Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan Stroke

Oleh Sawiti Retno Utami, 1106009356


Anatomi dan fisiologi
1. Kranial (Tengkorak)
Ruang intra kranial ditempati oleh jaringan otak (1400 g), darah (75 ml), dan cairan
serebrospinal (75 ml). Setiap bagian menenpati volume tertentu yang menghasilkan
tekanan intra kranial normal sebesar 50-200 mmH 2O atau 4-15 mmHg. Tekanan ini
dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari dan dapat meningkat sementara waktu sampai
tingkat yang jauh lebih tinggi dari normal. Ruang intra kranial ini merupakan
ruangan kaku yang terisi penuh sesuai kapasitasnya dengan unsure yang tidak dapat
ditekan, peningkatan volume pada salah satu dari ketiga unsure yang ada dapat
mengakibatkan desakan ruang yang ditempati oleh unsure lainnya dan menaikkan
tekanan intra kranial (Lombardo, 2006). Tekanan intra kranial (TIK) dipertahankan
10 mmHg, jika lebih dari 20 mmHg maka dianggap tidak normal, dan jika dalam
rentang 40 mmHg maka dikatakan kenaikan TIK berat (Sumardjono,2004).
Ruang intra kranial dibatasi oleh tulang-tulang cranium sehingga volumenya relative
tetap. Keseimbangan isi dari komponen dalam ruang intra kranial dijelaskan dengan
prinsip Doktrin Monro-Kellie (Sumardjono, 2004). Isi dari ruang intra kranial
adalah : (Sumardjono, 2004)
Parenkim otak (1100-1200 gr)
Komponen vascular, terdiri dari darah arteri, arteriole, kepiler, venue, dan
vena-vena besar 150 cc sekitar 15-20%, namun kapasitasnya bervariasi
Komponen CSS (cairan serebrospinal) 150 cc, 15-20% pada keadaan tertentu
sangat potensial untuk pengobatan, karena CSS dapat dikeluarkan.
2. Parenkim Otak
Merupakan komponen paling besar sekitar 70%, bagian-bagian otak terdiri dari:
a. Cerebrum (otak besar)
Fungsi secara umum yaitu : Mengingat pengalaman yang lalu., pusat
persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan,
dan memori, pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.
Otak besar memiliki beberapa lobus yaitu:

Lobus frontalis (lobus depan) adalah bagian dari serebrum yang


terletak di depan sulkus sentralis. Fungsinya yaitu sebagai
pengatur untuk kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kemampuan

koginsi,

perencanaan,

penyelesaian

masalah,

kreativitas, control perasaan, seksual dan kemampuan bahasa

secara umum.
Lobus parietalis (lobus tengah), terdapat di depan sulkus sentralis
dan dibelakang oleh korako-oksipitalis. Fungsinya sebagai sensor

perasaan terhadap tekanan, sentuhan dan rasa sakit.


Lobus temporalis (lobus bawah), terdapat dibawah lateral dari
fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis. Lobus ini
berhubungan dengan pendengaran dan pemaknaan informasi dan

bahasa dalam bentuk suara (audio).


Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Fungsinya sebagai rangsangan visual yang memungkinkan
manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang
ditangkap.

Cerebrum juga dibagi menjadi otak kanan dan otak kiri, dimana ini
berhubungan langsung dengan sistem saraf. Bagian otak kanan mengatur
bagian kiri tubuh, sedangkan bagian otak kiri mengatur bagian kanan tubuh.
Berikut adalah susunan saraf otak beserta fungsinya:
Urutan
saraf
I
II
III
IV

Nama Saraf
Nervus olfaktorius
Nervus optikus
Nervus okulomotoris
Nervus troklearis

Sifat Saraf

Memberikan saraf untuk

Sensorik
Sensorik
Motorik

dan fungsi
Hidung, sebagai alat penciuman
Bola mata, untuk penglihatan
Penggerak bola mata dan

Motorik

mengangkat kelopak mata


Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata

Nervus trigeminus

Motorik dan sensorik

N. Oftalmikus

Motorik dan sensorik

Kulit kepala dan kelopak mata


atas

N. Maksilaris

Sensorik

Rahang atas, palatum dan


hidung

VI
VII
VIII
IX

N. Mandibularis
Nervus abdusen
Nervus fasialis
Nervus auditorius
Nervus vagus

Motorik dan sensorik


Motorik
Motorik dan Sensorik

Rahang bawah dan lidah


Mata, penggoyang sisi mata
Otot lidah, menggerakkan lidah

Sensorik

dan selaput lendir rongga mulut


Telinga, rangsangan

Sensorik dan motorik

pendengaran
Faring, tonsil, dan lidah,

Nervus vagus

Sensorik dan motorik

rangsangan citarasa
Faring, laring, paru-paru dan

XI
XII

Nervus asesorius
Nervus hipoglosus

Motorik
Motorik

esophagus
Leher, otot leher
Lidah, citarasa, dan otot lidah

b. Cerebellum (otak kecil)


