Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS

GLIOMA

PEMBIMBING

: dr. B. A. G Hidayati

PENYAJI

: Fifi Florensia

110100203

Herna Tri Yulianty

110100240

Johanna Sihombing

110100224

Apriany C.A. Silalahi

110100232

Mohd. Ariff Hasreen

110100445

DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan kurnia-Nya dalam penulisan laporan kasus: Glioma ini. Makalah ini diajukan sebagai syarat
untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Meskipun penulisan makalah ini banyak hambatan tetapi berkat bimbingan, petunjuk,
nasihat dan bimbingan dari banyak pihak, kami berjaya menyelesaikan makalah ini. Disini kami
ingin mengucapkan terima kasih atas pembimbing kami, dr B. A. G Hidayati atas bimbingan
beliau sepanjang penulisan makalah ini.
Medan, November 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS.....................................................................................................3
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................42
BAB 4 DISKUSI KASUS.......................................................................................................53
BAB 5 KESIMPULAN..........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................55

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glioma merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti, karena menyerang otak
sebagai organ sentral yang sangat penting bagi kelangsunganhidup manusia. Angka harapan
hidup penderita glioma dipengaruhi beberapa faktor yaitu usia, stadium dan jenis
histopatologisnya, Karnofsky Performance Status, luas pembedahaan, ada tidaknya defisit
neurologis, dan modalitas terapinya.1
Glioma merupakan tumor otak yang paling banyak dijumpai, sekitar 50% dari tumor otak
primer dibanding tumor otak primer lainnya, seperti meningioma (15%), adenoma (8%),
neurinoma (7%) dan sisanya tumor sekunder atau tumor metastasis sebesar 20%. Letak tumor
pada orang dewasa 60% terletak pada supratentorial berasal dari korteks dan hemisfer otak dan
pada anak-anak 70% terletak pada infratentorial yang berasal dari serebelum, batang otak dan
mesensefalon. Insiden pada pria lebih banyak dibanding dengan wanita dengan perbandingan
55:45.1,2 Insidens dari glioma besarnya 5 per 100.000 penduduk.3
Kematian akibat tumor otak besarnya 2% dari seluruh kematian akibat tumor dan
insidens tumor otak besarnya 7 per 100.000 penduduk per tahun. 4Menurut Badan Kesehatan
Sedunia (World Health Organization/WHO) terdapat tiga jenis glioma yang dapat dibedakan dari
pemeriksaan histopatologis yaitu astrocytoma, oligendroglioma dan mixedoligoastrocytoma.5
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memahami definisi dan klasifikasi glioma.
2. Memahami faktor resiko dari glioma.
3. Memahami bagaimana manifestasi klnik pada glioma.
4. Memahami pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat diterapkan untuk mendeteksiglioma.
5. Memahami pengobatan-pengobatan yang dapat dilakukan untuk glioma.

5
6. Memahami prognois dari glioma.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis maupun
pembaca khususnya peserta P3D untuk mengintegrasikan teori yang ada dengan aplikasi kasus
yang dijumpai di lapangan.

6
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 ANAMNESIS
IDENTITAS PRIBADI
Nama Pasien

: Roumas Sensiana Hutapea

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 40 tahun

Suku Bangsa

: Batak

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Jl Enggang 4 NO 83 Kenangan Kec Pecut Sei Tuan

Status

: Sudah Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal Lahir

: 09/07/1975 ( 40 thun 3 bulan)

Pend. Terakhir

: Tamat SLTP

Tanggal Masuk

: 9 Oktober 2015

Keluhan Utama

: Nyeri Kepala.

Hal ini dialami os selama 1 bulan ini. Nyeri bersifat hilang timbul dan semakin memberat
dalam 1 minggu ini. Nyeri dapat dirasakan pada seluruh lapangan kepala dan tidak berkurang
dengan obat anti nyeri. Riwayat muntah menyembur (+). Riwayat kejang (-), riwayat darah
tinggi (-), riwayat DM (-), riwayat hiperkoleserol (-), riwayat stroke (-), riwayat menderita sakit
keganasan (-). Os mengeluhkan lemah lengan dan tungkai kiri sejak 1 bulan ini dan dialami
secara perlahan - lahan yang semakin memberat dalam 1minggu ini. Selain itu, os juga sering
berhalusinasi (+) sejak 4 minggu ini. Riwayat BAK dan BAB (+) normal.

7
RPT : RPO: Tidak Jelas
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius

: Hipertensi (+)

Traktus Respiratorius

: Sesak Napas (-)

Traktus Digestivus

: Dalam Batas Normal

Traktus Urogenitalis

: Dalam Batas Normal

Penyakit Terdahulu dan Kecelakaan : ANAMNESA KELUARGA


Faktor Herediter

:-

Faktor Familer

:-

Lain - lain

:-

ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan

: Tidak Jelas

Imunisasi

: Tidak Jelas

Pendidikan

: Tamat SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Perkahwinan dan Anak

: Menikah

PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah

: 160/90 mmHg

8
Nadi

: 76 x/i

Frekuensi Nafas

:20 x/i

Temperatur

:36.5C

Kulit Dan Selaput Lendir

: Dalam Batas Normal

Kelenjar Dan Getah Bening

: Pembesaran KGB tidak ditemukan

Persendian

: Dalam Batas Normal

KEPALA DAN LEHER


Bentuk dan Posisi

: Bulat

Pergerakan

:Terbatas

Kelainan Panca Indera

:Dalam Batas Normal

Rongga Mulut dan Gigi

:Dalam Batas Normal

Kelenjar Parotis

:Dalam Batas Normal

Desah

:Dalam Batas Normal

Dan Lain - lain

:Dalam Batas Normal

RONGGA DADA DAN ABDOMEN

RONGGA DADA

RONGGA ABDOMEN

Inspeksi

Simetris Fusiformis

Simetris

Perkusi

Sonor kiri=kanan

Timpani

Palpasi

SF kiri=kanan

Soepel

Auskultasi

Sp = Vesikuler Peristaltik (+) Normal


St = Tidak Ada

9
GENITALIA
Toucher

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM

: Compos Mentis

KRANIUM
Bentuk

: Bulat

Fontanella

: Ubun-ubun Besar Tertutup

Palpasi

: Arteri Temporalis dan A. Carotis eksterna teraba

Perkusi

: Dalam Batas Normal

Auskultasi

: Dalam Batas Normal

Transiluminasi

: Dalam Batas Normal

PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk

:-

Tanda Kerniq

:-

Tanda Brudzinski I

:-

Tanda Brudzinski II

:-

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL


Muntah

:+

Sakit Kepala

:+

Kejang

:-

10
NERVUS I

Meatus Nasi Dextra

Meatus Nasi Sinistra

Normosmia

Anosmia

Parosmia

Hiposmia

NERVUS II

Oculi Dextra (OD)

Oculi Sinistra (OS)

1/60

1/60

Normal

Menyempit

Hemianopsia

Scotoma

Refleks Ancaman

Visus
Lapangan Pandang

Fundus Okuli
Warna

: Hiperemia

Batas

: Tidak Tegas

Ekskavasio

: Menghilang

Arteri

: Sulit Dinilai

Vena

: Membesar

NERVUS III, IV, VI


Gerakan Bola Mata

Oculi Dextra
:

Oculi Sinistra
+

11
Nistagmus

Lebar

4mm

2mm

Bentuk

Bulat

Bulat

Refleks Cahaya Langsung

Refleks Cahaya Tidak Langsung

Rima Palpebra

7mm

7mm

Deviasi Konjugate

Fenomena Doll's Eye

Strabismus

Pupil

Tidak Dilakukan Pemeriksaan


-

Kanan

Kiri

Palpasi Otot Masseter & Temporalis :

Kekuatan Gigitan

NERVUS V
Motorik
Membuka dan Menutup Mulut

Sensorik
Kulit

: Dalam Batas Normal

Selaput Lendir

: Dalam Batas Normal

Refleks Kornea
Langsung

Tidak Langsung

12
Refleks Masseter

Refleks Bersin

NERVUS VII

Kanan

K iri

Motorik
Mimik

: Sudut Mulut Tertarik Ke Kanan

Kerut Kening

Menutup Mata

Meniup Sekua tnya

: Bocor Sebelah Kiri

Memperlihatkan Gigi

: Sudut Mulut Tertarik Ke Kanan

Tertawa

: Sudut Mulut Tertatrik Ke Kanan

+
+

Sensorik
Pengecapan 2/3 Lidah

:+

Produksi Kelenjar Ludah

:+

Hiperakusis

:+

Refleks Stapedial

:+

NERVUS VIII

Kanan

Kiri

Auditorius
Pendengaran

Test Rinne

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Test Weber

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Test Schwabach

: Tidak dilakukan pemeriksaan

13
Vestibularis
Nistagmus

:-

Reaksi Kalori

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Vertigo

:-

Tinnitus

:-

NERVUS IX, X
Pallatum Mole

: Simetris, terangkat

Uvula

: Medial

Disfagia

:-

Disartria

:-

Disfonia

:-

Refleks Muntah

:+

Pengecapan 1/3 belakang lidah

:+

NERVUS XI
Mengangkat Bahu

Kanan

Kiri

Fungsi Otot Sternocleidomastoideus :

NERVUS XII
Lidah
Tremor

:-

Atrofi

:-

Fasikulasi

:-

14
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat

: Medial

Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan

: Medial

SISTEM MOTORIK
Trofi

: Eutrofi

Tonus Otot

: Normotonus

Kekuatan Otot

ESD:55555/55555

ESS:11111/11111

EID:55555/55555

EIS:33333/33333

Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring)

: Berbaring

GerakanSpontan Abnormal

:-

Tremor

:-

Khorea

:-

Ballismus

:-

Mioklonus

:-

Atetosis

:-

Distonia

:-

Spasme

:-

Tic

:-

Dan lain-lain

:-

TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif

:+

15
Propioseptif

:+

Fungsi Kortikal Untuk Sensibilitas


Stereognosis

:+

Pengenalan Dua Titik

:+

Grafestasia

:+

REFLEKS

Kanan

Kiri

Refleks Fisiologis
Biceps

++

++

Triceps

++

++

Radioperiost

++

++

APR

++

++

KPR

++

++

Strumple

Refleks Patologis
Babinski

:-

Oppenheim

:-

Chaddock

:-

Gordon

:-

Schaefer

:-

Hoffman-Tromner

:-

Klonus Lutus

:-

16
Klonus Kaki

:-

Refleks Primitif

:-

KOORDINASI
Lenggang

: Hemiplegic Gait

Bicara

:+

Menulis

:Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Percobaan Apraksia

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Mimik

: Sudut Mulut Tertarik Ke Kanan

Test Telunjuk - Telunjuk

:+

Test Telunjuk - Hidung

:-

Diadokinesia

: Sulit Dinilai

Test Tumit - Lutus

: Sulit Dinilai

Test Romberg

:Sulit Dinilai

VEGETATIF
Vasomotorik

:+

Sudomotorik

:+

Pilo - Erektor

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Miksi

:+

Defekasi

:+

Potens dan Libido

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

17
VERTEBRA
Bentuk
Normal

:+

Scoliosis

:-

Hiperlordosis

:-

Pergerakan
Leher

: Sulit Dinilai

Pinggang

: Sulit Dinilai

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER


Laseque

:-

Cross Laseque

:-

Test Lhermitte

:-

Test Naffziger

:-

GEJALA GEJALA SEREBELAR


Tremor

:-

Rigiditas

:-

Bradikinesia

:-

Dan Lain - Lain

:-

FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif

: Compos Mentis

Ingatan Baru

:Sulit Dinilai

18
Ingatan Lama

: Sulit Dinilai

Orientasi
Diri

:+

Tempat

:-

Waktu

:-

Situasi

:+

Intelegensia

:+

Daya Pertimbangan

:+

Reaksi Emosi

:+

Afasia
Ekspresif

:-

Represif

:-

Apraksia

: Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Agnosia
Agnosia Visual

:-

Agnosia Jari-Jari

:-

Akalkulia

:-

Disorientasi kanan-kiri

:-

2.2 KESIMPULAN PEMERIKSAAN


Ny. RSH, 40 tahun datang ke RS HAM dengan keluhan nyeri kepala. Nyeri dialami 1
bulan ini dan memberat dalam 1 minggu terakhir. Nyeri dirasakan di seluruh kepala dan tidak
berkurang dengan anti-nyeri. Riwayat muntah menyembur (+) dalam 1 bulan ini. Os mengeluh

19
lemah lengan dan tungkai kiri sejak 1 bulan ini dan terjadi secara perlahan-lahan. Halusinasi (+)
sejak 4 minggu lalu.
Status Presens
Sens

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 160/90 mmHg

Nadi

: 86x/ i

Pernafasan

: 20x /i

Temp

: 36.6C

Status Neurologis
Sensorium

: Compos Mentis

Peningkatan TIK

: Muntah (+)
Kejang (-)
Sakit Kepala (+)

Rangsan Meningeal

: Kaku Kuduk (-)


Kernig sign (-)
Brudzinski 1&2 (-)

Nervus kranial
NI

: Dalam Batas Normal

N II, III

: RC +/+, pupil bulat anisokor, 4mm/ 2mm

N III, IV, VI

: Dalam Batas Normal

NV

: Buka Tutup Mulut (+)

20
N VII

: Sudut mulut tertarik ke kanan.

N VIII

: Pendengaran (+)

N IX, X

: Uvula medial

N XI

: Angkat Bahu (+)

N XII

: Lidah Dijulur Medial

Refleks Fisiologis
Biceps/Triceps

: ++/++

KPR/APR

: ++/++

Refleks Patologis
Babinski

: -/-

Hoffman/Tromner

:-

Kekuatan Motorik
ESD:55555/55555

ESS:11111/11111

EID:55555/55555

EIS:33333/33333

2.3 DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL

: Secondary Headache + Hemiparese sinistra + P.N VII


UMN sinistra

DIAGNOSA ETIOLOGIK

: Idiopatik

DIAGNOSA ANATOMIK

: Intrakranial

DIAGNOSA BANDING

: 1. Sol Intrakranial

21
2. Tumor otak primer (glioma)
3. Brain metastase
DIAGNOSA KERJA

:Secondary Headache + Hemiparese sinistra + P.N VII


Tipe UMN sinistra ec dd Sol Intrakranial

2.4 PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.

Bed Rest
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj. Dexamethasone 2 amp
Inj. Ranitidine 1 amp/ 12 jam
B kompleks 3x1 tab

2.5 RENCANA PROSEDUR DIAGNOSTIK


1. Pemeriksaan Darah Lengkap, elektrolit, KGD, Lipid profile.
2. Head CT scan dengan kontras.
3. Pemeriksaan Tumour Marker.

22
2.6 Follow Up Ruangan
TANGGAL
10/10/2015

S
Nyeri Kepala

11/10/2015

O
A
Secondary Headache +
Sens: CM
TD: 140/90mmHg
Hemiparese sinistra +
Tanda Peningkatan
Paresis Nervus VII
Intra Kranial: Nyeri
UMN sinistra ec dd/
kepala (+), muntah
SOL intrakranial
menyembur (+).
Nervus
Kranialis:

P
Bed Rest.
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj
Dexamethasone

1amp/6jam.
Inj. Ranitidin 1mp/12

jam.
PCT 500mg 3x1 tab.

P
Bed Rest.

N II & N III : pupil


bulat anisokor.
N VII: Sudut mulut

tertarik ke kanan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333

TANGGAL
12/10/2015

S
Nyeri Kepala

Sens: CM

A
Secondary Headache +

23

TD: 190/90mmHg
Nadi: 78
RR: 18
Temp: 36.2 C.
Tanda
Peningkatan
Intra
kepala

Kranial:
(+),

VII

Hemiparese sinistra +
Paresis

Nervus

UMN sinistra ec dd/


SOL intrakranial

Nyeri

II & N III : pupil bulat


anisokor.
N VII: Sudut mulut

tertarik ke kanan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

1amp/8jam (H3).
Inj. Ranitidin 1mp/12

jam.
PCT 500mg 3x1 tab.
KSR 600 2x1 tab.
Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
Amlodipin 10mg 1x1

tab.
Konsul Bedah Saraf.
Head CT-Scan IV

muntah

menyembur (+).
Nervus Kranialis:

IVFD RSOL 20gtt/i


Inj
Dexamethasone

kontras.

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333
Kolesterol HDL : 48
(>65)

TANGGAL
13/10/2015

Lemah

S
lengan

tungkai

kiri,

kepala.

dan
nyeri

O
Sens: CM
TD: 140/90mmHg
Nadi: 76
RR: 19
Temp: 36.3 C.

A
Secondary Headache +
Hemiparese sinistra +
Paresis

Nervus

VII

UMN sinistra ec SOL

P
Bed Rest + head up.
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj
Dexamethasone

1amp/8jam (H4).
Inj. Ranitidin 1mp/12

24

Peningkatan intrakranial

kepala (+), muntah

menyembur (+).
Nervus
Kranialis:

jam.
PCT 500mg 3x1 tab.
KSR 600 2x1 tab.
Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
Amlodipin 10mg 1x1

tab.
R/ Head CT Scan

Tanda

Intra Kranial: Nyeri

N II & N III : RC +/
+,

pupil

bulat

anisokor.
N III, IV dan VI: PN
III, VI oculi sisnistra,
PN III oculi dextra.
N VII: Sudut mulut
tertarik ke kanan.
N XII: lidah medial

saat dijulurkan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333
Hasil Pemeriksaan
Foto thoraks: tidak
tampak

kelainan

pada jantung dan

Kontras.

25

paru.
Hasil Pemeriksaan
Head

CT

scan

dengan kontras IV :
Massa intrakranial
suspek maligna di
lobus

parietal

kanan

disertai

herniasi subfalcine.
DD/ 1.Astrocytoma
high

grade

2.

Glioma.

TANGGAL
14/10/2015

Lemah

S
lengan

tungkai

kiri,

kepala.
16/10/2015

dan
nyeri

O
Sens: CM
TD: 140/90mmHg
Nadi: 78
RR: 20
Temp: 36.3 C.
Tanda Peningkatan
Intra Kranial: Nyeri
kepala (+), muntah

A
Secondary Headache +
Hemiparese sinistra +
Paresis

Nervus

VII

UMN sinistra ec SOL


intrakranial

P
Bed Rest + head up.
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj
Dexamethasone

1amp/12jam (H5).
Inj. Ranitidin 1mp/12

jam.
Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
Inj. Ketorolac

26

menyembur (+).
Nervus
Kranialis:
N II & N III : RC +/
+,

pupil

bulat

anisokor.
N III, IV dan VI: PN

30mg/8jam
PCT 500mg 3x1 tab.
KSR 600 2x1 tab.
Amlodipin 10mg 1x1

tab.
R/ Head

Ct

Scan

Kontras.

III, VI oculi sisnistra,


PN III oculi dextra.
N VII: Sudut mulut
tertarik ke kanan.
N XII: lidah medial

saat dijulurkan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333

TANGGAL
17/10/2015

Lemah

S
lengan

tungkai

kiri,

18/10/2015

kepala (+).

dan
nyeri

O
Sens: CM
TD: 140/110mmHg
Nadi: 100
RR: 20
Temp: 37.2 C.
Tanda Peningkatan

A
Secondary Headache +
Hemiparese sinistra +

Paresis Nervus III, VI


OS, PN III OD + PN
VII

UMN sinistra ec

P
Bed Rest + head up.
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj
Dexamethasone
1amp/24jam (H8).
Inj. Ranitidin 1mp/12
jam.

27
Intra Kranial: Nyeri SOL intrakranial dd/
kepala (+), muntah 1. High Grade Glioma.

menyembur (+).
Nervus
Kranialis:

Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
PCT 500mg 3x1 tab.
KSR 600 2x1 tab.
Amlodipin 10mg 1x1

tab.
Na Diclofenac 50mg

2x1 tab
R/ Head

N II & N III : RC +/
+,

pupil

bulat

anisokor.
N III, IV dan VI: PN
III, VI oculi sisnistra,

Ct

Scan

Kontras.

PN III oculi dextra.


N VII: Sudut mulut
tertarik ke kanan.
N XII: lidah medial

saat dijulurkan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333

TANGGAL
19/10/2015

Lemah

S
lengan

tungkai

kiri,

21/10/15

kepala (+).

dan
nyeri

O
Sens: CM
TD: 120/80mmHg
Nadi: 100
RR: 24

A
Secondary Headache +
Hemiparese sinistra +

P
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj
Dexamethasone

Paresis Nervus III, VI

1amp/24jam (H10).
Inj. Ranitidin 1mp/12

28

OS, PN III OD + PN
Temp: 36.5 C.
Tanda Peningkatan VII UMN sinistra ec
Intra Kranial: Nyeri High Grade Glioma.

kepala (+), muntah

menyembur (+).

jam.
Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
PCT 500mg 3x1 tab.
KSR 600 2x1 tab.
Amlodipin 10mg 1x1

Nervus

tab.
Na Diclofenac 50mg

Kranialis:

N II & N III : RC +/
+,

pupil

2x1 tab

bulat

anisokor.
N III, IV dan VI: PN
III, VI oculi sisnistra,
PN III oculi dextra.
N VII: Sudut mulut
tertarik ke kanan.
N XII: lidah medial

saat dijulurkan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333

TANGGAL

29
22/10/2015

Lemah

lengan

tungkai

kiri,

kepala (-).

dan
nyeri

Sens: CM
TD: 140/100mmHg
Nadi: 104
RR: 20
Temp: 36.5 C.
Tanda Peningkatan

Secondary Headache +
Hemiparese sinistra +
Paresis Nervus III, VI
OS, PN III OD + PN VII

N II & N III : RC +/
+,

pupil

bulat

anisokor.
N III, IV dan VI: PN
III, VI oculi sisnistra,
PN III oculi dextra.
N VII: Sudut mulut
tertarik ke kanan.
N XII: lidah medial

saat dijulurkan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333

UMN sinistra ec High

Intra Kranial: Nyeri Grade Glioma.


kepala (+), muntah
menyembur (+).
Nervus
Kranialis:

IVFD RSOL 20gtt/i


Inj. Ranitidin 1mp/12
jam.
Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
Dexamethasone 3x1

tab
PCT 500mg 3x1 tab.
KSR 600 2x1 tab.
Amlodipin 10mg 1x1

tab.
Na Diclofenac 50mg
2x1 tab

30
TANGGAL
23/10/2015

Lemah

S
lengan

tungkai

kiri,

kepala (+).

dan
nyeri

O
Sens: CM
TD: 120/80mmHg
Nadi: 80
RR: 24
Temp: 36.3 C.
Tanda Peningkatan

A
Secondary Headache +
Hemiparese sinistra +
Paresis Nervus III, VI
OS, PN III OD + PN VII

menyembur (+).
Nervus
Kranialis:
N II & N III : RC +/
+,

pupil

bulat

anisokor.
N III, IV dan VI: PN
III, VI oculi sisnistra,
PN III oculi dextra.
N VII: Sudut mulut
tertarik ke kanan.
N XII: lidah medial

saat dijulurkan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111

UMN sinistra ec High

Intra Kranial: Nyeri Grade Glioma.


kepala (+), muntah

P
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj. Ranitidin 1mp/12
jam.
Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
Dexamethasone

3x1

tab
PCT 500mg 3x1 tab.
KSR 600 2x1 tab.
Amlodipin 10mg 1x1

tab.
Na Diclofenac 50mg
2x1 tab (aff).

