LAPORAN KASUS
A. LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 36 Tahun
Alamat
: Sambirejo Rt. 03/ 04, Tlogowungu, Pati
Agama
: Islam
Masuk RSUD : 06 Mei 2014 (IGD)
Ruang
: Gading No. 36
Anamnesa
Keluhan Utama : Badan terasa lemas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien merasa sekitar 1 bulan ini badannya terasa lemas, nafsu makan
menurun, tidak bergairah. Pasien memeriksakan diri ke dokter 1 hari yang
lalu, oleh dokter pasien disarankan untuk memeriksakan diri ke RSUD
Soewondo Pati dikarenakan ditemukan benjolan pada payudara kirinya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat pembedahan disangkal.
- Tidak pernah menderita penyakit tumor atau kanker.
- Tidak ada riwayat alergi.
- Mempunyai riwayat anemia.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Budhenya pernah menderita penyakit kanker mamae sekitar umur 25 tahun.
Riwayat Reproduksi:
- Pasien menarche pertama umur 16 tahun.
- Pasien mempunyai anak 1 orang
- Pasien tidak memakai alat kontrasepsi
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Lemas
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
o Tekanan Darah
o Nadi
o Pernapasan
o Suhu
Kepala & Leher
o Konjungtiva Anemis
o Sklera Ikterik
o Sianosis
: 120/80 mmHg
: 80 kali/ menit
: 20 kali/ menit
: 36 C
: (+/+)
: (-/-)
: (-)
1
o Peningkatan JVP
: (-)
o Pembesaran KGB
: (-)
Thoraks
o Paru
I
: simetris, retraksi (-), tidak nampak ada ketinggalan
gerak nafas
P
: fremitus taktil kanan dan kiri simetris
P
: sonor/sonor
A
: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/o Jantung
I
: iktus kordis tidak tampak
P
: iktus kordis tidak kuat angkat
P
: batas jantung normal,
A
: bunyi jantung I > II, murmur & gallop (-)
Abdomen
o I
: datar
o A
: peristaltic (+) normal
o P
: timpani, tidak ada asites
o P
: supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas:
Clubbing finger (-)
Tidak tampak edema pada kedua tungkai
Status Lokalis
Regio Mamae Dekstra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada
retraksi papilla mamae, tidak ada ulserasi.
o Palpasi :
Tidak teraba massa/ benjolan.
Regio Mamae Sinistra
o Inspeksi :
Tampak benjolan di payudara kiri pada kuadran caudo lateral, retraksi
papilla mammae ke arah benjolan, tidak ada pus, ada gambaran Peau d
Orange
o Palpasi :
Benjolan berbentuk bulat, diameter 8 cm teraba keras, batas tidak
jelas, tidak mobile, melekat terfiksir pada kulit lepas dari dasar dinding
dada, tidak ada nyeri tekan. Dengan pemijitan pada papilla mamae
tidak ada keluar cairan.
Regio Aksila Dekstra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi :
Tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba benjolan.
Regio Aksila Sinistra
2
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi :
Teraba pembesaran kelenjar aksila dan teraba benjolan.
Regio Supraklavikuler Dekstra
o Inspeksi : Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba
benjolan.
Regio Supraklavikuler Sinistra
o Inspeksi : Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba
benjolan.
Hipotesis
Suspect Ca Mamae Sinistra
Anemia
Planning
Diagnostik
o Pemeriksaan Darah Lengkap
o Kimia darah
o Gula Darah Sewaktu
o EKG
o Foto Thoraks AP
o USG Mamae
Terapi
o Infus RL 20 tetes per menit
o Transfusi PRC
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 06 Mei 2014
Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameters
Hasil
WBC
8,25 (10^3/uL)
RBC
3,22 (10^6/uL)
HGB
9,2 (g/dL)
L
3
HCT
27,5 (%)
MCV
85,4 (fL)
MCH
28,6 (pg)
MCHC
33,5 (g/dL)
PLT
309 (10^3/uL)
RDW CV
13,7 (%)
RDW SD
40,2 (fL)
PDW
7,8 (fL)
MPV
7,6 (fL)
P LCR
9,4 (%)
Hasil
89 mg/dl
Ureum
22,8 mg/dl
Creatinin
0,68 mg/dl
Na
143,2 mmol/l
3,95 mmol/l
Cl
109,2 mmol/l
EKG
B.