Serebelum
terletak

pada

bawah

dan

tengkorak
dengan

(otak

kecil)
bagian

belakang
dipisahkan

serebrum

oleh

fisura

transversalis

dibelakangi

oleh

pons

varoli dan di atas medula


oblongata.

Organ

ini

banyak menerima serabut


aferen sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan
bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan
dengan batang otak melalui pendunkulus serebri inferior (korpus retiformi)
permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebelum tetapi

lipatannya lebih kecil dan lebih teratur.Permukaan serebelum ini mengandung


zat kelabu.
Korteks serebelum dibentuk oleh subtansia grisea, terdiri dari tiga lapisan
yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam. Serabut saraf
yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati serebelum. Fungsi
bagian ini secara umum yaitu:

Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari


telinga dalam yang diteruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk

keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak.


Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari
reseptor sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (N.
trigeminus) kelopak mata, rahang atas, dan bawah serta otot

pengunyah.
Neoserebelum (pontoserebelum). Korteks serebelum menerima
informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan
mengaturgerakan sisi badan

c. Batang otak
Berada didalam tulang tengkorak, berfungsi secara umum untuk mengatur
pernapasan, membantu denyut jantung, mengatur suhu tubuh, dan
berperan dalam mengatur proses pencernaan serta dalam kenyamanan.
Batang otak terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu :
1) Mesencephalon (mid brain): atap dari mesensefalon terdiri dari
empat bagian yang menonjol ke atas. Dua di sebelah atas disebut
korpus kuadrigeminus superior dan dua di sebelah bawah disebut
korpus kuadrigeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan
ke ventral di bagian medial. Serat nervus troklearis berjalan ke
arah dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain. Fungsinya:
Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak

mata.
Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

2) Diensefalon, ialah bagian otak yang paling rostral, dan tertanam di


antara ke-dua belahan otak besar (haemispherium cerebri).
Diantara

diensefalon

dan

mesencephalon,

batang

otak

membengkok hampir sembilah puluh derajat kearah ventral.


Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus
temporalis terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap
kesamping. Fungsi dari diensefalon:
Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
Respiratori, membantu proses persarafan.
Mengontrol kegiatan refleks.
Membantu kerja jantung
3) Medulla oblongata
Ini merupakan titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan. Medula oblongata merupakan bagian
dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons
varoli dengan medula spinalis. Bagian bawah medula oblongata
merupakan persambungan medula spinalis ke atas, bagian atas
medula oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di daerah
tengah bagian ventral medula oblongata. Fungsi medula
oblongata:
Mengontrol kerja jantung
Mengecilkan pembuluh darah (vasokonstriktor)
Pusat pernapasan
Mengontrol kegiatan reflex
4) Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon
dengan pons varoli dengan serebelum, terletak di depan serebelum
di antara otak tengah dan medula oblongata. Disini terdapat
premotoksid yang mengatur gerakan pernapasan dan refleks.
Fungsinya:
Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga
antara medula oblongata dengan serebelum atau otak

besar.
Pusat saraf nervus trigeminus
Menentukan seseorang untuk terjaga atau tertidur

d. Sistem Limbik
Bagian ini merupakan bagian yang membungkus batang otak, sistem ini
berhubungan dengan emosi. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen
yaitu:
Thalamus : merupakan bagian dari otak yang bertanggung jawab
untuk mendeteksi dan menyampaikan informasi dari panca indra
kita. Thalamus ini terletak dalam batang otak dan merupakan
bagian dari jalur informasi kedalam otak yang bertanggung jawab

untuk berpikir dan gerakan.


