenis batuan
endapan kipas aluvium, aluvium sungai dan endapan gunung api muda.
Dibagian selatan tingkat kelulusan relatif rendah yaitu sebesar 10-1 sampai
10-2 m/hari. Daerah ini jenis tanahnya regosol, latosol dengan curah hujan
2.500-5.000 mm ke arah selatan.
[Type here]
22
Dengan melihat waktu konsentrasi aliran terlihat bahwa DAS Cisadane mempunyai
waktu yang lama (18 jam) sehingga dari segi bahaya banjir lebih rendah bila
[Type here]
22
[Type here]
22
[Type here]
22
: 115.202,46 m
Panjang
: 186.209,43 m
Luas
: 51.785,47 Ha
Draianage Factor
: 2,225 Dd
Compact Factor
: 0,572
Shape Factor
: 0,0000039
Secara topografis, DAS Kali Bekasi terletak pada dataran landai dan
perbukitan bergelombang. Daerah dataran terletak pada kota bekasi yang merupakan
bagian hilir DAS dengan elevasi titik tengahnya pada 27 m sedangkan pada bagian
hulu masih terdiri dari daerah bergelombang seperti DAS Cikeruh, Cibadak, dan
[Type here]
22
Cijanggel yang masing-masing terletak pada elevasi titik tengah pada 400 m, 509 m
dan 417 m. DAS Cikeruh dan Cibadak memiliki lereng yang relatif terjal yaitu 2540%. Kelerengan ini dibentuk oleh pegunungan yang terletak disebelah selatan DAS
Bekasi sementara dibagian hilir didominasi oleh kelerangan yang relatif rendah, yaitu
antara 0-8%.
DAS Kali Bekasi hampir seluruhnya mempunyai bentuk wilayah datar dengan
cekungan-cekungan berupa rawa namun beberapa di antaranya telah berubah menjadi
pemukiman dan industri. Perbedaan tinggi tempat berkisar antara 0-15 meter dengan
lereng kurang dari 3%. Secara garis besar fisiografi DAS Kali Bekasi bagian Bekasi
Utara dikategorikan sebagai dataran pantai (coastal plain) dengan sub unit
fisiografinya dibedakan menjadi beting pantai, dataran aluvial, tanggul sungai atau
levee dan cekungan/ perlembahan. Sedangkan wilayah lainnya yang mengarah ke
hulu Sungai Bekasi (Bekasi Selatan dan Bogor) sub unit fisiografinya dibedakan
menjadi daerah jalur sungai/pelembahan, daerah kipas vulkan, daerah perbukitan
lipatan, daerah vulkan.
[Type here]