Follow Up
Tanggal 07 Mei 2014
Benjolan di
payudara
kiri, tidak
panas, tidak
nyeri
Status Generalis
P
Suspect Ca
Mamae Sinistra
Anemia
USG Mamae
Transfuse PRC
Ro Thorak AP
GCS: E4M6V5
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit
Pernapasan : 20 kali/ menit
Suhu : 36 C
6
Pulmo:
I : simetris, retraksi (-), tidak nampak ada ketinggalan gerak nafas
P : fremitus taktil kanan dan kiri simetris
P : sonor/sonor
A : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen:
I : datar
A : peristaltic (+) normal
P : timpani, tidak ada asites
P : supel, nyeri tekan (-)
Status Lokalis
Regio Mamae Dekstra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada retraksi
papilla mamae, tidak ada ulserasi.
o Palpasi :
Tidak teraba massa/ benjolan.
Regio Mamae Sinistra
o Inspeksi :
Tampak benjolan di payudara kiri pada kuadran caudo lateral, retraksi papilla
mammae ke arah benjolan, tidak ada pus, ada gambaran Peau d Orange
o Palpasi :
Benjolan berbentuk bulat, diameter 8 cm teraba keras, batas tidak jelas, tidak
mobile, melekat terfiksir pada kulit lepas dari dasar dinding dada, tidak ada
nyeri tekan. Dengan pemijitan pada papilla mamae tidak ada keluar cairan.
Regio Aksila Dekstra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi :
Tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba benjolan.
Regio Aksila Sinistra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi :
Teraba pembesaran kelenjar aksila dan teraba benjolan.
8
o
o
o
o
Benjolan di
payudara
kiri, tidak
panas, tidak
nyeri
Status Generalis
GCS: E4M6V5
P
Suspect Ca
Mamae Sinistra
Anemia
Hipoalbumin
Transfusi PRC
Cek Fungsi
Hepar
Pulmo:
I : simetris, retraksi (-), tidak nampak ada ketinggalan gerak nafas
P : fremitus taktil kanan dan kiri simetris
P : sonor/sonor
A : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen:
I : datar
A : peristaltic (+) normal
P : timpani, tidak ada asites
P : supel, nyeri tekan (-)
10
Status Lokalis
Regio Mamae Dekstra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada retraksi
papilla mamae, tidak ada ulserasi.
o Palpasi :
Tidak teraba massa/ benjolan.
Regio Mamae Sinistra
o Inspeksi :
Tampak benjolan di payudara kiri pada kuadran caudo lateral, retraksi papilla
mammae ke arah benjolan, tidak ada pus, ada gambaran Peau d Orange
o Palpasi :
Benjolan berbentuk bulat, diameter 8 cm teraba keras, batas tidak jelas, tidak
mobile, melekat terfiksir pada kulit lepas dari dasar dinding dada, tidak ada
nyeri tekan. Dengan pemijitan pada papilla mamae tidak ada keluar cairan.
Regio Aksila Dekstra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi :
Tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba benjolan.
Regio Aksila Sinistra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi :
Teraba pembesaran kelenjar aksila dan teraba benjolan.
Regio Supraklavikuler Dekstra
o Inspeksi : Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
11
o
o
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba benjolan.
Regio Supraklavikuler Sinistra
Inspeksi : Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba benjolan.
Hasil
Waktu Perdarahan/ BT
300
Waktu Pembekuan/ CT
530
Protrombine Time/ PT
14,3
Ratio
1,13
INR
1,18
33,6
Kontrol
30,0
Immunologi
Parameter
Hasil
HbsAg
Hematologi Analyses
Parameter
Hasil
Hb
9,4 g/dl
Hasil
Albumin
2,5 g/dl
SGOT
52,6 U/l
SGPT
33,0 U/l
118 mg/dl
Ureum darah
22,4 mg/dl
Creatinin darah
0,94 mg/dl
13
14
Mamae Sinistra: papilla mamae tak retraksi, tampak gambaran hipoekoik, batas tak tegas, terfiksasi dengan sekitar, ukuran besar pada kuadran
median atas dan bawah.
Axilla sinistra: tampak pembesaran limfonodi.
Kesan: tumor mamae sinistra curiga keganasan
Foto Thoraks
15
Benjolan di
payudara kiri,
tidak panas,
tidak nyeri
Status Generalis
P
Tumor Mamae
Sinistra Curiga
Ganas (T3N1M1)
Anemia
Hipoalbumin
16
17
o
o
o
o
Benjolan di
payudara kiri,
tidak panas,
tidak nyeri
Status Generalis
P
Tumor Mamae
Sinistra Curiga
Ganas (T3N1M1)
Anemia
Hipoalbumin
Rujuk
19
Suhu : 36 C
Mata: CA +/+, SI -/Cor:
I : iktus kordis tidak tampak
P : iktus kordis tidak kuat angkat
P : batas jantung normal,
A : bunyi jantung I > II, murmur & gallop (-)
Pulmo:
I : simetris, retraksi (-), tidak nampak ada ketinggalan gerak nafas
P : fremitus taktil kanan dan kiri simetris
P : sonor/sonor
A : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen:
I : datar
A : peristaltic (+) normal
P : timpani, tidak ada asites
P : supel, nyeri tekan (-)
20
Status Lokalis
Regio Mamae Dekstra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada retraksi
papilla mamae, tidak ada ulserasi.
o Palpasi :
Tidak teraba massa/ benjolan.
Regio Mamae Sinistra
o Inspeksi :
Tampak benjolan di payudara kiri pada kuadran caudo lateral, retraksi
papilla mammae ke arah benjolan, tidak ada pus, ada gambaran Peau d
Orange
o Palpasi :
Benjolan berbentuk bulat, diameter 8 cm teraba keras, batas tidak jelas,
tidak mobile, melekat terfiksir pada kulit lepas dari dasar dinding dada, tidak
ada nyeri tekan. Dengan pemijitan pada papilla mamae tidak ada keluar
cairan.
Regio Aksila Dekstra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi :
Tidak teraba pembesaran kelenjar aksila dan tidak teraba benjolan.
Regio Aksila Sinistra
o Inspeksi :
Tidak tampak benjolan dan ulserasi.
o Palpasi :
Teraba pembesaran kelenjar aksila dan teraba benjolan.
Regio Supraklavikuler Dekstra
21
o
o
o
o
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi
Payudara merupakan suatu kelompok kelenjar-kelanjar besar yang berasal dari
epidermis, yang terbungkus dalam fascia yang berasal dari dermis, dan fascia superficial
dari permukaan ventral dada. Puting susu sendiri merupakan suatu proliferasi lokal dari
stratum spinosum epidermis.
Selama bulan kedua kehamilan, dua berkas lapisan tebal ectoderm muncul pada
dinding depan tubuh terbentang dari aksila ke lipat paha. Dua berkas ini adalah milk line
dan melambangkan jaringan kelenjar mamma yang potensial (Gambar 1.1). Pada manusia,
hanya bagian pectoral dari berkasi ini yang akan menetap dan akhirnya berkembang
menjadi kelenjar mamma dewasa. Kadang-kadang, jaringan payudara yang tersisa atau
bahkan fungsional dapat muncul dari bagian lain dari milk line.1,11,12,13,14
23
Gambar 1.1. A. Milk line dari embrio mamalia secara umum, kelanjar mamma terbentuk
sepanjang
garis
ini.
B.
Tempat
umum
terbentuknya
kelenjar
mamma
atau
Gambar 1.2. Pembentukkan payudara. A-D : stadium pembentukkan kelenjar dan sistem
duktus berasal dari epidermis. Septa jaringan ikat berasal dari mesenkim dermis. E :
eversi putting menjelang kelahiran. 1
2.2. Anatomi
24
Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan dada.
Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh
di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai
batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian
M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus.
Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke aksila. Ekor
ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus (dari Langer) dalam fascia
sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan
secara normal di bawah fascia sebelah dalam. 1,11,12,13,14
25
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar daripada yang
lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan secara bebas dengan fascia
sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya adalah kesatuan dalam anatomi, bukan
kesatuan dalam bedah. Suatu biopsy payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur
semacam itu, sebagian dari 1 atau lebih lobus diangkat.
Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang retromammary
(submammary) yang mana kaya akan limfatik.
Lobus-lobus
parenkim
beserta
duktusnya
tersusun
secara
radial
berkenaan dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral
menuju papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari
papilla. Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang
tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk
terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan
ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya
dinamakan lactiferous sinuse . Pada area bebas lemak di bawah areola, bagian
26
pada
penyakit
yang
invasive.
Dapat
diperjelas
Suplai darah
27
Mammae diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang dari A. axillaries, dan
A. intercostal.
Gambar
1.6. A.
Pada
18%
individu,
payudara
28
Gambar
1.7.
Aliran limfatik
Kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam kelompok inkonstan yang
bervariasi. Seringnya pembagian menurut Haagensen.
Gambar 1.8. Kelenjar getah bening aksila dan payudara menurut klasifikasi dari Haagensen
(kiri). Aliran limfatik mammae (kanan). 1
29
Gambar 1.9. Aliran limfatik mammae. Aliran limfe langsung dari kulit ditunjukkan oleh tanda
panah pada mammae kanan dan sisi medial mammae kiri. 1. Areolar plexus of
vessels, draining areola, nipple and some parenchyma. 2. Anterior pectoral nodes. 3.
Central axillary nodes. 4. Interpectoral nodes (a path which can bypass central
axillary nodes). 5. Apical, infraclavicular nodes. 6. Retrosternal nodes.
30
besar. Ketika KGB ini membesar, dapat menekan intercostobrachial nerve, cabang
kutaneus lateral dari second atau third thoracic nerve, dapat timbul nyeri.
Group 4. Interpectoral nodes (Rotter's nodes) (1.4 nodes). Terletak antara otot pektoralis
mayor dan minor, sering terdapat tunggal. Merupakan kelompok KGB terkecil dari KGB
aksila dan tidak dapat ditemukan walaupun M. pectoralis major diangkat.
Group 5. Axillary vein nodes (10.7 nodes). Merupakan kelompok KGB terbesar kedua di
aksila. Terletak di permukaan ventral dan kaudal dari bagian lateral vena aksilaris.
Group 6. Subclavicular nodes (3.5 nodes). Terletak pada permukaan ventral dan kaudal dari
bagian medial vena aksilaris. These lie on the caudal and ventral surfaces of the medial
part of the axillary vein.
2. Drainase Internal Thoracic (Mammary) (8.5 Nodes)
Pembuluh-pembuluh limfatik timbul dari tepi medial mammae pada fascia pectoralis.
KGB ini juga menerima trunkus limfatikus dari kulit mammae kontralateral, hati, diafragma,
rectus sheath, bagian atas rectus abdominis. KGB sekitar 4-5 setiap sisinya, kecil, dan
biasanya dalam lemak dan jaringan ikat dari ruang interkosta. Saluran ini bermuara ke ductus
thoracicus atau ductus limfatikus dextra. Rute ke vena aksilaris lebih pendek daripada rute
aksila.1
Dalam staging, bila ditemukan metastasis ke KGB supraclavicular, cervical, atau
contralateral internal mammary dianggap telah mengadakan metastasis jauh (M1). Yang
termasuk KGB regional :
1. KGB aksila (ipsilateral) : interpectoral (Rotter's) nodes dan KGB sepanjang vena
aksilaris dan bagian-bagiannya yang dapat dibagi ke dalam beberapa tingkat :
a. Level I (low axilla): KGB lateral dari tepi lateral M pectoralis minor
b. Level II (midaxilla): KGB antara tepi medial dan lateral M pectoralis minor dan KGB
interpectoral (Rotter's)
c. Level III (apical axillary): KGB medial dari tepi medial M pectoralis minor termasuk
subclavicular, infraclavicular, or apical
31
Gambar
1.10.
Kelompok
kelenjar
getah
bening
aksila.
Level I
meliputi
beberapa
kelenjar
getah
bening yang terletak lateral dari M. Pectoralis minor, Level II
meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak di bawah
M. Pectoralis minor, Level III meliputi beberapa kelenjar getah
bening yang terletak medial dari M. Pectoralis minor. 1
2. Internal mammary (ipsilateral): KGB di ruang intercosta sepanjang tepi sternum dalam
fascia endothoracica.
Persarafan
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya melewati
permukaan kelenjar. 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral keempat juga
mempersarafi papilla mammae.
32
Gambar
perifer penting yang ditemukan selama mastectomy
1.11. Saraf-saraf
Umur :
Kemungkinan untuk menjadi kanker payudara semakin meningkat seiring
bertambahnya umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara ratarata pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum
menopause. Kanker dapat didiagnosis pada wanita premenopause atau
sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat
tumor yang lebih tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival ratesnya lebih rendah.
Riwayat Keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau
saudara perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih
tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum usia 40
33
abnormal
pada pemeriksaan
mikroskopik.
Risiko
kanker akan
Perubahan Genetik :
Beberapa
perubahan
gen-gen
tertentu
akan
meningkatkan
risiko
terjadinya kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen
lainnya. BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen
BRCA-1
beruhubungan
dengan
invasive
ductal
carcinoma,
poorly
Ras :
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,
dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih tinggi pada
wanita yang tinggal di daerah industrialisasi.
34
payudara
dapat
padat
ataupun
berlemak.
Wanita
yang
Diet :
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang sering minum
alkohol mempunyai risiko kanker payudara yang lebih besar. Karena alkohol
akan meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makan
berlemak dalam jangka panjang akan meningkatkan kadar estrogen serum,
sehingga akan meningkatkan risiko kanker.
2.4. Insidensi2
Tabel 1.1. Persentase insidensi dari kanker payudara herediter, familial, dan sporadik
Sporadic breast cancer
6575%
2030%
35
510%
BRCA-1a
45%
BRCA-2
35%
1%
<1%
<1%
<1%
ATM (Ataxia-telangiectasia)
<1%
Unknown
a
20%
Risk Factors
Advanced age
Estimated
Relative Risk
>4
Family history
>5
Personal history
3-4
Personal history
>4
4-5
36
8-10
Reproductive history
2
1.5-2
1.5-2
1.25
Lifestyle factors
1.5-2
Sedentary lifestyle
1.3-1.5
1.5
Alcohol consumption
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel
kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Saluran menjadi
tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium
cenderung terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi
sebagai kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular
calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada hasil
mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.
37
38
Gambar 1.12 Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar
dari ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)
(lobular
atau
lebih
umum
sebagai
infiltrating
ductal
39
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus
kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB aksila.
Kanker ini biasanya terdapat pada wanita perimenopause or postmenopause dekade
kelima sampai keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan
40
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4% dari
seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang
berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder
terhadap nekrosis dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik
mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat limforetikular yang padat
terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik besar yang
berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif; (3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan
minimal atau tidak ada diferensiasi duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini
berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan
kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker ini
mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau invasive
lobular carcinoma.
c. Mucinous (colloid) carcinoma (2%)
Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya muncul
sebagai massa tumor yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena
komponen musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada pemeriksaan
mikroskopik.
d. Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar 2% dari
semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita dekade
ketujuh dan sering menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang
mencapai diameter 3 cm. McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan frekuensi
metastasis ke KGB aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip
mucinous dan tubular carcinoma.
41
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekitar 2%
dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita
perimenopause dan pada periode awal menopause. Long-term survival mendekati
100%.
III. Invasive lobular carcinoma (10%)
Tabel 1.2. Distribusi lokasi tumor menurut histologisnya pada semua pasien 1
Location
Nipple
2.2
1.7
1.9
Central
6.0
5.3
6.1
Upper inner
7.3
9.2
8.3
Lower inner
3.8
4.7
3.9
Upper outer
37.0
36.9
37.1
Lower outer
5.8
6.4
5.7
Axillary tail
0.8
0.8
0.6
Overlapping*
18.6
18.2
19.9
18.6
16.8
16.5
42
T0
Tis
Carcinoma in situ
Tumor 2 cm
T1mic
Microinvasion 0.1
T1a
T1b
T1c
T2
T3
Tumor > 5 cm
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
Inflammatory carcinoma
43
N0
N1
N2
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
N3c
pN0b
pN0(i)
pN0(i+)
Tidak ada metastasis ke KGB regional secara histologis, IHC (+), IHC
44
pN1mi
pN1a
pN1b
pN1c
pN2
pN2a
pN2b
pN3
pN3a
pN3b
45
pN3c
M0
M1
Tampak secara klinis didefinisikan bahwa dapat dideteksi melalui alat pencitraan atau dengan
pemeriksaan klinis atau kelainan patologis terlihat jelas.
Tidak tampak secara klinis berarti tidak terlihat melalui alat pencitraan (kecuali dengan
lymphoscintigraphy) atau dengan pemeriksaan klinis.
Klasifikasi berdasarkan diseksi KGB aksila dengan atau tanpa diseksi sentinel dari KGB. Klasifikasi
semata-mata berdasarkan diseksi sentinel KGB tanpa diseksi KGB aksila yang selanjutnya
direncanakan untuk "sentinel node", seperti pN-(l+) (sn).
RT-PCR = reverse transcriptase polymerase chain reaction.
SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC Cancer
Staging Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, pp 227228.
Tis
N0
M0
Stage I
T1a
N0
M0
Stage IIA
T0
N1
M0
T1a
N1
M0
T2
N0
M0
46
Stage IIB
T2
N1
M0
T3
N0
M0
T0
N2
M0
T1a
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
T4
N0
M0
T4
N1
M0
T4
N2
M0
Stage IIIC
Any T
N3
M0
Stage IV
Any T
Any N
M1
Stage IIIA
Stage IIIB
T1 termasuk T1 mic.
SOURCE: Modified with permission from American Joint Committee on Cancer: AJCC Cancer Staging
Manual, 6th ed. New York: Springer, 2002, p 228.
2.7. Diagnosis
a. Gejala
47
b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Inspkesi bentuk, ukuran, dan simetris dari kedua payudara, apakah terdapat edema
(peau dorange), retraksi kulit atau puting susu, dan eritema.6
48
2. Palpasi
Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi kelenjar
limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal. Setiap massa yang teraba atau suatu
lymphadenopathy, harus dinilai lokasinya, ukurannya, konsistensinya, bentuk, mobilitas
atau fiksasinya.6
c.
Pemeriksaan penunjang
1.
Mammografi
Mammografi
merupakan
payudara
sebelum
benjolan atau massa dapat dipalpasi. Karsinoma yang tumbuh lambat dapat
diidentifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai
ukuran yang dapat dideteksi melalui palpasi. 6
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun 1960 dan
teknik ini terus dimodifikasi dan diimprovisasi untuk meningkatkan kualitas
gambarnya. Mammografi konvensional menyalurkan dosis radiasi sebesar 0,1
sentigray (cGy) setiap penggunaannya. Sebagai perbandingan, Foto X-ray
thoraks menyalurkan 25% dari dosis radiasi mammografi. Mammografi dapat
digunakan baik sebagai skrining maupun diagnostik. Mammografi mempunyai
2 jenis gambaran, yaitu kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO
memberikan gambaran jaringan mammae yang lebih luas, termasuk kuadran
lateral atas dan axillary tail of Spence. Dibandingkan dengan MLO, CC
memberikan
visualisasi
yang
lebih
baik
pada
aspek
medial
dan
49
Pada
suatu
penelitian
atas
screening
mammography,
50
pemeriksaan
klinis
dan
mammografi
tidak
didapat
kelainan,
maka
5. Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker
sebagai salah satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae.
Biomarker ini mewakili gangguan biologik pada jaringan yang terjadi antara
inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker ini digunakan sebagai hasil
akhir
dalam
penelitian
kemopreventif
jangka
pendek
dan
termasuk
(HER)-2/neu dan
2.8. Skrining
Rekomendasi untuk deteksi kanker payudara dini menurut American Cancer Society 4 :
Wanita berumur 40 tahun harus melakukan screening mammogram secara terusmenerus selama mereka dalam keadaan sehat, dianjurkan setiap tahun.
Wanita yang berisiko tinggi (>20%) harus melakukan pemeriksaan MRI dan
mammogram setiap tahun.
52
Wanita yang risiko sedang (15-20%) harus melakukan mammogram setiap tahun,
dan konsultasi ke dokter apakah perlu disertai pemeriksaan MRI atau tidak.
Wanita yang risiko rendah (<15%) tidak perlu pemeriksaan MRI periodik tiap
tahun.
pernah mendapat radioterapi pada dinding dada saat umur 10-30 tahun
mempunyai Li-Fraumeni syndrome, Cowden syndrome, atau BannayanRiley-Ruvalcaba syndrome, atau ada kerabat dekat tingkat pertama
memiliki salah satu sindrom-sindrom ini.
53
Faktor risiko
Relative
Risk
1.00
1213
1.10
<12
1.21
Umur (tahun)
Pasien tanpa saudara yg menderita kanker
<20
1.00
2024
1.24
2529 or nullipara
1.55
30
1.93
1.00
2024
2.64
2529 or nullipara
2.76
30
2.83
6.80
2024
5.78
2529 or nullipara
4.91
30
4.17
1.00
1.70
54
Faktor risiko
Relative
Risk
2.88
1.00
1.27
1.62
Atypical hyperplasia
No biopsies
1.00
0.93
1.00
1.82
2.9. Penatalaksanaan
Terapi dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk
stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan
inflammatory
carcinoma
mungkin
dapat
disembuhkan
dengan
terapi
55
adanya pembesaran
KGB.
Ketika
sentinel
node
biopsy
ulang
closed-system
suction
drainage.
Insidensi
lymphedema
fungsional setelah modified radical mastectomy sekitar 10%. Diseksi KGB aksilla
ekstensif, terapi radiasi, adanya KGB patologis dan obesitas merupakan faktorfaktor predisposisi.
56
b. Neoadjuvant chemotherapy
Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi inisial yang diberikan
sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimana dilakukan apabila tumor
terlalu besar untuk dilakukan lumpectomy.
Rekomendasi saat ini untuk karsinoma mammae stadium lanjut adalah
kemoterapi neoadjuvan dengan regimen adriamycin diikuti mastektomi atau
57
3. Terapi anti-estrogen
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa
reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini
ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular invasif yang masih
berdiferensiasi baik.
Setelah berikatan dengan reseptor estrogen dalam sitosol, tamoxifen
menghambat pengambilan estrogen pada jaringan payudara. Respon klinis
terhadap anti-estrogen sekitar 60% pada wanita dengan karsinoma mammae
dengan reseptor hormon yang positif, tetapi lebih rendah yaitu sekitar 10% pada
reseptor hormonal yang negatif. Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah
tidak adanya toksisitas yang berat. Nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan
retensi cairan dapat terjadi pada pengunaan tamoxifen. Resiko jangka panjang
pengunaan tamoxifen adalah karsinoma endometrium. Terapi dengan tamoxifen
dihentikan
setelah
tahun.
Beberapa
ahli
onkologi
merekomendasikan
Prognosis
58
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun 1983-1987
telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan hasil akhir program data,
didapatkan bahwa angka 5-year survival untuk stadium I adalah 94%, stadium IIa 85%, IIb
70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stasium IV adalah 18%. 6
DAFTAR PUSTAKA
59
Penebar Swadaya.
10. Indarti, Rini dan Henry Setiawan. 2005. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh
390.
13. Suyatno, Emir T. Bedah onkologi diagnostik dan terapi. Jakarta; Sagung seto; 2009.
35 79.
60
61