Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

BAB II HAKIKAT PENDIDIKAN


Dosen Pengampu : Hendra Dedi Kiswanto
Disusun Oleh :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Maitsaa Kaamiliaa
Aditya Wisnu Purbaya
SFSKFJSKFJS
ADAKHAFHAF
AFHAKFHAFA
Rekka Artha Alifiananta
Rahajeng Sari Putri

(4101414011)
(4101414115)

(4401414054)
(7101414064)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2015
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Hakikat Pendidikan dalam waktu yang telah disediakan. Dan
tak lupa pula rasa penghormatan kami kepada bapak Hendra Dedi Kriswanto selaku
dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami,

sehingga kami dapat mengetahui apa itu hakikat pendidikan. Kami

menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan makalah yang akan datang. Akhirnya kami mengharapkan agar
tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kami sebagai penyusun khususnya dan
para pembaca umumnya.

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita semua telah menyepakati bahwa Pendidikan merupakan bagian yang
sangat penting bagi kehidupan dan diperlukan oleh semua orang. Dengan adanya
pendidikan derajat manusia lebih tinggi dibandingkan makhluk lainnya. Pada
dasarnya hewan juga belajar, tetapi menggunakan instingnya. Sedangkan manusia
menggunakan akal pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk digunakan
dalam setiap tindakan yang akan lakukan. Pada hakikatnya pendidikan itu sebuah
usaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan baik itu di lingkungan formal maupun
informal. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sangat universal dalam kehidupan
manusia, karena dimanapun dan kapan pun kita berada terdapat pendidikan. Selain
bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional karena dalam setiap kehidupan
kita memilika pandangan hidup atau filsafat yang berbeda-beda dari satu bangsa
dengan bangsa lain atau masyarakat dan bahkan individu sehingga timbulah
perbedaan dalam menyelenggarakan pendidikan. Dari sifat nasional itu akan
mewarnai penyelenggaraan pendidikan dari setiap bangsa.
1.2 Perumusan Masalah
1. Konsepsi pendidikan
2. Pengertian pendidikan
3. Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat deskriptif-normatif
4. Ilmu pendidikan sebgai ilmu yang bersifat teoritis dan praktis pragmatis.
5. Pendidikan sebagai suatu sistem.
6. Unsur-unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan.

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Mampu menjelaskan Konsepsi pendidikan.
2. Mampu menjelaskan Pengertian pendidikan
3. Mampu menjelaskan Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat deskriptifnormatif
4. Mampu menjelaskan Ilmu pendidikan sebgai ilmu yang bersifat teoritis dan
praktis pragmatis.
5. Mampu menjelaskan Pendidikan sebagai suatu system.
6. Mampu menjelaskan unsur-unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pendidikan.
1.4 Manfaat Pembelajaran
1. Memberi arah serta tujuan mana yang akan dicapai.
2. Untuk memperkecil kesalahan dalam praktek, atas dasar teori pendidikan,
diketahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3. Berfungsi sebagai tolok ukur, sejauh mana kita telah berhasil melaksanakan
tugas dalam pendidikan itu.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsepsi Pendidikan
a. Konsep Dasar Pendidikan
Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan :
1. Bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (life long education).
Dalam hal ini berarti bahwa usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia itu
lahir dari kandungan ibunya sampai ia tutup usia, sepanjang ia mampu untuk
menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi
dari konsep pendidikan sepanjang hayat ialah bahwa pendidikan tidak identik
dengan sekolah. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga,
dalam lingkungan sekolah, dan dalam lingkungan masyarakat.
2. Bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pemerintah tidak dapat
memonopoli segalanya, melainkan bersama dengan keluarga dan masyrakat,
berusaha agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3. Bagi manusia, pendidikan itu merupakan suatu keharusan, karena pendidikan,
manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang.
Handerson mengemukakan, bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang
tidak dapat dielakan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh, karena
pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi
yang lebih baik.
b. Pendidikan Hanya Berlaku bagi Manusia
Dalam arti yang luas pendidikan berisi tiga pengertian, yaitu :
pendidikan, pengajaran, dan pelatihan. Pendidikan menyangkut hati nurani,
nilai-nilai, perasaan, pengetahuan , dan ketrampilan. Dengan pendidikan
manusia ingin atau berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan serta
memperbaiki nilai-nilai, hati nuraninya, perasaanya, pengetahuanya, dan
keterampilannya. Dengan kata lain pendidikan merupakan kegiatan mengolah
lidah dan tangan anak didik agar anak didik menjadi manusia yang beriman,
manusia yang cerdas, dan manusia yang terampil.

Hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk dididik,


sehingga tidak mungkin

dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya

manusialah yang dapat dididik dan mungkin untuk menerima pendidikan,


karena manusia memang dilengkapi dengan akal budinya. Pendidikan pada
hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku. Tetapi perilaku mana
yang dapat dijangkau oleh pendidikan, karena hewan pun adalah makhluk
yang berperilaku.
c. Manusia Perlu Dididik (memperoleh pendidikan)
1. Manusia dilahirkan dengan keadaan tidak berdaya. Manusia begitu lahir ke
dunia, perlu mendapatkan uluran tangan orang lain untuk dapat
melangsungkan kehidupanya.
2. Manusia lahir tidak langsung dewasa. Untuk menjadi ke tingkat dewasa
yang menjadi tujuan pendidikan dalam arti khusus memerlukan waktu
yang relatif panjang.
3. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak dapat menjadi
manusia seutuhnya seandainya tidak ada orang lain.
4. Manusia pada hakikatnya dapat dididik dan dapat mendidik dirinya sendiri
secara terus- menerus sepanjang hayat.
d. Pendidikan sebagai suatu proses transformasi nilai
Nilai- nilai yang akan ditransformasikan itu mencakup nilai-nilai religi,
nilai- nilai kebudayaan, nilai pengetahuan dan teknologi serta nilai ketrampilan.
Nilai-

nilai

yang

akan

kita

transformasikan

tersebut,

dalam

rangka

mempertahankan, mengembangkan bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan


yang dimiliki masyarakat.
e. Tujuan Pendidikan
Pendidikan mengembang tugas untuk menghasilkan generasi yang baik,
manusia-manusia yang lebih berkebudayaan, manusia sebagai individu yang
memiliki kepribadian yang lebih baik. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang di
suatu masyarakat atau negara, menggambarkan pendidikan dalam suatu konteks
yang sangat luas, menyangkut kehidupan seluruh umat manusia, yang

digambarkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencapai suatu kehidupan


yang lebih baik.
Secara umum dapat dikemukakan beberapa indikator dari manusia dewasa, di
antaranya :
1. Manusia yang mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil putusan sendiri, tidak
menggantungkan diri kepada orang lain.
2. Bertanggung jawab kepada perbuatanya,

dan

dapat

dimintai

pertanggungjawaban atas perbuatannya tersebut. Lain dengan anak yang


belum

dewasa,

ia

tidak

dapat

dimintai

pertanggungjawaban

atas

perbuatannya itu.
3. Telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan dan
sekaligus berkesanggupan untuk melaksanakan norma serta moral tersebut,
dalam hidup dan kehidupannya yang dimanifestasikan dalam kehidupan
bersama.
f. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat
Dalam perkembangannya, manusia ingin mencapai suatu kehidupan yang
lebih baik. Selama manusia berusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik untuk
meningkatkan pengetahuannya, meningkatkan dan mengembangkan kepribadian
serta kemampuan untuk ketrampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama
itulah pendidikan sebetulnya berjalan teus.
Pendidikan lebih luas daripada sekedar kegiatan menyekolahkan anak.
Pendidikan dimulai setelah anak lahir bahkan sebelum anak lahir (pendidikan pre
natal), dan akan berlangsung terus sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia
mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena iu, proses pendidikan dapat
berlangsung dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2. Pengertian Pendidikan
Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi
bahasa, mendidik adalah kata kerja sedangkan pendidikan adalah kata benda.
Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.


Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya
meamajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin-karakter), pikiran (intelek),
dan tubuh anak.
3. Ilmu Pendidikan sebagai ilmu yang bersifat Deskriptif-Normatif
Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri
manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai ini tidak
diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara normatif
bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup, bahkan
juga dari keyakinan keagamaan yng dianut oleh seseorang.
Bahwa nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pandangan manusia, seseorang
atau sesuatu bangsa itulah yang dijadikan norma atau kriteria untuk mendidik.
Norma ini biasanya tergambar dalam rumusan tujuan pendidikannya. Dengan
demikian ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang bertujuan.
Tujuan itu ditentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang. Sedangkan
nilai itu sendiri merupakan ukuran yang bersifat normatif, maka dapat kita tegaskan
bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normatif.
4. Ilmu Pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoritis dan praktis-pragmatis
Ilmu yang mendidik boleh disebut ilmu yang praktis sebab ditujukan kepada
praktik dan perbuatan-perbuatan yang mempengaruhi anak didik. Walaupun ilmu
pendidikan ditujukan kepada praktik mendidik, namun perlu dibedakan ilmu
pendidikan sebagai ilmu yang bersifat praktis-pragmatis.
Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai

mengatur

dan

mensistemasikan didalam pikiranya apa yang tersusun sebagai pola pemikiran


pendidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran
secara teoritis. Pemikiran teoritis ini disusun dalam satu sistem pendidikan dan
biasanya disebut ilmu mendidik teoritis, ilmu mendidik teoritis ini disebut juga
ilmu mendidik sistematis. Jadi sebenarnya kedua istilah itu mempunyai arti yang
sama yaitu teoritis sama dengan sistematis.

