Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK KENAIKAN BBM BAGI MASYARAKAT

DAMPAK KENAIKAN BBM BAGI MASYARAKAT


PENDAHULUAN
Kenaikan bbm menjadi headline saat ini, dengan alih-alih
membantu rakyat mencapai kesejahteraan, pemerintah justru ingin
menaikan harga bbm, sebagai cara untuk membantu perekonomian,
dengan kedok kebijakan. Banyak rakyat yang mengeluh, kecewa, dan
menyayangkan kinerja pemerintah tidak bisa mengerti rakyat. Banyak
pula yang menyalahkan pemerintah tidak becus mengantisipasi kenaikan
bbm.
Gejolak kenaikan bbm sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2000,
seiring berjalannya waktu kenaikan bbm mencapai taraf
mengkhawatirkan. Masalah kenaikan ini disebabkan oleh , salah satunya
adalah persepsi terhadap rendahnya kapasitas cadangan harga minyak
yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan (demand) dan
di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidakmampuan negara-negara
produsen untuk meningkatkan produksi . Hal ini kemudian direspon oleh
pemerintah di beberapa negara di dunia dengan menaikkan harga BBM
Sepanjang dua periode pemerintahan, tercatat Presiden SBY sudah 3 kali
pernah menaikkan harga BBM. Harga BBM jenis premium yang kini
mencapai Rp. 4.500 liter, diperkirakan akan meroket hingga Rp 6-7 ribu
per liter. Dipastikan kalau benar pemerintah menaikkan harga BBM
bersubsidi, akan memberikan efek ganda (efek domino) pada kehidupan
riil masyarakat.
Pertanyaannya, siapakah sesungguhnya yang diuntungkan dengan
langkah pemerintah menaikkan BBM? Apakah rakyat diuntungkan?
Apakah pengusaha juga tidak dirugikan? Yang jelas, pemerintah sama
sekali tidak mendapatkan untung baik secara citra maupun financial.
Blog kali ini saya akan membahas tentang, bagaimana dampak sosial
bagi masyarakat, sektor mana yang mengalami dampak paling buruk

akibat kenaikan bbm ini, dan apa solusi yang seharusnya dilakukan
pemerintah dengan kondisi saat ini.
PEMBAHASAN
Dalam perspektif apa pun, kenaikan harga BBM selalu mendatangkan
cerita buruk. Karena, trend kenaikan BBM selalu memberi effect
domino atau mulltiplier effect terhadap berbagai kebutuhan dasar
masyarakat. Dampak turunan yang paling besar adalah naiknya harga
kebutuhan pokok, diikuti oleh kenaikan tarif dasar listrik (TDL),
transportasi, dan harga-harga lainnya.
Memilih menaikkan harga BBM, seperti memakan buah kebimbangan.
Jika harga BBM tak dinaikkan, beban negara akan semakin berat,
aktivitas pembangunan pun akan terhambat. Rasionalisasi penyehatan
atau penyelamatan APBN pun selalu menjadi tameng yang ampuh untuk
menaikkan harga BBM.
Sebaliknya, jika harga BBM dinaikkan, APBN akan kuat, lewat
pendapatan negara yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang sehat.
Namun, hal ini tidak akan berarti apa pun, jika mayoritas masyarakat
Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan (terancam dibatasi
subsidi). Selain pengangguran menggila, rakyat tidak mendapatkan
pelayanan sosial (social service) yang baik, jaminan sosial (social
Insurance) berkualitas, akses pendidikan dan kesehatan yang murah dan
berkualitas, serta proteksi terhadap sandang-pangan-papan yang
memadai.
Beras dan BBM menjadi alat pertahanan ekonomi yang paling ampuh
dalam memakmurkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekaligus
sebaliknya, sebagai alat yang paling ampuh untuk menghancurkan
kehidupan perdaban sebuah bangsa. Sejarah perjalanan bangsa ini sudah
terlalu kenyang dengan modus politik yang bersinggungan dengan isu
beras dan BBM. Maka jangan sampai terjadi jatuhnya orde reformasi di
masa mendatang, juga gara-gara isu BBM dan beras.
siapakah sesungguhnya yang diuntungkan dengan langkah pemerintah
menaikkan BBM? Apakah rakyat diuntungkan? Apakah pengusaha juga
tidak dirugikan? Sesungguhnya pengelolaan BBM di tanah air masih di
monopoli oleh Pertamina, salah satu BUMN yang mengurusi industri