Hipotalamus : merupakan bagian penting yang bertanggung jawab
untuk memproduksi beberapa pembawa hormone. Hormonehormon ini yang akan mengontrol kadar air dalam tubuh, siklus
tidur, suhu tubuh, dan asupan makanan. Hipotalamus terletak di

bawah thalamus.
Girus singulata : berfungsi sebagai jalur yang mentransmisikan

pesan antara bagian dalam dan luar dari sistem limbic


Amigdala : merupakan salah satu dari dua kelompok berbentuk
almond sel-sel saraf pada temporal lobus dari otak besar. Kedua
amigdala bertanggung jawab untuk mempersiapkan tubuh dalam
situasi darurat seperti kaget serta untuk menyimpan kenangan
peristiwa untuk pengenalan masa depan. Amigdala juga berperan
dalam pengembangan kenangan, terutama yang berkaitan dengan
peristiwa emosional dan keadaan darurat, menjadi penyebab
eksdpresi ekstrim ketakutan dan juga dapat memainkan peran

utama dalam kesenangan dan gairah seksual.


Hipokampus : merupakan bagian lain dari lobus temporal yang
bertanggung jawab untuk mengubah kenangan jangka pendek ke
memori jangka panjang. Kerusakan pada hipokampus dapat

menyebabkan amnesia (hilang ingatan).


Ganglia basal : merupakan kumpulan badan sel saraf yang
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan gerakan otot dalam
postur tubuh. Secara khusus, ganglia basal membantu untuk

memblokir gerakan yang tidak diinginkan dari kejadian dan


langsung terhubung dengan otak untuk koordinasi.
Pada keadaan normal otak harus menerima 1 liter darah / menit atau seitar 15%
dari seluruh total darah yng dipompa oleh jantung saat istirahat. Otak mendapat
darah dari arteri. Fungsi otak adalah sebagai pusat gerakan atau motorik , sebagai
pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area
wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris dan sebagai pusat
koordinasi. Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka dapat mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan
nafas dan tekanan darah.
3. Komponen darah
Sistem saraf pusat (SSP) diisi oleh jaringan yang kaya dengan pembuluh darah
untuk memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah dari metabolism saraf lokal dan
regional. Aliran darah otak dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu cirri
umum dan gambaran dari SSP.
a. Ciri umum aliran darah
Sifat alami darah adalah bahwa substansi tertentu (leukosit, eritrosit, dan
trombosit) yang tersuspensi dalam plasma. Komponen darah cenderung
untuk berkumpul dibagian tengah aliran dan akan bervariasi sesuai ukuran
lumen sehingga sifat darah di arteri yang lebih besar tidak dapat
disamakan dengan pembuluh darah yang lebih kecil. Faktor-fakto yang
mempengaruhi aliran darah meliputi suhu lokal, pH, tekanan O 2 dan CO2,
K+, H+, HCO3- pada jaringan dan darah, Hematokrit, cardiac output,
tekanan darah, faktor neurogenik, tahanan vaskuler dll.
b. Viskositas
Kekentalan darah ditentukan oleh berbagai faktor termasuk hematokrit,
kemampuan berubah bentuk dan beragregrasi dan viskositas plasma.
Otak memperoleh darah dari dua pembuluh darah besar yaitu karotis (sirkulasi anterior)
dan vertebra (sirkulasi posterior). Masing-masing sistem terlepas dari arkus aorta.
Karotis komunis kanan dan kiri serta vertebra kanan dan kiri. Masing-masing karotis

membentu bifurkasi untuk membentuk arteri karotis interna dan eksterna. Arteri vertebra
berawal dari arteri subklavia. Vertebra bergabung membentuk arteri basiler dan
selanjutnya memecah untuk membentuk kedua arteri serebral inferior dan mediana juga
bagian lateral lobus oksipital. Sistem karotis melayani hemisfer otak dan sistem
vertebrabasilaris terutama member darah bagi batang otak, serebelum dan bagian
posterior hemisfer.
Aliran darah diotak dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu

Tekanan darah untuk memompa darah dari sistem arteri kapiler ke sistem vena:
tekanan darah yang paling penting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung,
darah, pembuluh darah dll) serta faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak
(arteriol) untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila
tekanan darah sistemiknya menurun. Daya akomodasi sistem srateriol otak ini
disebut daya otoregulasi pembuluh darah otak yang berfungsi normal bila

tekanan sistolik antara 50-150 mmHg.


