Luka Bakar 2003
Luka Bakar 2003
BAB I
PENDAHULUAN
Luka bakar menjadi masalah karena angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi,
sebagai gambaran di unit luka bakar RSUPN Dr ciptomangunkusumo, Jakarta, jumlah
kasus yang dirawat selama tahun 1998 sebanyak 107 kasus atau 26,3% dari seluruh
kasus bedah plastik yang dirawat. 62% dari jumlah tersebut merupakan luka bakar
derajat II-III lebih dari 40% dengan angka kematian 37,38%. Kematian umumnya terjadi
pada 7 hari pertama masa perawatan (masalah jangka pendek), sementara sisa kasus yang
bertahan hidup menghadapi masalah tersendiri, antara lain lamanya masa perawatan
yang berkisar antara 40-41 hari rawat dan penyulit yang timbul (masalah jangka
panjang). Angka ini kurang lebih sama dengan tahun berikutnya, ditahun 1999 jumlah
kasus yang dirawat adalah 88 kasus, 75% terdiri dari jumlah tersebut merupakan luka
bakar derajat II-III lebih dari 40% dengan angka kematian 40,9% dengan masa rawat
terpanjang antara 32-38 hari. 1
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ternyata permasalahan terletak pada
beberapa faktor yang sangat kompleks, namun secara umum dapat dikelompokkan,
antara lain :
1. Faktor pasien
a. Keadaan pasien sebelum cedera, seperti faktor usia (anak, geriatri),
adanya kehamilan dan sebagainya.
b. Keadaan umum pasien sebelum cedera, misalnya keadaan gizi, penyakit
jantung, penyakit ginjal, diabetes, perokok dan sebagainya.2
2. Faktor pelayanan, termasuk disini adalah petugas dan fasilitas pelayanan yang
ada, baik pada penatalaksanaan awal maupun penatalaksanaan lanjut
a. Petugas
Ibid
46
i.
ii.
Penatalaksanaan lanjut
Dimulai dengan pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan petugas di
Instalasi Gawat Darurat RS rujukan. Diantaranya identifikasi beberapa masalah antara
lain kekurangan dalam penilaian dan penatalaksanaan pertama, khususnya tindakan
resusitasi cairan pada kasus syok yang menetukan kondisi maupun tindakan selanjutnya.
Syok hipovolemik pada fase akut / fase syok menyebabkan hipoksia jaringan
yang berlanjut dengan kegagalan fungsi organ-organ penting seperti ginjal, paru, otak,
hepar dan jantung. Kondisi hipoksi ini menginduksi terjadinya proses respon inflamasi
Ibid
46
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
2.1. ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
46
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong. 6
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
3. Lapisan subkutis (hipodermi)
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.7
ibid
46
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
d. Stratum spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril,dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale
dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malphigi. Terdapat sel
Langerhans. Stratum Basale. Terdapat aktifitas m itosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.
e.
46
Gambar
kulit
turunan
46
46
3. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu
dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut
panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini terdapat
ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan
lemak tidak sama bergantung lokalisasinya.
Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus yaitu pleksus yang terletak dibagian
atas dermis (plexus superfisisal) dan yang terletak disubkutis (plexus profunda).
Plexus yang didermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis,
pleksus yang disubkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis,
dibagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan
pembuluh darah terdapat saluran getah bening.10
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida, dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit
10
Ibid
46
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolism dan jenis
vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel, menembus selsel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang
melalui sel-sel epidermis dari pada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, amoniak. Produk kelenjar
lemak dan keringat dikulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6,5. 11
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik didermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini disermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause. Badan taktil meissner
terletak di papilla dermis berberan terhadap perabaan, demikian pula badan
merkel Ranvier yang terletak diepidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankan oleh badan Vater Paccini diepidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut
lebih banyak jumlahnya didaerah yang erotic.
5
46
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak dilapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10:1. Jumlah
melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan
warna kulit ras maupun individu. Melanosome dibentuk oleh alat golgi dengan
bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari
mempengaruhi produksi melanosome. Pigmen disebar ke epidermis melalui
tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit dibawahya dibawa oleh sel
melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen
kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi-Hb, dan karoten.12
7. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel
langerhans, melanosit. Matoltsy berpendapat mungkin keratinosit melalui proses
sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk. Proses ini berlangsung normal
selama kira-kira 14-21 hari, dan member perlindungan kulit terhadap infeksi
secara mekanis dan fisiologis.
8. Fungsi pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan
sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup dari hal
tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. 13
46
BAB III
LUKA BAKAR
3.1. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase
lanjut.14
Pada mulanya memang luka bakar merupakan topik yang dikelola oleh bedah
plastik, sebab patofisiologi kerusakan jaringan yang berhubungan dengan proses
penyembuhan luka menjadi materi pembahasan dalam ilmu bedah plastik, proses
penutupan luka juga merupakan kompetensi yang dimiliki oleh bidang ilmu ini. Namun,
seiring dengan perkembangan ilmu, khususnya bidang traumatologi dan pengetahuan
mengenai dampak cedera pada tubuh dengan kompleksitasnya, luka bakar disadari
14
46
merupakan suatu bentuk kasus trauma yang memerlukan penanganan multidisipliner dan
atau interdisipliner. Oleh karena itu selanjutnya penanganan luka bakar lebih tepat
dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari para spesialis di lingkungan bedah
(spesialis bedah, bedah plastik, bedah toraks, bedah anak), intensifis, spesialis penyakit
dalam khususnya hematologi, gastro-enterologi, dan ginjal-hipertensi, ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi.15
3.2 Epidemiologi
Di rumah sakit anak di Inggris, selama satu tahun, terdapat sekitar 50.000 pasien
luka bakar dimana 6400 diantaranya masuk ke perawatan khusus luka bakar. Antara
1997-2002 terdapat 17.237 anak di bawah 5 tahun mendapat perawatan di gawat darurat
di 100 rumah sakit di amerika. 16
kebakaran di rumah akibat rokok yang membakar tempat tidur atau berhubungan
dengan lupa Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa mudah terdapat pada umur 20
29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda. Luka bakar jarang terjadi pada
umur 80 tahun keatas. Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Pada anak di bawah
umur 3 tahun, penyebab luka bakar paling umum adalah kecelakaan jatuh pada kepala.
Pada umur 3 sampai 14 tahun, penyebab paling sering adalah dari api yang membakar
baju. Dari umur ini sampai 60 tahun, luka bakar paling sering disebabkan oleh kecelakan
industri. Setelah umur ini, luka bakar biasanya terjadi karena mental.17
15
16
17
Ibid
46
Angka mortalitas luka bakar sudah banyak berkurang bersama dengan kemajuan
dalam perawatan luka bakar. Walaupun luka bakar pada pasien sangat muda dan tua
masih membawa peningkatan, namun resiko mortalitas. Gambaran untuk kelompok
umur 14 - 44 tahun menunjukan banyak perbaikan. Penentuan angka kematian karena
luka bakar dibuat menurut LA 50 atau bahwa persentase luas permukaaan tubuh dari
luka bakar derajat 2 dan 3 yang dapat menhimbulkan kematian pada 50% pasien yang
mengalami nya. Seri pasien luka bakar yang besar di rawat pada 1940-an dan 1950-an
menunjukan gambaran LA 50 sekitar 45%. Kelompok curreri baru-baru ini menunjukan
hasil penelitian LA 50 pada kelompok umur 15 44 tahun sebesar 63%. 18
46
19
46
Dijumpai bula.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi di atas
permukaan kulit normal.
21
Ibid
46
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, kering. Letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar akibat koagulasi protein pada lapisan
epidermis dan dermis (dikenal dengan sebutan eskar).
46
46
2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara, yang berubah menjadi api.
3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti, dan tidak dapat diperkirakan
luasnya. Hal ini disebabkan kerusakan sistem pembuluh darah (trombosis, oklusi
kapiler) di sepanjang tubuh yang dialiri listrik.
Bahan kimia, terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi
jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan.
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan
jaringan.
Semakin lama waktu kontak maka semakin luas dan dalam kerusakan jaringan
yang terjadi.27
Pembagian zona kerusakan jaringan :
1. Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
panas.
2. Zona Statis
Daerah yang berada diluar zona koagulasi. Didaerah ini terjadi kerusakan
endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga
terjadi gangguan perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas
kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam
pasca cedera, dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona Hiperemis
Daerah diluar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi seluler.
46
Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ke-3 dapat mengalami
penyembuhan spontan; atau berubah menjadi zona ke-2 bahkan zona pertama.28
Rule of Nines
28
29
Ibid
http://www.emedicine.com
46
Kategori penderita
Berdasarkan berat/ringan luka bakar, diperoleh beberapa kategori prnderita :
1. Luka bakar berat/kritis
a. Derajat II > 25%
b. Derajat III > 10%
c. Derajat III pada muka, tangan dan kaki
d. Trauma pada jalan nafas/inhalasi
e. Disertai fraktur, luka luas
f. Luka bakar listrik
2. Luka bakar sedang
a. Derajat II 15% - 25%
b. Derajat III < 10% kecuali muka, tangan dan kaki
3. Luka bakar ringan
a. Derajat II <15%
b. Derajat III<2%.30
46
31
46
sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kuman banyak yang
sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.32
Pada awalnya infeksi biasanya disebabkan oleh kokus gram positif yang berasal
dari kulit sendiri atau dari saluran nafas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman
gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease
dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar.
Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar.
Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh
jaringan granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya,
luka bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Keadaan ini disebabkan oleh
trombosis; kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang
terbakar sehingga jaringan tersebut mati.
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman
terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut
luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman gram positif seperti stafilokokus atau basil
gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang
dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena
toksin kuman yang menyebar di darah.
Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur.
Bila ini terjadi di persendian, maka fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut peristaltik
usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristaltik
dapat menurun karena kekurangan ion kalium.
Stres atau beban faali yang terjadi pada ;penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gajala yang
32
46
sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak curling. Yang
dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai
hematemesis dan/atau melena.33
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme, sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme
tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori
tambahan. Tenaga yang di perlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari
pembakaran protein dan otot skelet. Oleh karena itu penderita menjadi sangat kurus, otot
mengecil dan berat badan menurun. Dengan demikian korban luka bakar menderita
penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat,
terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami
beban kejiwaan berat. 34
33
34
46
Peningkatan evaporative heat loss dan stimulasi adrenergik ini disebabkan oleh
beberapa hal:
Jaringan yang mengalami kerusakan (dan atau kehilangan) tidak efektif sebagai
sarana protektif.
Peningkatan aliran darah ke lokal cedera sehingga panas dari sentral dilepas di
daerah tersebut, dan melalui proses evaporasi terjad kehilangan cairan dan panas
yang menyebabkan penurunan suhu tubuh (energi panas yang digunakan untuk
proses evaporasi kurang lebih 578 kcal/ L air). Dengan peningkatan aliran darah
ke daerah lokal cedera, terjadi peningkatan curah jantung secara disproporsional
yang memacu kerja jantung. Di sisi lain, peningkatan suhu pada daerah luka
akibat bertambahnya aliran ke daerah lokal cedera ini secara teoritis akan
mempercepat proses penyembuhan. Namun pada kenyataannya kehilangan panas
(energi) akan diakselerasi oleh adanya febris.
Kondisi evaporative heat loss dan jaringan luka yang terbuka menyebabkan
% LB
persentase
luka
bakar
TBSA : Total Body Surface Area
46
metabolisme
disertai
perubahan metabolisme
berupa glikolisis,
glikogenolisis,
proteolisis, lipolisis, dan glukoneogenesis, selain itu terjadi pula retensi natrium, dan
reabsorpsi air.36
Perubahan metabolisme pada penderita luka bakar bukan hanya terjadi oleh
adanya perubahan hormon stres saja, tetapi juga disebabkan oleh mediator sel radang
seperti sitokin, eikosanoid (prostaglandin, tromboksan, leukotrien) dan radikal bebas
yang dilepaskan ke dalam sirkulasi menyusul terjadinya suatu cedera jaringan. Reaksi
dari mediator-mediator ini dikenal sebagai SIRS. Pelepasan sitokin seperti IL-1, IL-2, IL6 dan TNF akan menyebabkan keadaan hiperkatabolisme menjadi lebih berat dan
berlangsung lebih lama, keadaan tersebut akan memperburuk perjalanan penyakit pada
luka bakar.
Gejala klinik yang timbul pada status katabolik ekstensif ini adalah kelelahan,
emasiasi, kelemahan, gangguan fungsi organ vitaldan balans energi negatif. Untuk
menghadapi kondisi stres, diperlukan kebutuhan energi yang lebih besar, bahkan pada
penderita dengan luas luka bakar lebih dari 40% luas permukaan tubuh akan terjadi
penurunan BB mencapai lebih kurang 20%, pada penurunan BB 10-40% akan dijumpai
kondisi yang dapat disamakan dengan malnutrisi, sedangkan bila penurunan BB
mencapai 40-50% akan menggambarkan kondisi keseimbangan nitrogen negatif dengan
kehilangan massa protein lebih kurang 25-30%, bila kondisi ini terjadi akan berakibat
fatal.37
1. Metabolisme Karbohidrat
Glukosa adalah sumber bahan bakar metabolik utama untuk semua komponen
selular pada proses penyembuhan luka bakar. Pada kondisi trauma berat, khususnya pada
luka bakar terjadi keadaan hiperglikemi yang disebut juga Burn pseudo diabetes.
Level glukosa darah meningkat pada pasien luka bakar dibandingkan level
sirkulasi insulin selama resusitasi. Peningkatan hormone anti-insulin (kotekolamin,
glukagon, kortisol) akan terjadi untuk mengcounter efek meningkatnya insulin, dan
Moenadjat,yefta R : Pengetahuan klinis praktis luka bakar. Penerbit
FARMEDIA. Jakarta. 2000
36
46
2. Metabolisme Lemak
utama yang
digunakan selama periode starvasi, hal ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan untuk
glukoneogenesis. Efek protein sparring pada lemak terbatas pada luka bakar.
38
Ibid
46
Penambahan kandungan lemak dalam diet yang lebih besar dari 30% dapat merusak
fungsi imun dan tidak akan menyediakan tambahan massa tubuh bebas lemak. 40
3. Metabolisme Protein
meningkat cepat dan dilepaskannya alanin dan glutamin. Alanin adalah amino acid
glukoneogenik penting, dan pengukuran pengeluaran alanin dari otot skelet pada pasien
luka bakar meningkat 3 kali lipat. Besarnya pelepasan alanin perifer ini sebanding
dengan luas luka bakar dan paralel dengan besarnya glukoneogenesis dan ureogenesis.
Disfungsi hepatik sekunder pada sepsis dan adanya penyakit hepatik dapat
mempengaruhi efektivitas perubahan alanin menjadi glukosa dan menyebabkan
komplikasi dalam managemen metabolik. Sedangkan glutamin merupakan bahan bakar
untuk epitel usus, sel imunitas, dan pembentukan amonia di ginjal.
Kesimpulannya, tujuan dari support nutrisi adalah untuk meminimalisasi
proteolisis yang terjadi dalam rangka memenuhi kebutuhan energi, dengan cara
menyediakan sumber alternatif glukosa dan protein.41
4. Metabolisme Air
pasien luka bakar mengalami kehilangan cairan yang sangat banyak. Cairan
tubuh menguap melalui kulit, pasien memerlukan lingkungan pada suhu yang hangat dan
perawatan intensif, dalam 24 jam pertama resusitasi memerlukan cairan sampai 30 liter.
Ibid
Moenadjat,yefta R : Pengetahuan klinis praktis luka bakar. Penerbit
FARMEDIA. Jakarta. 2000
40
41
46
Munculnya eksudat menyebabkan lebih banyak cairan yang hilang. Selain itu temperatur
tubuh pasien meningkat dan pasien sering mengalami demam.42
5. Metabolisme Elektrolit
Hiponatemia
Dapat terjadi pada pasien yang penguapan berkurang drastis karena pemakaian pembalut
atau grafting, yang akan mengubah cairan. Atau pada perawatan menggunakan siver
nitrat, yang cenderung menarik natrium dari luka. Hipokalemia sering terjadi selama
periode resusitasi dan selama sintesis protein. Peningkatan serum kalium dalam darah
menandakan hidrasi yang tidak adekuat.
Hipokalsemia
Terjadi bersama hipoalbuminemia pada pasien luka bakar yang luasnya lebih dari 30%
luas permukaan tubuhnya. Kehilangan kalsium yang berlebihan terjadi bila pasien
diimobilisasi atau dirawat dengan silver nitrat. Magnesium juga mungkin hilang melalui
luka bakar sehingga memerlukan perhatian.
Hipophosphatemia
Diidentifikasi pada pasien luka bakar berat. Hal ini terutama terjadi pada pasien yang
menerima cairan resusitasi dalam jumlah besar dengan infus parenteral solusi glukosa
dan pemberian antasid dosis tinggi untuk pencegahan stress ulcer. Kadar serumnya harus
dimonitor dan diperlukan suplementasi fosfat.
6. Metabolisme Mineral
Zinc level terdepresi pada luka bakar. Zinc adalah kofaktor dalam metabolisme
energi dan sintesis protein. Anemia dapat terjadi karena defisiensi besi, dan diterapi
dengan pemberian packed red blood cells.
7. Metabolisme Vitamin
42
Ibid
46
Vitamin C dihubungkan dengan sintesis kolagen dan fungsi imun, dan diperlukan
dalam penyembuhan luka.Vitamin A adalah nutrien penting untuk fungsi imun dan
epitelialisasi.43
3.7 Penatalaksanaan
Untuk penanganan luka bakar digunakan beberapa rumus untuk menentukan derajat
luka dan cairan yang harus diberikan :
Luas kepala dan leher, dada, pungung perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta
tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus
ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus dari Lund & Browder :
Digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar
dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan
bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20
untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan
kiri masing-masing 15%.
Selain dalam dan luasnya permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak
daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum, ketiak,
leher, dan tangan sulit perawatannya antara lain karena mudah mengalami kontraktur.44
46
Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang
menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
Cooling : - Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir
selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada
anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3 jam setelah kejadian luka bakar Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi - Jangan
pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi)
sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko hipotermia - Untuk luka bakar
karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan
terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang mengalir.
Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.
Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan
risiko infeksi berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam
dari superficial partial- thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan
infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada
wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi
kurang dari 2 bulan
Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka
bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.
Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi
pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan
46
berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
45
www.emedicine.com
46
www.emedicine.com
47
Mansjoer,arif : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Penerbit Media AESCULAPIUS.
Jakarta.2001.
46
paralitik.
Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure/ CVP)
untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar ektensif (>40%).48
2. Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistemis untuk menentukan
adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan
jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan
diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas 25%, atau pasien tidak
dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan
parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan
pada penderita luka bakar, yaitu :
a. Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama
hitunglah :
Berat badan (KG) x % luka bakar x 1cc NaCl (1)
Berat badan (KG) x % luka bakar x 1cc larutan koloid (2)
2000 cc glukosa 5% (3)
48
Mansjoer,arif : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Penerbit Media AESCULAPIUS.
Jakarta.2001.
46
banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan
rumus : % luka bakar x BB (KG) x 4cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan Ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan
setengah dari jumlah pemberian hari pertama. Dengan monitoring diuresis
50-100ml/jam, dan CVP (<+2cmH2O), Hb-Ht.
3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan
secara intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuskular karena dengan
sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan didalam otot.
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan
dengan melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan
steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal
yang dapat dipakai yaitu Betadine atau nitras argenti 0,5%
5. Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah
dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat
daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate
0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazin dalam bentuk krim 1%, atau
gentamisin sulfat.
Kompres nitras agenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai
bakteriostatik, mempuyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua
kuman, tidak menimbulkan resistensi dan aman. 49
6. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.
49
Mansjoer,arif : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Penerbit Media AESCULAPIUS.
Jakarta.2001.
46
7. Berikan serum anti-tetanus/toksoid yaitu ATS 3000 unit pada orang dewasa dan
separuhnya pada anak-anak.
Patokan klinis untuk menilai pemberian cairan, dapat dipakai monitoring dari :
a. Produksi urin per jam (diuresis)
b. Frekuensi pernafasan
c. Kadar hemoglobin dan hematokrit
d. Central venous pressure.50
3.8 PERAWATAN
3.8.1 Perawatan Pasien Rawat Jalan
Komponenkomponen penting pada penanganan pasien dengan luka bakar antara
lain :
1. Edukasi pasien dan keluarganya.
2. Pembersihan luka.
3. Pemilihan antibiotik dan cara penutupan yang tepat.
4. Kontrol nyeri.
5. Kunjungan untuk follow up ke klinik
6. Perawatan jangka panjang.
Pembersihan lukan dan teknik penutupan harus dimengerti oleh orang yang akan
mengganti perban. Idealnya, instruksi ini harus di dokumentasikan.51
Pemilihan pengobatan atau perban pada luka mungkin tidak sesuai standar namun
merupakan langkah awal yang penting pada penanganan luka apapun. Pembersihan luka
dari debris dan eksudat merupakan tindakan dasar. Hal ini juga kadang membutuhkan
50
Moenadjat,yefta R : Pengetahuan klinis praktis luka bakar. Penerbit FARMEDIA. Jakarta. 2000
51
www.emedicine.com
46
waktu berhari hari untuk menunggu akumulasi eksudat dan memerlukan pengobatan
topical. Penanganan yang tepat pada luka bakar permukaan dapat memperkecil
kemungkinan infeksi, dengan demikian akan lebih baik digunakan teknik steril daripada
teknik bersih. Pasien dapat membersihkan lukanya menggunakan air hangat atau sabun
yang lembut.
Pembilasan dengan air hangat dapat mengurangi rasa nyeri. Pembersihan luka
dengan melakukan pemeriksaan terhadap tanda tanda infeksi, mengeringkannya
dengan handuk kering, dan mengganti perban. Untuk menangani infeksi sedini mungkin,
ajarkan pasien dan keluarganya untuk memeriksakan diri kembali bila ditemukan tanda
tanda eritema, pembengkakan, peningkatan rasa nyeri, berbau, atau terjadi drainase luka.
Penutupan luka, salah satunya menggunakan pengobatan topical atau perban,
harus memiliki 4 keuntungan :
1. mencegah luka terkontaminasi
2. mengontrol nyeri
3. mengurangi kolonisasi kuman dan infeksi
4. mencegah terjadinya trauma ulang pada luka.
Luka bakar yang superficial diobati dengan bersih, dan diberikan obat salep
antibacterial. Luka di sekitar mata dapat diobati dengan salep antibiotik untuk mata.
Pengobatan luka dalam dari telinga bagian luar dengan asetat mafenide karena ini dapat
mempenetrasi eskar dan mencegah infeksi purulenta di tulang rawan.52
52
www.emedicine.com
46
Kontrol nyeri pada pasien rawat jalan dapat menjadi sulit, dan jika nyeri dan
kecemasan tidak dapat diatasi dengan baik di rumah, maka pilihannya adalah rawat inap.
Untuk sebagian besar pasien sebuah analgetik narkotik oral harus diberikan 30 60
menit sebelum dilakukan pembalutan luka untuk melakukan kontrol nyeri yang adekuat.
Karena sebagian besar perban mengoklusi maka dapat juga berguna untuk mengontrol
nyeri tanpa pemberian narkotik. Hal hal yang penting pada pengontrolan nyeri antara
lain :
1. nyeri dan cemas yang berhubungan dengan derajat perawatan luka.
2. tanda tanda infeksi
3. luka yang terlihat lebih dalam daripada yang terlihat ketika pemeriksaan
fisik.53
46
Mansjoer,arif : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Penerbit Media AESCULAPIUS.
Jakarta.2001.
46
kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan
yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai
penjepitan bebas.
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan yang
mati dengan jalan eksisi tangensial.
TRAUMA KIMIA
Trauma akibat bahan kimia diperlakukan sebagai luka bakar karena sama-sama
menimbulkan efek panas seperti luka bakar.
PENATALAKSANAAN
Yang paling penting adalah penanganan harus segera dilakukan begitu terjadi
trauma, meliputi perawatan luka lokal dan perawatan sistemik untuk menujang
kesembuhan.