BBM. Apakah tidak mungkin, di masa mendatang, sector swasta


diberikan kewenanga yang sama untuk turut mengelola industry BBM
Adanya kompetisi antara Pertamina dan perusahaan swasta dalam
industry BBM, hemat penulis, akan memberikan alternative harga yang
merakyat. Karena ada kompetisi di sana, sehingga Pertamina sebagai
pelaksana teknis atas mahal atau murahnya BBM tidak selalu
dikambinghitamkan atas berbagai kebijakan yang telah ditempuh
pemerintah.
Masih ada jalan pintas lain, agar harga BBM bisa dikendalikan dan tidak
mencekik kehidupan masyarakat? Bagaimana caranya? Yaitu dengan
memaksimalkan berbagai penelitian dan inovasi yang bisa menginspirasi
adanya sumber bahan bakar baru di Indonesia.
Satu hal yang patut kita pertanyakan adalah, mengapa di tengah harga
BBM yang mahal, dan akan terus mengalami kenaikan harga, justru
permintaan masyarakat akan kendaraan motor dan mobil pribadi terus
mengalami peningkatan tajam? Aneh bukan? Lantas mana yang
benardan sahih, adanya rencana kenaikan harga BBM memstinya
memberikan efek jera kepada para calon pembeli dan pengusaha
kendaraan bermotor dalam membatasi jumlah produksinya, tetapi
kenapa malah berlaku hokum sebaliknya?
Ataukah ada rencana kenaikan harga BBM itu cumin sebagai strategi
(siasat) politik para pejabat Negara (antara pejabat eksekutif dan
yudikatif) untuk menaikkan gaji mereka dan memberikan peluang manis
bagi mereka melakukan praktik-praktik korupsi dalam bidang per-BBMan
REAKSI MASYARAKAT
. Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi dari
yang semula harganya 4500 Rupiah per liter menjadi 6000 Rupiah per
liternya lantas menuai banyak protes dari banyak pihak. Kondisi
masyarakat yang selama ini jauh dari nilai sejahtera bukannya sedikit
tertolong dengan kinerja pemerintah malah semakin merasa terjepit
dengan keputusan dinaikkannya harga BBM.

Warga dengan kadar ekonomi yang serba pas-pasan selama ini sudah
sangat terbebani denganharga bahan bakar minyak yang mencapai
4500 Rupiah per liternya, sangat disayangkan bukannya ada penurunan
harga yang terjadi justru kenaikan yang jauh dari kemampuan
masyarakat. Kabar akan dinaikkannya harga BBM membuat masyarakat
bawah merasa sangat cemas. Bagaimana tidak, untuk mencukupi
kebutuhan pangan mereka sehari-hari saja mereka sudah kedodoran
apalagi ditambah dengan naiknya harga bahan bakar minyak.
Pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar
bersubsidi dengan alasan naiknya harga minyak dunia. Naiknya harga
minyak dunia dijadikan sebagai alasan mengapa harga BBM bersubsidi
dalam Negeri ikut dinaikkan. Jika dilihat dari satu sisi, mungkin
keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM memang tepat.
Tapi, seharusnya pemerintah juga memperhatikan kondisi masyarakat
kecil. Mungkin pemerintah belum juga menyadari bahwaIndonesia ini
adalah diantara Negara termiskin dengan puluhan juta rakyatnya yang
tidak memiliki pekerjaan. Mestinya pemerintah lebih bersikap realistis
dan prihatin terhadap kondisi warganya. Pemerintah harusnya bisa
mengambil sikap yang lebih tepat dan mempertimbangkan banyak hal.
Demonstrasi menolak kenaikan harga BBM terjadi dimana-mana.
Mahasiswa yang merasa terpanggil untuk menyuarakan aspirasi dan
hak-hak rakyat kecil terus berupaya melakukan aksi protes dinaikkannya
harga BBM. Ternyata mahasiswa jauh lebih mengerti kondisi
masyarakat daripada dewan perwakilan rakyat (DPR) yang seharusnya
menjadi pengurus dan pensejahtera rakyat.