31
EID: 55555 EIS: 33333
Hb: 13.10g/dl
WBC:
14.91x

106/mm3.
Natrium: 133mEq/L

(135-155)
Kalium: 3.5 mEq/L
(3.6-5.5)

TANGGAL
24/10/2015

Lemah

S
lengan

tungkai

kiri,

28/10/2015

kepala (+).

dan
nyeri

O
Sens: CM
TD: 120/80mmHg
Nadi: 80
RR: 24
Temp: 36.3 C.
Tanda Peningkatan

A
Secondary Headache +
Hemiparese sinistra +
Paresis Nervus III, VI
OS, PN III OD + PN VII

N II & N III : RC +/
+,

pupil

bulat

anisokor.
N III, IV dan VI: PN

UMN sinistra ec High

Intra Kranial: Nyeri Grade Glioma.


kepala (+), muntah
menyembur (+).
Nervus
Kranialis:

P
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj. Ranitidin
1amp/12 jam.
Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
Inj.
Ketorolac

amp/12jam
Dexamethasone

tab
KSR 600 2x1 tab.
Amlodipin 10mg 1x1
tab.

3x1

32
III, VI oculi sisnistra,
PN III oculi dextra.
N VII: Sudut mulut
tertarik ke kanan.
N XII: lidah medial

saat dijulurkan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333

TANGGAL
29/10/2015
30/10/2015

S
lengan

dan
tungkai kiri, hoyong,

nyeri kepala (+).

Lemah

O
Sens: CM
TD: 110/70mmHg
Nadi: 72
RR: 20
Temp: 36.8 C.
Tanda Peningkatan

A
Secondary Headache +
Hemiparese sinistra +

P
IVFD RSOL 20gtt/i
Inj. Ranitidin 1mp/12

Intra Kranial: Nyeri Grade Glioma.


kepala (+), muntah

jam.
Inj.Furosemide
1 amp/12jam.
Inj. Tramadol
1 amp/12 jam.
Amlodipin 10mg 1x1

menyembur (+).
Nervus
Kranialis:

tab.
Dexamethasone

N II & N III : RC +/
+,

pupil

bulat

Paresis Nervus III, VI


OS, PN III OD + PN VII

UMN sinistra ec High

tab.

3x1

33
anisokor.
N III, IV dan VI: PN
III, VI oculi sisnistra,
PN III oculi dextra.
N VII: Sudut mulut
tertarik ke kanan.
N XII: lidah medial

saat dijulurkan.
Refleks Patologis: Refleks Fisiologis: +

(normal).
Kekuatan Motorik:
ESD: 55555 ESS:11111
EID: 55555 EIS: 33333

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Jenis Pemeriksaan

: Head CT

Tanggal Pemeriksaan :
Hasil Pemeriksaan

Telah

pemeriksaan

dilakukan

contrast di R.S Methodist dengan

scan Non-Contrast
21/09/2015

Head

scan

hasil berikut:

Non-

34
Infratentorial Ventricle ke-4 dan cerebellum tampak normal.
Supratentorial pada daerah frontal kanan tampak hypodense lesion berdinding irregular dengan peri focal edema dan mass effect.
Lateral ventricle kanan sempit dengan midline shift ke kiri.
Cortical sulci obliterated.
Kesimpulan Pemeriksaan:
Kesan gambaran radiologis intracranial SOL pada daerah fromtal kanan.
DD: High grade astrocytoma cerebral abcess.

Jenis Pemeriksaan: Hematologi


Tanggal Pemeriksaan : 09/10/2015
Perujuk: IGD
Hemoglobin (HGB)
Eritrosit (RBC)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
MCV

g%
106/mm3
103/mm3
%
103/mm3
fL

14.0
4.59
9.56
39.00
281
85.0

11.7 - 15.5
4.20 - 4.87
4.5 - 11.0
38 - 44
150 - 450
85 - 95

35
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
Hitung jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut

Pg
g%
%
fL
%
fL

30.50
35.90
13.30
10.10
0.29
11.7

28 - 32
33 - 35
11.6 - 14.8
7.0 - 10.2

%
%
%
%
%
103/mikro liter
103/mikro liter
103/mikro liter
103/mikro liter
103/mikro liter

74.90
16.80
7.70
0.40
0.200
7.15
1.61
0.74
0.04
0.02

37 - 80
20 - 40
2-8
1-6
0-1
2.7 - 6.5
1.5 - 3.7
0.2 - 0.4
0 - 0.1
0 - 0.1

Metabolisme Karbohidrat
Glukosa
mg/dL

121.20

<200

Darah(sewaktu)
Ginjal
Ureum
Kreatinin

12.20
0.48

<50

Jenis Pemeriksaan

: Kimia Klinik

Tanggal Pemeriksaan : 09/10/2015

mg/dL
mg/dL

0.50 - 0.90

36
Elelektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)

Jenis Pemeriksaan

mEq/L
mEq/L
mEq/L

137
2.9
97

135 - 155
3.6 - 5.5
96 - 106

:Foto Rontgen Thoraks

Tanggal Pemeriksaan : 09/10/2015


Hasil Pemeriksaan:
Kedua

Sinus

costophrenicus

lancip,

kedua

diafragma licin.
Tidak tampak infiltrat pada kedua

lapangan paru.

Jantung

CTR<

50%.

Tulang - tulang dan soft tissue

baik.

ukuran normal

Trakea di tengah.

Kesimpulan Radiologis:
Tidak tampak kelainan pada cor
Jenis Pemeriksaan

: CT Scan Head dengan Kontras IV

dan pulmo

37
Tanggal Pemeriksaan : 13/10/2015
Hasil Pemeriksaan

Telah Dilakukan CT Scan Kepala dengan Kontras IV, potongan axial, tebal irisan 3mm dengan hasil sebagai berikut:
Tampak massa hipodens dengan tepi hiperdens batas tidak tegas, tepi irreguler ukuran +/- 6 x 4.8 cm disertai finger like edema
disekitarnya di lobus parietal kanan yang mengobliterasi ventrikel lateral kanan dengan sedikit mendorong midline ke kiri.
Ventrikel Lateral Kiri, III dan IV baik.
Pons dan cerebellum baik.
Tulang - tulang intak.
Kesimpulan Radiologis:
Massa intrakranial suspek maligna di lobus parietal kanan disertai herniasi subfalcine
DD/ - astrocytoma high grade
- Glioma
Jenis Pemeriksaan

: Kimia Klinik

Tanggal Pemeriksaan : 12/10/2015


Hati
AST/SGOT
ALT/SGPT

U/L
U/L

21
46

<32
<31

38
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Darah Puasa mg/dL
Glukosa Darah 2 jam mg/dL

96
Bahan Belum Ada

76-110

PP
Lemak
Kolesterol Total
Trigliserida
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL

245
88
48
148

<200
40 - 200
>65
<150

Jenis Pemeriksaan
Tanggal

mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL

Hematologi

Pemeriksaan

23/10/2015

Perujuk: Ruangan
Hemoglobin (HGB)
Eritrosit (RBC)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
Hitung jenis
Neutrofil

g%
106/mm3
103/mm3
%
103/mm3
fL
Pg
g%
%
fL
%
fL

13.10
4.29
14.91
37.40
378
87.20
30.50
35.00
13.30
10.10
0.38
11.5

11.7 - 15.5
4.20 - 4.87
4.5 - 11.0
38 - 44
150 - 450
85 - 95
28 - 32
33 - 35
11.6 - 14.8
7.0 - 10.2

76.30

37 - 80

39
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)

Jenis Pemeriksaan

%
%
%
%
103/mikro liter
103/mikro liter
103/mikro liter
103/mikro liter
103/mikro liter

15.80
7.40
0.40
0.100
11.36
2.36
1.11
0.02
0.02

20 - 40
2-8
1-6
0-1
2.7 - 6.5
1.5 - 3.7
0.2 - 0.4
0 - 0.1
0 - 0.1

mEq/L
mEq/L
mEq/L

133
3.5
101

135 - 155
3.6 - 5.50
96 - 106

133
3.5
101

135 - 155
3.6 - 5.5
96 - 106

: Elektrolit

Tanggal Pemeriksaan: 23/10/2015


Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)

2.8 Jawaban Konsul

mEq/L
mEq/L
mEq/L

40
Departemen Bedah Saraf
Temuan

: SOL intrakranial DD/ High Grade Glioma

Anjuran

: Inj. Ketorolac 30mg


Inj. Dexamethasone 1 amp/8jam

41

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi tumor otak
Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat
diferensiasi glia.6 (Liau, 2001). Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal
dari organ-organ lain, disebut tumor otak metastase.7
3.2. Epidemiologi
Berdasarkan data-data dari Central Brain Tumor Registry of the United State (CBTRUS) dari tahun 2004-2005 dijumpai 23.62
per 100,000 orang- tahun ( umur 20+). Kadar mortilitas di Amerika Utara, Western Europe dan Australia dijumpai 4-7 per 100,000
orang per tahun pada pria dan 3-5 per 100,000 orang per tahun pada wanita. Selain itu telah dilaporkan bahawa meningioma
merupakan jenis tumor yang paling sering dijumpai yaitu 33.4% diikuti dengan glioblastoma yaitu 17.6%.8
Di Medan data-data lengkap tentang penyakit tumor otak belum ada, namun dari observasi yang dilakukan tahun 2005
terhadap 48 penderita tumor otak yang dirawat di beberapa rumah sakit: RSUP.H.Adam Malik, RS Haji medan diperoleh hasil sebagai
berikut:

42
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (72,92 persen) dibanding perempuan (27,08 persen) dengan kelompok usia
terbanyak 51 sampai 60 tahun (29,17 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai
usia 50 tahun. hanya 43 penderita (89,59 persen) yang dioperasi dan lainnya (10,41 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai
alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di cerebellum (20,83 persen), sedangkan
tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple.
Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (25,00 persen), sisanya
terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.9

3.3. Etiologi dan Faktor Risiko


Sebenarnya, penyebab tumor otak masih belum diketahui tetapi masih ada faktor-faktor yang perlu ditinjau yaitu:
Herediter
Sindrom herediter seperti von Recklinghausens Disease, tuberous sclerosis, retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa
meningkatkan resiko tumor otak. Gen yang terlibat bisa dibahagikan pada dua kelas iaitu tumor suppressor genes dan oncogens.
Selain itu, sindroma seperti Turcot dapat menimbulkan kecenderungan genetik untuk glioma tetapi hanya 2%.

( Mehta, 2011)

Radiasi

Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor otak jenis neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors.
Selain itu, paparan therhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko tumor otak.11

Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti nitrosamides dan nitrosoureas yang bisa menyebabkan tumor sistem saraf pusat.12,13

Virus

43
Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak. Contohnya, virus Epseien-barr.14

Gaya Hidup

Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan
peningkatan risiko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran. 15
3.4. Patologi dan Klasifikasi Tumor Otak Primer
a. Tumor Neuroglia Primer (Glioma)
Glioma merupakan tumor otak primer paling banyak dijumpai (50%) yang pada orang dewasa letaknya berada di supratentorial dan
berasal dari korteks dan hemisfer otak. Pada anak-anak 70% terletak di infratentorial yang berasal dari serebelum, batang otak, dan
mesensefalon. Rasio antara penderita pria dan wanita adalah 55:45. Penatalaksanaan tumor ini yaitu dengan bedah atau kemoterapi.16
1. Astrositoma
Astrositoma adalah sekelompok neoplasma heterogen yang berkisar dari lesi berbatas tegas tumbuh lambat seperti astrositoma
pilositik hingga neoplasma infiltratif yang sangat ganas seperti glioblastoma multiform. Tumor Astrositik dapat dibagi menjadi
astrositik fibriler (infiltratif), astrositoma pilositik dan beberapa varian yang jarang (Kumar et al., 2007). Tumor astrositoma
merupakan tipe tumor SSP yang paling banyak (38,6%) dan berlokasi di korteks frontoparietal (G. Aryal, 2011).18 Astrositoma
merupakan tumor tersering pada anak dengan insidensi puncak usia 59 tahun pada laki-laki dan 1014 tahun untuk wanita.19
a. Neoplasma Astrositik Difus
Neoplasma astrositik difus merupakan tumor yang biasa terjadi pada dewasa muda dan ditandai dengan tingkat diferensiasi seluler
yang tinggi dan pertumbuhan yang lambat. Astrositoma difus dapat terjadi di seluruh SSP namun biasanya terletak supratentorial dan
memiliki kecenderungan intrinsik untuk berkembang menjadi astrositoma anaplastik dan akhirnya menjadi glioblastoma. 20
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian astrositoma pada anak-anak sedikit meningkat selama tiga dekade terakhir di
beberapa negara seperti Skandinavia dan Amerika Utara. Distribusi usia astrositoma difus menunjukkan kejadian puncak pada orang

44
dewasa muda antara usia 30 dan 40. Sekitar 10% terjadi di bawah usia 20, 60% antara 20-45 tahun, dan sekitar 30% lebih dari 45
tahun dengan rata-rata usia 34 tahun. Ada dominasi laki-laki yang terkena dampak (M: F rasio, 1.18:1) 20
Astrositoma difus dapat menempati setiap wilayah di SSP, tetapi kebanyakan sering berkembang di area supratentorial, lobus
frontal dan lobus temporal baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Batang otak dan tulang belakang adalah lokasi tersering berikutnya. Astrositoma difus ini paling jarang berlokasi di otak
kecil.20 Kejang adalah gejala yang umum, meskipun dalam studi retrospeksi kelainan halus seperti kesulitan berbicara, perubahan
sensasi, visi, atau beberapa perubahan motorik mungkin telah hadir sebelumnya. Tumor yang berlokasi di lobus frontal dapat
menyebabkan perubahan perilaku atau kepribadian. Setiap perubahan tersebut mungkin telah hadir selama berbulan-bulan sebelum
diagnosis, tetapi gejala mungkin juga berupa onset yang mendadak.20

b. Astrositoma Pilositik
Astrositoma pilositik merupakan tumor WHO grade I yang timbul lambat dan berbatas tegas. 20 Pada penampang mikroskopis sering
ditemukan daerah kistik, serat Rosenthal yang eosinofilik terang, dan butir-butir eosinofilik kaya-protein (badan granular hialin). 17
Astrositoma pilositik memiliki 5 years survival 96,4% pada anak usia 0 19 tahun.21
Astrositoma pilositik terdiri sekitar 5 6% dari semua glioma. Astrositoma pilositik merupakan tumor otak glioma yang paling sering
terjadi tanpa predileksi jenis kelamin yang jelas dan biasanya terjadi pada dua dekade pertama hidup. Prevalensi kejadian tumor ini
pada usia 0 14 tahun dan 15 19 tahun masing-masing sekitar 21% dan 16% dari semua tumor SSP. Dalam sebuah studi pada 1195
tumor pediatrik dari satu institusi, astrositoma pilositik adalah tumor yang paling umum (18%) di kompartemen otak. Pada orang
dewasa, astrositoma cenderung muncul satu dekade sebelumnya (usia rata-rata 22 tahun) dibandingkan low grade astositoma infiltasi
tetapi relatif sedikit timbul pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun.20

45
Astrositoma pilositik muncul di sepanjang neuraxis, namun pada pediatrik populasi tumor lebih muncul dalam daerah
infratentorial. Lokasi tumor ini meliputi saraf optik (glioma saraf optik), chiasma optikum, talamus dan ganglia basal, hemisfer,
serebelum, dan batang otak. Pada anak-anak, lokasi paling umum di supratentorial. Astrositoma pilositik yang terjadi di sumsum
tulang belakang kurang sering, namun tidak jarang, dan pada anak-anak mewakili sekitar 11% dari tumor tulang belakang.20
Astrositoma pilositik menghasilkan defisit neurologis fokal atau tanda-tanda non-lokalisasi, misalnya makrosefali, sakit
kepala, endokrinopati, atau peningkatan tekanan intrakranial. Kejang jarang terjadi karena lesi jarang melibatkan korteks serebral.20
c. Glioblastoma Multiforme
Glioblastoma multiforme merupakan tumor otak primer kelompok neuroepitel tersering dan neoplasma yang paling ganas. 20,21 Tumor
ini biasanya menyerang orang dewasa dan terutama berlokasi di hemisferium. Glioblastoma dapat timbul cepat secara de novo, tanpa
lesi prekursor yang sering disebut glioblastoma primer. Sedangkan glioblastoma sekunder berkembang secara perlahan dari difus
astrositoma (WHO grade II) atau anaplastik astrositoma (WHO grade III). Karena sifatnya yang invasif, glioblastoma tidak dapat
sepenuhnya direseksi dan meskipun mendapat radioterapi atau kemoterapi, kurang dari setengah pasien yang dapat bertahan lebih dari
satu tahun.20 Bahkan berdasarkan registri kanker oleh Beasty A. Kohler dkk, 5 years survival untuk penderita glioblastoma yang
berusia 40 60 tahun hanya 5%.21 Prognosis lebih jelek pada pasien usia tua dibandingkan pasien muda tidak dapat dihungkan dengan
perifokal edema.22
Glioblastoma adalah tumor otak yang paling sering, terhitung sekitar 12 15% dari semua neoplasma intrakranial dan 60
75% dari tumor astrositik. Di sebagian besar Eropa dan Amerika Utara, terdapat 3 4 kasus baru per 100 000 penduduk per tahun.
Glioblastoma dapat bermanifestasi pada usia berapa pun, tetapi paling sering terdapat pada orang dewasa, dengan puncak kejadian di
antara usia 45 dan 75 tahun.20
Berdasarkan laporan kasus dari Lee TT dan Manzano GR dalam Luis (2007) pada 987 penderita glioblastoma dari Rumah
Sakit Universitas Zurich, lokasi yang paling sering terkena adalah lobus temporal (31%), lobus parietal (24%), lobus frontal (23%)
dan lobus oksipital (16%). Infiltrasi dari glioblastoma sering meluas ke korteks yang berdekatan dan melalui corpus callosum ke

46
belahan kontralateral. Glioblastoma yang berlokasi ganglia basal dan talamus juga tidak jarang, terutama pada anak-anak.
Glioblastoma dari batang otak jarang terjadi dan sering menyerang anak-anak. Serebelum dan sumsum tulang belakang merupakan
lokasi yang paling jarang ditempati oleh neoplasma ini .20
Gejala dan tanda-tanda yang umum dari glioblastoma berupa gejala peningkatan tekanan intrakranial, seperti sakit kepala,
mual, muntah dengan disertai papil edema. Sepertiga pasien dapat mengalami kejang epilepsi. Gejala neurologis non-spesifik seperti
sakit kepala dan perubahan kepribadian juga dapat terjadi.20
2. Oligodendroglioma
Oligodendroglioma merupakan tumor grade II WHO yang berkaitan dengan hilangnya heterozigositas di lengan panjang kromosom
19 dan lengan pendek kromosom 1. Secara mikroskopis terdapat sel infiltratif dengan nukleus bulat seragam sering dikelilingi oleh
halo jernih perinukleus. Sel neoplastik cenderung berkumpul disekitar neuron asli, sutatu fenomena yang sering disebut sebagai
satelitosis.17,20
Oligodendroglioma diperkirakan 1,9% dari semua tumor otak primer dan 6,4% dari semua glioma (Central Brain Tumor
Registry Of United States (CBTRUS), 2012). Tingkat insiden tahunan di United States diperkirakan berkisar 0,27 sampai 0,35 per 100
000 orang. Angka kejadian oligodendroglioma meningkat secara signifikan selama beberapa tahun terakhir.20
Mayoritas oligodendrogliomas timbul pada orang dewasa, dengan insiden puncak antara 40 dan 45 tahun. Oligodendroglioma
jarang terjadi pada anak-anak. Hanya 1,1% dari seluruh otak tumor pada pasien lebih muda dari 14 tahun. Pria sedikit lebih sering
daripada perempuan dengan rasio 1,1:1.20
Oligodendroglioma muncul terutama di korteks hemisfer otak. Sekitar 50-65% dari pasien menderita oligodendroglioma di
lobus frontal, diikuti dengan penurunan frekuensi oleh lobus temporal, parietal dan oksipital. Keterlibatan lebih dari satu lobus otak
atau tumor bilateral umum terjadi. Ada pula pasien yang dilaporkan menderita oligodendroglioma dalam fossa posterior, ganglia basal,
batang otak atau sumsum tulang belakang. 20 Terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (misal, nyeri kepala). Selain itu
bisa juga terdapat kelainan fokal yang berkaitan dengan lokasinya (misal, kejang).17

47
3. Ependimoma
Ependimoma merupakan tumor yang tumbuh lambat dan umumnya pada anak-anak dan dewasa muda, yang berasal dari dinding
ventrikel atau dari kanal tulang belakang dan terdiri dari neoplastik sel ependimal.20 Secara histologis, ependimoma didominasi oleh
sel panjang dengan prosesus menyebar disekitar pembuluh darah (perivaskuler pseudorosette) atau lumen (ependimal rosette),
ependimal rosette merupakan rekapitulasi struktur ependim normal. Varian lain, ependimoma maksopapilar, sering ditemukan di filum
terminal korda spinalis.17 Penatalaksanaan tumor ini dapat berupa reseksi total dan radioterapi. Pada pasien berusia lebih dari 3 tahun
dapat dilakukan kombinasi radioterapi dan kemoterapi.20
Di Amerika Serikat, WHO grade II III ependimoma memiliki perkiraan kejadian 0,29 pada pria dan 0,22 per 100 000 orang
per tahun pada wanita. Tampak terdapat perbedaan angka kejadian berdasarkan ras dengan kejadian 0,35 pada ras kulit putih versus
0.14 untuk Afrika Amerika. Ependimoma tercatat 2 9% dari semua tumor neuroepithel. Meskipun dapat menyerang semua usia,
namun ependimoma merupakan 6 12% dari semua tumor intrakranial anak yang 30% dari kasus tersebut terjadi pada anak yang
kurang dari 3 tahun.20
Tumor ini dapat terjadi dimanapun sepanjang sistem ventrikel dan dalam kanal tulang belakang. Ependimoma paling sering
berkembang di ventrikel keempat dan sumsum tulang belakang, diikuti oleh ventrikel lateral dan ventrikel ketiga. Pada orang dewasa,
ependimoma infratentorial dan tulang belakang timbul dengan frekuensi yang hampir sama, sedangkan ependimoma infratentorial
jelas mendominasi anak dan dewasa muda. 20 Pada tumor intrakranial, ependeimoma lebih sering muncul pada ventrikel keempat. 17
Ependimoma biasanya menempati fossa posterior (sudut cerebellopontine).20
Manifestasi klinis tumor ini tergantung pada lokasi yang ditempatinya. Gejala utama berupa mulipel defisit saraf kranial seperti
palsi N.VI dan N.VIII, penurunan pendengaran, dan sulit menelan. Ependimoma infratentorial mungkin hadir dengan tanda-tanda dan
gejala hidrosefalus dan peningkatan tekanan intrakranial, seperti sakit kepala, mual, muntah dan pusing. Keterlibatan struktur fossa
posterior dapat menyebabkan ataksia serebelar, gangguan visual, pusing dan paresis. Pasien dengan ependimoma supratentorial

48
menunjukkan fokus defisit neurologis, kejang dan gejala hipertensi intrakranial. Pembesaran kepala dapat ditemui pada anak-anak di
bawah usia dua tahun.20
4. Medulloblastoma
Medulloblastoma adalah tumor embrional invasif di otak kecil dengan manifestasi terutama pada anak-anak, yang dominan
diferensiasi saraf dan memiliki kecenderungan inheren untuk bermetastasis melalui jalur cairan serebro spinal (CSS). Peningkatan
risiko medulloblastoma ditemukan pada anak yang lahir prematur (rasio kejadian standar 3.1). Substitusi folat dalam diet ibu hamil
memiliki fungsi sebagai pelindung terhadap pertumbuhan medulloblastoma pada anak-anak diklaim pada penelitian sebelumnya, tapi
tidak dikonfirmasi dalam studi yang lebih baru.20 Medulloblastoma terdiri atas sel kecil primitif dengan sedikit sitoplasma. Sel
neoplastik kadang membentuk rosette kecil, yang disebut rosette Homer Wright di sekitar inti fibrilar.17
Kejadian tahunan diperkirakan sebesar 0,5 per 100.000 anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Di Amerika Serikat, ras kulit
putih lebih sering terkena dibandingkan Afrika-Amerika. Puncak usia kejadian tumor ini adalah 7 tahun. Tujuh puluh persen dari
medulloblastoma terjadi pada individu yang berusia kurang dari 16 tahun. Pada dewasa, 80% dari medulloblastomas muncul di
kelompok usia 21 40 tahun. Tumor ini jarang terjadi melampaui dekade kelima kehidupan dan sekitar 65% pasien adalah laki-laki. 20
Tumor medulloblastoma primer sering terjadi pada laki-laki usia pertengahan 60 atau lebih dengan gejala fokal. 20Median survival
untuk penderita medulloblastoma sekitar 14,6 bulan dengan kemoradioterapi.20
Setidaknya 75% dari medulloblastoma anak timbul di daerah vermis, dan terproyeksi ke ventrikel keempat. Keterlibatan
hemisfer serebelum meningkat pada usia dewasa. Kebanyakan tumor terletak di belahan adalah dari desmoplastik atau subtipe nodular
(Louis et al., 2007).20
Manifestasi klinis yang timbul termasuk ataksia trunkal, gangguan berjalan, hipertensi intrakranial sekunder untuk gejala
obstruksi aliran CSS dan lesu, sakit kepala dan muntah pada pagi hari (Louis et al., 2007).20
3.5. Manifestasi Klinis

49
Secara umum tumor otak akan menimbulkan gejala klinis akibat efek desakan dari massa yang tumbuh membesar di dalam rongga
intrakranial yang tertutup tulang cranium. Tumor sendiri akan menimbulkan edema disekitarnya dan massa berikut edemanya dapat
mengobstruksi cairan serebrospinal sehingga terjadi hidrosefalus. Adanya massa, hidrosefalus, dan edema akan menyebabkan desakan
pada sistem saraf sehingga timbul gejala seperti sakit kepala, diplopia, kejang, perubahan status mental, hemiparesis dan sebagainya.
Semakin besar massanya maka sakit kepala akan terasa semakin sering dan semakin berat disertai pandangan buram.Gejala lain yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial seperti sakit kepala hebat, muntah proyektil, kejang, hingga penurunan kesadaran.23
3.6. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti didapatkan dari biopsi
jaringan.
Anamnesis
Hal yang penting untuk ditanyakan pada saat anamnesis, yaitu :23
- Gejala (ada dalam manifestasi klinis) beserta onset, kualitas, perubahan dari waktu ke waktu
- Riwayat keganasan sebelumnya dan riwayat keganasan pada keluarga
a. Pemeriksaan Fisik
1. Status generalisata: pada peningkatan tekanan intrakranial terdapat peningkatan tekanan darah dan perubahan frekuensi nadi
mulai dari cepat hingga menjadi bradikardi, serta perubahan pola nafas dari hiperventilasi hingga depresi napas.23
2. Status neurologis: perlu pemeriksaan yang lengkap mulai dari tingkat kesadaran (GCS) dan pupil yang isokor atau tidak, serta
reflex cahaya langsung dan tidak langsung. Dinilai juga nervus kranialis yang lain, biasanya terdapat paresis pada N. VI, N.
VII, N. XII, serta lakukan pemeriksaan untuk kekuatan motorik, test sensibilitas, dan otonom.23
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya kelainan intrakranial, adalah
dengan:23,24

50
1. Rontgen foto (X-Ray) kepala: lebih banyak sebagai screening test, jika ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial akan
memperkuat indikasi perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
2. Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan informasi tentang lokasi tumor. Pada Glioblastoma
(Astrocytoma high grade) didapatkan gambaran: lesi dengan tepi tebal irregular, densitas iso/slightlyhiperdens, irregular
hipodens di tengah menggambarkan nekrosis, menimbulkan mass effect dikelilingi edema vasogenik.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagnosis lebih dini dan akurat serta lebih defenitif. MRI kepala dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap lokasi tumor, karakteristik, dan edema di sekitar massa.
3.7.Diagnosis Banding
Evaluasi yang baik untuk pasien yang dicurigai menderita tumor otak memerlukan riwayat yang lengkap, pemeriksaan fisik
yang lengkap, dan terutama pemeriksaan neurologi , dan pemeriksaan pencitraan neurologi yang tepat untuk mendiagnosisnya.
Pencitraan memegang peranan penting dalam diagnosis, karakterisasi, survailen, dan monitoring terapi tumor intrakranial. Meskipun
beberapa massa intrakranial memiliki fitur radiologi yang khas, tetapi pencitraan yang konvensional memiliki keterbatasan dalam
membedakan tumor otak dari penyakit non-neoplastik lain yang dapat hadir sebagai space occupying lesions (SOL).25
Untuk peningkatan massa perifer, differensial diagnosis utama yaitu, high grade dan tumor otak sekunder, lesi inflamasi atau
demielinasi dan abses. Tidak adanya peningkatan lesi dapat mewakili low grade gliomas, ensefalitis virus dan anomali perkembangan,
seperti focal dysplasia ortical.25
3.8.Tatalaksana
Pengobatan pada brain tumor dapat berupa initial supportive dan definitive therapy.
1. Supportive Therapy
Supportive treatment berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi neuroligik pasien. Supportive treatment yang utama
digunakan adalah anticonvulsants dan kortikosteroid.26
-

Anticonvulsants

51
Anticonvulsants diberikan pada pasien yang menunjukan tanda-tanda seizure. Phenytoin (300-400mg/d) adalah yang paling umum
digunakan, tapi carbamazepine (600-1000mg/h), Phenobarbital (90-150mg/h), dan valproic acid (750-1500mg/h) juga dapat
digunakan.26
-

Kortikosteroid

Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangi tekanan intrakranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat.
Dexamethasone adalah kortikosteroid yang dipilih karena aktivitas mineralocorticoid yang minimal. Dosisinya dapat diberikan mulai
dari 16 mgam/, tetapi dosis ini dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala
neurologik.26
2. Definitive Therapy
Definitive treatment intracranial tumor meliputi pembedahan, radiotherapy, kemoterapi dan
yang sedang dikembangkan yaitu immunotherapy.
-

Pembedahan

Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan pembedahan yang dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko
defisit neurologik setelah operasi. Pembedahan juga merupakan pilihan terapi yang hanya dilakukan pada tumor yang jinak.
Pembedahan lebih sukar dilakukan pada tumor otak yang ganas karena adanya metastase ke organ yang lain. Terapi radiasi juga
diberikan selepas pembedahan untuk hasil yang lebih baik. Tujuan pembedahan: (1) menghasilkan diagnosis histologic yang akurat,
(2) mengurangi tumor pokok, (3) memberikan jalan untuk CSF mengalir, (4) mencapai potensial penyembuhan.26
-