Tahanan (perifer) pembuluh darah otak
Faktor darah selain viskositas dan koagulasi juga dipengaruhi oleh diantaranya
seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap diameter arteriol.
Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 turun, serta suasanan jaringan yang
asam (pH rendah), menyebabkan vasodilatasi, karena menurut teori miogenik
apabila tekanan dalam pembuluh darah meningkat maka pembuluh darah
tersebut

akan

berkontraksi

untuk

meningkatkan

tahanannya

sehingga

mengurangi aliran darah. Sedangkan bila PCO2 turun dan PO2 naik, keadaan
basa (pH tinggi) maka terjadi vasokontriksi. Viskositas darah yang tinggi
mengurangi aliran darah di otak, sedangkan koagulasi yang besar juga
memudahkan

terjadinya

thrombosis dan aliran darah


lambat akibat aliran darah di
otak menurun.
4. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal ini diproduksi dan memiliki sirkulasi sebagai berikut:


a. Sistem ventrikel
Terdiri dari 2 (dua) buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV.
Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam cerebrum, masing-masing
ventrikel terdiri dari 5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu
inferior, badan dan atrium. Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di
garis tengah yang berbentuk corong unilokuler, letaknya di tengah kepala,
ditengah korpus kalosum dan bagian korpus unilokuler ventrikel lateral,
diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah serta diantara
hemisfer

serebri,

thalamus

dan

dinding

hipotalamus.

Disebelah

anteroposterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductud


syilvii. Ventrikel IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks,
terletak di sebelah ventrikel serebrum dan dorsal dari pons dan medulla
oblongata.
b. Meningen dan ruang subarachnoid
Meningen merupakan selaput otak bagian dari susunan saraf yang bersifat
non neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa membrane yang
menyelebungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medulla spinalis.
Meningen terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu pia meter, arachnoid, dan
durameter. Piameter merupakan selaput tipis yang melekat pada
permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkussulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan
medulla spinali, terus ke kaudal sampai ke ujung medulla spinalis setinggi
korpus vertebra. Arachnoid mempunyai banyak trabekula halus yang
berhubungan dengan piameter, tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak.
Diantara arachnoid dan piameter disebut ruang subarachnoid yang berisi
cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Karena arachnoid
tidak mengikuti lekukan-lekukan otak, maka dibeberapa tempat ruang
subarachnoid melebar yang disebut sisterna. Paling besar dari ruang ini
adalah sisterna magna, terletak diantara bagian inferior cerebellum dan
medulla oblongata. Sedangkan yang lainnya adalah sisterna pontis

dipermukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis melalui sisterna


ambiens.
Ruang subarachnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna
dan sisterna pontis merupakan selubung dari medulla spinalis sampai
setinggi S2. Ruang subarachnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka
lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada waktu pungsi
lumbal. Durameter terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam
durameter. Lapisan luar dia daerah kepala menjadi satu dengan
periosteum

tulang

tengkorak

dan

berhubungan

erat

dengan

endosteumnya.
c. Ruang epidural
Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat
yang mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi ruangan disebut
ruang epidural
d. Ruang subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arachnoid yang mengandung
sedikit cairan, meningis suatu ruang disebut ruang subdural
Pembentukan, sirkulasi dan absorpsi cairan serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khroideus, dimana
sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang
menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim,
yang menonjol ke ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul dan
membentuk seperti daun pakis yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Namun sel
epitel kuboid berhubungan satu sama lain dengan tight junction pada sisi aspeks,
dasar sel epitel kuboid terdapat membrane basalis dengan ruang stroma
diantaranya. Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam (kapiler
fenestrate). Ini yang disebut sawar darah LCS. Gambaran histologist khusus ini
mempunyai karakteristik yaitu epitel untuk transport bahan dengan berat molekul
besar dan kapiler fenestrate untuk transport cairan aktif.

Pembentukan CSS melalui 2 tahap, pertama yaitu terbentuknya ultrafiltrat plasma


di luar kapiler dikarenakan tekanan hidrostatik dan kemudia ultrafiltrasi diubah
menjadi sekresi pada epitel khoroid melalui proses metabolic aktif. Ada 2 bagian
kelompok pleksus yang menghasilkan CSS: pertama dan yang terbanyak terletak
di dasar tiap ventrikel lateral dan CSS yang dihasilkan sekitar 95 %, yang kedua
(lebih sedikit) terdapat di atap ventrikel III dan IV. Rata-rata pembentukan CSS 20
ml/jam. CSS bukan hanya ultrafiltrasi dari serum saja tapi pembentukannya
dikontrol oleh proses enzimatik.
Mekanisme sekresi CSS oleh pleksus khoroideus yaitu:
Natrium dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus
khoroideus sehingga menimbulkan muatan positif di dalam CSS. Hal ini
akan menarik ion-ion bermuatan negative, terutama clorida ke dalam CSS.
Akibatnya akan terjadi kelebihan ion di dalam cairan neuron sehingga
meningkatkan tekanan osmotik cairan ventrikel sebesar 160 mmHg lebih
tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan osmotic ini menyebabkan
sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui membrane khoroideus

ke dalam CSS.
Bikarbonat terbentuk oleh karbonik abhidrase dan ion hydrogen yang
dihasilkan akan mengembalikan pompa Na dengan ion penggantinya yaitu
kalium. Proses ini disebut Na-K pump yang terjadi dengan bantuan Na-K-