MEREKA YANG PALING BERPENGARUH, DALAM EFEK


KENAIKAN BBM
Kenaikan Harga BBM

dan Jalan Sistematis Miskinkan Petani


Bagi petani, kenaikan harga BBM artinya juga kenaikan biaya produksi.
Bagi petani kecil
atau buruh tani setidaknya biaya produksi selain benih dan pupuk juga
meliputi harga sewa tanah, sewa traktor dan pompa air, demikian juga
pengolahan hasil panen seperti usaha penggilingan padi dan ongkos
angkut atau transportasi.
Misalnya, sebuah traktor tangan berkekuatan 8.5 PK membutuhkan
solar 18 liter/ha sekitar Rp 81.000 untuk pengolahan lahan sampai siap
tanam yang memerlukan waktu 18 jam. Saat ini rata-rata sewa traktor
antara Rp 400.000 hingga Rp 500.000 per hektare. Belum lagi bagi
petani penyewa bisa dipastikan sewa tanah akan naik.
Pengalaman di tahun 2008, sewa tanah di Cirebon Jawa Barat naik 100
persen, yaitu dari Rp 5 juta/ha/tahun menjadi Rp 10 juta/ha/tahun.
Artinya semua kenaikan ini akan dibebankan kepada petani, seperti yang
sudah terjadi sebelumnya di tahun 2008.
Dampak rencana kenaikan harga BBM saat ini sudah dirasakan di
beberapa daerah. Di Ponorogo bahkan petani yang ingin membeli solar
dalam jumlah yang cukup besar tersebut untuk traktor dan perontok
padinya harus mendapatkan surat izin dari kepala desa.
Hal ini karena dikhawatirkan petani akan menimbun bahan bakar
menjelang kenaikan ini, mengingat solar dan BBM lainnya mulai sulit
didapat seperti yang diungkapkan Ruslan, Ketua DPW SPI Jawa Timur.
Di tengah situasi saat ini sudah sepatutnya secara luas rakyat menolak
kenaikan harga BBM yang merupakan kebijakan liberalisasi, privatisasi,
komersialisasi dan korporatisasi sektor energi di Indonesia.
Oleh karena itu, perlunya ada kebijakan keadilan dan penghematan
energi dengan pajak tinggi bagi kalangan yang
menggunakan energi yang besar, serta memaksimalkan teknologi energi
yang merakyat, murah dan massal seperti tenaga air, angin, matahari,
gelombang laut dan biogas.
Dengan juga kebijakan pertanian haruslah didorong dengan model
pertanian keluarga yang berkelanjutan. Pedesaan adalah sumber

penghasil energi, yang kemudian sejak revolusi hijau justru menjadi


konsumen energi.
Dengan pertanian berkelanjutan penggunaan energi sangat sedikit
dibandingkan dengan pertanian berbasis korporasi seperti yang sedang
didorong oleh pemerintah saat ini. Selain itu, distribusi hasil pertanian
dan pangan, sebesar-besarnya bagi konsumsi nasional, selain
mengurangi pemakaian energi juga sebagai langkah melawan kelaparan.
SOLUSI
Kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang
menjadi pilihan bagi pemerintah saat ini lebih rasional dibandingkan
rencana sebelumnya yang ingin membatasi penggunaan BBM bagi
masyarakat. Namun, kebijakan tersebut memiliki dampak signifikan.
Sisi positifnya, pemerintah bisa melakukan penghematan subsidi BBM
hingga puluhan triliun setiap tahunnya. S
ementara dampak negatifnya, jelas dapat menekan tingkat daya beli
masyarakat. Untuk itulah, rencana pemerintah memberikan kompensasi
sebagai jaminan perlindungan sosial abagi masyarakat kurang mampu
harus direalisasikan secara tepat untuk meminimalisasi dampak negatif
akibat kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut.
Kebijakan kenaikan harga ini cukup rasional dan efektif untuk mengatasi
permasalahan jangka pendek, tetapi tidak untuk jangka panjang karena
kebijakan ini bersifat ad hoc. Buktinya, setiap kali terjadi lonjakan harga
minyak mentah dunia, APBN akan terus tertekan oleh penambahan
defisit karena membengkaknya subsidi BBM dan subsidi energi lainnya
(LPG dan listrik).
Pilihan untuk menaikkan harga BBM telah diambil pemerintah.
Pendapat pro dan kontra pasti akan tetap muncul. Tetapi, pemerintah
perlu memfokuskan diri pada dua hal. Yaitu, meminimalkan dan
mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan, baik secara sosial,
ekonomi, maupun politik. Selanjutnya fokus mewujudkan secara nyata
manfaat yang diperoleh dari kenaikan harga BBM kepada rakyat.

Pemerintah harus fokus meminimalkan dampak dengan memberikan


kompensasi yang pas, berupa bantuan langsung tunai (BLT) atau bisa
dengan instrumen lain yang lebih bagus. Sebagaimana harapan publik,
dibutuhkan program perbaikan transportasi umum yang lebih nyaman
bagi masyarakat dan pembangunan infrastruktur untuk menekan
ekonomi biaya tinggi. Tapi, untuk memberikan bantuan dalam bentuk
pangan, saya tidak yakin pemerintah siap, seperti pemberian kupon
sembako.
pemerintah juga harus mengimbangi dampak psikologis masyarakat.
Dengan kenaikan harga BBM, maka pemerintah melalui Kementerian
Perhubungan harus bisa memberikan batas maksimal kenaikan tarif
angkutan umum. Atau, Kementerian Perdagangan harus bisa
memberikan batas atas kenaikan harga bahan pangan pokok seperti beras
dan lainnya.
Sebab, kenaikan harga BBM pastinya menjadi beban psikologis bagi
masyarakat sehingga pemerintah harus menyikapinya dengan
memberikan keringanan terhadap dampak psikologis yang ada. Sebab,
kalau tidak, maka dampak psikologis yang dirasakan masyarakat akan
semakin bertambah. Persoalan besar dari kebijakan menaikkan harga
BBM ini berdampak pada daya beli masyarakat.
Dari sisi pengelolaan energi, kebijakan menaikkan harga BBM
bersubsidi akan memperkecil disparitas harga BBM subsidi dengan
nonsubsidi. Ini akan mengurangi penyalahgunaan. Sejalan dengan
kebijakan energi nasional, perlu mendorong penggunaan energi
alternatif.
Sedangkan dari sisi anggaran negara, penghematan alokasi anggaran dari
kenaikan harga premium dan solar Rp 1.000 per liter menghemat Rp
38,3 triliun. Jika harga BBM naik Rp 1.500 bisa menghemat subsidi
BBM sekitar Rp 57 triliun.

Jadi, penyesuaian harga BBM merupakan salah satu instrumen penting


untuk memperkuat ketahanan energi nasional kita. Selan jutnya, program
konversi BBM ke bahan bakar gas (BBG) yang selama ini berjalan
sangat lambat harus dipastikan bisa berjalan lebih baik. Dibandingkan
dengan negara tetangga, seperti Malaysia, perkembangan konversi
energi ini masih tertinggal. Ke depan, pemerintah harus punya platform
yang jelas dan konsisten terhadap program konversi energi yang perlu
dukungan dari seluruh jajaran instansi pemerintahan

PENUTUP
Demikian makalah ini dibuat semoga. Semoga dapat membantu
pengetahuan tentang dampak kenaikan bbm baik itu positif dan juga
negatif, penulis meminta maaf apabila ada kesalahan penulisan dalam
makalah ini, dikarenakan kekurangan penulis dalam menulis makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua.
Kesimpulan:
Kenaikan bbm merupakan hal yg sangat dicemaskan masyarakat,
dampak dari kenaikan bbm saja mampu mengubah jalan hidup rakyat
menjadi lebih berat. Harapan rakyat adalah ingin mencapai
kesejahteraan, dan tugas pemerintah adalah untuk membimbing rakyat
mencapai kesejahteraan. Semoga apa yang menjadi kebijakan
pemerintah mampu membuat kepuasan rakyat, dan tidak terjadi konflik,
untuk kebaikan bersama, dan saling menguntungkan satu sama lain.
Dan bagi penulis, kenaikan BBM bukanlah solusi yg tepat, untuk
memperbaiki perekonomian negara.
sumber:
SINAR HARAPAN, 13 Maret 2012
Geosya.blogspot.com
SUARA KARYA
AntaraNews.com

Anda mungkin juga menyukai