Isi Makalah Profesi Kependidikan
Isi Makalah Profesi Kependidikan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam pengembangan, pengawas satuan pendidikan lebih diarahkan untuk
memiliki serta memahami bahkan dituntut untuk dapat mengamalkan apa yang
tertuang dalam peraturan mentri tentang kepengawasan. Tuntutan tersebut salah
satunya tentang kompetensi dalam memahami metode dan teknik dala supervisi.
Seorang serpervisor adalah orang yang profesional ketika menjalankan tugasnya,
ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu dan
kualitas sumber daya pendidikan.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan
komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terusmenerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan
pra-jabatan maupun program dalam jabatan. Tidak semua guru yang dididik di
lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru
itu perlu terus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara
potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru
untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.
Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk
mendidik tunas-tunas muda dan membantu mengembangkan potensinya secara
professional. Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi
dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan
tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai. Tidak hanya
pada tataran normatif saja namun mampu mengembangkan kompetensi yang
dimiliki, baik kompetensi personal, professional, maupun kemasyarakatan dalam
selubung aktualisasi kebijakan pendidikan.
Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan
melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya
1
meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru dan tenaga
kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun
kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.
1.2 Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Rumusan Masalah
a. Apa saja Hakekat, Perkembangan, dan Tujuan Supervisi Pendidikan?
b. Apa pengertian Kompetensi Supervisor Pendidikan?
c. Bagaimana Prinsip-prinsip, Metode, dan teknik Supervisi Pendidikan?
d. Apa saja Berbagai Pendekatan dalam Supervisi Pendidikan?
e. Bagaimana Pengembangan Perencanaan Program Supervisi Pendidikan?
Batasan Masalah
a. Hakekat, Perkembangan, dan Tujuan Supervisi Pendidikan
b. Kompetensi Supervisor Pendidikan
c. Prinsip-prinsip, Metode, dan teknik Supervisi Pendidikan
d. Berbagai Pendekatan dalam Supervisi Pendidikan
e. Pengembangan Perencanaan Program Supervisi Pendidikan
1.3 Tujuan Penulisan
a. Memahami hakekat, perkembangan dan tujuan supervisi pendidikan.
b. Memahami Kompetensi Supervisor Pendidikan
c. Memahami prinsip-prinsip, metode, dan teknik-teknik supervise
pendidikan.
d. Memahami berbagai pendekatan supervisi pendidikan.
e. Memahami cara pengembangan program supervisi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat, perkembangan, dan Tujuan Supervisi Pendidikan
Pendidikan di sekolah adalah merupakan salah satu dari tri pusat pendidikan,
di samping pendidikan dalam keluarga dan pendidikan dalam masyarakat
(Dewantara.1977). Pendidikan di sekolah merupakan suatu sistem pendidikan
yang dilakukan dan diorga-nisasikan secara formal. Sekolah sebagai organisasi
pendidikan formal merupakan suatu sistem yang sangat kompleks, di dalamnya
terdiri dari berbagai komponen yang mempunyai tugas dan fungsi secara sendirisendiri maupun saling berkaitan satu sama lainnya, dan berproses dalam rangka
mencapai tujuannya.
Untuk dapat berfungsi dan berprosesnya berbagai komponen sekolah tersebut
secara efektif dalam mencapai tujuan pendidikan, maka berbagai fungsi
manajemen dalam lembaga pendidikan sekolah supaya dilakukan secara benar.
Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksudkan diantaranya adalah fungsi
perencanaan,
pengorgasian,
komunikasi,
pengarahan,
kepemimpinan,
mulai
diberlakukannya
diperkenalkan
Kurikulum
sejak
1975.
tahun
Kemudian
1975
dalam
bersamaan
dengan
perkembangannya,
digunakan
untuk
supervisi
pendidikan
bukanlah
sesuatu
yang
perlu
perbaikan proses belajar mengajar. Ada dua tujuan yang harus diwujudkan dari
supervisi pendidikan itu, yaitu: (1) perbaikan atau peningkatan pembelajaran, dan
(2) peningkatan mutu pendidikan.
Konsepsi supervisi kemudian lebih memfokus pada kegiatan PBM, sehingga
supervisi diberikan pengertian sebagai setiap layanan yang diberikan kepada guru,
yang hasil akhirnya adalah untuk peningkatan atau perbaikan pengajaran guru,
pembelajaran murid, dan perbaikan kurikulum (Neagley dan Evans. 1980).
Supervisi sebagai usaha untuk mendorong, mengkoordinasikan, dan menuntun
pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan di suatu sekolah, baik secara
individu maupun secara kelompok dalam pengertian yang lebih baik, dan tindakan
yang lebih efektif dalam fungsi pengajaran sehingga mereka dapat mampu untuk
mendorong dan menuntun pertumbuhan setiap siswa secara berkesinambungan
menuju partisipasi yang cerdas dan kaya dalam kehidupan masyarakat demokratis
modern (Boardman, dkk. 1961), nilai supervisi terletak pada perkembangan dan
perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan para
siswa (Mark, dkk.1974). Sehubungan dengan tujuan, manfaat dan nilai dari
supervisi pengajaran tersebut sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, maka permasyalahan lainnya yang tampaknya juga perlu dibahas
adalah apakah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang untuk dapat
diangkat menjadi pengawas.
Pengawas secara akademik adalah bisa bersifat formal yang berasal dari luar
sekolah, yaitu kalau pengawas tersebut ditunjuk secara legal oleh Dinas
Pendidikan pada tingkat kabupaten, provinsi, dan tingkat kecamatan, dan ada juga
supervisor yang berasal dari dalam sekolah sendiri, yaitu kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, para ketua unit, dan para guru bidang studi yang sudah senior
(Pidarta. 1986). Kemudian seseorang yang dapat diangkat menjadi supervisor
terutama yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan sesuai dengan Permen Pendidikan
Nasional RI No.12 Tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah,
untuk tingkat SMA harus memenuhi kualifikasi: (1) memiliki pendidikan
minimum Magister (S2) Kependidikan dengan berbasis Sarjana (S1) dalam
rumpun mata pelajaran pada perguruan tinggi yang terkreditasi, (2) guru SMA
pelajaran,
(6)
menyelenggarakan
penataran
guru-guru,
(7)
Kompetensi
Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas satuan
pendidikan.
1.2 Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah
baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya
mau-pun tugas-tugas jabatannya.
1.3 Memiliki rasa ingintahu akan hal-hal baru tentang
pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
yang menunjang tugas pokok dan tanggungjawabnya.
1.4 Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada
2. Kompetensi Supervisi
2.1
Manajerial.
stakeholder pendidikan.
Menguasai metode, teknik dan prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah yang sejenis.
2.2 Menyusun program kepengawasan berdasarkan visimisi-tujuan dan program pendidikan sekolah menengah yang sejenis.
2.3 Menyusun metode kerja, instrumen yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi kepengawasan di sekolah menengah yang sejenis.
2.4
Menyusun laporan hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan
berikutnya di sekolah menengah yang sejenis.
2.5
Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah menengah yang sejenis.
2.7 Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah menengah yang
sejenis.
2.8 Memantau pelaksanaan standar nasional pendidik-an
dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu
kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi se3. Kompetensi supervisi
3.1
akademik.
3.2
3.3
Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan
KTSP.
kanstrategi/metode/teknik pembelajaran/bombingan
yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa
melalui
mata
pelajaran
dalam
rumpun
mata
Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.6
3.7
Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan
dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata
pela-jaran dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.8
4. Kompetensi evaluasi
Pendidikan.
didikan dan pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah menengah yang sejenis.
4.2
4.3
4.4
5. Kompetensi penelitian
5.1
Pengembangan.
5.2
5.3
5.4
Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok
10
tangjawabnya.
5.5
5.6 Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan atau dalam bidang kepengawasan dan
memanfaatkannya
untuk
perbaikan
mutu
pendidikan.
5.7 Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul
yang diperlukan untuk melaksnakan tugas pengaasan di sekolah menengah yang sejenis.
5.8
Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun
6. Kompetensi sosial
6.1
pelajaran,
(6)
menyelenggarakan
penataran
guru-guru,
(7)
12
Kompetensi
Memiliki tanggungjawab sebagai pengawas satuan
pendidikan.
1.6 Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah
baik yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya
mau-pun tugas-tugas jabatannya.
1.7 Memiliki rasa ingintahu akan hal-hal baru tentang
pendidikan dan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
yang menunjang tugas pokok dan tanggungjawabnya.
1.8 Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada
2. Kompetensi Supervisi
2.1
Manajerial.
stakeholder pendidikan.
Menguasai metode, teknik dan prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah menengah yang sejenis.