ATP ase, yang berlangsung dalam keseimbangan.


Natrium memasuki CSS dengan 2 cara yaitu transport aktif dan difusi
pasif. Kalium disekresi ke CSS dengan mekanisme transport aktif, sama

hal nya dengan keluarnya dari CSS ke jaringan otak.


Perpindahan cairan Mg, dan phosphor ke CSS dan jaringan otak juga
terjadi dengan mekanisme transport aktif dan konsentrasinya dalam CSS

tidak tergantung pada konsentrasinya dalam serum.


Perbedaan difusi menentukan masuknya protein serum ke dalam CSS dan
juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke
CSS dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari
darah ke CSS dan juga ke ruang intraseluler, begitu juga sebaliknya. Hal
ini yang dapat menjelaskan efek cepat penyuntikan intervena cairan
hipotonik dan hipertonik.

Sirkulasi CSS
CSS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular Monroe masuk ke
dalam ventrikel III melalui aquaductus sylvii masuk ke dalam ventrikel IV
tiga buah lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen ventrikel lateral
(foramen luschka) yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV dan
foramen ventrikuler medial (foramen magendi) yang berada di bagian tengah atap
ventrikel III memungkinkan CSS keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam
rongga subarachnoid CSS mengisi rongga subarachnoid sekeliling medulla
spinalis sampai batas sekitar S2 juga mengisi keliling jaringan otak dari
daerah medulla spinalis dan dasar otak, CSS mengalir perlahan menuju sisterna
basalis sisterna ambiens melalui aperture tentorial dan berakhir dipermukaan
atas dan samping serebri sebagian besar CSS akan diabsorpsi melalui villi
arachnoid pada dinding sinus sagitalis superior, ini berfungsi sebagai katup yang
dapat dilalui CSS dari satu arah dimana semua unsure pokok dari CSS akan tetap
berada di dalam CSS (proses bulk flow) CSS masuk ke dalam aliran darah
vena dalam sinus.
Komposisi dan fungsi CSS
Jenis

CSS

Serum

Osmolaritas

295 mOsm/L

295 mOsm/L

Natrium

138 mM

138 mM

Klorida

119 mM

102 mM

pH

7,33

7,41 (arterial)

Tekanan CONCUSSION

6,31 kPa

25,3 kPa

Glukosa

3,4 mM

5,0 mM

Total Protein

0,35 g/L

70 g/L

Albumin

0,23 g/L

42 g/L

Ig G

0,03 g/L

10 g/L

Fungsi CSS

CSS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsure-unsur pokok


pada CSS berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler,
jadi mempertahankan lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam

sistem saraf
CSS mengakibatkan otak dikelilingi oleh cairan, mengurangi berat otak
dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak

dari keadaan trauma yang mengenai tulang tengkorak


CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti
CO2, laktat, dan ion hydrogen. Hal ini penting karena otak hanya
mempunyai sedikit sistem limfatik, dan untuk memindahkan produk
seperti darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik lainnya yang akan

diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arachnoid


Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormone-hormon
dari lobus posterior hipofise, hipotalamus, melatonin dari fineal dan

dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain melalui intraserebral


Mempertahankan tekanan intrakranial dengan cara pengurangan CSS
dengan mengalirkan ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat
pengalirannya melalui berbagai formanen hingga mencapai sinus venosus
atau masuk ke dalam rongga subarachnoid lumbal yang mempunyai
kemampuan mengembang sekitar 30 %.

Tekanan intrakranial merupakan tekanan yang berada dalam rongga kranial yang
dipengaruhi oleh komponen dalam krania tersebut yang diatur dalam keseimbangan
hukum Monroe-Kellie. Ketidakseimbangan komponen ini dapat mengakibatkan

terjadinya peningkatan Tekanan Intra Kranial, yang dapat disebabkan karena adanya
penyakit Stroke, tumor otak, kanker otak dll.
STROKE
Pengertian
Cedera cerebrovaskuler atau yang sering disebut dengan Stroke adalah suatu gangguan
yang menyebabkan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak serta akumulasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun
( Smeltzer C. Suzanne, 2002). Stroke juga didefinisikan sebagai gangguan yang awalnya
timbul mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurlogis baik fokal atau global yang
berangsung selama 24 jam karena semata-mata disebabkan oleh gangguan peredarah
darah ke otak non traumatik (Mansjoer, 2002).
Jenis Stroke : Stroke dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu stroke hemoragik dan non
hemoragik.
1. Stroke hemoragik merupakan tanda klinik yang berkembang cepat akibat adanya
gangguan fungsi otak fokal (lokal) dengan ditandai gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vascular (Muttaqin, 2008). Menurut Adib (2009) stroke hemoragik
merupakan pecahnya pembuluh darah diota yang menghambat aliran darah yang
normal sehingga darah merembes ke dalam suatu daerah diotak dan kemudian
merusaknya. Dapat disimpulkan bahwa ini merupakan salah satu jenis stroke yang
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga darah tidak dapat
mengalir dengan semestinya dan menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir
dengan kelumpuhan.
a. Etiologi
Pada umumnya sering pendarahan otak disebabkan karena:
Aneurisma Berry : deteksi congenital
Aneurisma lusiformis dari atherosclerosis
Aneurisma myocotic dari vaskulitis nekrose dan emboli septis

Malforasi arterivenous : pembuluh darah yang mempunyai bentuk


abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arteri langsung masuk ke vena yang menyebabkan

mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak


Rupture arteroid serebral : akibat hipertensi yang menimbulkan

penebalan dan degenerasi pembuluh darah


Trauma atau cedera kepala

Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak


atau ruang sekitar otak.Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (hemoragi
ekstradural dan epidural), dibawah durameter (hemoragi subdural), diruang
subarakhnoid (hemoragi subarakhnoid) atau didalam subtansi otak (hemoragi
intraserebral) (Smeltzer, 2002).
Perdarahan intra cerebral: pecahnya pembuluh darah ota terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak sehingga
membentuk massa atau hematoma yang menekan jaringan ota dan
menimbulkan cedera disekitar otak. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan
TIK dengan cepat sehingga dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah
putamen, thalamus, sub kortikal, nucleus kaudatus,pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronik mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah
berupa Lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid .
Perdarahan sub arachnoid : pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau
yang sering disebut percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
Aneurisma ini dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak dan diruang sub arachnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya
darah ke ruang subarachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri
kepala hebat. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan
perdarahan subarachnoid pada retina dan penurunan kesadaran.
b. Patofisiologi

Faktor pencetus (Hipertensi, trauma kepala, kanker otak, tumor otak,


aneurisma) pembuluh darah terdesak, tekanan didalam pembuluh
darah meningkat tahanan perifer menebal, aliran darah melambat
kekakuan pembuluh darah pecahnya pembuluh darah diotak
menekan jaringan otak disekitar daerah yang dibanjiri oleh darah
aliran darah ke otak berkurang suplai O2 menurun mengganggu /
mematikan fungsi dari jaringan tersebut
2. Stroke Non Hemoragik
Pegertian
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
empat kejadian yaitu:
a. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
menyebabkan thrombosis otak :
Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya

Dibawah ini dapat

pembuluh

darah serta

berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.


Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.

Oklusi

mendadak

pembuluh

darah karena

terjadi

thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma

kemudian robek dan terjadi perdarahan.


Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
Arteritis( radang pada arteri )

b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara.Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral.Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari
10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.

(RHD)
Myokard infark
Fibrilasi, Keadaan

aritmia

menyebabkan

berbagai

bentuk

pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil


dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan

embolus-embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

c. Iskemia
Penurunan aliran darah ke area otakterutama karena konstriksi ateroma
pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
Patofisiologi
Adanya sumbatan ( terjadi dari faktor emboli atau thrombosis) pada pembuluh
darah d iota aliran pembuluh darah di otak tidak lancar tekanan darah
meningkat tahanan perifer menebal viskositas dan koagulasi darah cepat

Tekanan pembuluh darah tinggi menekan terjadinya peningkatan TIK


aliran darah di otak terhambat O2 dan nutrisi tidak tersalurkan otak
kekurangan oksigen hipoksia kematian jaringan karena hipoksia infark
Faktor resiko pada stroke adalah :
1. Hipertensi (berpotensi menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah)
2. Penyakit kardiovaskuler : arteri koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
3.
4.
5.
6.

atrium, dan penyakit jantung kongestif


Kolesterol tinggi dan obesitas
Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
Diabetes mellitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar

estrogen tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain) rokok dan alcohol
Manifestasi klinis
1. Daerah arteri serebri
a. Hemiplagi kontralateral
b. Hemianopsi homonym kontralateral
c. Aphasia bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah arteri karotis interna: Serupa dengan bila mengenai serebri media
3. Daerah serebri anterior
a. Hemiplegic kontralateral terutama tungkai
b. Inkontinensia urin
c. Aphasia atau apraksia tergantung hemisfer mana yang terkena
4. Daerah arteri posterior
a. Hemianopsi homonym kontralateral mungkin tanpa mengenai daerah
macula karena daerah ini juga diperdarahi oleh arteri serebri media
b. Nyeri talamik spontan
c. Hemibalisme
d. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5. Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegic altemans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan pseudobulbar
Komplikasi
1. Infark serebri
2. Hidrosepalus yang sebagian kecil menjadi hidrosepalus nomotensif
3. Fistula caroticocavemosum

4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK , tonus otot abnormal
Pemeriksaan penunjang
1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan
iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial.
Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya
proses inflamasi.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang mengalami
infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
5. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada
thrombosis serebral.
Pengkajian
1. Pengkajian Neurologi
a. Pengkajian tingkat kesadaran
Pengkajian fungsi serebral
Status mental
Fungsi intelektual
Kemampuan bahasa
Lobus frontal
Hemisfer
b. Pengkajian Saraf Kranial
Saraf ke-1 s/d 12
c. Pemeriksaan Motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
d. Pemeriksaan Sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi
e. Pemeriksaan Reflek

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului
dengan refleks patologis

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d vasospasme serebral, edema serebral, d/d
perubahan tingkat kesadaran, perubahan dalam respon motorik/ sensorik.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan, parestesiatif d/d ketidakmampuan bergerak,
kerusakan kordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/ kontrol otot.
3. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d kelemahan d/d tingkat
kesadaran koma, bedrest total
4. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah
otak
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Perubahan perfusi
jaringan serebral b/d
vasospasme serebral,
edema serebral, d/d
perubahan tingkat
kesadaran,
perubahan dalam
respon motorik/
sensorik.

Kriteria Hasil
Tujuan:
Perfusi jaringan
serebral kembali
normal
K. H.:
Dapat
mempertahankan
tingkat kesadaran,
fungsi kognitif dan
motorik/ sensorik
membaik
Menunjukkan tandatanda vital yang
stabil.
Tidak ada
kekambuhan defisit (
sensori, bahasa,
intelektual dan emosi
).

Intervensi

Rasional

Mandiri
- Pantau/ catat
status neurologist
sesering mungkin
dan bandingkan
dengan keadaan
normalnya
- Pantau tandatanda vital
- Evaluasi pupil,
catat ukuran, bentuk,
kesamaan, dan
reaksinya terhadap
cahaya.
- Kaji fungsifungsi yang lebih
tinggi, seperti fengsi
bicara jika pasien
sadar.
- Letakkan kepala
dengan posisi agak
ditinggikan dan

- Mengetahui
kecenderungan
tingkat kesadaran dan
potensial
peningkatan TIK dan
mengetahui lokasi,
luas dan kemajuan/
resolusi kerusakan
SPP.
- Variasi mungkin
terjadi oleh karena
tekanan/ trauma
serebral pada daerah
vasomotor otak.
- Reaksi pupil diatur
oleh saraf kranial
okulomotor (III) dan
berguna dalam
menentukan apakah
batang otak tersebut
masih baik.
- Perubahan dalam

dalam posisi
anatomis.
- Berikan oksigen
sesuai indikasi.
Kolaborasi
Berikan 02 sesuai
indikasi
Berikan obat
anti hipertensi
(Captopril),
anti trombosit.(asam
acetil salicilat)
Berikan infuse (RL
dan Nacl 0,9 %)

Gangguan mobilitas
fisik b/d kelemahan,
parestesiatif d/d
ketidakmampuan
bergerak, kerusakan
kordinasi,
keterbatasan rentang
gerak, penurunan
kekuatan/ kontrol
otot.

Tujuan: Mobilitas
fisik kembali normal
K. H.:
- Dapat
meningkatkan
kekuatan dan fungsi
tubuh yang terkena.
- Klien dapat
menunjukkan teknik/
prilaku yang
memungkinkan
melakukan
aktivitas.
- Dapat
mempertahankan
integritas kulit

Mandiri
- Kaji kemampuan
secara fungsional
melalui skala
aktivitas ( 0-4 )
- Ubah posisi
minimal setiap 2 jam
- Lakukan latihan
gerak aktif dan pasif
pada semua
ekstremitas
- Tinggikan tangan
dan kepala.
- Alasi kursi duduk
atau tempat tidur
dengan busa atau
balon air.
- Berikan tempat
tidur dengan matras
bulat.

isi kognitif dan


bicara merupakan
indikator dari
gangguan serebral.
- Menurunkan
tekanan arteri dan
peningkatan drainase
dan perfusi serebral.
- Menurunkan
hipoksia yang dapat
menyebabkan
vasodilatasi serebral.
- Menurunkan
hipoksia
- Membantu
vasodilatasi
pembuluh darah
- Mencegah
pembekuan saat
embolus
- Mempertahankan
volume sirkulasi
- Mengidentifikasi
kekuatan/ kelemahan
dan dapat
memberikan
informasi mengenai
pemulihan.
- Menurunkan
resiko terjadinya
trauma/ iskemia
jaringan
( dekubitus ).
- Meminimalkan
atrofi otot,
meningkatkan
sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.
- Perubahan dalam
isi kognitif dan
bicara merupakan
indikator dari
gangguan serebral.

- Meningkatkan
aliran balik vena dan
membantu mencegah
edema.
- Mencegah
menurunkan tekanan
koksigeal/ kerusakan
kulit.
Gangguan
komunikasi verbal
yang berhubungan
dengan penurunan
sirkulasi darah otak

Tujuan: Proses
komunikasi klien
dapat berfungsi
secara optimal
Kriteria hasil:
- Terciptanya suatu
komunikasi dimana
kebutuhan klien
dapat dipenuhi
- Klien mampu
merespon setiap
berkomunikasi
secara verbal
maupun isyarat

Resiko tinggi
terhadap kerusakan
integritas kulit b/d
kelemahan d/d
tingkat kesadaran
koma, bedrest total

Tujuan :
Kerusakan integritas
kulit tidak terjadi
KH : kulit tetap utuh,
dekubitus tidak
terjadi

- Berikan metode
alternatif
komunikasi, misal
dengan bahasa isarat
- Antisipasi setiap
kebutuhan klien saat
berkomunikas
- Bicaralah dengan
klien secara pelan
dan gunakan
pertanyaan yang
jawabannya ya
atau tidak
- Anjurkan kepada
keluarga untuk tetap
berkomunikasi
dengan klien
- Hargai kemampuan
klien dalam
berkomunikasi
- Kolaborasi dengan
fisioterapis untuk
latihan wicara

- Memenuhi
kebutuhan
komunikasi sesuai
dengan kemampuan
klien
- Mencegah rasa
putus asa dan
ketergantungan pada
orang lain
- Mengurangi
kecemasan dan
kebingungan pada
saat
komunikas
- Mengurangi isolasi
sosial dan
meningkatkan
komunikasi yang
efektif
- Memberi semangat
pada klien agar lebih
sering melakukan
komunikasi
- Melatih klien
belajar bicara secara
mandiri dengan baik
dan benar

Mandiri
- Ubah posisi setiap
2 jam
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
- Tinggikan tangan
dan kepala
- Bantu dalam
pemenuhan ADL

- Menurunkan resiko
terjadinya trauma/
iskemia jaringan
yang dapat
menimbulkan
kerusakan pada kulit
( dekubitus )
- Meningkatkan
sirkulasi dan

(makan minum,
BAB/BAK, mandi)

membantu mencegah
kontraktur
- Meningkatkan
aliran balik vena
- Untuk memenuhi
kebutuhan klien dan
membantu mencegah
terjadinya
kelembaban kulit

Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain
dalam sistem kardiovaskuler.
3. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.

Referensi
Burns, J.Jr., and Hauser, W.A., 2003. The Epidemiology of Traumatic Brain Injury : A
Review. Epilepsia, Suppl 10 : 2-10.
Feigin, Valery. (2006). Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan Pemulihan
Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
Potter & Perry. (2005). Fundamental Konsep, Proses, Praktik Ed.4 vol.2, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai