LAPORAN
PRAKTIKUM BIOPROSES
Materi
: TEMPE
Kelompok
: VI / RABU
Anggota
1.
2.
3.
4.
NIM : 21030115140123
NIM : 21030115130141
NIM : 21030115120013
NIM : 21030115120011
Semarang,
Mengesahkan,
Asisten Pengampu
Sonya Hakim R.
NIM :
RINGKASAN
Tempe merupakan makanan tradisional dari Indonesia yang selama ini sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Masyarakat gemar mengkonsumsi tempe
selain karena harga yang murah, juga karena kandungan gizi dan sumber protein nabati
yang begitu besar. Tempe dibuat dengan proses fermentasi pada media padat (Solid-State
Fermentation) dengan bantuan Rhizopus oryzae
Bahan baku dibersihkan lalu direndam. Kemudian dikupas kulitnya, lalu direbus.
Setelah itu dikeringkan dan diinokulasi. Untuk proses selanjutnya, ditimbang bahan baku
tersebut lalu ditambahkan ragi. DIbungkus selama 3 hari inkubasi untuk dilihat
perubahannya.
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya
Laporan Praktikum Bioproses ini dapat terselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan
harapan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membimbing
sehingga tugas laporan ini dapat terselesaikan. Juga tak lupa terimakasih kepada temanteman yang telah membantu, baik dalam segi waktu maupun motivasi.
Tak ada gading yang tak retak. Tentunya masih banyak kekurangan pada laporan
resmi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bisa membangun kami harapkan. Akhir
kata, semoga laporan resmi ini dapat bermanfaat.
Semarang,
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN..
RINGKASAN...
PRAKATA.......
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR...
viii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..
1.2. Tujuan Praktikum..
1.3. Manfaat Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tempe.
2.2. Jenis-jenis Tempe.
2.3. Dasar-dasar Pembuatan Tempe
2.4. Hal-hal yang Mempengaruhi Hasil Fermentasi
2.5. Kedelai.
2.6.
Kacang
Tunggak..
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kandungan pada Kacang Kedelai
Tabel 2.2. Kandungan pada Kacang Tunggak
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tempe merupakan makanan tradisional dari Indonesia yang selama ini sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Masyarakat gemar mengkonsumsi tempe
selain karena harga yang murah, juga karena kandungan gizi dan sumber protein
nabati yang begitu besar. Tempe merupakan makanan yang berbahan dasar dari
kedelai serta mudah untuk membuatnya, sehingga tempe dapat dijadikan lahan
industri rumahan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih
mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan kapang yang
tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana yang mudah dicerna oleh manusia (Kasmidjo, 1990).
Produksi kedelai pada tahun 2012 hanya sebesar 843,15 ribu ton, sementara
kebutuhan secara nasional sebesar 2,3 juta ton ([BPS] 2014). Akhirnya, pemerintah
melakukan impor kedelai dari negara lain untuk memenuhi kekurangan akan
kebutuhan kedelai di dalam negeri. Padahal kedelai tersebut menjadi bahan baku
utama untuk produk pangan yang dibuat di dalam negeri seperti tempe, tahu, tauco,
kecap, susu kedelai, kembang tahu, dan lain sebagainya. Padahal, menurut Hidayat
(2008), selain jenis tempe kedelai ada jenis tempe yang lain, yakni tempe
leguminosa non kedelai dan tempe non leguminosa. Tempe leguminosa non
kedelai diantaranya adalah tempe benguk, tempe kecipir, tempe kedelai hitam, tempe
lamtoro, tempe kacang hijau, tempe kacang merah, dsb. Sedangkan jenis tempe non
leguminosa diantaranya tempe gandum, tempe sorghum, tempe campuran beras dan
kedelai, tempe ampas tahu, tempe bongkrek, tempe ampas kacang, dan tempe tela.
Diharapkan dari modifikasi bahan baku kedelai ini akan mengurangi konsumsi
terhadap kedelai tanpa menghilangkan manfaat dari sifat tempe tersebut
Tempe dibuat dengan proses fermentasi pada media padat (Solid-State
Fermentation) dengan bantuan Rhizopus oryzae. Fermentasi pada tempe ini nantinya
akan terbagi dalam 3 fase yaitu : fase pertumbuhan cepat, fase transisi dan fase
pembusukan. Selama proses fermentasi, bahan akan diinkubasi yang bertujuan untuk
sterilisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Tempe
Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau
jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus
oryzae. Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan tempe adalah kacang kedelai.
Tempe mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan flavor spesifik. Warna
putih disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur yang kompak juga disebabkan oleh miselia-miselia jamur yang menghubungkan
antara biji-biji kedelai tersebut. Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan
oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, dan mineral.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah
dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan kapang yang tumbuh
pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana
yang mudah dicerna oleh manusia seperti protein yang di ubah menjadi asam amino
(Kasmidjo, 1990).
2.2. Jenis-Jenis Tempe
Banyak sekali macam tempe yang telah dibuat. Beberapa jenis tempe tersebut
antara lain :
a. Tempe Kedelai;
Dibuat dengan menggunakan Kedelai (Glycine max) sebagai bahan baku.
b. Tempe Gembus;
Dibuat dengan menggunakan Ampas tahu/kedelai sebagai bahan baku.
c. Tempe Bungkil;
Dibuat dengan menggunakan Bungkil kacang tanah sebagai bahan baku;
Tempe khas dari Jawa Tengah.
d. Tempe Bongkrek;
Dibuat dengan menggunakan Ampas Kelapa sebagai bahan baku.
e. Tempe Enjes;
Dibuat dengan menggunakan Bungkil kacang dan Ampas tahu sebagai bahan
Baku; Tempe khas dari Malang.
f. Tempe Benguk;
Dibuat dengan menggunakan Koro benguk (Mucuna pruriens) sebagai bahan
baku; Tempe khas Yogyakarta.
g. Tempe Lamtoro;
jagung, koro.
B. Pembungkus
Prinsip dasar dalam memilih bahan pembungkus/pengemas yang dipakai
adalah hendaknya dapat menjamin keberhasilan proses, keamanan pangan dan
terjaminnya mutu pangan.
C. Air
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam industri tempe (rata-rata
kebutuhan antara kedelai : air = 1 : 12 ), yang berguna untuk perendaman,
perebusan, pencucian, dll. Air yang digunakanhendaknya yang memenuhi
persyaratan air untuk industri pangan atau untuk air minum. Umumnya kapang
tempe tumbuh baik pada kondisi air yang sedikit mengandung klorin dan mineral.
2.4. Hal-Hal yang Mempengaruhi Hasil Fermentasi
1. Bibit tempe yang digunakan harus masih aktif (bila diremas tidak menggumpal).
2. Kondisi lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30C, pH awal 6.8,
kelembaban nisbi 70-80%.
3. Proses
pengelupasan
kulit
dimaksudkan
untuk
mempercepat
proses
fermentasi
agar berjalan
menghambat
dengan
baik
karena
adanya
kulit
kedelai
yang
dapat
4. Fermentasi akan berjalan baik pada kisaran suhu hangat ruangan karena proses
insersi lag phase membutuhkan suhu yang cukup. Jika suhu dibawah 250C dapat
mempercepat Aspergillus flavus dan Mycotoxin yang beracun. Warna kuning
khas
fermentasi
5. Setelah melakukan praktikum, untuk meninjau hasil ada beberapa kriteria untuk
mengindikasikan bahwa tempe yang dibuat mempunyai kualitas yang baik.
Kriteria
A. Tekstur
dalam
miselium putih
B. Aroma
C. Warna
D. Rasa
Kacang
tunggak
(Vigna
unguiculata
L.Walp)
termasuk
keluarga
Leguminoceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Afrika Barat, didasarkan atas
keberadaan tetuanya, baik yang dibudidayakan maupun jenis liar. Kacang tunggak
tergolong tanaman bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri. Potensi hasil biji
kacang tunggak cukup tinggi yaitu mencapai 1,5 2 ton/ha tergantung varietas,
lokasi, musim tanam, dan budidaya yang diterapkan.
Kacang tunggak yang merupakan tanaman cuaca panas juga disesuaikan
dengan daerah semi-kering dan lebih memilih suhu antara 680 dan 950 F (20-350C).
Perkecambahan yang baik suhu tanah yang diperlukan minimal 680 F (200C). Tapi
suhu di atas 900 F (320C) dapat mengurangi pertumbuhan akar secara signifikan.
Kacang tunggak memiliki potensi yang besar sebagai bahan pangan yang bergizi.
Pemanfaatan kacang tunggak hanya terbatas, biasanya dimanfaatkan sebagai
sayuran. makanan tradisional, dan lauk. Kacang tunggak memiliki biji bervariasi,
dari bentuk yang menyerupai ginjal, bulat, menyerupai telur, dan rhomboid.
Sedangkan pada warna biji hanya ada dua saja yaitu coklat dan putih.
Kacang tunggak telah dikenal luas di Indonesia. Gizi per 100 gram kacang
tunggak mengandung protein 22,9 gram, lemak 1,1 gram, karbohidrat 61,6 gram dan
kalsium 77,0 miligram.17 Kacang tunggak merupakan salah satu jenis kacangkacangan yang mengandung kalsium tinggi dan harganya pun relatif terjangkau.
Mengingat bahwa kalsium mutlak dibutuhkan, lebih-lebih di negara berkembang
termasuk Indonesia. Diketahui bahwa kacang-kacangan mengandung kalsium yang
cukup memadai.
Tabel 2.2. Kandungan Gizi pada Kacang Tunggak
Kandungan Gizi
Air (g)
Kalort (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
Jumlah
11.00
342.00
22.9
1.1
61.6
77.00
449.00
6.5
30.00
0.92
Sumber : Anna Poedjiadi, 2006
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1. Bahan dan Alat yang digunakan
A. Bahan yang digunakan
1. Kedelai
2. Beras Kacang
3. Ragi tempe
4. Air secukupnya
5. Pembungkus Daun Jati
6. Pembungkus Plastik
B. Alat yang digunakan
1. Panci
2. Kain
3. Kompor
4. Timbangan
5. Batang Pengaduk
6. Sendok
KEDELAI
Pembersihan
Pencucian
Perendaman
Pengupasan
Kulit Ari
Pengukusan
Pengeringan
Penambahan
Ragi
Pembungkusan
Masa Inkubasi
telah jadi.
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Hari Ke-0
Variabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Berat (gram)
61.51
62.35
67.21
66.95
61.70
62.85
83.97
85.18
61.6
62.04
81.72
78.24
60.57
62.43
85.18
87.19
Skala Pengamatan
Tekstur
Warna
A
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Miselium
A B
C
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
A
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Aroma
B
Hari Ke-1
Variabel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Berat (gram)
60.47
61.22
48.27
61.68
60.41
61.47
75.92
77.22
60.88
61.26
74.85
71.40
60.02
61.87
78.24
80.01
Skala Pengamatan
Tekstur
Warna
A
2
2
1
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
B
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
Miselium
A B
C
2
2
2
2
2
2
1
1
1
3
3
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
3
2
2
1
1
2
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
3
3
1
C
2
2
1
1
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
A
2
2
1
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
1
1
Aroma
B
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
Hari Ke-2
Variabel
Berat (gram)
Warna
Skala Pengamatan
Tekstur
Aroma
C
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
59.65
60.27
35.56
55.04
59.36
60.18
68.96
70.24
60.26
60.57
69.14
65.69
59.79
61.48
70.61
71.92
A
2
2
2
2
2
2
2
4
2
4
4
4
2
2
2
2
B
2
2
1
2
2
2
2
2
2
3
2
2
1
1
1
1
C
1
1
1
1
1
1
1
3
1
3
3
3
1
1
1
1
Miselium
A B
C
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
4
2
3
2
1
1
4
1
1
4
2
3
4
2
3
2
1
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
A
2
2
2
2
2
2
2
4
2
4
4
4
2
2
2
2
B
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
C
1
1
1
1
1
1
1
3
1
3
3
3
1
1
1
1
Catatan
*Basis massa : 60 gram
Variabel 1
Variabel 2
Variabel 3
Variabel 4
Variabel 5
Variabel 6
Variabel 7
Variabel 8
Variabel 9
Variabel 10
Variabel 11
Variabel 12
Variabel 13
Variabel 14
Variabel 15
Variabel 16
**
A
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Industri Kecil. 2007. Kemasan Flexible. Jakarta : Departemen
Perindustrian
Dwinaningsih, Erna Ayu. 2010. Karakteristik Kimia Dan Sensori Tempe Dengan Variasi
Bahan Baku Kedelai/Beras Dan Penambahan Angkak Serta Variasi Lama
Fermentasi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret (hlm 40-45)
Erna Ayu Dwinaningsih. 2010. Karakteristik Kimia dan Sensori Tempe Dengan Variasi
Bahan Baku Kedelai/Beras Dan Penambahan Angkak Serta Variasi Lama
Fermentasi. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Negeri Sebelas
Maret.
Harun Alrasyid. 2007. Peranan I.soflavon Tempe Kedelai, Fokus pada Obesitas dan
Komorbid. Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran USU Medan
Kasmidjo. 1990. Mikrobiologi Pangan dan Pemanfatannya. Angkasa: Bandung.
Kuswanto, R. K., Sudarmadji, Slamet. 1989. Mikrobiologi Pangan. UGM. Yogyakarta.
Lockwood, L.B., G.E. Ward, dan O.E. May. 1936. The Physiology of Rhizopus oryzae.
J.53: 849-857.
Purwoko. T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara. Jakarta
Suprapti, M. L. 2003. Pembuatan Tempe. Kanisius, Yogyakarta.
Supriyono, SP. 2003. Memproduksi Tempe Proyek Pengembangan Sistem dan Standar
Pengelolaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
LAMPIRAN