2.2 Menyusun program kepengawasan berdasarkan visimisi-tujuan dan program pendidikan sekolah menengah yang sejenis.
2.3 Menyusun metode kerja, instrumen yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi kepengawasan di sekolah menengah yang sejenis.
2.4
13
2.6
Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah menengah yang sejenis.
2.7 Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah menengah yang
sejenis.
2.8 Memantau pelaksanaan standar nasional pendidik-an
dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu
kepala sekolah dalam mempersiapkan akreditasi se3. Kompetensi supervisi
3.1
akademik.
3.2
3.3
Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di sekolah menengah yang sejenis berlan-
14
daskan standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan
KTSP.
3.4 Membimbing guru dalam memilih dan menggunakanstrategi/metode/teknik pembelajaran/bombingan
yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa
melalui
mata
pelajaran
dalam
rumpun
mata
Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.6
3.7
Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan
dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata
pela-jaran dalam rumpun mata pelajaran yang
relevan di sekolah menengah yang sejenis.
3.8
4. Kompetensi evaluasi
Pendidikan.
15
4.2
4.3
4.4
5. Kompetensi penelitian
5.1
Pengembangan.
5.2
5.3
16
Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok
tangjawabnya.
5.5
5.6 Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan atau dalam bidang kepengawasan dan
memanfaatkannya
untuk
perbaikan
mutu
pendidikan.
5.7 Menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul
yang diperlukan untuk melaksnakan tugas pengaasan di sekolah menengah yang sejenis.
5.8
Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan kelas, baik perencanaan maupun
6. Kompetensi sosial
6.1
18
2.
3.
4.
19
Tabel 2.1
Siklus Kegiatan Supervisi
Kunjungan Kelas
2.
Observasi/ku
njungan Kelas
3. Percakapan setelah
observasi
Sejalan
dengan
perkembangan
iptek
supervisi
juga
mengalami
20
yang ikut mengembangkannya antara lain Cogan, Mosher dan Perpel, Oliva,
Robert Goldhamamer (Bafadal.1992). Perbedaan pengembangan di antara para
pakar tersebut terletak pada langkah proses atau siklusnya, ada yang 3 langkah, 5
langkah, ada pula 8 langkah. Siklus yang paling banyak diikuti adalah yang terdiri
dari 3 langkah, demikian juga penggunaan supervisi klinis hanya terbatas pada
guru yang menghadapi masalah pengajaran, atau bagi guru yang ingin
mencobakan hal-hal yang baru.Variasi dan perbedaan langkah proses dalam
siklusnya tampak dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.2
Deskripsi Siklus Supervisi Klinik
Cogan (1973)
Mosher dan
Oliva (1984)
Perpel (1972)
Membangun dan
Kontak dan
menetapkan
komunikasi
hubungan.
dengan guru
Perencanaan
Goldhammer,
Bafadal.
dkk. (1981).
1992
untuk
Pertemuan
Tahap
Perencanaan
merenca-
sebelum
pertemu-
dengan guru.
nakan
observasi.
an awal.
observasi
Perencanaan
kegiatan observasi
Tahap
Observasi kelas
Observasi.
Observasi
Observasi kelas
kelas
observasi
mengajar
Analisis proses
Analisis data
belajar mengajar.
strategis.
21
Perencanaan
Evaluasi dan
Tindak lanjut
Pertemuan
Tahap
pertemuan.
analisis
observasi.
supervisi.
pertemuan
Pertemuan.
Analisis sesudah
balikan.
pertemuan
Penjajagan
supervisi.
pertemuan
berikutnya.
2.4 Berbagai Pendekatan dalam Supervisi Pendidikan
Kemudian dalam pengembangan supervisi pengajaran untuk dapat
mencapai tujuannya secara efektif seorang supervisor dapat menggunakan
berbagai pendekatan yang memiliki pijakan ilmiah, yaitu supervisi saintifik,
artistik, dan klinik (Sahertian. 2000). Supervisi saintifik memiliki ciri-ciri: (1)
dilaksanakan secara berencana dan kontinyu, (2) sistematis dan menggunakan
prosedur serta teknik tertentu, (3) menggunakan instrumen pengumpulan data, dan
(4) data obyektif yang diperoleh dari keadaan riil, dan dianalisis. Supervisi artistik
memandang bahwa mengajar itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan
suatu kiat. Lebih jauh dijelaskan bahwa supervisi bekerja menyangkut untuk
orang lain, melalui orang lain. Oleh karena itu pekerjaan supervisi akan berhasil
apabila ada kerelaan, kepercayaan, saling mengerti, dan saling mengakui dan
menerima orang sebagaimana adanya, sehingga orang lain merasa aman dan mau
maju. Supervisi klinik pada mulanya diperkenalkan oleh Moris L. Cogan, Robert
Goldhammer, dan Richard Weller di Universitas Harvard pada akhir tahun lima
puluhan dan awal tahun enam puluhan (Krajewski.1982). Supervisi klinik
dirancang sebagai salah satu model atau pendekatan dalam mensupervisi calon
guru yang berperaktek mengajar. Penekanannya adalah pada klinik atau dalam
pengobatan dan penyembuhan, yang diwujudkan dalam bentuk tatap muka antara
supervisor dengan calon guru. Supervisi klinik lebih memusatkan perhatiannya
pada perilaku guru yang aktual di kelas.
22
Tinggi
Rendah
Humanistik
Sedang
Sedang
Kognitivistik
Rendah
Tinggi
Behavioralistik
tentang belajar.
Metode belajar.
Menemukan sendiri
Mencoba-coba
Dikondisikan
(Self-Discovery).
(eksperimentasi)
(conditioning).
Tabel 2.4
23
Tinggi
Tinggi
Rendah
Nondirektif
Penilaian diri
Sedang
Sedang
Sedang
Kollaboratif
Kontrak bersama
Rendah
Rendah
Tinggi
Direktif.
Menetapkan pato-
sendiri
(Self assessment)
kan (Delineated
standard)
Berdasarkan dua dimensi penting yang dimiliki oleh setiap individu guru,
yaitu dimensi derajat komitmen dan dimensi kekomplekkan kognitif atau derajat
abstraksi seperti yang disajikan dalam gambar 2 di atas, maka pendekatan
supervisi pengajaran yang dapat dikembangkan adalah supervisi yang berorientasi
pada pendekatan nondi-rektif, kolaboratif, dan direktif. Dalam hubungan ini
Sergiovanni (1991) mengembangkan supervisi dengan menambahkan dua dimensi
baru, yaitu bertitik tolak dari tanggungjawab guru yang bisa dilhat derajat
kematangan dan derajat tanggungjawabnya. Dengan memadukan supervisi
individual, kolegial, dan informal dengan membangun suatu kerangka berpikir
yang baru dalam supervisi seperti yang ada dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.5
DIMENSI DERAJAT KOMITMEN DAN TANGGUNGJAWAB GURU
Tinggi
24
D
e
r
a
j
a
t
Derajat komitmen
+Kuadran 3.
Pengamat analitik
Rendah
-Kuadran 1.
Guru DO
a
b
s
t
r
a
k
Rendah
s
i
pendekatan yang
++
Kuadran 4.
Profesional
Tinggi
-+
Kuadran 2.
Guru kurang perhatian
bahwa mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi
yang telah ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif.
Peran supervisor adalah mengimformasikan, mengarahkan, menjadi model, dan
menilai kompetensi yang telah ditetapkan. Supervisi kolaboratif adalah
pendekatan yang didasarkan atas asumsi bahwa mengajar pada dasarnya adalah
pemecahan masalah, dalam pendekatan ini ada dua orang atau lebih orang ikut
serta mengemukakan sebuah hipotesis dan sebuah masalah, eksperimen, dan
mengimplementasikan strategi mengajar itu, yang dianggap lebih relevan dengan
lingkungan sendiri. Peran supervisor membimbing ke proses pemecahan masalah,
para anggota aktif dalam interaksi dan menjaga agar guru tetap memusatkan
perhatiannya pada masalah mereka. Supervisi nondirektif berasumsi bahwa
belajar pada dasarnya adalah penga-laman pribadi dimana individu pada akhirnya
harus menemukan pemecahan masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman
murid di dalam kelas. Peran supervisor adalah mendengarkan, tidak memberikan
pertimbangan,
membangkitan
kesadaran
sendiri
dan
mengklarifikasikan
25
bagaimana seharusnya dilakukan pada guru, dan pada gilirannya supervisi harus
berkembang ketahapan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya supervisi Glickman
(1980) disebut supervisi perkembangan, karena tujuan supervisi menurutnya
adalah membantu guru belajar bagaimana para guru meningkatkan kapasitas
mereka untuk mewujudkan tujuan pembelajaran siswa yang telah ditetapkan. Di
sisi lain perlu juga disadari bahwa essensi dari supervisi tersebut adalah proses
bantuan, oleh karena itu maka bantuan supervisi tersebut sebaiknya diberikan
apabila diperlukan oleh guru-guru. Pengembangan masing-masing model
supervisi pengajaran yang disebut dengan supervisi direktif, supervisi kolaboratif,
dan supervisi non direktif secara lebih lengkapnya akan diuraikan dalam
pembahasan selanjutnya.
a. Supervisi Pengajaran Direktif
Supervisi direktif adalah pendekatan yang didasarkan pada keyakinan
bahwa mengajar terdiri dari keterampilan teknis dengan standar dan kompetensi
yang telah ditetapkan dan diketahui untuk semua guru agar pengajarannya efektif.
Pendekatan supervisi pengajaran direktif oleh Sutjipto dan Raflis Kosasi (1999)
disebut juga dengan pendekatan supervisi pengajaran berdasarkan kompetensi.
Peran
supervisor
dalam
menerapkan
pendekatan
direktif
ini
adalah
26
diobservasinya, yangn lebih lanjut akan dapat menetapkan tindakan apa yang akan
dapat dilaksanakan.
Observasi, pada tahap ini supervisor berada di dalam kelas dan
mengadakan observasi. Dalam melaksanakan observasi tersebut seorang
supervisor mengamati perilaku siswa dari awal sampai akhir pelajaran. Untuk
lebih mudahnya dalam melakukan supervisi alat yang berupa cheklist dapat
digunakan, dan sudah tentunya berbagai perilaku siswa lainnya yang dianggap
perlu juga dapat dan perlu dicatat.
Analisa dan interpretasi, data yang didapat dalam melakukan observasi
dibuatkan semacam tabulasi data tentang perilaku siswa, sehingga lebih lanjut
data tersebut dapat dianalisis sehingga dapat diambil suatu kesimpulan terhadap
perilaku siswa tersebut. Kesimpulan dari hasil analisis tersebut akan dapat
menyimpulkan bahwa bisa jadi perilaku siswa tersebut bisa positif ataupun
negatif. Dalam proses pembelajaran selanjutnya berbagai perilaku negatif siswa
tersebut perlu diperbaiki. Berdasarkan pada hasil analisis data observasi tersebut
akan dapat disimpulkan bahwa guru tersebut sering mengalami kesulitan dalam
menghadapi perilaku siswa, dan kondisi ini sangat perlu harus diberitahukan dan
diketahui oleh guru.
Post conference, dalam kegiatan ini supervisor dengan guru kembali
membahas cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru, membuat
rencana pembelajaran sebagai perbaikannya yang akan didemonstrasikan oleh
pengawas, menetapkan jadwal observasi berikutnya setelah demonstrasi.
Post analysis, dalam kegiatan ini dilaksanakan kembali evaluasi terhadap
penerapan berbagai contoh yang telah diberikan dan dilakukan oleh supervisor
dalam melaksanakan demosntrasi mengajar, yang lebih lanjut akan dicontoh dan
dilaksnakan oleh guru. Kemudian lebih lanjut menetapkan program yang akan
diambil pada masa-masa berikutnya.
Diskusi, sebagai langkah terakhir dari pendekatan direktif ini, maka
dibahas beberapa hal, (1) menjelaskan masalah-masalah guru sehingga dapat
dipahami dengan jelas, (2) menampilkan ide-ide tentang informasi yang
seharusnya dikumpulkan dan bagaimana mengumpulkannya, (3) mengarahkan
27
dan memberi petunjuk kepada guru mengenai usaha apa yang diperlukan sesudah
terkumpul dan dianalisa, (4) mendemon-trasikan kepada guru bagaimana
mengajar yang baik, agar guru mau saling mengunjungi dalam mengajar, (5)
menstandarkan tolak ukur yang digunakan untuk dasar perbaikan, dan (6)
meyakinkan atau menguatkan dengan berbagai cara untuk memberikan dorongan
psychologis. (Sahertian. Ida Aleida Sahaertian. 1990).
Kemudian Bafadal (1992) menguraikan bahwa secara umum langkahlangkah yang dilakukan oleh seorang pengawas dalam mlaksanakan supervisi
adalah mencakup 10 langklah. Langkah-langkah yang dimaksudkan dapat dilihat
seperti yang terdapat dalam gambar bagan di bawah ini.
Bagan Langkah-langkah Secara Umum dalam Pelaksanaan Supervisi Pengajaran.
1. Mendengarkan
2. Klarifikasi
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
G
5-7 Kolaboratif
8-10 Langsung
28
Keterangan:
Pengawas (Supervisor) mempunyai tanggungjawab yang besar, dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan)
2. Mempresentasikan ide dilakukan.
3. Memastikan apa yang harus
4. Mendemonstrasikan
5 Menetapkan Standar
6. Menggunakan insentif
Sosial dan material.
29
melaksanakan
supervisi
dengan
menggunakan
pendekatan
30
Dalam
melakukan
analisis,
supervisor harus
menggunakan
kategorisasi perilaku mengajar dan melihat data yang dikumpulkan itu atas
kategori yang ditetapkan.
Pembicaraan tentang hasil analisis ini adalah untuk memberikan balikan
kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya. Ada beberapa langkah
yang dilakukan dalam tahapan ini, yaitu: (1) menayakan perasaan guru secara
umum, atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan, (2)
mengamati kembali tujuan pembelajaran, (3) mencermati keterampilan serta
perhatian utama guru, (4) menanyakan perasaan guru tenang jalannya pengajaran
berdasarkan target, (5) menunjukan hasil data rekaman dan memberi kesempatan
kepada guru menafsirkan data tersebut, (6) menginterpretasikan data rekaman
secara bersama, (7) menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data
tersebut, (8) menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan
keinginan atau target guru dan apa sebernarnya yang telah terjadi dan dicapai, dan
(9) menentukan secara bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan
hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.
Lagkah yang terakhir dari pelaksanaan supervisi kinis tersebut adalah
analisis sesudah pembicaraan. Dalam tahap ini supervisor haus meneliti ulang apa
yang telah yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar
yang ditetapkan dalam pra-observasi dan kriteria yang dipakai dalam melakukan
observasi. Di samping itu, perlu dibicarakan hasil evaluasi diri tentang
31
Keterangan:
Pengawas (Supervisor) dan guru mempunyai tanggungjawab yang sama tau seimbang, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mempresentasikan
2. Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan)
3. Mendengarkan
4. Mengajukan alternativ pemecahan masalah.
5. Negoisasi
c. Supervisi Pengajaran Nondirektif
32
adalah
mendengarkan,
tidak
memberikan
pertimbangan,
33
pengajaran dengan pendekatan non direktif tersebut ada tiga langkah, tetapi dapat
secara lebih teknis dirinci sebagai berikut di bawah in.
a.
b.
c.
d.
e.
34
3. Mendorong
4. Presentasi
5. Pemecahan Masalah
6. Negoisasi
7 Demontrasi
8. Memastikan tindakan
9. Standarisasi
10. Penguatan
G
Keterangan:
Pengawas (Supervisor) mempunyai tanggungjawab yang lebih kecil dari guru,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mendengarkan
2.
3.
4.
5.
Mendorong
Klarifikasi (Mengajukan pertanyaan)
4. Pemecahan Masalah
5. Memastikan Tindakan.
membimbing
guru
dalam
menyusun
rencana
35
dicapainya
untuk
menemukan
kelebihan
dan
kekurangan
dalam
Semester/Tahun
Sekolah
Skor (Yang
sasaran
diisi pengawas).
36
1
2
3
Rata-rata skor
b. Rencana Program Kepengawasan Manajerial (RKM)
Rencana prgram kepengawasan manajerial mencakup masalah yang akan
disupervisi, waktu pelaksanaan dalam semester berapa, tahun berapa, sekolah
yang disupervisi, dan skor rata-rata yang diberikan oleh pengawas.
Semester/Tahun
Sekolah
Skor (Yang
sasaran
diisi pengawas).
1
2
3
Rata-rata skor
c. Rencana Program tahunan
Rencana program tahunan dan semster berisi no, jenis sarana,
tahun/semester pelaksanaan, jumlah sekolah, dan skor yang akan diisi oleh
pengawas.
Rencana Program tahunan
No
Jenis rencana
Tahun
Jumlah
sekolah binaan
oleh pengawas
37
Jenis rencana
Semester
Jumlah
sekolah binaan
oleh pengawas
b.
Fokus masalah
c.
d.
Penutup
a. Simpulan.
b. Saran
38