Urutan tindakan yang harus dilakukan :
1. Melepaskan pakaian dan irigasi dengan air dalam jumlah banyak. Pengenceran
tersebut akan menghilangkan zat kimia dari tubuh sekaligus mengurangi reaksi
antara zat kimia dengan jaringan tubuh.
2. Irigasi dilanjutkan selama 2 jam pada trauma asam dan 12 jam pada trauma basa.
3. Rehidrasi, karena trauma kimia dan luka bakar sama-sama menyebabkan keadaan
hipovolemia.
Catatan :
Bahan kimia berupa asam/basa kuat menimbulkan reaksi tubuh, menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat dan penyembuhan yang lama, sehingga
menimbulkan deformitas bagian tubuh yang terkena. Hal yang perlu dicatat pada
pertolongan jangan memberikan antidotum (asam diberi basa atau sebaliknya)
karena akan menimbulkan reaksi yang akan memperberat kerusakan yang
terjadi.57
57
Mansjoer,arif : Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Penerbit Media AESCULAPIUS.
Jakarta.2001.
46
TRAUMA LISTRIK
Kerusakan akibat listrik pada struktur yang lebih dalam lebih tergantung pada
resistensi jaringan, dengan urutan paling resisten adalah berturut-turut tulang,
lemak, tendon, kulit, otot, pembuluh darah, dan syaraf.
Penatalaksanaan
1. Lakukan ABC traumatologi.
2. Perhatikan khusus pada kelainan yang merupakan dampak aliran listrik pada
tubuh, antara lain:
Enselopati, kardiomiopati,gagal ginjal akut,rabdomiolisis.
3. Penatalaksanaan lainnya sebgaimana penanganan luka bakar pada umumnya.
Namun karena kerusakan jaringan yang terjadi pada luka bakar listrik memiliki
kekhususan maka penanganan luka tidak terlalu agresif.
4. Evaluasi status neurologis berulang selama masa penyambuhan, karena trauma
dapat disertai trauma tumpul dan trauma kepala.
5. Terapi cairan. Kerusakan jaringan yang luas akan menyebabkan hilangnya
cairan(hipovolemi) dan asidosis metabolik maka diperlukan cairan kristaloid
untuk rehidrasi dan natrium bikarbonat sebanyak 200-400 mmol untuk
mengoreksi asidosis.58
Ibid
46
Rumus yang telah ada tidak dapat menghitung kebutuhan kalori pasien luka bakar
secara akurat. Persamaan Harris-Benedict kurang dapat memperkirakan kebutuhan kalori
karena tidak melibatkan faktor stress, dan studi yang dilakukan menentukan faktor stres
bervariasi dari 1.5 hingga 2.1.
Pria
Wanita
BF
AF
BF
Sebaliknya, rumus dari Curreri berlebih untuk mengukur kebutuhan kalorinya, yaitu:
Kebutuhan energi = 25 kcal/kg + 40 kcal/%BS area
Saat ini pemberian energi untuk penderita luka bakar tidak boleh melebihi 30-40 kcal/kg
per hari.59
Pengukuran metabolic rate pada pasien luka bakar yang dirawat di United State
Army Institute of Surgical Research ( USAISR ) telah digunakan untuk merumuskan
nutrisi berdasar umur, ukuran tubuh, dan luas luka bakar. Analisis yang kini didapat dari
kalorimeter linier dengan plateau REE pada 2-2,5x BMR saat luka bakar 60% atau lebih
indirek menemukan hubungan linier antara metabolic rate dengan luas luka bakar yang
bertentangan dengan studi-studi sebelumnya, yang menemukan kurva dari luas
permukaan badan. Studi serupa di Universitas Toronto mendeskripsikan hubungan linier
antara persentase total area tubuh yang terbakar, basal energy expenditure yang
diharapkan ( diukur dengan rumus Harris-Benedict ), suhu tubuh, jumlah hari setelah
terbakar, dan termogenik efek makanan. Kedua studi ini mengkonfirmasikan rumus
berdasarkan studi metabolic sebelumnya yang overestimate kebutuhan kalori pasien luka
bakar pada perawatan masa kini.