Terapi Radiasi

Terapi radiasi memainkan peran penting dalam pengobatan brain tumor pada orang dewasa. Terapi radiasi adalah terapi
nonpembedahan yang paling efektif untuk pasien dengan malignant glioma dan juga sangat penting bagi pengobatan pasien dengan
low-grade glioma. Terapi radiasi jenis Whole Brain Radiation Therapi merupakan terapi yang utama untuk tumor otak yang malignant.
Cara diberikan dengan 30-37.5 Gy dalam 10-15 fraction. Selain itu, stereotaxic radiosurgery biasanya digunakan pada pasien dengan

52
kadar meatastasis yang lebih kurang. Terapi ini hanya memperlambatkan kambuhnya tumor otak dan tidak memperpanjangkan
survival.26
-

Kemoterapi

Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam treatment pasien dengan malignant glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata
pertahanan semua pasien, tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya bertahan lebih lama dengan penambahan kemoterapi dan
radioterapi. Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan pada tumor otak jenis metastase dan pada tumor opak yang tidak dapat
disembuhkan dangan pembedahan. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke
batang otak, kemoterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif. Kemoterapi juga tidak berperan banyak dalam pengobatan pasien

dengan lowgrade astrocytoma. Sebaliknya, kemoterapi disarankan untuk pengobatan pasien dengan oligodendroglioma.26
3.9. Prognosis
Prognosa penderita tumor otak didapati bahawa tanpa terapi radiasi, harapan hidup rata-rata pasien dengan metastase otak adalah 1
bulan. Selain itu, Resectability Tumor, lokasi tumor, usia pasien, dan histologi tumor adalah penentu utama kelangsungan hidup.
Pasien dengan kejang sekunder ke tumor otak umumnya mengalami kerusakan neurologis yang jelas selama kursus 6 bulan.
Kebanyakan pasien dengan metastase otak mati dari perkembangan keganasan utama mereka bukan dari kerusakan otak 7

53

BAB IV
DISKUSI KASUS

54

TEORI
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki

KASUS
Pasien seorang wanita berusia 40 tahun 3 bulan

(72,92 persen) dibanding perempuan (27,08 persen)


dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun
(29,17 persen); selebihnya terdiri dari berbagai
kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia
50 tahun.
Gejala-gejala dapat timbul perlahan-lahan selama

Ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial berupa nyeri kepala

berbulan-bulan.

dan muntah menyembur. Kemudian ditemukan keluhan berupa

Keluhan yang paling umum adalah sakitkepala,

hemiparese sinistra.

muntahdandeficitneurologissesuaidengandaerah yang
mengalamipenekananoleh tumor.
Diagnosis pasien dengan tumor otak primer adalah

Padapasiendidapatkankeluhanneurologisyaituhemiparesesinistra. Hal

berdasarkan anamneses, temuan klinis (gejala

tersebut didukung oleh temuan radiologis yaitu terdapatmassa.

neurologis) dan radiologi, dan kemudian dikonfirmasi


dengan temuan histologis yang khas.

BAB V

55
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ny. RS, usia 40 tahun datang ke RSUP HAM dengan keluhan nyeri kepala yang telah dialami 1 bulan ini. Telah dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang sehingga ditegakkan diagnosa secondary headache + hemiparese sinistra + parese N. IV,
N. VI ODS, Parese N. VII UMN sinistra ec high grade Glioma. Kemudian diberi tatalaksana IVFD Rsol, Inj. Ranitidin, Inj. Ketorolac,
Inj. Furosemide, Amlodipin 10 mg, Dexamethasone.
5.2 Saran
Pasien dengan tumor otak harus dilakukan diagnostik yang sedini mungkin untuk menentukan terapi yang sesuai dengan penyebab
dan memperkirakan prognosis sesuai jenis, lokasi, dan luas lesi. Tumor otak adalah penyakit yang mungkin membutuhkan penanganan
yang berisiko tinggi yaitu pembedahan. Keluarga dan penderita harus mengerti bahwa tumor otak dapat menyebabkan disabilitas dan
dapat meninggalkan gejala sisa.

56

DAFTAR PUSTAKA

1. Bumford CK, Kunkler IH. Walter and Millers Textbook of Radioteraphy Radiation Physic Therapy and Oncology. 6 Ed.
London: Churcill Livingstone; 2003
2. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. 1 Ed. Yogyakarta; Gajah Mada University Press ; 2000
3. Belun A, Hoang- Xuan K, Carpentier AF, Delatre J. Primary Brain Tumor in Adults. The Lancet 2003; 361; 323-31
4. Brain Tumor Available from URL: Http://www.medwebbump.ac.up/neurosurgery/brain.tumor.doc
5. Mac Donald T. Excerpt from astrocytoma. Available from URL: Http://www.emedicine.com/ped/bainame/astrocytoma.htm
6. Liau, L.M., 2001. Brain Tumor Immunotherapy. New Jersey: Human Press
7. Huff, Ropper, JS., 2009. Neoplasm, Brain. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/779664-overview.
8. Quan, E., 2010. Primary Brain tumor. In: Seth, K.A., ed. Dx/ Rx Brain Tumors, USA: Jones and Bartlett
9. Hakim, A.A., 2005. Kasus-Kasus Tumor Otak di RSUP H. Adam Malik dan RSUP H. Medan Tahun 2003 dan 2004, Majalah
Kedokteran Nusantara Vol.38,No3.http://usupress.usu.ac.id/files/MKN%20Vol_%2038%20No_%203%20Sept_%202005.pdf
10. Mehta, M.P., 2011. Principle And Practice Of Neuro-Oncology. USA: Demos medical.
11. Keating, R.F., 2001. Tumors Of The Pediatric Central Nervous System. New York: Thieme
12. Petrovich, Z., Brady, L.W., Apuzzo, M.L.J., 2003. Combined Modality Therapy of Central Nervous System Tumor. New York:
Springer
13. Mardjono, M., Sidharta, P ., 2000. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
14. Kauffman, T.L., 2007.Geriatric Rehabilitation Manual. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier
15. Stark-Vance, V., Dubay, M.L., 2010. 100 Question & Answer About Brain Tumor, 2nd Edition.USA: Jones and Bartlett
16. Schober, O., Heindel, W., 2010. W., PET-CT Hybrid Imaging. Texas: Thieme

57
17. Japardi, I., 2002. Gambaran CT Scan Pada Tumor Otak Benigna, Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera
Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1991/3/bedahiskandar%20japardi11.pdf.txt [ Diakses 10 Maret 2011]
18. Adikusumo., 1990. Gambaran Nyeri Kepala Gejala Dan Tanda Sebagai Diagnosis Topik Tumor intracranial. Dalam: Sobirin.,
2001. Hubungan Letak Dan Ukuran Tumor Otak Dengan Abnormalitas ,Elektroensefalogram, Universitas Diponegoro.
Deperoleh dari: http://eprints.undip.
19. Freedman. J., 2009. Brain Cancer : Current and Emerging Trends In Detection and Treatment. 1st ed. New York: Rosen
20. Louis et all, 2007. WHO Classification of Tumours of the Central Nervous System; 114(5);547
21. Ropper, A.H., Samuels, M.A., 2002. Adams & Victors Principles of Neurology, 7th Edition, New York: McGraw-Hill
22. Schiff, D., 2008. Neurological complications of Primary Brain tumors. In: Kesari, S., ed. Cancer neurology in clinical
practice: neurologic complications of cancer and its treatment, New York: Springer
23. Tanto, Chris, Riwanti Estiasari. Tumor Sistem Saraf Pusat. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran/ editor, Chris Tanto, et al. Edisi
4. Jakarta: Media Aesculapius, 2014.
24. Satyanegara., 2010. Ilmu Bedah Saraf, Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
25. Upadhyay N, Waldman AD. Conventional MRI Evaluation of Gliomas. Br J Radiol. 2011; 84; p107-11
26.
Fauci, A.S., et al., 2008. Harrison's Principles of Internal Medicine, Volume 2. 17th ed. USA: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai