Anda di halaman 1dari 26

GENETIKA TUMBUHAN

DAFTAR ISI
Judul.............................................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................iii
Daftar gambar..............................................................................................iv
Daftar tabel...................................................................................................v
Pendahuluan.................................................................................................1
Pembahasan..................................................................................................8
Penutup.........................................................................................................17
Daftar Pustaka ............................................................................................. 18

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Konsep Rekayasa Genetika................................................9
Gambar 2. Alur replikasi gen.......................................................................10
Gambar 3. Skema Replikasi Gen pada E.Coli.............................................10
Gambar 4. Beberapa tanaman hasil transgenic............................................12

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Organisme Hasil Rekayasa Genetika di Indonesia.......................11
Tabel 2.2 Classification of Pesticides According to Target Pest or Function........14
Tabel 2.3 Klasifikasi Pestisida berdasarkan struktur kimianya.............................14
Tabel 2.4 Toksitas Pestisida dan dosis penggunaannya.........................................15

BAB I
PENDAHULUAN

Bioteknologi merupakan penggunaan suatu tanaman, hewan,


ataupun mikroba, baik secara keseluruhan maupun sebagian, untuk
membuat atau memodifikasi suatu produk makhluk hidup ataupun
merubah spesies makhluk hidup yang sudah ada. Bioteknologi secara
sederhana telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang telah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman
untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta
pemuliaan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi
di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik
dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses
fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah
penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi
antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Sekarang ini bioteknologi telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat, terutama di Negara-negara maju. Perkembangan ini
ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal
rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA,
pengembangbiakan sel induk, cloning, dan lain-lain. Teknologi ini

memungkinkan bagi manusia untuk memperoleh penyembuhan


penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat
disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang
pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke
ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan
pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan,
dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan
rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk
unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan
tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan
lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai
pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada
penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan
penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut
dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Perkembangan bioteknologi dapat dibagi menjadi beberapa
periode, periode perkembangan bioteknologi tersebut sebagai berikut:
(a) periode bioteknologi tradisional, dalam periode ini telah ada
teknologi pembuatan minuman bir dan anggur menggunakan ragi,
mengembangkan roti dengan ragi dan pemanfaatan ganggang sebagai
sumber makanan yang dilakukan oleh bangsa aztex; (b) periode
bioteknologi ilmiah, periode ini ditandai dengan beberapa penemuan

diantaranya: penemuan mikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek, Louis


Pasteur menemukan adanya mikroba dalam makanan dan minuman,
penemuan enzim dari ekstrak ragi oleh Eduard Buchner, penemuan zat
antibiotik penisilin oleh oleh Alexander Fleming, penemuan struktur
DNA oleh Crick dan Watson; (c) periode bioteknologi modern, periode ini
diawali dengan penemuan teknik rekayasa genetik pada tahun 1970.
Era rekayasa genetik dimulai dengan penemuan enzim endonuklease
restiksi oleh Dussoix dan Boyer. Dengan adanya enzim itu
memungkinkan kita untuk melakukan pemotongan DNA pada posisi
tertentu, mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme dan
menyisipkan potongan DNA lain. Hal ini diharapkan mampu bermanfaat
untuk kebutuhan hidup manusia, khususnya untuk pengobatan dan
makanan (pangan).
Pada tahun 1987, World Commision on Environment and
Development WCED) menyerukan perhatian pada masalah besar dan
tantangan yang dihadapi pertanian dunia, jika kebutuhan pangan saat
ini dan mendatang harus terpenuhi. Pada beberapa tahun terakhir ini
perhatian dunia terhadap ketahanan pangan semakin meningkat, oleh
karena pangan merupakan kebutuhan dasar yang permintaanya terus
meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dunia.
Pangan diproduksi secara luas sehingga dunia surplus pangan, tetapi
mengapa banyak orang yang masih kelaparan (B. Rich, 2000).

Krisis pangan yang terjadi di dunia sangat berimbas pada Negara


ke-3 atau Negara-negara berkembang, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya kasus kelaparan yang ada pada Negara-negara tersebut.
Pangan adalah kebutuhan paling mendasar dari suatu bangsa, apabila
suatu bangsa kondisi pangannya bergantung pada Negara lain maka
akan sulit untuk maju dan mandiri.
Indonesia sebagai Negara berkembang dengan jumlah penduduk
mencapai 216 juta jiwa dengan angka pertumbuhan 1,7% per tahun,
membutuhkan besarnya bahan pangan yang harus disediakan.
Kebutuhan yang besar ini bila tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi pangan justru akan menghadapi bahaya laten yaitu laju
peningkatan produksi di dalam negeri yang terus menurun. Sehingga
kita akan semakin bergantung pada Negara lain dengan cara
mengimpor bahan makanan, hal ini sangat memalukan karena Negara
kita terkenal dengan kondisi tanah yang subur dan baik untuk
pertanian.
Indonesia termasuk Negara agraris karena banyak tanah untuk
pertanian. Pertanian untuk pangan dapat memberikan ketahanan
pangan bagi penduduk Indonesia. Pengembangan dan penelitian
tentang pangan digalakkan agar sebagai Negara agraris mempunyai
ketahanan pangan. Dengan program ekstensifikasi yang memperluas
lahan pertanian mungkin sudah tidak relevan lagi, sehingga mulai

dikembangkan adanya intensifikasi dan disertai teknologi modifikasi


dibidang pertanian, baik dari sisi tanamannya dan penanganan
organisme penganggu agar didapatkan surplus pangan.
Sulitnya melakukan peningkatan produksi pangan nasional
antara lain karena pengembangan lahan pertanian pangan baru tidak
seimbang dengan konversi lahan pertanian produktif yang berubah
menjadi fungsi lain seperti permukiman. Lahan irigasi Indonesia
sebesar 10.794.221 hektar telah menyumbangkan produksi padi sebesar
48.201.136 ton dan 50 %-nya lebih disumbang dari pulau Jawa (BPS,
2000). Akan tetapi mengingat padatnya penduduk di pulau Jawa
keberadaan lahan tanaman pangan tersebut terus mengalami degradasi
seiring meningkatnya kebutuhan pemukiman dan pilihan pada komoditi
yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti hortikultura. Jika
tidak ada upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas secara nyata
dan/atau membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti produksi
pangan dalam negeri tidak akan mampu mencukupi kebutuhan pangan
nasional.
Para petani di Indonesia akhir-akhir ini diresahkan dengan
kegagalan panen, hal ini bukan yang pertama kali terjadi kegagalan
panen ini biasanya disebabkan serangan hama tanaman. Kegagalan
panen bukan hanya merugikan para petani namun juga mengurangi stok
persediaan pangan nasional. Hama tanaman yang sering menyerang

antara lain tikus, serangga dan lain-lain. Hama dan penyakit merupakan
kendala serius dalam pertanian, sehingga menggaggu kestabilan
pangan, berbagai usaha telah dilakukan oleh para petani untuk
mengatasi masalah hama. Pemerintah pun telah melakukan beberapa
upaya, diantaranya dengan menggunakan pestisida dan pupuk kimia
untuk meningkatkan hasil panen. Namun ternyata hal ini menimbulkan
permasalahan baru, diantaranya merusak kesuburan tanah akan
berdampak pada penurunan produksi pangan ke depannya. Selain itu
hama mulai beradaptasi dengan pestisida yang digunakan oleh para
petani, sehingga tahan terhadap pestisida tersebut.
Sedangkan untuk permasalahan penyakit tanaman yang
disebabkan oleh virus ataupun mikroba, tidak dapat diberantas dengan
menggunakan pestisida. Oleh karena itu perlu dilakukan
penanggulangan dengan cara lain, diantaranya ialah dengan
memanfaatkan bioteknologi. Perkembangan bioteknologi saat ini coba
diterapkan pada tanaman khususnya tanaman pangan, yang dikenal
dengan tanaman transgenik. Tanaman transgenik ini tidak perlu atau
tidak membutuhkan pestisida, dapat dikatakan bahwa tanaman
transgenik merupakan tanaman yang tahan terhadap hama. Sebagai
contoh dengan dikeluarkannya tanaman padi yang tahan wereng yang
dikenal padi varietas unggul tahan wereng (VUTW).

Rata-rata produktivitas tanaman pangan nasional masih rendah.


Rata-rata produktivitas padi adalah 4,4 ton/ha (Purba S dan Las, 2002)
jagung 3,2 ton/ha dan kedelai 1,19 ton/ha. Jika dibanding dengan negara
produsen pangan lain di dunia khususnya beras, produktivitas padi di
Indonesia ada pada peringkat ke 29. Australia memiliki produktivitas
rata-rata 9,5 ton/ha, Jepang 6,65 ton/ha dan Cina 6,35 ton/ha ( FAO,
1993). Faktor yang dominan penyebab rendahnya produktivitas tanaman
pangan adalah (a) Penerapan teknologi budidaya di lapangan yang
masih rendah; (b)Tingkat kesuburan lahan yang terus menurun
(Adiningsih, S, dkk., 1994), (c) Eksplorasi potensi genetik tanaman yang
masih belum optimal (G.S Kush, 2002).
Eksplorasi potensi genetik tanaman yang masih belum optimal
tampak pada kesenjangan hasil petani dan hasil produktivitas di luar
negeri atau hasil dalam penelitian. Dalam hal ini teknologi pemuliaan
telah mengalami kemajuan yang cukup berarti dalam menciptakan
berbagai varietas unggul berpotensi produksi tinggi. Meskipun upaya
breeding modern, teknologi transgenik dan hibrida dirancang agar
tanaman yang dikehendaki memiliki kemampuan genetik produksi tinggi
(G.S Kush, 2002), tetapi jika dalam menerapkannya di lapangan asalasalan, maka performa keunggulan genetiknya tidak nampak. Hasil
penggunaan varietas unggul di lapangan seringkali masih jauh dari
harapan. Penyebabnya adalah masih belum dipahaminya teknik

10

budidaya sehingga hasil yang didapat belum menyamai potensinya,


apalagi melebihi.
Pemanfaatan tanaman transgenik ini tidak begitu saja
menyelesaikan permasalahan, perlu diketahui kualitas pangan yang
dihasilkan apakah layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Dari tanaman
transgenik ini diharapkan dapat dikembangkan tanaman pangan yang
tahan terhadap hama dan menghasilkan kualitas yang layak untuk
dikonsumsi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut
mengenai tanaman transgenik tersebut.

11

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tanaman Transgenik
Rekayasa genetika ialah proses modern dimana sifat-sifat dari
suatu makhluk hidup diubah dengan cara memindahkan gen-gen dari
satu spesies makhluk hidup ke spesies lain, ataupun memodivikasi gengen dalam satu spesies. Rekayasa Genetika (IDEP Foundation, 2001)
adalah proses bioteknologi modern dimana sifat-sifat dari suatu mahluk
hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies
mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen
dalam satu spesies. Rekayasa genetika ini menguji pada gen tunggal
sehingga memiliki ketepatan yang tinggi, namun pada rekayasa
genetika ini meniadakan batas taksonomi yang ada. Melalui rekayasa
genetika manusia dapat menciptakan tanaman, hewan dan
mikroorganisme baru. Para ilmuwan telah berhasil mengungkap kode
genetis yang menentukan sifat-sfat khusus semua makhluk hidup dan
kini telah mampu mengkombinasikan gen-gen yang apabila secara
alami, tidak akan pernah berkombinasi.
Perlengkapan yang diperlukan untuk rekayasa genetika adalah:
(1) enzim pemotong gen yaitu Endonuklease retriksi, (2) enzim
penyambung gen yang dikehendaki yaitu Ligase, (3) vektor yang
membawa gen yang akan disisipi/dititipkan dapat berupa plasmid

12

bakteri (gen diluar kromosom bakteri) atau virus, dan (4) inang. Adapun
tahap-tahap rekayasa genetika adalah sebagai berikut: (1)
mendapatkan gen yang diinginkan (gen yang diinginkan dari suatu
indifidu dipotong dengan enzim endonuklease restriksi), (2) gen dengan
enzim ligase, (3) vektor yang sudah membawa gen titipan dimasukkan
ke dalam inang, (4) vektor dalam sel inang ditumbuhkan, (5) isolasi
produk dari inang, (6) penyempurnaan produk.
Secara ringkas konsep tentang rekayasa genetika, digambarkan
sebagai berikut :

Heredity
dibawa
Species Transgenik
Gene dikombinasi
Insertion gene

terdiri
dikembangkan

memakai
seperti
dimanipulasi
Rekayasa genetika

PCR

DNA

dikembangkan

polimer
menggunakan

Diagnosa Genetika

Nukleotida

tersusun

Double Helix

Terdiri dari

Rantai Utama

Bakteri

Basa Nitrogen

tersusun

terdiri

Adenin

Gula Deoxiribosa
Gugus Phospat

Timin
Guanin

Replikasi Gen

mendasari

Citosin

pasangan
pasangan

13

Gambar 1. Peta Konsep Rekayasa Genetika

Replikasi gen sebagai ujung dari konsep rekayasa genetika.


Mendasarkan pada pasangan basa nitrogen yang tetap yaitu A- T dan GC pada DNA maka dapat dilakukan repikasi gen. Berawal dari replikasi
gen inilah maka rekayasa genetika dapat dilakukan. Menurut konsep Dr
Watson & Crick secara sederhana bahwa replikasi gen merupakan
transfer informasi melibatkan pembukaan double helix DNA yang diikuti
secara bersamaan dengan pembentukan dua pita baru pasangan dari
pita DNA yang lama, digambarkan dalam alur dan contoh pada E.Coli
sebagai berikut :

Gambar 2. Alur replikasi gen

14

Gambar 3. Skema Replikasi Gen pada E.Coli


Salah satu contoh aplikasi bioteknologi (rekayasa genetika) di
bidang pertanian adalah mengembangkan tanaman transgenik yang
memiliki sifat (1) toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida),
(2) tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, (3) mempunyai sifatsifat khusus (misalnya: tomat yang matangnya lama, padi yang
memproduksi beta-caroten dan vitamin A, kedelai dengan lemak tak
jenuh rendah, strawberry yang rasanya manis, kentang dan pisang yang
berkhasiat obat), (4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen
dari bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga
tanaman dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri), dan (5) dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan buruk (kekeringan, cuaca dingin
dan tanah bergaram tinggi).

15

Di Indonesia pun telah dilakukan pengembangan tanaman


transgenik, baik untuk tanaman pangan maupun tanaman yang memiliki
komoditi ekspor. Meskipun dalam penerapannya menimbulkan banyak
pro dan kontra, karena memang hal ini belum begitu diketahui oleh
banyak masyarakat. Beberapa hasil penelitian tanaman transgenic
telah dicoba untuk di aplikasikan dalam cakupan masyarakat luas,
dalam pengaplikasian ini masih tetap dipantau oleh dinas terkait untuk
ditinjau ulang dan melihat respon dari masyarakat terhadap tanaman
transgenic. Pemanfaatan tanaman transgenic di Indonesia diharapkan
mampu meningkatkan kualitas dan jumlah produksi pangan, dengan
terpenuhinya kualitas dan jumlah produksi Indonesia dapat menjadi
salah satu Negara yang memegang peranan penting dalam kebutuhan
pangan dunia. Peranan tersebut dapat meningkatkan perekonomian
bangsa dan mencapai kesejahteraan pangan bagi penduduk Indonesia
dengan tidak perlu mengimpor dari luar negeri.
Berikut ini adalah organisme hasil rekayasa genetik di Indonesia
yang telah dikonsultasikan dengan FDA :
Tabel. 2.1. Jenis Organisme Hasil Rekayasa Genetika di Indonesia
(Anonym, 2008)
N
o
.

GMO &
Produse
n

Jagung

Gen, Produk gen


&
asal gen

Enzim EPSPS,

Sifat
baru
turunan
I

Tahan

Produk
Tutunan II

Maizena

Produk

- Biskuit

16

(Monsant Agrobacterium
o)

herbisidaglufosina
t
-

2
.

Jagung
(Aventis)

Enzim PAT,
Bacillus
amvloliquefaciens

Tahan
herbisida
glufosina
t
Tahan
herbisida
glufosina
t
Tahan
herbisida
glufosina
t

3
.

Padi
(Aventis)

Enzim PAT,
Streptomyces
hygroscopicus

4
.

Kedelai
Enzim PAT,
(Monsant Viridochromagenes
o)

5
.

Kentang Gen CryIIIA, PLRV


(Monsant replikase, B.
o)
Thuringiensis

Tahan
Kumbang
(Colorad
o)

6
.

Tomat
Enzim antisense
(Calgene) PG, Tomat

7
.

Gandum Modified AHAS


(Canada) genes, Gandum
kultifar Grandi

Penunda
an
pelunaka
n buah
tomat
Tahan
herbisida
imidazoli
non

Modified corn - Tepung


starch
kue
Minyak jagung - Minyak
jagun
g
S.d.a
- S.d.a

- Tepung beras

- Bihun

- Isolate Soy
Protein (ISP)
- Lesitin
- Tepung
kedelai

-Susu
kedelai,
susu
rendah
laktosa,
susu
bubuk,
biscuit
Biskut,
mie

- Potato
starch
- Modified
starch
- Snack food
- Pasta tomat

- Tepung
gandum

-Pasta
tomat

- Roti,
biscuit

17

Gambar 4. Gambar kentang transgenic (kiri), jagung transgenic


(kanan)
Tanaman transgenik dibuat dengan menggunakan teknik biologi
molekuler yang memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi gen-gen
tertentu, membuat duplikatnya, kemudian menyisipkan duplikat gen
tersebut ke tanaman penerima dengan menggunakan alat (yang paling
umum dipakai adalah bakteri tanah, disebut Agrobacterium). Ketika sel
tanaman penerima membelah diri, DNA baru dari tanaman asal (yang
dibawa oleh Agrobacterium) tergandakan dan terpindahkan ke dalam
sel baru tersebut. Keberadaan gen baru ini akan mempengaruhi
keturunan dari tanaman tersebut, baik dari segi sifatnya bahkan
penampilannya.
Tanaman transgenik memiliki dampak negatif baik pada
pertanian maupun pada lingkungan, diantara dampak tanaman
transgenik yang terjadi antara lain: hasil panen lebih rendah, biaya

18

produksi lebih tinggi, peningkatan penggunaan bahan kimia pertanian,


hama menjadi kebal, virus tanaman baru yang lebih berbahaya, dapat
menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati.
2.2. Resistensi Hama Serangga
Mohammadi Sharif H, dkk (2007) menyatakan bahwa kumbang
daun perusak kentang Leptinotarsa decemlineata di Iran memiliki
resistensi yang tinggi terhadap pestisida, dan semakin lama daya tahan
terhadap pestisida semakin meningkat. Menurut Hyoun Sub Lim, etc
(2006) virus mozaik pada tanaman menurunkan hasil produksi pada
kacang kedelai transgenik. Dari kondisi tersebut diperoleh suatu fakta
bahwa tanaman transgenik justru dapat menimbulkan resistensi hama
terutama hama serangga.
Beberapa pestisida yang biasa digunakan dan dikenal dalam
bidang pertanian adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2. Classification of Pesticides According to Target Pest or
Function
Class

Target pest

Remarks

Insecticide

Insects

Kills insects or larvae

Fungicide

Fungi, mold

Controls plant diseases

Herbicide

Weeds, plants

Total herbicide kill all plants


selective herbicide controls

Rodenticide

Rats, mice

weeds

Plant growth

None

Control rodents

regulator

Control the size of plants, e.g.,

19

Mites

keep stems of cereals short

Acaricide

Insects

Control mites, aphids, and so on

Pheromone

Insects

Attracts insects into traps,

Repellent

Nematodes,

controls mating

Nematicide

worms

Repels insects without killing


them
Kills worms and similar parasites

Tabel 2.3 Klasifikasi Pestisida berdasarkan struktur kimianya


Nama

Struktur

Carbamate

NH

Dithiocarbamate

R'

R'

Organophosphate

NH

R
S
O

R
R

P
O

Organochlorine

Cl
Cl

Cl

Cl

C
H

Pyrethroids
O

R
O

Sulfonylurea

SO2

NH

Triazole

NH

R'

R
N

Pengendalian serangga menggunakan pestisida yang berupa


insektisida. Insektisida pertama yang digunakan adalah ekstrak
tembakau dan garlic, kemudian berkembang pada insektisida yang lebih
mematikan yaitu arsen dan merkuri, karena berbahaya bagi

20

keselamatan manusia tidak hanya serangga maka sudah tidak banyak


digunakan. Sintesis pertama yang digunakan untuk insektisida adalah
DDT. Perbandingan toksitas DDT dengan pestisida lain adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.4. Toksitas Pestisida dan dosis penggunaannya (Susan
budavari.1996)
No

Pestisida

Dosis mg/Kg (50%


kematian populasi Hama)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pyeretrins
Malathion
Arsenate
Diazinon
Carbaryl
Nicotine
DDT
Lindane
Mathyl Parathion
Parathion
Carbofuran
Aldicarb

1200
1000
825
250 285
250
230
113 118
88 91
14 24
3.6 13
2
1

Tingkat Toksitas
Sedikit Toksid

Sangat Toksid

Sebuah penelitian menggunakan gen dari virus mosaic tembakau


pada tanaman pangan menghasilkan tanaman tersebut tahan terhadap
serangan virus yang sejenis (Jane K.Osbourn etc, 1989). Tanaman
transgenic yang resisten terhadap hama ini dapat disebabkan oleh
karena adanya gene yang diambil memiliki sifat resisten terhadap suatu
hama tertentu, namun terkadang ada pula yang tidak secara langsung
mengandung resisten terhadap hama tertentu dapat menjadi resisten
terhadap hama. Pada tanaman transgenic pasti akan terdapat

21

perubahan baik secara sifat maupun bentuk, hal ini dapat berpengaruh
terhadap hama yang biasa menyerang tanaman tersebut. Pengaruh yang
ditimbulkan dapat berupa hama tersebut tidak menyerang dikarenakan
ada perubahan komponen protein dalam tanaman transgenic sehingga
hama merasakan sesuatu yang tidak biasa, sehingga hal ini dapat
menyebabkan hama tidak lagi menyerang tanaman tersebut.
Factor gen yang merubah tanaman transgenic memiliki peranan
besar terhadap resistensi hama khususnya serangga, namun hal ini
harus terus diperhatikan oleh para peneliti. Hama yang menyerang
tanaman transgenic juga mampu beradaptasi, sehingga apabila hama
tersebut lama kelamaan akan kebal terhadap sesuatu yang asing atau
racun dari tanaman transgenic tersebut. Kondisi hama yang mampu
bertahan dalam tanaman transgenic ini sulit untuk ditangani, salah satu
caranya ialah meningkatkan dosis dari pestisida karena bila tidak dapat
maka akan menyebabkan seluruh jenis tanaman transgenic tersebut
akan mati.
Sebagai contoh padi tahan hama wereng, apabila wereng mampu
beradaptasi dengan tanaman padi transgenic tersebut maka akan
menyebabkan kegagalan panen yang cukup besar. Kegagalan panen
tersbut karena hama wereng sudah tahan terhadap pestisida yang
sering digunakan, apabila dosis pestisida ditingkatkan maka akan dapat
mengganggu kualitas tanaman padi transgenic tersebut.

22

Pengaruh dari tanaman transgenik adalah munculnya hama super


(untuk tanaman transgenik yang tahan pada serangga hama tertentu.
Misalnya hama tersebut dapat beradaptasi dengan racun B.
thuringiensis yang gennya sudah disisipkan pada tanaman transgenik).
Menurut Zhu Zen pakar genetika dari the Beijing-based Institute
of Genetics and Developmental Biology, Chinese Academy of Sciences
(CAS), yang mengembangkan genetika Bt and CpTI , setelah sepuluh
tahun para peneliti yakin bahwa para petani tidak akan menggunakan
pestisida untuk membasmi hama serangga pada tanaman padi
transgenik karena serangga sudah resisten terhadap hama.

23

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tanaman transgenik berpengaruh pada resistensi hama serangga
tanaman pangan. Dengan adaptasi dari serangga kepada tanaman
transgenik maka serangga punya kemampuan kebal terhadap pestisida.
Tanaman transgenik menimbulkan hama super yang berakibat sulit
untuk ditangani, salah satu carany menanganinya dengan
memperbanyak penggunaan pestisida pada pertanian. Penambahan
pestisida berpengaruh pada perusakan lingkungan.
N

GMO &

Gen, Produk gen

Sifat

Produk

Produse

&

baru

Tutunan II

asal gen

turunan

Produk

Jagung

Enzim EPSPS,

(Monsant Agrobacterium
o)

Tahan

herbisida
glufosina t
-

Maizena

- Biskuit

Modified corn - Tepung


starch

kue

Minyak jagung - Minyak


jagun

Jagung

Enzim PAT,

Tahan

(Aventis)

Bacillus

herbisida

amvloliquefaciens

glufosina

Padi

Enzim PAT,

t
Tahan

(Aventis)

Streptomyces

herbisida

hygroscopicus

glufosina

S.d.a

- Tepung beras

g
- S.d.a

- Bihun

24

t
Tahan

- Isolate Soy

-Susu

(Monsant Viridochromagenes

herbisida

Protein (ISP)

kedelai,

o)

glufosina

- Lesitin

susu

- Tepung

rendah

kedelai

laktosa,

Kedelai

Enzim PAT,

susu
bubuk,
5

Kentang

Gen CryIIIA, PLRV

(Monsant replikase, B.

Thuringiensis

o)

Tomat

Enzim antisense

(Calgene) PG, Tomat

Tahan

- Potato

biscuit
Biskut,

Kumbang

starch

mie

(Colorad

- Modified

o)

starch

Penunda

- Snack food
- Pasta tomat

an

-Pasta
tomat

pelunaka
n buah
7

Gandum

Modified AHAS

(Canada) genes, Gandum


kultifar Grandi

tomat
Tahan

- Tepung

- Roti,

herbisida

gandum

biscuit

imidazoli
non

Saran
Dalam pemanfaatan tanaman transgenik, sangat perlu
diperhatikan karakteristik genetiknya agar diperoleh tanaman yang
memiliki kualitas tahan hama dan kualitas untuk konsumsi yang baik.
Penggunaan insektisida secara bergantian dalam jangka waktu yang
ideal untuk menghindari resistansi hama serangga terhadap insektisida.

25

DAFTAR PUSTAKA
Amin Sadeghi, Guy Smagghe, Esmeralda Jurado-Jcome, Willy J.
Peumans,And Els J.M. Van Damme. 2009. Laboratory study of
the effects of leek lectin (APA) in transgenic tobacco plants
on the development of cotton leafworm Spodoptera littoralis
(Lepidoptera:Noctuidae). Eur. J. Entomol. 106: 2128
Didownload http://www.eje.cz/scripts/viewabstract.php?
abstract=1421. ISSN 1210-5759 (print), 1802-8829 (online)
Anonym. 2008. Bioteknologi dan Aplikasinya. Didownload
http://tokobukuantikdanbekas.com tanggal 23 Mei 2010
A.Truman Schwartz, Diane M.Bunce, Robert G. Silberman, Conrad L.
stanistski. Wilmer J. Straton, Arden P.Zipp. 1997. Chemistry in
Context Applying Chemistry to Society. Mc Graw Companies.
United States of America
Franz Engelmann. 2002. Ecdysteroids, Juvenile Hormone and
Vitellogenesis in the Cockcroach Leucophae maderae .
Journal of Insects Science, 2:20
Hyoun Sub Lim, Tae Seok Ko, etc. 2006. Soybean mosaic virus Helper
Component-protease Alters Leaf Morphology and Reduces
Seed Production in Transgenic Soybean Plants .
Phytopathology 97:366-372
John W.Hill.Doris K.Kolb. 2004. Chemistry For Changing Times .
Pearson Education Inc. United States of America
Lisa A. Bergin. Latina Feminist Metaphysics and Genetically
Engineered Foods. Jounal Agriculture Environment Ethics
(2009) 22:257271 DOI 10.1007/s10806-008-9144-3. Accepted: 23
December 2008 / Published online: 10 January 2009
Jane K Osbourn, Plaskitt KA, Watts JW, Wilson TMA. 1989 . Tobacco
Mosaic Virus Coat Protein and Reporter Gene Transcripts
Containing the TMV Origin-of-Asembly Sequence Do Not
Interact in Double- Transgenic Tobacco plants : Implication
for Coat Protein- Mediated Protection . Journal of The
American Phytopathological Society.

26

Michael A.Caprio, Marla K.Fraver, Glynn Hanskin. 2004. Evaluating the


impacts of refuge width on source-sink dynamics between
transgenic and non transgenic cotton . 5 pp. Journal of Insects
Science, 4: 3. Online : insectscience.org/ 4.3
Nature, 16 October 2009. News Feature .Volume 455.
Padmalata K, Jayaram K, Raju NL, Prasad MNV, Rajesh Arora. 2009.
Ethnopharmacological and Biotechnological Significance of
Vitex . Bioremediation, Biodiversity and Bioavailabilty. Global
Science Books
Sharif M.M, Hejazi M.J, Mohammadi A,Rashidi M.R, 2007. Resistance
status of the Colorado potato beetle, Leptinotarsa
decemlineata, to endosulfan in East Azarbaijan and Ardabil
province of Iran . 7pp. Journal of Insects Science 7 :31. Di
download : insectsscience.org/ 7.31
Suranto. 2007. Sainteknologi. Program Studi Magister Pendidikan sains
program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta
William Dougherty G, Lindbo AJ, Holly AS, Dawn Parks, Sherri Swaney.
1994. RNA Mediated Virus Resisteance in Transgenic
Plants: Exploitation of Cellular Pathway Possibly Involved in
RNA Degradation . Journal of The American Phytopathological
Society.
Xue B., Gonsalves, Provvidenti. 1994. Development of Transgenic
Tomato Expressing a High Level of Resistance to Cucumber
Mosaic Virus Strains of Subgroups I and II . Journal of The
American Phytopathological Society .New York.

27

Anda mungkin juga menyukai