Hubungan antara kebutuhan energi dan luas luka bakar konsisten untuk pasien
yang bernapas bebas, tapi variasi data dari pasien yang diberi bantuan ventilasi mekanik
59
46
membuat perkiraan kebutuhan kalori kurang akurat. Data kalorimeter indirek pada pasien
dengan ventilasi mekanik dapat menjadi tidak akurat karena adanya ventilasi area yang
mati ( dead space ), kebocoran udara pada sistem ventilatory, dan peningkatan kerja
pernapasan selama sedasi yang inadekuat. Oleh karena itu, kebutuhan kalori pada pasien
dengan ventilator mekanik harus diukur pertama-tama dengan kalorimeter indirek tapi
harus dievaluasi respon pasien terhadap support nutrisi.
Studi longitudinal REE pada pasien luka bakar ditemukan tidak ada hubungan
antara energy expenditure dengan luas luka bakar. Walaupun eksisi total segera dan skin
grafting pada keseluruhan luka bakar dapat menghilangkan respon hipermetabolik, eksisi
luka bakar yang dini dan penutupan luka pada 48-72 jam tidak memberikan efek pada
metabolic rate.60
Penentuan kebutuhan kalori, baik yang didapat melalui rumus ataupun dari
kalorimeter indirek, harus dikoreksi untuk aktivitas, walaupun sekarang ini dilaporkan
pada pasien rawat inap, yang sakit parah tidak memerlukan koreksi untuk aktivitas, pada
pasien luka bakar biasanya dilibatkan dalam program terapi fisik ekstensif untuk
meminimalisasi komplikasi luka bakar. Biasanya, kalori akhir yang didapat 20-25% lebih
besar daripada REE.
Pemberian karbohidrat dan lemak dengan jumlah adekuat untuk memenuhi kalori
mungkin dapat menjadi komplikasi karena perubahan substrat metabolisme dan sistem
GI yang telah disebutkan sebelumnya. Secara umum, kebutuhan kalori untuk pasien luka
bakar dapat dipenuhi dengan pemberian solusi enteral standar pada jumlah yang dapat
ditolerir oleh sistem GI. Contoh penentuan kalori menggunakan rumus USAIR
diperlihatkan dalam tabel-1.
Tabel 1 . Sampel kalkulasi kebutuhan kalori
1. seorang pria berusia 30 thn dengan 30% TBS luka bakar; TB=70, BB= 170 lb
60
46
46
62
46
Positif nitrogen balance pada pasien luka bakar tidak dapat diperkirangan melalui
konsentrasi albumin, prealbumin, retinol-binding protein, atau transferin. Perubahan
level protein visceral sebagai protein penunjang juga tidak memiliki korelasi dengan
nitrogen balance. Pertentangan ini adalah manifestasi dari kehilangan protein yang
terjadi melalui luka bakar, bersamaan dengan variabel volume cairan infus selama
periode resusitasi dan sesudahnya.63
Nutrisi Enteral
Indikasi nutrisi enteral:
1. Luas luka bakar >20% permukaan tubuh.
2. Nutrisi alami tidak memungkinkan karena penurunan kesadaran, luka bakar pada
wajah, jejas pada traktus respiratorius, trakeostomi.
3. Adanya status malnutrisi sebelum luka bakar, penyakit kronis yang parah.
46
1. Dengan NGT.
2. nasoduodenal / nasojejunal tubes
3. Percutaneous gastrotome (durasi lama sampai 155 hari).
46
5. Keseimbangan nitrogen (jika fungsi ginjal masih baik) sebagai indicator status
dan efisiensi nutrisi yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer,arif
AESCULAPIUS. Jakarta.2001.
2. Moenadjat,yefta R : Pengetahuan klinis praktis luka bakar. Penerbit FARMEDIA.
Jakarta. 2000
3. Sabiston. Buku Ajar Bedah Bagian 2 . EGC. Jakarta. 1994.
4. Syamsuhidajat.R : Buku ajar ilmu bedah.Penerbit EGC. Jakarta.2002
5. Waitaatmadja, M. syarif, : Anatomi dan Fisiologis Kulit. Edisi 3. Penerbit Balai
pustaka. FKUI, Jakarta, 2002.
6. www.emedicine.com
7. www.library.usu.ac.id/download.pdf
8. www.lukabakar.net
9. www.medicastore.com
65
Jakarta. 2000
46