Ilmu pendidikan itu adalah ilmu yang memerlukan pemikiran teoritis.


Beberapa contoh konkret adalah sebagi berikut :
a. Setiap pendidik mendengarkan kritik-kritik, catatan-catatan, sumbangan
pikiran dari para ahli atau orang lain. ia mulai memikirkan secara kritis
tindakan-tindakan dalam perbuatan mendidiknya. Ia dapat belajar dari
catatan, kritik, dan saran orang lain.
b. Salah satu masalah yang perlu pemikiran teoritis ialah apakah anak didik
itu perlu berkembang. Sampai sejauh mana lingkungan pendidikan dan
potensi kreativitas anak didik berkembang. Pemikiran itu sangat mendasar
yang selalu dibicarakan dari abad ke abad. Hal-hal ini merupakan
pemikiran teoritis.
c. Jika kita membaca rumusan tujuan pendidikan dari masa ke masa, kita
akan mempunyai gambaran bagaimana orang memperagakan suatu
gambaran ideal tentang manusia dan masyarakat yang diinginkan.
d. Pendidikan membutuhkan jangka waktu panjang, karena pendidikan
bercorak perbuatan mendidik. Dalam perbuatan biasanya orang dapat
melihat dan memeriksakan hasilnya dengan segera. Hasil pendidikan itu
baru dapat dilihat dari generasi ke generasi. Untuk meneliti hasil
pendidikan orang harus melihat bagaimana cara bertindak, cara mendidik,
dan cara hidup anak bila telah dewasa.
Unsur pokok yang tersusun dalam pemikiran yang bersifat teoritis antara
lain :
1. Masalah tujuan pendidikan. Gambaran manusi dan bagaimana yang
menjadi norma dalil asasi antropologi yang memungkinkan terjadinya
proses pendidikan.
2. Apakah anak didik dididik sebagai makhluk yang dapat dididik, yang
mempunyai kemungkinan untuk dididik.
5. Pendidikan sebagai suatu sistem
Menurut Johnson dan Rozenweig dalam Amirin (1986;10) menyatakan,
sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi,

suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yag membentuk suatu
kebiasaan atau keseluruhan yang kompleks dan utuh.
Suatu sistem dibedakan menjadi 2 macam yakni terbuka dan tertutup.
Sistem terbuka artinya suatu sistem yang berhubungan dengan lingkungannya,
komponen-komponennya dibiarkan berhubungan dengan komponen diluar
sistem. Sedangkan sistem tertutup dianggap semua komponenya terisolasi dari
pengaruh dari luar, walaupun didalam kenyataannya hampir tidak ada suatu
sistem yang tertutup sama sekali.
6. Unsur-unsur dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
a. Peserta Didik
1. Lingkungan pendidikan tempat belajar peserta didik bersifat aksidental
(kebetulan) dan insidental (kadang-kadang), sehingga menyebabkan
peserta didik tidak terprogram dalam belajarnya.
2. Lingkungan pendidikan tempat belajar peserta didik terprogram secara
intensional, sengaja atau dikehendaki, sehingga peserta didik lebih
siap dalam belajar.
3. Lingkungan pendidikan tempat belajar peserta didik terprogram sesuai
dengan yang telah ditetapkan.
4. Lingkungan pendidikan tempat belajar peserta didik sangat optimal
dan ideal, sehingga peserta didik dapat melakukan cara-cara belajar
sebagaimana yang diharapkan. Konteks belajar seperti ini akan dapat
menyebabkan peserta didik mampu berkembang secara kreatif dan
optimal.
b. Pendidik
Guru sebagai pendidik meurut jabatan menerima tanggung jawab
mendidik 3 pihak yaitu: 1) orang tua 2) masyarakat dan 3) negara.
Tanggung jawab dari orangtua yang diterima guru atas dasar
kepercayaannya, bahwa guru mampu memberikan pendidikan, pengajaran
dan pelatihan, sesuai dengan perkembangan peserta didik, dan diharapkan

pula dari pribadi guru memancar sikap dan sifat yang normatif baik
sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat dari orangtua pada umumnya, yaitu
(1) Kasih Sayang
Atas dasar rasa kasih sayang ini, maka guru dengan sendirinya akan
mudah mengembangkan sifat-sifat baik lainnya, misalnya : membantu,
bersahabat, merasa dekat dan adil.
(2) Bertanggung Jawab
Dorongan rasa tanggung jawab guru diharapkan juga mampu
mengembangkan sifat anak, seperti : tekun, rajin, sopan, riang, sportif
dan terpuji.
c. Tujuan
1. Tujuan Umum
Ialah tujuan di dalam pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan
orang tua atau pendidik. Tujuan ini berakar dari tujuan hidup dan
tujuan ini berhubungan dengan pandangan tentang hakikat manusia,
tentang apa tugas dan arah hidup manusia di dunia ini, yakni sebagai
manusia dewasa, susila, mandiri, dan bertanggung jawab.
2. Tujuan Tidak Sempurna
Yang dimaksud dengan tujuan tidak sempurna atau tidak lengkap
adalah tujuan yang menyangkut segi-segi tertentu seperti kesusilaan,
keagamaan, kemasyarakatan, keindahan, seksual dll. Sehubungan
dengan

itu

maka

kita

mengenal

pendidikan

kesusilaan,

kemasyarakatan dsb. Kesemuanya itu tidak terlepas dari tujuan umum.


3. Tujuan Sementara
Disebut sebagai tujuan sementara, karena merupakan tempat
pemberhentian sementara belajar berbicara, membaca dan menulis, dsb
dalam rangka mencapai tujuan sementara yang lebih tinggi dalam
perkembangan anak lebih lanjut. Itulah belajar berkomunikasi dalam
kehidupannya.
4. Tujuan Perantara
Tujuan ini juga dinamakan tujuan intermediair tujuan ini ditentukan
dalam rangka mencapai tujuan sementara. Sebagai contoh dalam mata

pelajaran aritmatika tujuan sementaranya adalah anak dapat menguasai


perkalian bilangan 1-100.
5. Tujuan Insidental
Tujuan ini hanya merupakan peristiwa-peristiwa yang terlepas saat
demi saat dalam proses menuju pada tujuan umum. Misalnya, pada
saat ayah menerima tamu anak-anak yang terlalu ramai di dalam
kamar di perintahkan agar tidak gaduh.
6. Tujuan Khusus
Tujuan ini adalah pengkhususan dari tujuan umum, misalnya
sehubungan dengan gender, maka diselenggarakan sekolah SMKK dan
STM.
d. Isi Pendidikan
1. Materi Sesuai dengan Tujuan Pendidikan
Sebagai mana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pendidikan
senantiasa mengandung nilai normatif. Oleh karena itu materi yang
disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik juga mengandung
nilai normatif. Nilai- nilai yang dimaksud adalah: nilai material, nilai
formal, nilai praktis, nilai fungsional, nilai sosial, nilai etis, dan nilai
estetis.
2. Materi sesuai dengan Peserta Didik
Pemilihan materi pendidikan dalam hal ini materi pelajaran kecuali
harus sesuai dengan tujuan pendidikan, dituntut pula agar sesuai
dengan peserta didik yang mempelajarinya. Hal ini berarti materi yang
akan diberikan harus dapat disesuaikan dengan kemampuan.
e. Metode
Peristiwa pendidikan ditandai adanya interaksi edukatif. Agar
interaksi yang terjadi dapat berlangsung secara edukatif, efisien dan
efektif.
f. Lingkungan
Situasi lingkunagan pada dasarnya juga dapat mempengaruhi proses
dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan yang dimaksud meliputi
lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik, dan lingkungan alam fisis.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hakikat pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan ekstensi peserta
didik yang memasyarakat, membudaya dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal,
nasional, dan global. Hakikat pendidikan sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi
dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Hakikat pendidikan itu akan terwujud melalui
beerbagai

macam

proses

pengajaran,

pembelajaran,

dan

latihan

dengan

memperhatikan kompetensi paedagogie (pendidikan). Pendidikan menumbuhkan


budi pekerti, kekuatan batin , karakter, pikiran. Pendidikan itu terbagi tiga jenis ada
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Ketiga pendidikan ini sering terjadi
dalam kehidupan kita.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah kita sebaiknya harus mengetahui
apa saja hakikat pendidikan yang sebenarnya, bukan hanya sekedar pengertian, tetapi
masih banyak yang harus kita pahami karena untuk kedepannya kita adalah seorang
pendidik selain itu, kita juga dapat lebih mudah untuk melakukan praktek
dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Achmad Munib, S.H., M.Si., dkk Pengantar Ilmu Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai