Anda di halaman 1dari 79

MODUL PRAKTIKUM

TEKNIK TELEKOMUNIKASI
(ENEE 600025)
Untuk Program Sarjana Reguler dan Paralel

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424
Telepon : (021) 7270077, 7270078 ext. 131

MODUL PRAKTIKUM

TEKNIK TELEKOMUNIKASI
(ENEE 600025)
Untuk Program Sarjana Reguler dan Paralel

Dipublikasikan oleh Laboratorium Telekomunikasi


Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
2014

Penanggung jawab : Dr. Fitri Yuli Zulkifli, S.T., M.Sc.


Kepala Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI
Editor
: Adhitya Satria Pratama
Aisyah
Tim Asisten
: Amelinda Arum Widyasari
Sarah Karimah
Desta Rianto
Nurul Muhtadin
Ina Gustiana
Budiman Budiardhianto
Sayid Hasan A.S.

Hanya untuk kalangan internal. Dilarang mereproduksi atau menggandakan sebagian


atau seluruh bagian tanpa izin.

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
DepartemenTeknikElektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424
Telepon : 7270077-78 ext. 131

KATA PENGANTAR
Praktikum Teknik Telekomunikasi bertujuan agar mahasiswa
dapat melakukan secara eksperimen/percobaan konsep teknik
telekomunikasi sehingga mahasiswa mampu menjelaskan dan
menganalisis konsep dasar/aspek praktis teknik telekomunikasi.
Modul praktikum ini disusun untuk membantu mahasiswa mencapai
tujuan dari praktikum Teknik Telekomunikasi. Besar harapan kami
agar penyusunan modul ini dapat berupa buku manual yang user-friendly bagi mahasiswa.
Modul praktikum ini telah dikembangkan dan disesuaikan dari tahun ke tahun untuk
memenuhi

kebutuhan

mahasiswa,

khususnya

dalam

mempelajari

tentang

Teknik

Telekomunikasi di Departemen Teknik Elektro FTUI ini. Setiap modul praktikum berisi
petunjuk manual yang lengkap tentang prinsip dan teknis kegiatan praktikum di
laboratorium. Pada modul ini, terdapat sepuluh modul yang akan dilakukan percobaan pada
praktikum Teknik Telekomunikasi untuk Mahasiswa S1 Reguler dan Paralel Tahun Ajaran
2013/2014. Setiap modul terdiri dari tujuan, teori dasar, peralatan yang digunakan, dan
langkah-langkah percobaan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam
memahami praktikum ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan modul praktikum ini. Saya dan segenap tim asisten juga menerima kritik dan
saran untuk perbaikan modul praktikum ini menuju arah yang lebih baik ke depannya.
Saya berharap agar mahasiswa dapat menggunakan modul praktikum ini dengan
sebaik-baiknya dan dapat membantu mahasiswa dalam memahami lebih jauh tentang
konsep Teknik Telekomunikasi.
Depok, Februari 2014
Kepala Laboratorium Telekomunikasi
Departemen Teknik Elektro FTUI

Dr. Fitri Yuli Zulkifli, S.T., M.Sc.


NIP. 19740719 199802 2 001

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
DepartemenTeknikElektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424
Telepon : 7270077-78 ext. 131

PERATURAN PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI (ENEE 600025)


SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2013/2014

1.

Praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian Praktikum Teknik Telekomunikasi yang


terdiri atas 10 Modul Praktikum.

2.

Selama rangkaian kegiatan praktikum (termasuk saat Tes Pendahuluan), setiap


praktikan wajib berpakaian sopan, memakai baju berkerah dan sepatu. Apabila
praktikan tidak berpakaian sesuai peraturan, maka tidak boleh mengikuti rangkaian
kegiatan praktikum tersebut.

3.

Praktikan wajib melakukan persiapan materi praktikum, melalui modul praktikum,


materi-materi kuliah, serta sumber lain yang berhubungan.

4.

Praktikan harus membawa kartu praktikum dan Tugas pendahuluan dan dikumpulkan
kepada asisten ketika akan praktikum dimulai.

5.

Praktikan yang lupa membawa kartu praktikum akan tidak diperkenankan untuk
mengikuti praktikum.

6.

Setiap praktikan wajib mengikuti Tes Pendahuluan. Apabila praktikan tidak mengikuti
Tes Pendahuluan tanpa alasan yang jelas, kelompok praktikan dianggap tidak lulus
Tes Pendahuluan modul tersebut.

7.

Alasan yang dapat diterima adalah sakit (disertakan Surat Keterangan Dokter/Rumah
Sakit), serta alasan-alasan lain yang masuk akal dan dapat dibuktikan.

8.

Apabila salah seorang praktikan dalam kelompok tidak lulus Tes Pendahuluan, maka
kelompok tersebut dan pasangan kelompoknya tidak lulus dan berhak mengikuti Tes
Remedial pada Pekan yang sama.

9.

Batas maksimum ketidaklulusan pada Tes Pendahuluan adalah 1 (satu) kali pada
modul yang sama. Apabila lebih dari 1 (satu) kali kelompok praktikan tidak lulus pada
modul yang sama, maka kelompok dan pasangan kelompoknya pada pekan
tersebut tidak akan mendapat nilai praktikum..

10. Setiap praktikan wajib mengerjakan dan mengumpulkan Tugas Pendahuluan sebelum
mengikuti Praktikum.
11. Setiap praktikan wajib mengisi daftar kehadiran Tes Pendahuluan, Praktikum, dan
Pengumpulan Tugas Tambahan.

ii

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
DepartemenTeknikElektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424
Telepon : 7270077-78 ext. 131

12. Toleransi keterlambatan untuk setiap Modul Praktikum adalah 15 menit. Jika lewat
waktu yang telah ditentukan tanpa memberikan alasan yang jelas, maka praktikan tidak
dapat mengikuti praktikum pada modul tersebut.
13. Praktikan diizinkan bertukar jadwal dengan praktikan kelompok lain pada modul yang
sama (dengan syarat kedua kelompok tersebut telah lulus Tes Pendahuluan), dengan
pemberitahuan paling lambat sebelum pekan praktikum selanjutnya dimulai ke
koordinator praktikum.
14. Apabila praktikan tidak mengikuti praktikum, maka nilai praktikum modul tersebut adalah
nol.
15. Bobot Penilaian :
Komponen

Persentase

Tes Pendahuluan

5%

Tugas Pendahuluan

15 %

Praktikum

35 %

Borang

35 %

Tugas Tambahan

10 %

16. Nilai praktikum ditentukan oleh tingkah laku dan keaktifan praktikan selama mengikuti
praktikum, termasuk saat tes lisan sebelum praktikum dimulai.
17. Tugas Tambahan dikerjakan di kertas double folio bergaris dan dikumpulkan paling
lambat 1 x 24 jam setelah praktikum berakhir.
18. Seluruh perizinan dan pengaduan harap disampaikan ke Koordinator Praktikum :
Adhitya Satria Pratama melalui SMS ke nomor 081319915470.

Mengetahui,

Koordinator Praktikum

Kepala Laboratorium Telekomunikasi

Dr. Fitri Yuli Zulkifli, S.T., M.Sc.

Adhitya Satria Pratama

NIP. 19740719 199802 2 001

NPM 1006659975

iii

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
DepartemenTeknikElektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424
Telepon : 7270077-78 ext. 131

ASISTEN LABORATORIUM
PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI (ENEE 600025)
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2013/2014

SARAH KARIMAH
Teknik Elektro 2010
Koordinator Asisten

081296788986

sarahkarimahsaa@gmail.com
ADHITYA SATRIA PRATAMA
Teknik Elektro 2010
Koordinator Praktikum Teknik Telekomunikasi Kelas Reguler & Paralel

081319915470

adhityasatria@ieee.org

DESTA RIANTO
Teknik Elektro 2010
Koordinator Praktikum Teknik Telekomunikasi Kelas Khusus Internasional

081295507183

destarianto@gmail.com

AMELINDA ARUM W
Teknik Elektro 2010
081319081787
alkimmiel@gmail.com

NURUL MUHTADIN
Teknik Elektro 2010
087858680460
gmuhtadin@gmail.com

AISYAH
Teknik Elektro 2011
085711004444
aisyah.rendusara@gmail.com

INA GUSTIANA
Teknik Elektro 2011
085695710075
inagustiana@yahoo.com

SAYID HASAN A.S


Teknik Elektro 2011
085328064101
sayid.hasan@rocketmail.com

BUDIMAN BUDIARDHIANTO
Teknik Elektro 2011
081578461684
budiman.budiardhianto@gmail.com

iv

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
DepartemenTeknikElektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424
Telepon : 7270077-78 ext. 131

DAFTAR ISI

MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI ....................................................... 1


MODUL 2 SALURAN TRANSMISI ..................................................................................... 13
MODUL 3 PROSES MODULASI DAN DEMODULASI AMPLITUDO ................................. 19
MODUL 4 PROSES MODULASI FREKUENSI................................................................... 25
MODUL 5 SISTEM TELEPONI .......................................................................................... 28
MODUL 6 PULSE CODE MODULATION DAN TIME DIVISION MULTIPLEXING ............. 32
MODUL 7 MODULASI DIJITAL .......................................................................................... 37
MODUL 8 FILTER FIR ....................................................................................................... 45
MODUL 9 SIMULASI JALUR KOMUNIKASI NIRKABEL MENGGUNAKAN PERANGKAT
LUNAK RADIOMOBILE ..................................................................................................... 54
MODUL 10 SIMULASI AKSES RADIO KOMUNIKASI NIRKABEL MENGGUNAKAN
PERANGKAT MINILINKTM ................................................................................................. 58

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 1
PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

Dengan mempelajari modul Pendahuluan ini, diharapkan Saudara mampu mengenal


secara umum tentang Teknik Telekomunikasi. Topik yang akan diperkenalkan adalah
tentang Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Seluler dan aplikasinya di kehidupan
sehari-hari.
Saat ini kita melihat bagaimana perkembangan pesat telepon selular yang menjadi
salah satu gadget yang paling popular di dunia. Diperkirakan pada tahun 2008, terdapat 1,4
milyar unit televisi di dunia dan jumlah telepon selular telah mencapai tiga kali lipatnya.
Institute of Engineering and Technology memperkirakan pada akhir tahun 2012 terdapat
lebih banyak jumlah telepon selular dibandingkan populasi manusia di bumi ini.
Telekomunikasi artinya adalah komunikasi jarak jauh dengan menggunakan suatu
media tertentu. Komunikasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Komunikasi Satu Arah (simplex). Contohnya : pager, televisi, radio.
2. Komunikasi Dua Arah (duplex). Contohnya : telepon
3. Komunikasi Semi Dua Arah (Half Duplex). Contohnya : handy talkie
Telekomunikasi sendiri mulai berkembang sejak Alexander Graham Bell menemukan
telepon. Telekomunikasi akhirnya terus berkembang sampai memasuki era telekomunikasi
seluler. Teleponi seluler atau teknologi telekomunikasi seluler memungkinkan terjadinya
komunikasi tanpa kabel untuk menerima atau membuat panggilan telepon. Telekomunikasi
seluler menganggap setiap daerah geografis terdiri atas sel-sel kecil yang dapat saling
terhubung. Setiap selnya diselubungi oleh transmitter radio lokal dan receiver yang cukup
kuat untuk berhubungan dengan cellular phone itu sendiri, dalam hal ini dengan
menggunakan mobile terminal. Kumpulan dari sel-sel tersebut membentuk radio access
network dan frekuensi radio digunakan untuk transmisi panggilan dan data yang digunakan
diantara sel sel tersebut. Suara dan data yang ditukarkan ditransmisikan melalui jaringan
mobile yang terdiri dari radio access network dan core network dari operator selular.

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Sistem teleponi mulai berkembang pada tahun 1838 ketika Samuel Morse
menemukan sistem persinyalan titik dan garis untuk alfabet sehingga pesan-pesan yang
kompleks dapat dikirimkan dan diterima dengan lebih mudah. Baru enam tahun kemudian,
sistem tersebut didukung oleh Kongres Amerika Serikat hingga terpasang sistem jalur
telegraf pertama di dunia dengan kabel tembaga antara Washington dan Baltimore sejauh
sekitar 40 mil.
Pada titik tersebut, kabel tembaga mulai menghubungkan berbagai kota besar di
Amerika Serikat yang dibangun dan dioperasikan oleh Western Union, yang mana masih
aktif hingga saat ini sebagai agen transfer uang antarnegara. Sistem kabel tembaga tersebut
juga dikembangkan di Eropa dan dimulailah era pertukaran informasi melalui sistem kabel
tembaga.
Pada tahun 1851, kabel tembaga bawah laut mulai beroperasi antara Perancis dan
Inggris kemudian menyusul kabel bawah laut Trans Atlantik pada tahun 1858. Tingkat
kompleksitas kabel bawah laut yang cukup tinggi membuat proyek kerja sama EropaAmerika Serikat ini menjadi salah satu proyek keteknikan utama pada masanya. Diperlukan
lima kali percobaan sampai kabel bawah laut yang kompak diselesaikan. Sayangnya, kabel
ini digunakan oleh para insinyur dengan sangat antusias yang mengirimkan tegangan yang
terlalu tinggi melalui kabel ini hingga terjadi kegagalan sistem hanya tiga minggu setelah
dioperasikan. Pada tahun 1865, pembangunan kabel bawah laut Trans Atlantik yang kedua
dimulai sejauh 1200 mil, namun tetap mengalami kegagalan. Proyek ketiga pun dimulai
pada 1886 oleh Brunels Great Eastern sejauh 1686 mil laut antara Irlandia dan
Newfoundland dan berlangsung tanpa hambatan yang berarti. Setelah itu, Great Eastern
mulai mengelola jaringan ini dan membaginya menjadi dua hingga terdapat dua kabel Trans
Atlantik yang beroperasi.

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 1. Kabel Trans Atlantik yang dioperasikan oleh Great Eastern.


Perkembangan besar selanjutnya adalah pada tahun 1876, Alexander Graham Bell
melakukan percobaan dengan suatu diafragma yang menggetarkan sebuah jarum pada air
untuk memvariasikan arus pada rangkaian, yang dikenal sebagai transmitter cair. Dengan
divais ini, percakapan suara melalui kabel tembaga terjadi pertama di dunia walaupun hanya
antar dua ruangan yang berdekatan dengan alat bernama telepon. Bell kemudian
memperbaiki penemuannya tersebut selama lima bulan dan akhirnya dapat menghantarkan
percakapan suara sejauh lima mil. Western Union kemudian mengembangkan sistem
telegrafi Morse mereka melalui jaringan telepon ini.
Pada tahun 1880, Bell juga membuat komunikasi nirkabel pertama dengan
menggunakan divais fotofon. Fotofon menggunakan pancaran cahaya untuk menghantarkan
sinyal suara antara dua gedung yang berjarak 215 meter. Penggunaan atmosfer sebagai
media propagasi gelombang yang belum banyak dikembangkan saat itu menyebabkan
teknologi komunikasi nirkabel saat itu tidak berkembang hingga dikembangkan teknologi
kabel serat optik pada tahun 1920an oleh militer Amerika Serikat. Teori tentang laser pun
baru dikembangkan oleh Einstein pada tahun 1917 dan membutuhkan waktu yang cukup
lama hingga model laser yang beroperasi dengan baik diproduksi.

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 2. Mikrofon pertama.


Pasca Perang Dunia Kedua, telepon nirkabel mulai dikembangkan oleh AT&T,
Amerika Serikat. Pada awalnya, telepon selular mirip seperti walkie talkie dimana
komunikasi hanya terjadi satu arah bergantian (simpleks). Penggunanya pun harus mencari
frekuensi yang tersedia antara 35 MHz 150 MHz untuk mengadakan suatu percakapan
telepon. Untuk memungkinkan percakapan telepon, pengguna telepon selular tersebut
harus membawa baterai yang sangat besar hingga berbobot 35 kg.
Di Inggris pada tahun 1912, General Post Office merupakan perusahaan pertama
yang membangun dan mengoperasikan infrastruktur telegrafi dan teleponi untuk panggilan
komersial menggunakan kabel tembaga. Pada tahun 1981, General Post Office dipecah
menjadi dua, yaitu Post Office dan British Telecom. British Telecom merupakan perusahaan
induk Cellnet yang memberikannya akses masuk menuju pasar telepon selular yang sangat
menguntungkan. Cellnet sendiri kemudian berubah menjadi O2.
Pada tahun 1970, kabel serat optik ditemukan oleh Corning Glass Works dan telah
terbukti dapat menghantarkan sinyal dengan kecepatan 45 Mbps dengan menggunakan
penguat sinyal setiap 10 km. Pada tahun 1981, kabel serat optik single-mode ditemukan dan
memberikan terobosan baru dalam transmisi sinyal kabel serat optik. Pada tahun 1987,
generasi kedua kabel serat optik beroperasi pada kecepatan 1,5 Gbps dengan penguat
pada setiap 50 km. Pada tahun 1988, kabel serat optik Trans Atlantik pun dikembangkan.
Teknologi generasi ketiga kabel serat optik mampu beroperasi pada kecepatan sekitar 2,5
Gbps dengan penguat pada setiap 100 km.

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 3. Kabel Serat Optik.


Telepon genggam pertama kali diluncurkan pada tahun 1985 di Inggris oleh
Vodaphone dan Cellnet, yang kemudian kedua perusahaan bergabung menjadi O2. Namun
demikian, telepon genggam ini sangat tidak praktis karena berbobot 20 kg dengan sistem
baterai yang sangat besar. Pada masa itu, kita bisa melihat para pengusaha menjinjing dua
tas sekaligus, yaitu tas berkas dan perlengkapan telepon.
Pada tahun 1992, teknologi generasi keempat kabel serat optik dikembangkan
dengan prinsip Wavelength Division Multiplexing yang membuatnya mampu menggandakan
kecepatannya dua kali setiap enam bulan hingga pada tahun 2006 telah mencapai
kecepatan 14 Tbps dengan penguat setiap 160 km. Teknologi kabel serat optik ini yang
membuat kita dapat menikmati TV kabel dan layanan pita lebar (broadband) ke berbagai
wilayah. Namun demikian, biaya untuk menggelar teknologi pita lebar berbasis kabel serat
optik sangat besar dan resikonya pun tinggi. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan
komunikasi nirkabel pita lebar sangat tinggi hingga kini.

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 4. Perkembangan teleponi selular bergerak (mobile cellular phone)


Pada uraian sebelumnya, kita telah membahas tentang kelahiran dan proses
perkembangan secara singkat komunikasi dengan jaringan kabel sejak penemuan kode
Morse pada tahun 1800an hingga pengembangan sistem komunikasi serat optik yang
dimulai pada akhir abad ke-20. Ketika kabel serat optik mampu menghantarkan percakapan
dengan jumlah sangat besar secara simultan, kita juga perlu melihat langkah-langkah
pertama komunikasi personal secara nirkabel yang kemudian akan menjadi ledakan
teknologi yang sangat pesat hingga kini.
Pada prinsipnya, terdapat perbedaan yang sangat penting antara sistem komunikasi
selular generasi pertama dengan perkembangan berikutnya. Pada generasi pertama (1G),
komunikasi nirkabel masih menggunakan sistem analog. Suara dikirimkan secara langsung
sebagaimana diucapkan oleh manusia. Perkembangan 2G dan generasi berikutnya,
jaringan bertransformasi menjadi sistem dijital, dimana suara dicuplik dan dipecah-pecah
menjadi data sebelum ditransmisikan. Sisi pengirim kemudian akan menyusun ulang paketpaket data tersebut menjadi suara utuh yang dapat kita dengar. Era ini merupakan awal dari
komunikasi dijital yang berkembang sangat pesat ini.

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 5. Telepon selular yang dikembangkan oleh Motorola.


Generasi pertama sistem telekomunikasi nirkabel diluncurkan di Jepang pada tahun
1979 oleh NTT dan mampu mencakup 20 juta penduduk Tokyo dengan 23 base
transmission station (BTS) dan akhirnya pada tahun 1984 telah mampu mencakup seluruh
pelosok negeri Jepang. Jaringan 1G dimulai di Eropa oleh Nordic Mobile Telephone dan
pada tahun 1981 telah mencakup wilayan Swedia, Finlandia, dan Denmark. Pada tahun
1983, Motorola memulai pengembangan jaringan selular di Amerika dan pada 1 Januari
1985, Vodaphone memulai era telepon selular di Inggris.
Generasi awal 1G berkembang pada tahun 80-an dan masih menggunakan sistem
analog. Sistem analognya menggunakan FDMA (Frequency Division Multiple Access), yang
mana memungkinkan membagikan alokasi penggunaan frekuensi pada masing masing
pelanggan di sel tersebut. Teknologi yang digunakan pada sistem analog ini biasa dikenal
dengan AMPS (Advance Mobile Phone Service) yang dioperasikan pada band 800 MHz.
Kekurangan dari generasi 1G adalah ukurannya yang terlalu besar untuk dipegang,
performa baterai yang kurang baik, kapasitas trafik yang kecil, dan suara tidak jernih. Pada
saat itu handphone yang digunakan masih berukuran cukup besar dan beterainya relatif
boros.
Generasi kedua dari telekomunikasi mobile ini adalah saat memasuki era digitlal
dimana Eropa mulai menemukan GSM(Global System for Mobile Communication) dan US
mulai mengembangkan CDMAone (Code Division Multiple Access). GSM adalah sistem
TDMA (Time Divison Multiple Access) dengan menggunakan carrier band sebesar 200 KHz.
Dengan GSM, frekuensi radio yang digunakan untuk carrier bands dapat digunakan kembali
selama transmitter radio dengan frekuensi yang sama tidak berada dalam sel yang
berdekatan.

Sedangkan

CDMAone

menggunakan

teknologi

yang

berbeda

yaitu

spreadspectrum, dimana spektrum radio dibagi menjadi beberapa pembawa yang lebar

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

pitanya mencapai 1.23MHz. Dalam CDMA, user menggunakan frekuensi yang sama dalam
waktu yang bersamaan sehingga lebih efisien.
Teknologi GSM saat ini adalah yang paling banyak digunakan di dunia karena
memiliki kemampuan roaming yang sangat luas. Keunggulan CDMA dibandingkan dengan
GSM adalah suaranya lebih jernih, kapasitas lebih besar, dan kemampuan akses data yang
lebih tinggi.
Jaringan 2G ini memulai layanan SMS pada tahun 1993 dan dikembangkan menjadi
sistem prabayar mulai akhir tahun 1990an. Nordic Mobile Telepone mulai memperkenalkan
sistem pembayaran melalui telepon selular dengan sistem parkir kendaraan dan mesin
penjual otomatis Coca-Cola sehingga teknologi ini menjanjikan metode pembayaran yang
baru pada tahun 1998. Sistem komersial pertama yang bekerja seperti kartu kredit ini mulai
tahun 1999 di Filipina oleh dua operator, yaitu Globe dan Smart.
Layanan iklan pada telepon selular pertama kali muncul di Finlandia pada tahun
2000 yang memungkinkan pengguna telepon selular menerima kabar terbaru dari suatu
merek yang ingin diikutinya. Layanan ini juga membuka peluang penjualan ringtone untuk
konsumen individual. Ringtone ini pun berkembang dari monoponik hingga menjadi
poliponik. Ringtone poliponik kemudian mulai tergeser dengan teknologi MP3 yang
berkembang kemudian. Pada tahun 1999, NTT DoCoMo Jepang menghadirkan layanan
internet mobile pertama di dunia, namun kecepatan layanan ini masih terbatas karena faktor
keterbatasan teknologi 2G.
Karena sangat kecilnya kemampuan akses data GSM yang hanya mencapai 9.6
Kbps, mulai berkembang GPRS (General Packet Data Radio Services). Kemudian
diperkenalkanlah teknologi Wireless Application Protocol (WAP), namun hasilnya tidak
begitu memuaskan. Sampai akhirnya GPRS dikembangkan sampai mampu mengakses
data dengan kecepatan sampai 115 Kbps dan throughput hanya 20-30 Kbps. GPRS juga
memungkinkan akses internet dimana saja dan real time. GPRS kurang diminati karena
harganya yang cukup mahal saat itu. Teknologi yang berkembang lagi adalah EDGE
(Enhanced Data for Global Evolusion) yang hanya sempat diimplementasikan sebentar,
kecepatannya mencapai 3-4 kali dari kecepatan GPRS.
Perkembangan layanan 3G, dimulai oleh NTT DoCoMo pada awal tahun 2001 dan
jaringan 3G komersial pertama diluncurkan pada Oktober 2001 dengan teknologi WCDMA
(Wideband Code Division Multiple Access). Pada tahun 2002, jaringan 3G diluncurkan di

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Korea Selatan dan di Amerika Serikat yang bernama Monet. Keduanya menggunakan
standar CDMA/EV-DO yang merupakan Betamax dari 3G dan Monet pun telah kolaps.
Jaringan kedua dengan standar WCDMA diluncurkan oleh Vodaphone KK (saat ini dikenal
sebagai Softbank) di Jepang. Pada waktu yang sama di Eropa dikembangkan pula oleh
Three/Grup Hutchison di Italia dan Inggris.
Generasi ketiga ini merupakan kelanjutan dari GSM, GPRS, EDGE, dan CDMA pada
generasi sebelum-sebelumnya. Teknologi lanjutan ini disebut dengan Universal Mobile
Telecommunication Service (UMTS). Tujuannya adalah memberikan kecepatan akses data
yang lebih tinggi mencapai 385 kbps pada frekuensi 5 KHz. Teknik modulasi yang dipilih
UMTS adalah Wide-CDMA. Pada WCDMA digunakan frekuensi radio sebesar 5 MHz pada
band 1900 Mhz. HSDPA (High Speed Packet Downlink Access) merupakan kelanjutan dari
UMTS dimana menggunakan frekuensi radio sebesar 5 MHs dengan mencapai kecepatan 2
Mbps. Untuk mengaplikasikan UMTS dibutuhkan biaya yang lebih besar karena perlu
membayar lisensi ke pemerintah dan vendor 3G, penambahan base station, dan biaya
capex (capital expenditure) dan opex (operational expenditure) lainnya. Penerapan 3G ini
antara lain untuk video call, live streaming, dan layanan multimedia pita lebar lainnya.
Pada tahun 2003, 4 layanan 3G diluncurkan kembali di Eropa, dua di antaranya
menggunakan teknologi WCDMA dan dua lainnya menggunakan CDMA/EV-DO. WCDMA
lebih banyak berkembang dibandingkan CDMA/EV-DO karena hampir dua pertiga pasar
telekomunikasi selular mengadopsi teknologi ini dan telah menjadi standar teknologi industri
untuk layanan 3G. Penemuan teknologi HSDPA (High Speed Downlink Packet Access)
memungkinkan layanan internet mobile yang lebih cepat dengan kecepatan 1,8 Mbps
hingga 14,4 Mbps. Layanan HSDPA ini kemudian terus berkembang hingga telah menjadi
gaya hidup tersendiri bagi sebagian orang.
Kemudian generasi ketiga ini diperkaya lagi dengan keluarnya generasi 3.5G.
Kecepatannya mencapai 3,6 Mbps sehingga dapat melayani komunikasi multimedia lebih
cepat, seperti akses internet dan video sharing.
Layanan internet pita lebar dimulai dengan penggunaan dongles atau yang kita kenal
sebagai modem sehingga kita dapat menikmati layanan internet berkecepatan tinggi pada
laptop yang fleksibel. Kemudian perkembangan teknologi membuat telepon selular mampu
menjalankan fungsi sebagai kantor dengan layanan surat elektronik dan organizer. Saat
ini, layanan aliran video waktu nyata pun dapat kita nikmati dalam genggaman tangan
dengan mudah. Bahkan , percakapan video pun sempat berkembang walaupun

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

perkembangannya kurang diterima dengan baik. Pada masa ini lah, kita akhirnya mengenal
telepon selular sebagai smartphone, telepon pintar.

Gambar 6. Telepon pintar.


Saat ini kita mulai beranjak menuju layanan 4G di dekade kedua milenium ini.
Standar 4G memiliki kecepatan data yang sangat tinggi hingga 100 Mbps pada kondisi
mobilitas tinggi (di dalam mobil atau kereta api) dan hingga 1 Gbps pada kondisi mobilitas
rendah (misalnya lingkungan pedestrian atau pengguna stasioner). Teknologi kecepatan
tinggi ini menggunakan prinsip OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access)
dengan berbagai algoritma pengkodean hingga kecepatan tinggi pun tercapai. Beberapa
keunggulan pada teknologi 4G selain kecepatan tinggi antara lain adalah struktur arsitektur
yang flat untuk semua teknologi dan tingkat latensi yang rendah.
Teknologi 4G yang dikenal pertama adalah WiMAX (Worldwide Interoperability for
Microwave Access) pada tahun 2006 yang menawarkan layanan berkecepatan hingga 128
Mbps pada aliran unduh dan 56 Mbps pada aliran unggah. WiMAX perlahan ditinggalkan
karena ketidakefisienannya serta kurang mendukung layanan dengan mobilitas tinggi. LTE
kemudian hadir pada tahun 2009 yang menawarkan layanan berkecepatan hingga 100
Mbps pada aliran unduh dan 50 Mbps pada aliran unggah. Dikenal pula teknologi HSPA+
(High Speed Packet Access) yang beroperasi pada kecepatan hingga 84 Mbps pada aliran
unduh dan 22 Mbps pada aliran unggah. Perkembangan LTE pun semakin ditunjang
dengan berkembangnya sistem antena MIMO (multi input multi output) dan smart antenna
yang dapat meningkatkan performa layanan berkecepatan tinggi.

10

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Di Amerika Serikat, AT&T, Verizon, dan Sprint telah memulai jaringan berbasis LTE
dan beroperasi secara optimal pada tahun 2013. Kemudian terdapat Rencana Lightsquared
yang akan menggunakan satelit untuk menjangkau 92% populasi Amerika Serikat dengan
layanan LTE pada tahun 2015, walaupun dengan teknologi ini kecepatan akan menjadi
konsiderasi tersendiri.
Di Indonesia, layanan 4G komersial dimulai pada tahun 2010 oleh PT. FirstMedia,
Tbk dengan merek dagang Sitra. Sitra WiMAX menyediakan layanan pita lebar kecepatan
tinggi nirkabel pertama di Indonesia di daerah-daerah padat seperti Jabodetabek, Sumatera
Utara, dan Aceh. Sitra sendiri merupakan pemegang izin BWA termahal di wilayah
Jabodetabek. Namun seiring perkembangan teknologi, WiMAX mulai ditinggalkan karena
biayanya yang besar dan kendala teknologi lainnya hingga digantikan oleh LTE.
Telkomsel kemudian menjadi operator pertama yang mengadakan percobaan
jaringan 4G LTE pada konferensi APEC di Bali pada Oktober 2013. Jaringan ini
dioperasikan pada frekuensi 1800 MHz dengan lebar pita sekitar 5 MHz.
Di akhir tahun 2013, PT. Internux kemudian meluncurkan layanan 4G LTE komersial
pertama sejak 14 November 2013 pada cakupan wilayah Jabodetabek. Potensi pasar yang
diharapkan dapat mencapai 30 juta orang. Teknologi 4G LTE yang digunakan
menggunakan prinsip TDD-LTE (Time Division Duplex-LTE) pada frekuensi 2300 MHz.
Perkembangan 4G di Indonesia saat ini masih terkesan jalan di tempat saja.
Persoalan utama yang mengganjal adalah masalah regulasi dari pemerintah yang tidak juga
kunjung selesai. Selain itu penempatan frekuensi yang sesuai untuk layanan 4G ini masih
belum jelas. Pada pita frekuensi di atas 1800 MHz masih perlu dilakukan pengaturan ulang
frekuensi atau frequency refarming, sedangkan pada pita frekuensi 700 MHz masih
terkendala sistem televisi analog yang belum berpindah ke televisi dijital.
Dewasa ini pula mulai dikembangkan layanan 5G yang jauh lebih canggih. Berbeda
dengan layanan 2G hingga 4G, 5G merupakan teknologi radio akses tunggal yang akan
menggantikan makrosel. Layanan 5G merupakan kombinasi antara teknologi akses yang
terlisensi dan tidak berlisensi ataupun optimasi akses radio. 5G menjanjikan layanan
berkecepatan tinggi dengan latensi hingga nol. Teknologi ini didukung dengan
berkembangnya teknologi antena MIMO dan penggunakan gelombang milimeter untuk
aplikasi komunikasi.

11

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 7. Skenario Layanan 5G.

---o0o---

12

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 2
SALURAN TRANSMISI
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Memahami konsep Voltage Standing Wave Ratio pada saluran transmisi;
2) Memahami konsep impedansi dan admitansi pada saluran transmisi;
3) Memahami penggunaan Smith Chart pada penentuan nilai impedansi dan admitansi
pada saluran transmisi.
2. DASAR TEORI
Energi berpindah di sepanjang saluran transmisi dalam bentuk gelombang
elektromagnet. Gelombang yang ditimbulkan oleh sumber sinyal dan mengalir pada saluran
transmisi menuju suatu disebut sebagai gelombang datang (incidentwave). Jika nilai
impedansi beban, ZL, sama dengan nilai impedansi karakteristik saluran transmisi, Zo , maka
seluruh energi yang berasal dari sumber akan diserap oleh beban. Dengan kata lain, jika
saluran transmisi dengan panjang terbatas diterminasi dengan beban yang bernilai ZL = Zo,
maka bagi incident wave saluran akan tampak sebagai saluran dengan panjang tak hingga
karena pada semua titik, termasuk pada terminal beban, perbandingan antara tegangan dan
arus akan sama dengan Zo. Jika impedansi beban tidak sama dengan impedansi
karakteristik saluran, maka akan terdapat energi yang dipantulkan kembali menuju sumber
dalam bentuk gelombang pantul (reflectedwave). Pada Gambar 1 ditunjukkan gambar suatu
saluran transmisi yang diterminasi oleh beban yang memiliki impedansi berbeda dari
impedansi saluran.

Gambar 1. 1.. Saluran transmisi yang diterminasi oleh beban

13

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gelombang pantul akan bersuperposisi dengan gelombang datang dan membentuk


suatu pola saling menguatkan pada suatu titik dan saling melemahkan pada titik lainnya di
saluran transmisi. Superposisi tersebut disebut gelombang berdiri (standingwave). Contoh
pola gelombang berdiri pada saluran transmisi terdapat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 1. 2.. Contoh pola gelombang berdiri.


Perbandingan antara amplitudo tegangan maksimum dan minimum pada gelombang
berdiri disebut Voltage StandingWaveRatio (VSWR). VSWR dinyatakan dengan :
(1.1)

dengan

dan

masing-masing adalah nilai tegangan maksimum dan minimum

gelombang berdiri yang terdapat pada saluran transmisi.


Pada pengukuran VSWR yang menggunakan slotted line detector, terdapat
karakteristik hukum kuadrat yang dimiliki detector [1]:
(1.2)

(1.3)

(1.4)

dengan

adalah arus keluaran DC,

adalah konstanta, dan

adalah tegangan frekuensi

radio.

14

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Terdapat dua cara pada penentuan nilai VSWR, yaitu:


1. Metode Langsung
Metode langsung dilakukan dengan mengukur nilai arus di sepanjang saluran
transmisi. Hasil pengukuran tersebut akan didapatkan nilai arus pada setiap titik di
saluran transmisi. Grafik VSWR didapatkan dengan memplot setiap nilai arus pada
setiap titik di saluran transmisi.
2. Metode Tidak Langsung (Double minimum method)
Metode tidak langsung digunakan untuk memperbaiki metoda langsung jika nilai
VSWR > 10. Pada Gambar 3 diilustrasikan metode tidak langsung.

Gambar 1. 3. Ilustrasi penentuan VSWR dengan metode tidak langsung


Prinsip kerja metode tidak langsung adalah sebagai berikut. Detector mendeteksi
sinyal minimum. Kemudian detector digerakkan pada dua tempat dimana sinyal
memiliki ampitudo dua kali amplitudo sinyal minimum. Jarak kedua tempat tersebut,
, dapat digunakan untuk menentukan VSWR dengan:

(1.5)

Terjadinya gelombang pantul menunjukkan bahwa impedansi beban tidak sesuai


dengan impedansi saluran. Hal tersebut menyebabkan perhitungan besaran transmisi
menjadi rumit. Untuk mempermudah perhitungan digunakan Smith Chart. Smith Chart
adalah diagram yang biasa digunakan untuk memahami karakteristik saluran transmisi dan
elemen rangkaian microwave. Diagram ini terdiri dari bilangan riel dan imajiner, dimana

15

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

komponen rielditunjukkan oleh bentuk lingkaran penuh, sedangkan komponen imajiner


ditunjukkan oleh bentuk lengkung. Beberapa karakteristik saluran transmisi yang dapat
dihitung dengan Smith Chart antara lain adalah VSWR, impedansi beban, admitansi beban,
dan koefisien refleksi. Dari Smith Chart dapat diketahui kondisi saluran transmisi apakah
matching atau tidak.
Impedansi adalah rasio tegangan terhadap arus pada suatu titik di saluran transmisi,
sedangkan admitansi adalah rasio arus terhadap tegangan pada suatu titik di saluran
transmisi.
3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Praktikum modul ini menggunakan peralatan Microwave Trainer (MWT530) yang
diproduksi Feedback Instruments Ltd. Peralatan yang digunakan terdapat pada Tabel 1.1
berikut ini.
Tabel 1. 1. Peralatan yang digunakan pada Modul Saluran Transmisi.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

Microwave Trainer Board

2.

Variabel Attenuator

3.

X-band CW Gunn Oscilator Source

4.

Slotted line

5.

Probe diode detector

6.

Terminal hubung singkat

7.

Terminal resistif

8.

Waveguide Antena horn

9.

H-plane tee

16

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1.Pengukuran VSWR
Pengukuran VSWR pada praktikum ini menggunakan metode langsung. Berikut ini
adalah prosedur percobaan peengukuran VSWR.
1.

Susun peralatan seperti Gambar 4. Set tombol pada posisi "internal keying";

Resistive termination

Gambar 4 Rangkaian percobaan pengukuran VSWR


2.

Atur sensitivitas pada posisi tengah. Atur sumber redaman pada posisi 20;

3.

Bila detektor digerakkan sepanjang saluran maka penunjukkan ampere meter


akan berubah-ubah. Atur sensitivitas dan -bila perlu- atur attenuator untuk
mendapatkan pembacaan yang mendekati skala maksimum;

4.

Secara hati-hati gerakkan probe detector untuk mendapatkan pembacaan arus


minimum yang pertama. Catat sebagai

5.

Secara hati-hati gerakkan probe detector untuk mendapatkan pembacaan arus


maksimum yang pertama. Catat sebagai
juga arus minimun selanjutnya (

6.

dan posisinya sebagai x1;

dan posisinya sebagai x2. Catat

) dan posisinya sebagai x3 ;

Gunakan prosedur yang sama untuk beban yang lain.

17

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4.2.Pengukuran Nilai Impedansi Beban (ternormalisasi)


Berikut ini adalah cara menentukan impedansi beban dengan menggunakan Smith
Chart:
1.

Tentukan besarnya VSWR dengan metode langsung;

2.

Gambar lingkaran VSWR tersebut pada Smith Chart;

3.

Titik Q dimana r = 1/VSWR merepresentasikan impedansi masukan beban pada


medan listrik minimum;

4.

Hitung panjang gelombang waveguide (g) dengan rumus :


g = 2 (

5.

(1.6)

Jarak beban terhadap sumber ditentukan dengan :


(1.7)

6. Temukan nilai impedansi beban ternormalisasi.

---o0o---

18

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 3
MODULASI DAN DEMODULASI AMPLITUDO
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Memahami jenis dan proses modulasi analog AM
2) Memahami proses demodulasi sinyal AM
2. DASAR TEORI
Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi ke sinyal pembawa
(carrier). Suatu sinyal sinusoidal dapat direpresentasikan dengan persamaan
(2.1)
dengan
sudut dan

adalah sinyal sinusoidal,

adalah amplitudo

adalah frekuensi

adalah phasa. Terdapat dua macam modulasi analog, yaitu modulasi

amplitudo dan modulasi frekuensi.


Amplitudo modulation (AM) menggunakan variasi amplitudo untuk membawa sinyal
informasi. Gelombang yang amplitudonya dibuat bervariasi disebut gelombang carrier
(pembawa). Sinyal yang membuat variasi itu disebut modulating signal (sinyal informasi).
Modulasi amplitudo terbagi menjadi tiga jenis, AM DSB SC, AM SSB, AM DSB FC. Pada AM
DSB SC jikadilihat dalam komponen domain frekuensi, nilai daya dari frekuensi carriernya
ditekan sehingga dianggap bernilai 0. Sedangkan Sinyal AM SSB menekan salah satu
sideband

dengan menggunakan

filter, sehingga

akan dihasilkan sinyal SSB-LSB dan

sinyal SSB-USB.
Spektrum frekuensi modulasi AM double side band full carrier (DSB-FC) dapat dilihat
pada Gambar 2.1. berikut :

19

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 2. 1. Spektrum Frekuensi AM DSB-FC.


Spektrum frekuensi modulasi AM single side band lower sideband (SSB-LSB) dapat
dilihat pada Gambar 2.2. berikut :

Gambar 2. 2. Spektrum Frekuensi AM SSB-LSB.


Spektrum frekuensi modulasi AM double side band full carrier (DSB-FC) dapat dilihat
pada Gambar 2.3. berikut :

Gambar 2. 3. Spektrum Frekuensi AM SSB-LSB.


Misalkan sinyal carrier mempunyai indeks

dan sinyal informasi mempunyai indeks

yang ditunjukkan densgan persamaan:

20

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

(2.2)
(2.3)
Karena yang diinginkan adalah sinyal informasi memvariasikan amplitudo carrier, maka:
(2.4)
Pada persamaan (4) di atas,

melambangkan variasi amplitudo sinyal

hasil modulasi. Persamaan (4) dapat diubah menjadi


(2.5)
dengan

adalah indeks modulasi.

Karena

,maka pada

persamaan (2.5) terlihat terdapat tiga komponen frekuensi yang berbeda, yaitu:
a. Gelombang pembawa (carrier) yang asli, dengan frekuensi

, yang tidak terdapat

variasi apa pun dan tidak membawa informasi.


b. Komponen dengan frekuensi

, yang amplitudonya proporsional dengan

indeks modulasi. Komponen ini disebut lower side frequency.


c. Komponen dengan frekuensi

, yang amplitudonya proporsional dengan

indeks modulasi. Komponen ini disebut upper side frequency.


Persamaan sinyal termodulasi AM VAM dapat pula dinyatakan sebagai berikut :
VAM = VC (1 + m cos mt) cos ct

(2.6)

dimana VC adalah amplitudo gelombang pembawa dan m adalah indeks modulasi.


Perhatikan Gambar 2.4 berikut ini. Saudara dapat melihat bahwa informasi terdapat
pada lower side band dan upper side band bukan pada gelombang pembawa.

21

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Sinyal informasi atau sinyal pemodulasi Vm.

Sinyal pembawa (carrier) Vc.

Sinyal termodulasi AM VAM.


Gambar 2. 4. Sinyal-sinyal pada modulasi AM DSB-FC dalam domain waktu.
Indeks modulasi merupakan suatu nilai yang menunjukan kualitas modulasi.
Berdasarkan besarnya indeks modulasi (m), kondisi modulasi dapat dikelompokan sebagai
berikut :
1. Undermodulation (m< 1)

Gambar 2. 5. Sinyal termodulasi AM undermodulation.


2. Critically Modulated (m = 1)

Gambar 2. 6. Sinyal termodulasi AM critically modulated.

22

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

3. Overmodulated (m> 1)

Gambar 2. 7. Sinyal termodulasi AM overmodulation.


3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Pada praktikum modul ini digunakan perangkat keras dan perangkat lunak produksi
Feedback Teknikit. Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 2.1
berikut ini.
Tabel 2. 1. Peralatan yang digunakan pada Modul Modulasi dan Demodulasi AM.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

53-100 RAT Measuring system

2.

Amplitude Modulation Workboard 53-130

3.

Perangkat komputer

4. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1.Prosedur Umum Percobaan
Prosedur kerja umum dilakukan pada saat mulai menggunakan software Feedback.
1. Dari menu utama untuk mengetahui tugas yang akan dilakukan, klik icon
perangkat lunak pada desktop;
2. Pilih System;
3. Pilih Index;
4. Klik assignment sesuai dengan praktikum Saudara;
5. Klik toolbar Practical sesuai dengan practical yang sedang Saudara lakukan.
Jika akan melanjutkan ke Practical selanjutnya :
1. Klik toolbar System, lalu klik End practical;

23

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

2. Kemudian memulai kembali dengan mengklik toolbar Practical selanjutnya;


3. Untuk berhenti, klik toolbar System, lalu klik Quit.
4.2. Amplitude Modulation dengan Carrier dan Amplitude Modulation tanpa Carrier
4.2.1. Amplitude Modulation dengan Full Carrier
1. Set carrier level maksimum, dan Modulation level minimum;
2. Amati sinyal di setiap titik menggunakan oscilloscope dan spectrum analyzer
dan catat hasil pengamatan;
3. Perbesar Modulation level sedikit demi sedikit hingga amplitudo carrier
mendekati nol;
4. Amati sinyal di setiap titik menggunakan oscilloscope dan spectrum analyzer
dan catat.
4.2.2. Amplitude ModulationDouble Sideband dengan Suppressed Carrier
1. Ikuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar Practical, lalu klik Amplitude
Modulation with No Carrier;
2. Amati sinyal di setiap titik dengan menggunakan oscilloscope dan spectrum
analyzer dan catat hasil pengamatan;
3. Set Carrier balance ke skala posisi tengah;
4. Amati sinyal di titik 6 dan catat hasil pengamatan;
5. Tingkatkan level Carrier balance;
6. Tingkatkan level Modulation level dan Carrier level;
7. Amati sinyal dan tingkatkan level IIFO frequency, sehingga BFO berada pada
phasa yang sama (in phase)dengan carrier. Perhatikan bahwa hasil dari
detector output adalah sama dengan modulating signal.
---o0o---

24

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 4
PROSES MODULASI FREKUENSI
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Memahami jenis dan proses modulasi analog FM
2) Membedakan antara modulasi analog secara AM dan FM
2. DASAR TEORI
Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi ke sinyal pembawa
(carrier). Suatu sinyal sinusoidal dapat direpresentasikan dengan persamaan
(3.1)
dengan

adalah sinyal sinusoidal,

sudut dan

adalah amplitudo

adalah frekuensi

adalah phasa. Terdapat dua macam modulasi analog, yaitu modulasi

amplitudo dan modulasi frekuensi.


Pada FM, sinyal informasi memvariasikan frekuensi sinyal pembawa sehingga,
frekuensi sinyal hasil modulasi menjadi :
(3.2.)
dengan

adalah nilai puncak deviasi.


(3.3)

dengan

adalah frequency slope dari frekuensi modulator.

Total perubahan fasa dalam waktu, , adalah

D
sin m t
s c D cosm t dt c t
m

(3.4)

25

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Jadi, sinyal hasil modulasi dapat dinyatakan sebagai :

v Vc sin ct D sin mt

(3.5)

. Oleh karena itu,


Pada persamaan (3.4),indeks modulasi () adalah
m
persamaan (3.5) dapat ditulis sebagai

vc Vc sin ct sin m t Vc F

(3.6)

F sin ct cos sin m t cos ct sin sin m t

(3.7)

Dengan menggunakan pendekatan dengan fungsi Bessel,

F J 0 sin ct J1 sin c m t sin c m t


J 2 sin c 2m t sin c 2m t
J 3 sin c 3m t sin c 3m t
...

(3.8)

Pada persamaan (3.8)ditunjukkan bahwa persamaan tersebut terdiri dari bagianbagian yang tidak terbatas jumlahnya, sehingga berarti pada FM terdapat sideband yang
juga tidak terbatas jumlahnya. Namun demikian, pada prakteknya semakin tinggi ordenya
nilai fungsi Bessel semakin kecil, sehingga bandwitdh-nya dapat dibatasi.
3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3. 1. Peralatan yang digunakan pada Modul Proses Modulasi FM.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

Arbitrary function generator AFG 3081

2.

Dijital Storage Oscilloscope GDS-820C

3.

Spectrum Analyzer GSP827

Spectrum Analyzer adalah alat untuk meyelidiki distribusi energi sepanjang

26

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

spektrumfrekuensi dari suatu sinyal listrik yang diketahui. Dari penyelidikan ini, diperoleh
informasi yang sangat berharga mengenai lebar bidang frekuensi (bandwidth), rapat daya
sinyal, efek berbagai jenis modulasi, pembangkitan sinyal interferensi dan begitu juga pada
semua manfaatnya dalam perencanaan dan pengujian rangkaian RF dan pulsa. Alat yang
ditampilkan dalam domain frekuensi ini biasa dipergunakan untuk analisis sinyal
elektromagnetik pada rentang frekuensi tertentu apabila ada sumber gangguan pada
perangkat nirkabel, seperti Wi-Fi dan wireless router.

Gambar 3. 1. Tampilan Spectrum Analyzer.

4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buat sinyal carrier dengan cara : menekan tombol MOD, kemudian pilih FM. Tekan
tombol waveform, dan pilih bentuk sinyal sinusoidal.
2. Tentukan besar frekuensi carrier dengan menekan tombol FREQ/Rate dan
masukkan besar sinyal yang diinginkan.
3. Atur amplitudo sinyal dengan menekan AMPL.
4. Buat sinyal informasi dengan cara : menekan tombol MOD, kemudian pilih FM, dan
pilih FM freq dan masukkan besar sinyal informasi yang diinginkan. Kemudian klik
return. (Sinyal informasi besarnya 2 mHz 20 kHz, default: 100 Hz)
5. Atur besarnya Deviasi dengan cara : Pilih Freq Dev dan masukkan besarnya sesuai
yang diinginkan. (default: 100 Hz). Frekuensi deviasi adalah deviasi frekuensi puncak
dari gelombang pembawa dan gelombang termodulasi.
6. Lihat tampilan sinyal informasi dan sinyal hasil modulasi pada osiloskop dengan
menghubungkan terminal MOD dan MAIN ke osiloskop.
7. Lihat

tampilan

sinyal

hasil

modulasi

pada

spectrum

analyzer

dengan

menghubungkan terminal MAIN ke spectrum analyzer.


---o0o---

27

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 5
SISTEM TELEPONI
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Memahami sistem kerja telepon analog
2) Memahami prinsip kerja transduser
2. DASAR TEORI
Sistem teleponi secara umum dibagi menjadi tiga elemen, yaitu telepon, handset dan
saluran yang terhubung ke switching centre. Pada Gambar 4.1 ditampilkan sistem teleponi
secara umum.

Gambar 4. 1. Sistem teleponi secara umum.


Pada telepon terdapat bagian yang mengatur fungsi persinyalan, yaitu switch hook,
keypad dan allerter. Proses persinyalan pada switch hook dimulai saat pertama kali gagang
telepon diangkat. Fungsi rangkaian switch hook, yaitu:
a. Melakukan pensinyalan antara sentral dengan pesawat telepon yang digunakan;
b. Memutuskan alerter dan menyambungkan ke rangkaian telepon lainnya.
Pensinyalanpada keypad terjadi saat nomor yang akan dituju ditekan. Sistem operasi
pensinyalan yang digunakan pada keypad

adalah

sistem DTMF (Dual Tone Multi-

Frequency) signalling. Allerter berfungsisebagai tanda terjadinya hubungan antar pesawat

28

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

telepon. Pada telepon terdapat pula rangkaian untuk dilakukannya proses pembicaraan
(speech circuit), yaitu receiver, transmitter, microphone, dan rangaian hybrid.
DTMF signalling disebut juga dengan tone signalling. Terdapat tujuh macam
frekuensi yang berbeda pada rangkaian keypad. Dua diantara frekuensi tersebut
dikombinasikan sehingga dihasilkan kombinasi frekuensi yang berbeda untuk masingmasing tombol. DTMF signalling menggantikan pulse dialing yang sebelumnya digunakan
pada sistem telepon otomatis. Jika pada pulse dialing metode persinyalan yang digunakan
adalah dengan mengoperasikan 10 pulsa per detik yang diubah ke dalam bentuk arus listrik
dan kemudian dikirim untuk dibaca oleh sentral, pada DTMF signalling metode
pengoperasiannya adalah dengan menggunakan dua buah frekuensi yang dikombinasikan
pada masing-masing tombol keypad. Frekuensi pertama berasal dari frekuensi rendah dan
frekuensi kedua berasal dari fekuensi tinggi. Pada Gambar 4.2 berikut ditunjukkan
pembagian grup frekuensi tinggi dan grup frekuensi rendah pada keypad.

Gambar 4. 2. Papan tombol persinyalan DTMF.


3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4. 1. Peralatan yang digunakan pada Modul Sistem Teleponi.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

Telephone & Interface Workboard 58-110

2.

53-100 RAT Measuring system

3.

Perangkat komputer

29

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1.Prosedur Umum Percobaan
Prosedur kerja umum dilakukan pada saat mulai menggunakan software Feedback.
1. Dari menu utama untuk mengetahui tugas yang akan dilakukan, klik icon
perangkat lunak pada desktop;
2. Pilih System;
3. Pilih Index;
4. Klik assignment sesuai dengan praktikum Saudara;
5. Klik toolbar Practical sesuai dengan practical yang sedang Saudara lakukan.
Jika akan melanjutkan ke Practical selanjutnya :
1. Klik toolbar System, lalu klik End practical;
2. Kemudian memulai kembali dengan mengklik toolbar Practical selanjutnya;
3. Untuk berhenti, klik toolbar System, lalu klik Quit.
4.2. Percobaan Sistem Teleponi
4.2.1. Switch Hook
1. Tekan tombol pada bagian handset
2. Lihat perubahan yang terjadi pada bagian switch dan baca nilai yang tertera
pada ammeter.
4.2.2. Operasi Papan Tombol
1. Set telepon pada posisi TONE
2. Jaga posisi off hook pada telepon, pastikan posisi line current control berada
pada tengah-tengah atau dalam posisi normal
3. Tekan tombol pada keypad. Perhatikan sinyal pada saluran yang tertera pada
osiloskop.

30

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4.2.3. Pengkodean Papan Tombol


1. Tekan tombol keypad
2. Amati sinyal pada saluran
3. Amati frekuensi sinyal pada output masing-masing filter.

---o0o---

31

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 6
PULSE CODE MODULATION DAN TIME DIVISION
MULTIPLEXING
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Mengenal prinsip pengkodean dijital dan transmisi pada sistem audio dijital.
2) Mengenal prinsip-prinsip pengubahan sinyal analog menjadi dijital dalam PCM.
3) Mengenal teknik jalur jamak berdasarkan waktu (TDM).
2. DASAR TEORI
Sinyal yang ditransmisikan akan mengalami penurunan kualitas. Penurunan kualitas
ini disebabkan oleh adanya hal-hal, antara lain redaman, derau (noise), dan interferensi.
Dampak penurunan kualitas sinyal dapat dikurangi dengan merubah sinyal analog ke bentuk
dijital karena lebih tahan terhadap noise dan redaman. Pengubahan bentuk sinyal analog
menjadi dijital dilakukan melalui tiga tahapan proses yaitu pencuplikan(sampling), kuantisasi,
dan pengkodean (coding).
Sampling adalah metode untuk mencacah/mencuplik gelombang analog dengan
menggunakan pulsa diskrit sebagai pencupliknya. Sampling merupakan metode yang
digunakan dalam mentransmisi sinyal analog dalam bentuk sinyal dijital. Gelombang analog
dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut.
(5.1)

Frekuensi sampling yang biasanya digunakan pada proses dijitalisasi sinyal suara
adalah 8 KHz untuk teleponi dijital. Secara matematis sampling dapat dianalogikan sebagai
suatu hasil perkalian sinyal yang dicuplik dengan sinyal yang mencuplik. Pulse Amplitude
Modulation mengkonversi sinyal analog menjadi sekumpulan pulsa yang memiliki amplitudo
yang berbeda. Pada sistem transmisi telepon modern, amplitudo pulsa tersebut dikonversi
menjadi kode biner. Proses pengubahan tersebut dinamakan Pulse Code Modulation
(PCM).

32

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Setelah dilakukan sampling, sinyal kemudian dilakukan kuantisasi dan coding.


Kuantisasi adalah proses memetakan level amplitudo dari hasil sampling yang masih
kontinu ke dalam level amplitudo yang diskrit. Setelah melalui proses kuantisasi, maka
sinyal keluarannya merupakan sinyal yang memiliki waktu diskrit dan level amplitudo diskrit.
Coding adalah proses pengubahan amplitudo sinyal diskrit hasil kuantisasi ke dalam bit-bit
biner sehingga sinyal hasil PCM hanya diwakili oleh nilai 1 dan 0. Pada Gambar 5.1 sampai
5.3 di bawah ini masing-masing ditampilkan contoh proses pencuplikan sinyal analog, hasil
pencuplikan sinyal analog, ukuran step quantization, dan hasil pengkodean.

(a)

(b)

Gambar 5. 1. (a) Proses pencuplikan sinyal analog, dan (b) Hasil pencuplikan sinyal analog.

Gambar 5. 2. Ukuran step quantization.

33

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 5. 3. Hasil pengkodean PCM.


Teknik jalur jamak atau multiplexing adalah metode penggunaan suatu resource
komunikasi secara bersama. Multiplexing bertujuan untuk menghemat resource dari kanal
komunikasi. Salah satu bentuk multiplexing adalah Time Division Multiplexing (TDM), yaitu
satu frame dibagi menjadi beberapa slot waktu (time slot). Setiap time slot memiliki periode
sama dan setiap frame memiliki jumlah slot waktu yang sama, sehingga setiap slot waktu
pada setiap kanal pembicaraan berulang pada interval yang tetap, sehingga TDM disebut
sistem yang synchronous. Slot-slot waktu dapat digunakan oleh satu pengguna untuk
sebuah kanal pembicaraan. Pada Gambar 5.4 ditunjukkan contoh proses multiplexing.

Gambar 5. 4. Contoh proses jalur jamak.


3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5. 2. Peralatan yang digunakan pada Modul Pengkodean Dijital dan Teknik Jalur
Jamak Berdasarkan Waktu.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

Telephone & Interface 58-100

2.

53-100 RAT Measuring system

3.

Perangkat komputer

34

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1.Pencuplikan
1. Ikuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar practical, klik basic sampling;
2. Atur frekuensi osiloskop 1 menjadi sekitar 800 Hz dengan output VPP adalah 2
Volt. Ukuran tampilan dan osiloskop dapat diubah dengan menggunakan menu
Option;
3. Amati bentuk gelombang pada osiloskop 1, clock, gelombang sampel, dan
keluaran pada low pass filter;
4. Ubah waktu sample dengan menggunakan menu option ke . Amati bentuk
gelombang yang terjadi;
5. Ulangi langkah 3 dengan mengubah waktu sample menjadi 1/8;
6. Ulangi langkah 1-3 untuk frekuensi 500 dan 2 kHz.
4.2.Kuantisasi
1. lkuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar Practical, klik Quantization;
2. Atur tegangan sehingga menjadi 0 (nol) menggunakan pengendali DC Test
Linear pada workboard dan kalibrasi kembali untuk mendapatkan hasil yang
akurat;
3. Atur tegangan masukan menjadi 1 V, amati keluaran dijitalnya;
4. Ulangi untuk nilai masukan sebesar 2 V dan tegangan maksimum hingga
tampilan dijital tidak berubah. Amati keluaran dijitalnya;
5. Ulangi untuk 1 V dan 2 V dan untuk minimum.
6. Amati perubahan kode pada tegangan nol.
4.3.Derau Kuantisasi
1. Ikuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar Practical, lalu klik Quantisation
noise;
2. Set frekuensi pada 300 Hz dan amplitudo tegangan (peak) 0.2 Volt dengan
menggunakan pengendali Fine control;
3. Set resolusi pada 4 bit , lewat menu Option;
4. Amati keluaran dijitalnya (tespoint 7) serta hasil filter keluarannya (testpoint 8);
5. Ulangi untuk resolusi bit-bit yang berbeda;
6. Gunakan spectrum analyzer untuk melihat output.

35

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4.4.Teknik Jalur Jamak Berdasarkan Waktu (TDM)


1. Ikuti petunjuk umum. Setelah mengklik toolbar Practical, lalu klik Introduction to
multiplexing;
2. Amati keluaran pada osilator 4 yang merupakan bentuk hasil demultiplexing dan
output filter;
3. Bandingkan bentuk gelombangnya dengan menggunakan tampilan yang besar;
4. Set Osilator 1 menjadi 0 (zero) dan variasikan amplitudo untuk menentukan slot
waktu yang digunakan pada setiap sinyal;
5. Tingkatkan nilai output Osilator 1;
6. Bandingkan bentuk gelombang masukan untuk tiap osilator dengan
gelombang keluarannya dengan menggunakan menu Option untuk memilih
time slot.
---o0o---

36

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 7
MODULASI DIJITAL
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Mengenal jenis teknik modulasi dijital.
2) Mengamati modulasi dan demodulasi ASK.
3) Mengamati modulasi FSK.
2. DASAR TEORI
Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi

terhadap frekuensi

pembawa yang memiliki frekuensi lebih tinggi. Pada umumnya sumber informasi berbentuk
sinyal analog. Untuk mengefektifkan transmisi maka pada modulasi dijital informasi harus
dalam bentuk dijital. Modulasi dijital sebetulnya adalah proses mengubah-ubah karakteristik
dan sifat gelombang pembawa (carrier) sedemikian rupa sehingga bentuk hasilnya memiliki
ciri-ciri dari bit (0 atau 1) yang dikandungnya.
H al yang menjadi masalah besar dalam pentransmisian informasi adalah saat
transmitter dan receiver dipisahkan oleh free space, dimana sinyal sinyal yang dikirim
transmitter akan mengalami distorsi dan noise sehingga menyebabkan error pada informasi
yang akan diterima. Sistem komunikasi dijital digunakan untuk meminimalisasi efek yang
terjadi di kanal, maksimalisasi transfer rate,dan keakuratan transmisi informasi.
Keuntungan sistem komunikasi dijital yaitu:
a. Terjadinya interferensi yang sangat kecil;
b. Tahan terhadap noise;
c. Dapat mengoreksi terjadinya error;
d. Mudah untuk memanipulasi;
e. Mudah untuk diproses dan multipleksing.

37

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Kerugian sistem komunikasi dijital yaitu:


a. Membutuhkan permintaan sistem yang lebih tinggi;
b. Membutuhkan biaya tambahan untuk mengkonversi sistem analog ke dijital.
Pada Gambar 6.1 ditampilkan blok-blok pada sistem komunikasi dijital. Berikut ini
adalah penjelasan blok-blok yang terdapat pada sistem komunikasi dijital

TRANSMITTER
Analog
Signal

ADC

Source
Encoder

Encryption
and
Scrambling

Digital
carrier
Modulatio
n

Channel
Encoder
Line
Code
r

Bandpass Channel
(Carrier
Transmission)
Low-Pass Channel
(Baseband
Transmission)

Baseband

Bandpass
Lowpass

Dem
odula
tor

Channel
Encoder

Baseband
Processing

Regenerator

Source
Encoder

DAC

Analog Signal

RECEIVER

Line Decoder

Gambar 6. 1. Blok diagram sistem komunikasi dijital.


1. Information source
Sumber informasi dapat berbentuk diskrit atau kontinu. Informasi yang dihasilkannya
juga dapat berupa analog ataupun dijital. Pada sistem komunikasi dijital, sinyal
analog yang dihasilkan sumber yang kontinu harus diubah menjadi bentuk dijital
dengan menggunakan analog to digital converter (ADC).
2. Source Encoder dan Decoder
Source coding digunakan untuk mengkodekan sumber informasi menjadi bentuk
yang lebih sesuai untuk transmisi. Dengan demikian, source encoder mencoba
mengurangi jumlah bit yang dibutuhkan untuk mengirimkan informasi tertentu,
sehingga bandwidth yang didapatkan lebih kecil. Sedangkan source decoder

38

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

(receiver) digunakan untuk memasukkan kembali konten informasi yang hilang


melalui suatu proses filtering.
3. Line Coding dan Decoding
Line coding digunakan untuk pemformatan data dijital tanpa adanya modulasi.
Informasi dalam sistem transmisi berupa sekuensial data dijital (0 atau 1) yang
panjang. Transmisi data dijital (0 atau 1) yang panjang ini dapat menyebabkan
hilangnya sinkronisasi pada sistem. Oleh karena itu, line coding dapat mencegah
hilangnya sinkronisasi pada sistem.
4. Encryption dan Scrambling
Pada sistem komunikasi dijital informasi dapat dimanipulasi untuk tujuan security. Hal
ini dapat dilakukan dengan encryption dan scrambling. Encryption berguna untuk
confidentiality dan authentication yang mencegah orang yang tidak berhak
mengambil atau memasukkan informasi dari/ke channel. Sedangkan scrambling
digunakan mengacak-acak informasi agar tidak dapat dimengerti oleh pihak lain.
5. Channel Coding dan Decoding
Channel

coding

berguna

kompatibilitasnya dengan

untuk
channel

memproses

aliran

yang digunakan.

data

untuk

menjamin

Channel coding

dapat

mengontrol jumlah eror pada aliran data dengan menambah bit ekstra pada data
yang sudah di-source code secara sistematis
6. Dijital Carrier Modulator dan Demodulator
Modulasi dijital adalah proses dimana simbol-simbol dijital diubah menjadi
gelombang yang kompatibel dengan karakteristik channel.
7. Communication Channel
Channel merupakan jalur elektris antara sumber dan tujuan. Channel dapat berupa
kawat, link radio, link telepon dan lain sebagainya. Tidak ada channel yang ideal.
Semua channel mempunyai bandwidth yang terbatas dan sinyal informasi sering
mengalami distorsi amplitudo dan fasa saat melewatinya. Selain itu terdapat distorsi,

39

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

noise serta interferensi yang sulit dihindari sehingga menyebabkan error pada sinyal
dijital yang diterima.
Pada dunia telekomunikasi dikenal dua macam sistem transmisi yaitu baseband dan
bandpass. Sistem transmisi baseband adalah sistem transmisi yang melakukan transmisi
tanpa melakukan translasi frekuensi (modulasi) sebelumnya. Untuk meningkatkan akurasi
sistem, dilakukan line coding. Line code tersebut harus dipilih secara teliti agar sesuai
dengan karakteristik channel. Terdapat berbagai bentuk teknik line coding diantaranya Non
Return to Zero (NRZ), Return to Zero (RZ), Manchester, Alternate Mark Inversion (AMI),
HDB3 dll. Media transmisi pada sistem baseband dapat berupa coaxial cable dan biasa
digunakan dalam jaringan lokal berskala kecil.
Sistem transmisi bandpass merupakan sistem transmisi yang sudah mengalami
modulasi, yaitu sinyal informasi (diskrit) memodulasi sinyal pembawa(kontinu). Sebelum
dimodulasi menggunakan teknik modulasi dijital maka sinyal informasi harus berbentuk data
dijital. Oleh karena itu, sinyal informasi yang masih berupa analog harus dikonversi dulu
dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter). Terdapat berbagai macam teknik
modulasi dijital diantaranya ASK (Amplitude Shifted Keying), FSK (Frequency Shifted
Keying) dan PSK (Phase Shifted Keying). Dikenal juga teknik modulasi QAM (Quadrature
Amplitude Modulation) yang merupakan kombinasi antara ASK dan PSK.
Amplitude Shift Keying (ASK) merupakan modulasi dijital yang berdasar pada
pergeseran amplitudo. Pada ASK, dua nilai biner diwakili oleh dua amplitudo sinyal
pembawa, pada umumnya salah satu amplitudo adalah nol untuk mewakili biner 0,
sedangkan biner 1 diwakili oleh adanya sinyal pembawa dengan amplitudo yang konstan.

s(t)= {

A cos(2 ft )
0

Biner 0
Biner 1

(6.1)

Pada Gambar 6.2 ditampilkan bentuk sinyal dijital setelah melalui modulasi ASK.

40

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 6. 2. Bentuk sinyal dijital setelah melalui modulasi ASK.


Keuntungan

metode

ASK

adalah

bit

rate

yang

dihasilkan

lebih

besar.

Kekurangannya adalah untuk menentukan level acuan yang dimilikinya, setiap sinyal yang
terdapat pada saluran transmisi jarak jauh selalu dipengaruhi oleh noise dan distorsi lainnya.
Oleh karena itu, metode ASK hanya menguntungkan bila dipakai untuk transmisi jarak dekat
saja. Dalam hal ini faktor noise atau gangguan juga harus diperhitungkan dengan teliti.
Frequency

Shift

Keying

(FSK)

merupakan

modulasi

sinyal

dijital

dengan

menggunakan penggeseran frekuensi sesuai dengan nilai sinyal dijital.FSK mewakili dua
nilai biner dengan dua buah frekuensi yang letaknya berdekatan dengan frekuensi tengah,
seperti persamaan berikut :

s(t)={

dengan

dan

A cos(2 f1t )
A cos(2 f 2t )

Biner 1
Biner0

(6.2)

diperoleh dari pengurangan dan/atau penjumlahan frekuensi carrier,

dengan suatu selisih frekuensi tertentu. Pada proses ini frekuensi gelombang carrier
berubah-ubah sesuai perubahan biner sinyal informasi dijital. Pada Gambar 6.3 ditampilkan
bentuk sinyal dijital setelah melalui modulasi FSK.

41

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 6. 3.Bentuk sinyal dijital setelah melalui modulasi FSK


Keuntungan modulasi FSK adalah hanya ada sedikit kesalahan pada saat transmisi
karena informasinya terkandung pada frekuensi diskrit, serta sistem modulasi dijital relatif
sederhana. Karena tidak terpengaruh oleh besarnya amplitudo sinyal. Sedangkan
kekurangannya adalah modulasi FSK memiliki bandwith yang lebar. Modulasi FSK banyak
diaplikasikan untuk frekuensi tinggi.
Phase Shift Keying (PSK) merupakan teknik modulasi sinyal dijital melalui
pergeseran phasa. Pada PSK fasa gelombang carrier akan berubah sesuai dengan
perubahan nilai biner sinyal informasi dijital. Pada Gambar 6.4 ditampilkan bentuk sinyal
dijital setelah melalui modulasi FSK.

Gambar 6. 4.Bentuk sinyal dijital setelah melalui modulasi PSK

42

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 6.3 berikut ini.
Tabel 6. 3. Peralatan yang digunakan pada Modul Modulasi Dijital.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

53-100 RAT Measuring system

2.

Modulation & Keying Workboard 53-160

3.

Perangkat komputer

4. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1.Prosedur Umum Percobaan
Prosedur kerja umum dilakukan pada saat mulai menggunakan software Feedback.
1. Dari menu utama untuk mengetahui tugas yang akan dilakukan, klik icon
perangkat lunak pada desktop;
2. Pilih System;
3. Pilih Index;
4. Klik assignment sesuai dengan praktikum Saudara;
5. Klik toolbar Practical sesuai dengan practical yang sedang Saudara lakukan.
Jika akan melanjutkan ke Practical selanjutnya :
1. Klik toolbar System, lalu klik End practical;
2. Kemudian memulai kembali dengan mengklik toolbar Practical selanjutnya;
3. Untuk berhenti, klik toolbar System, lalu klik Quit.
4.2. Percobaan Amplitude Shift Keying (ASK)
1. Atur semua potensiometer workboard pada posisi tengah;
2. Atur MS bit switch <7> dan LS bit switch <8> sesuai dengan data bit word
yang dibutuhkan.
3. Amati

sinyal

di

setiap

titik

menggunakan

osciloscope

dan

spectrumanalyzer. Saudara dapat mengubah besar osciloscope dan


spectrumanalyzer menjadi tampilan yang lebih besar dengan memilih
toolbarCondition Menu, lalu Changesize. Catat hasil pengamatan;

43

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4.3. Percobaan Amplitude Shift Keying (ASK)


1. Set semua potensiometer ke posisi tengah;
2. Set Switch MS bit dan Switch LS bit sesuai dengan data bit word yang
dibutuhkan.;
3. Amati

sinyal

di

setiap

titik

menggunakan

osciloscope

dan

spectrumanalyzer. Saudara dapat mengubah besar osciloscope dan


spectrum analyzer menjadi tampilan yang lebih besar dengan memilih
toolbar Condition Menu , lalu klik Change size. Catat hasil pengamatan.
---o0o---

44

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 8
FILTER FIR
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Mengerti tentang pemrosesan sinyal dijital dan aplikasinya
2) Mengerti konsep filter
3) Merancang filter FIR sederhana
2. DASAR TEORI
Filter dijital adalah suatu prosedur matematika atau algoritma yang mengolah sinyal
masukan dijital dan menghasilkan isyarat keluaran dijital yang memiliki sifat tertentu sesuai
dengan tujuan filter. Penggunaan filter ini banyak dan luas sekali. Sebagian besar aplikasi
pemrosesan sinyal menggunakan filter. Pada pengolahan sinyal dijital, filter yang didesain
adalah filter dijital. Filter dijital dapat dibagi menjadi dua yaitu Filter Dijital IIR (infinite impulse
response) dan FIR (finiteimpulse response). Pembagian ini berdasarkan pada tanggapan
impuls filter tersebut. FIR memiliki tanggapan impuls yang panjangnya terbatas, sedangkan
IIR tidak terbatas. FIR tidak memiliki pole, maka kestabilan dapat dijamin sedangkan IIR
memiliki pole-pole sehingga lebih tidak stabil. Pada filter dijital orde tinggi, kesalahan akibat
pembulatan koefisien filter dapat mengakibatkan ketidakstabilan.
Secara umum filter dibagi menjadi :
a. Finite Impulse Response (FIR)
Formula FIR dapat dilihat sebagai berikut:
N 1

y(n) h(k )x(n k )

(7.1)

k 0

45

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

b. Infinite Impulse Response (IIR)


Formula IIR dapat dilihat sebagai berikut :

y(n) h(k ) x(n k )

(7.2)

k 0

Operasi dasar yang digunakan pada pemrosesan sinyal hanya berupa perkalian dan
penjumlahan sederhana saja. Namun demikian, kedua operasi yang dilakukan ini sangat
banyak jumlahnya, sehingga untuk menerapkannya dalam aplikasi diperlukan suatu
prosesor yang sangat cepat dalam melakukan perhitungan matematis. Untuk itulah didesain
suatu mikroprosesor yang bekerja khusus untuk memproses sinyal dijital yang disebut
Digital Signal Processor (DSP).
FIR filter berfungsi untuk mengoperasikan real-time digital filter pada DSP.
Dinamakan finite atau terbatas dikarenakan tidak ada feedback pada jenis filter ini. Tidak
ada feedback dikarenakan nilai sampel suatu sinyal dibatasi sampai nilai
banyaknya sampel tergantung dari banyaknya nilai koefisien

sehingga

. Pada DSK TMS320C6713,

penggunaan FIR filter meliputi penggunaan dari ADC dan DAC yang terintegrasi dengan
DSP board. ADC berfungsi untuk menangkap dan merubah sinyal menjadi bentuk diskrit,
sedangkan DAC berfungsi merubah kembali sinyal menjadi analog.
Secara umum suatu FIR didefinisikan oleh suatu impulseresponses,

, dengan

adalahi koefisien filter seperti terdapat pada Gambar 3. Nilai dan jumlah koefisien filter
ditentukan oleh spesifikasi filter yang diinginkan. Secara manual suatu nilai dan jumlah
koefisien filter dapat dicari dengan berbagai metode yang memanfaatkan konsep
discretefouriertransform dan teknik windowing.

Gambar 7. 1. Filter FIR.

46

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

dengan

adalah nilai koefisien filter dan adalah jumlah koefisien filter.

Salah satu alat yang dapat mensimulasikan pemrosesan sinyal dijital adalah
menggunakan DSK TMS320C6713. DSK TMS320C6713 adalah salah satu tipe C6000 yang
dapat bekerja pada fixed-point maupun floating-point. Tetapi, DSP ini masih berupa starter
kit, yaitu suatu platform yang dapat mensimulasikan DSP C6713 yang sebenarnya. DSK tipe
ini lebih ditujukan untuk keperluan edukasi, penelitian, serta evaluasi. Namun, hasil dari
aplikasi yang kita buat di DSK tipe ini sangat mungkin untuk diterapkan pada DSP C6713
yang sebenarnya.
Texas Instruments mengeluarkan beberapa seri DSP board untuk pengaplikasian
procesor DSP dengan biaya yang murah, salah satunya adalah DSP board seri DSK
TMS320C6713. Pada dasarnya board ini dikembangkan sebagai low-cost platform yang
memiliki high performance, untuk lebih memudahkan pembelajaran pemrosesan sinyal dijital
bagi semua orang. Pada DSP board ini sudah diintegrasikan komponen-komponen yang
berhubungan dengan pemrosesan sinyal dengan menggunakan DSP (Digital Signal
Processor). Komponen yang ada dalam board sifatnya statis secara hardware, namun dapat
diprogram dengan menggunakan software Code Composer Studio. Pada Gambar 1 dan
Gambar 2 ditampilkan tampilan dan blok diagram DSK TMS320C6713.

Gambar 7. 2.Tampilan DSK TMS320C6713.

47

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 7. 3. Blok diagram DSK TMS320C6713


Komponen utama serta pendukung dari DSK TMS320C6713 antara lain:
1. Prosesor TMS320C6713
Merupakan prosesor dengan kecepatan clock 225 Hz yang mendukung operasi
fixed-point dan floating-point. Kecepatan operasinya dapat mencapai 1350 juta
operasi floating-point per detik (MFLOPS) dan 1800 juta instruksi per detik (MIPS).
Selain itu, prosesor ini dapat melakukan 450 juta operasi multiply-accumulate per
detik.
2. CPLD (Complex Programmable Logic Device)

CPLD berisi register-register yang berfungsi untuk mengatur fitur-fitur yang ada
pada board. Pada DSK C6713, terdapat 4 jenis register CPLD, yaitu:

USER_REG Register untuk mengatur switch dan LED sesuai yang diinginkan
user.

DC_REG Register untuk memonitor dan mengontrol daughter card.

VERSION Register untuk indikasi yang berhubungan dengan versi board dan
CPLD.

MISC Register untuk mengatur fungsi lainnya pada board.

3. Flash memory
DSK menggunakan memori flash untuk booting. Pada flash berisi sebuah program
kecil yang disebut POST (Power On Self Test). Program ini berjalan saat DSK

48

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

pertama kali dinyalakan. Program POST akan memeriksa fungsi-fungsi dasar board
seperti koneksi USB, audio codec, LED, switches, dan sebagainya.
4. SDRAM
Memori utama yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan instruksi maupun data.
5. AIC23 Codec
Berfungsi sebagai ADC maupun DAC bagi sinyal yang masuk ke board.
6. Daughter card interface
Konektor-konektor tambahan yang berguna untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi
pada board. Terdapat tiga konektor, yaitu memory expansion, peripheral expansion,
dan Host Port Interface.
7. LED dan Switches
LED dan switches ini merupakan fitur yang dapat membantu dalam membangun
aplikasi karena dapat deprogram sesuai keinginan user.
8. JTAG (Joint Test Action Group)
Merupakan konektor yang dapat melakukan transfer data dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Hal ini akan berguna dalam aplikasi real-time.
DSK dapat digunakan untuk banyak hal, mulai dari simulasi komunikasi, sistem
kendali hingga pengolahan gambar dan suara. DSP umumnya digunakan pada aplikasi
komunikasi (seluler). Embedded DSP dapat ditemukan pada cellular phones, fax/modems,
disk drives, radio, printers, hearing aids (alat bantu pendengaran), MP3 player, highdefinition television (HDTV), kamera dijital, dan lain-lain. Penggunaan DSP pada alat-alat
tersebut dapat menurunkan harga produksi, karena DSP dapat diprogram sesuai dengan
kebutuhan, memiliki softaware yang murah dan dukungan hardware yang cukup.

49

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 7.1 berikut ini.
Tabel 6. 4. Peralatan yang digunakan pada Modul Modulasi Dijital.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

DSK TMS320C6713

2.

Perangkat lunak MATLAB

3.

Perangkat lunak Code Composer Studio

4.

Mikrofon

5.

Audio Speaker

4. PROSEDUR PERCOBAAN
Secara umum percobaan ini menggunakan perangkat MATLAB Simulink dan CCS
Studio yang diintegrasikan sehingga dapat diprogramkan pada DSK TMS320C6713. Proses
tersebut dinamakan sebagai proses targeting. Untuk perancangan filter dijital sendiri
dilakukan pada Simulink dengan bantuan FDA Tool.
4.1.Targetting Simulink ke DSK TMS320C6713
Secara sederhana, pada proses targetting digunakan SIMULINK dan CCS. Untuk
menghubungkan SIMULINK dengan DSK dibutuhkan Real Time Workshop, Embedded
Target for TI C6000 DSP, dan Link for CCS. Ketiga hal tersebut dapat ditemukan di
SIMULINK dan harus dilakukan pengaturan konfigurasi. Hubungan ketiga hal tersebut
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Gambar 7. 4.Diagram alir targetting ke C6000 DSP.

50

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Pada Gambar 2 di atas menunjukkan proses debugging dan verification dilakukan


oleh software CCS. Penggunaan CCS memungkinkan untuk menghasilkan code-code yang
akan digunakan dalam C6000 DSP sehingga tidak diperlukan lagi pembuatan program
dengan manual karena sudah dilakukan oleh CCS.
4.2. Perancangan Filter
Perancangan Filter dilakukan dengan menggunakan bantuan Filter Design and
Analysis (FDA) Tool yang terdapat pada software MATLAB. Hasil yang dari penggunaan tool
ini akan didapatkan koefisien FIR filter dari spesifikasi yang diinginkan. Pada perancangan
ini, digunakan Metode Hamming.
Pada percobaan ini, Saudara diminta untuk mendesain sebuah filter dengan
spesifikasi sebagai berikut :
1. Low Pass Filter
2. Sampling Frequency (fs) = 16000 Hz
3. Cut off Frequency (fc) = 3000 Hz
4. Transition Width = 1000
Pada perancangan ini digunakan metode Hamming :

Banyaknya koefisien (N) dengan menggunakan metode Hamming = 3,3/f


= 3,3/ 0,0625
= 53
Selanjutnya jumlah koefisien tersebut akan dimasukan ke dalam FDA tool.
Dengan menggunakan spesifikasi filter seperti contoh diatas, maka langkah-langkah
untuk membuat filter adalah sebagai berikut :
1. Buka file Simulink FIR.mdl. Selanjutnya hubungkan DSK dengan komputer, Lakukan
diagnostik dan aktifkan program CCS studio apabila tidak ada alarm;

51

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

2. Selanjutnya buka blok FDA Tool pada FIR.mdl (tersedia 3 blok FDA Tool dimana
setiap FDA tool akan dikendalikan oleh satu tombol pada DSK). Pada Gambar 7.5
di bawah ini ditampilkan tampilan simulasi FIR filter;

Gambar 7. 5. Tampilan simulasi FIR filter


3. Isi spesifikasi filter yang diinginkan pada tampilan simulasi seperti terdapat pada
Gambar 7.6 di bawah ini;

Gambar 7. 6. Tampilan pengisian parameter simulasi

52

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4. Lakukan targetting dari Simulink ke DSK TMS320C6713 dengan menekan tombol


incremental build seperti terdapat pada Gambar 7.7 di bawah ini. Ingat JANGAN DI
SAVE;

Gambar 7. 7. Tampilan icon untuk melakukan targetting


5. Hubungkan Line in DSK dengan output pada komputer, dan Line Out DSK pada
inputmicrophone komputer. Hubungkan juga headphone pada DSK dengan
Loudspeaker;
6. Buka file 44100.wav yang akan berfungsi sebagai inputan sinyal audio. File ini
merupakan sinyal yang dihasilkan pada frekuensi 100-7000 Hz;
7. Buka file spectrumliat.mdl dan jalankan.;
8. Tekan tombol DIP Switch pada DSK untuk melihat hasil filter;
9. Isi borang pengamatan dan lakukan langkah-langkah diatas untuk mendesain filter
dengan spesifikasi yang diberikan oleh asisten kemudian.

PERHATIAN!!
MOHON PRAKTIKAN SELALU MEMINTA PENDAMPINGAN ASISTEN DALAM PROSES
TARGETTING AGAR TIDAK TERJADI KEGAGALAN PADA SISTEM DSK.

---o0o---

53

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 9
SIMULASI JALUR KOMUNIKASI NIRKABEL
MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK RADIOMOBILE
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Memahami konsep komunikasi nirkabel.
2) Mempelajari membuat simulasi satu atau lebih jalur radio dengan parameter
yang diubah-ubah dengan perangkat lunak Radio Mobile.
2. DASAR TEORI
Gelombang radio yang berpropagasi di udara akan mengalami beberapa fenomena
fisik yang berbeda, misalnya refleksi, transmisi, difraksi, dan scattering. Lingkungan
propagasi adalah lingkungan geografis di mana gelombang radio merambat dari transmitter
ke receiver. Lingkungan propagasi sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter fisik
medium, seperti tekanan, temperatur, kelembapan, indeks refraksi, dan dari database area
geografis tertentu seperti topografi, persebaran vegetasi, jalan, dan gedung. Propagasi
gelombang radio dapat ditentukan dengan pemodelan berbagai mekanisme fisik yang
berbeda, seperti redaman ruang hampa, redaman atmosfer, redaman akibat vegetasi, dan
lain-lain.
Mode propagasi gelombang radio yang paling sederhana adalah propagasi radio
pada jalur line-of-sight karena sinyal gelombang mikro tidak dapat diblok oleh gedung atau
lembah. Untuk melakukan transmisi harus dihindari adanya penghalang atau kemiringan
bumi, sehingga jika posisi antar gedung terhalang, maka diperlukan menara untuk
menempatkan antena lebih tinggi lagi, agar tetap dalam posisi saling melihat (line of sight).
Secara umum, propagasi dikatakan line-of-sight jika tidak terdapat akibat-akibat
difraksi gelombang, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat obstacle daerah first Fresnel
ellipsoid.

Pada Gambar 8.1 di bawah ini ditunjukkan model sederhana analisa jalur

propagasi radio line-of-sight.

54

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 8. 1. Model jalur propagasi radio sederhana.


Pada Gambar 8.1, rugi daya propagasi ruang hampa (free space loss) dapat dihitung
dengan persamaan (8.1) di bawah ini.
(8.1)
Jika rugi saluran transmisi,

dan

, pada Gambar 1 diabaikkan, maka daya yang

dierima receiver adalah

(8.2)

Langkah pertama untuk membuat sistem nirkabel adalah membuat rancangan dan
simulasi kerja sistem. Salah satu alat untuk merancang dan menyimulasi sistem nirkabel
adalah perangkat lunak Radio Mobile.
Radio Mobile adalah sebuah perangkat lunak yang dikembangkan oleh Roger Coud
untuk para pelaku radio amatir. Radio Mobile menggunakan model digital daerah ketinggian
untuk perhitungan cakupan dan kekuatan sinyal yang diterima di berbagai tempat di
sepanjang jalur radio. Radio Mobile secara otomatis membangun profil antara dua titik di
peta digital yang menunjukkan cakupan wilayah dan zona Fresnel pertama. Pada saat
simulasi, perangkat lunak ini akan memeriksa line-of-sight dan menghitung path loss.
Dengan menggunakan Radio Mobile, sangat mungkin untuk dibuat jaringan dari beberapa
topologi yang berbeda, termasuk jaringan master/slave, point-to-point, dan point-tomultipoint. Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk menghitung wilayah cakupan dari
base stasion pada sebuah sistem point-to-multipoint, bekerja untuk sistem yang memiliki
frekuensi dari 100 kHz sampai 200 GHz.

55

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 6. 5. Peralatan yang digunakan pada Modul Modulasi Dijital.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

Perangkat Lunak Radio Mobile

2.

Perangkat komputer

4. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1.Sistem Radio Titik ke Titik
1. Buka perangkat lunak Radio Mobile (rmweng.exe);
2. Buka Map properties (F8), pilih nama kota dengan Select a city name atau
masukkan posisi (lattitude dan longitude) kota tersebut dan pilih berapa ukuran
pengambilan gambar (Size height);
3. Buka Network properties (ctrl N), lalu buka System. Buat sistem yang diinginkan.
Atur parameter-parameter dari sistem tersebut;
4. Buka Unit properties (ctrl U), tempatkan unit sesuai lokasi yang diinginkan;
5. Buka Network properties, lalu buka Membership, tentukan sistem yang digunakan
untuk masing-masing unit;
6. Untuk menampilkan semua unit pada peta, klik View, lalu klik Show networks, lalu
klik All;
7. Hitung link budget untuk link tersebut dengan cara klik Tools, lalu klik Radio link
(F2). Dapat juga menampilkan detail keluaran dari simulasi. (Tools Radio link
view details);
8. Ubah parameter-parameternya, misal tinggi antena, unit yang menjadi TX/RX.
Silakan Saudara analisa!
4.2. Pengulang pada Sistem Radio Titik ke Titik
1. Buka perangkat lunak Radio Mobile (rmweng.exe);
2. Buka Map properties (F8), pilih nama kota dengan Select a city name atau
masukkan posisi (lattitude dan longitude) kota tersebut dan pilih berapa ukuran
pengambilan gambar (Size height);

56

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

3. Buka Network properties (ctrl N), lalu buka Parameters. Buat paramater yang
diinginkan. Atur parameter-parameter dari parameter tersebut;
4. Pilih System. Buat dua sistem (repeater dan hand held) yang diinginkan. Atur
parameter-parameter dari parameter tersebut;
5. Pilih Membership.
Untuk repeater :

Pilih Command pada tabel Role of Repeater;

Repeater pada System.

Untuk hand held :

Pilih Subordinate pada tabel Role of Repeater;

Hand held pada System.

6. Klik Tools, pilih Coverage, pilih Find best site;


7. Analisa!

---o0o---

57

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MODUL 10
SIMULASI AKSES RADIO KOMUNIKASI NIRKABEL
MENGGUNAKAN PERANGKAT MINILINKTM
1. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini, Saudara diharapkan dapat :
1) Memahami jenis dan fungsi komponen-komponen yang ada pada perangkat
MINI-LINKTM.
2) Memahami cara melakukan pemindaian frekuensi dan penyelesaian masalah
saat kejadian gagal koneksi trafik pada perangkat MINI-LINKTM.
3) Memahami prinsip rugi daya propagasi menggunakan perangkat MINI-LINKTM.
2. DASAR TEORI
Ericsson adalah perusahaan yang telah mempunyai pengalaman di bidang teknologi
microwave selama lebih dari empat puluh tahun dan pengalaman di bidang telekomunikasi
selama lebih dari 130 tahun. Prestasi Ericsson pada beberapa waktu terakhir adalah
Ericsson merupakan perusahaan pertama yang telah berhasil mendemonstrasikan secara
langsung kecepatan 2,5 Gbps melalui udara dan juga yang pertama yang memperkenalkan
produk komersial dengan modulasi 512 QAM.
MINI-LINKTM diproduksi oleh Ericsson di pabriknya sendiri yang berada di Swedia.
Pabrik Ericsson tersebut merupakan pabrik yang mempunyai fasilitas produksi perangkat
gelombang mikro terbesar di dunia. Ericsson telah mempunyai pengalaman yang luas
tentang MINI-LINKTM mulai dari perencanaan hingga pembangunan jaringan MINI-LINKTM di
seluruh dunia. MINI-LINKTM merupakan perangkat teknologi transmisi microwave yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia.
Pada edisi microwave MINI-LINKTM ini, Ericsson mengeluarkan beberapa tipe
microwave, yaitu Mini Link CN, Mini Link E, Mini Link LH, dan Mini Link TN. Hal tersebut
terdapat pada Ericsson MicrowavePortrofolio pada edisi MINI-LINKTM nya seperti terlihat
pada Gambar 2 di bawah ini.

58

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 9. 1. Ericsson Microwave Portofolio.


Ericsson mengembangkan gelombang mikro sebagai teknologi transmisinya karena
beberapa alasan, yaitu:
a. Kondisi

lingkungan

yang

lingkungannya banyak yang

sulit

dijangkau.

Terutama

di

Indonesia,

kondisi

berupa kepulauan, pegunungan, hutan, dll. Kondisi

lingkungan seperti ini tepat jika menggunakan teknik transmisi berbasis radio
(microwave).
b. Pengimplementasian

yang

tidak

membutuhkan

waktu

cukup

lama.

Untuk

membangun sebuah jalur transmisi berbasis serat optik, terkadang membutuhkan


waktu hingga lebih dari enam bulan.
c. Mahalnya biaya pemasangan teknologi serat optik tiap meternya.
d. Tidak bebasnya penggalian serat optik.
e. Teknologi transmisi mudah untuk ditambah kapasitasnya dan kapabilitasnya.
f.

Tingkat reliabilitas sistem yang tinggi, fleksibel, dan dapat digunakan sebagai
scalable connection untuk cadangan (back-up) jaringan backbone fiber optic. Perlu
diketahui, pada jaringan transmisi, kawat tembaga dirasa sudah tua dan tidak terupgrade. last mile loops often have less than four nines reliability.
Selain alasan-alasan di atas, terdapat alasan khusus mengapa teknologi transmisi

menggunakan gelombang optik masih menjadi pilihan di Indonesia. Seperti yang


Saudaraketahui, operator-operator di Indonesia belum banyak yang mempunyai teknologi
serat optik sebagai teknologi transmisinya, sehingga untuk membangun sebuah jaringan
tentu akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

59

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

proses instalasi jaringan yang cepat, digunakanlah tenologi transmisi microwave. Biasanya,
proses instalasi microwave membutuhkan waktu 2 hingga 3 hari.
Beberapa aplikasi yang memanfaatkan MINI-LINKTM adalah jaringan mobile,
transmisi dari suatu perusahaan ke operator, jaringan transmisi pada pemerintahan dan
militer, dan jaringan backbonemicrowave. Pada Gambar 3 ditampilkan beberapa aplikasi
MINI-LINKTM.

Gambar 9. 2. Beberapa aplikasi MINI-LINKTM


Peralatan-peralatan MINI-LINKTM yang dihibahkan PT. Ericsson Indonesia kepada
Departemen Teknik Elektro FTUI terdiri dari:
2.1.Outdoor Unit (ODU)
Outdoor Unit merupakan perangkat-perangkat yang berada di luar ruangan. ODU
terdiri dari radio unit (RAU) dan compact antenna. ODU merupakan bagian yang
berhubungan dengan alokasi pita frekuensi dan sama sekali tidak tergantung pada
kapasitas traffic. ODU terdiri dari :
1) Radio Unit (RAU)
Fungsi dasar radio unit (RAU) adalah untuk mentransmisikan dan menerima
sinyal RF dan mengkonversinya ke/dari format sinyal kabel radio (radio cable).
Kabel radio adalah bagian yang berfungsi untuk mengkoneksikan RAU dan

60

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

MMU (Modem Unit). RAU dapat disambungkan dengan sebuah antena yang
mempunyai band width lebar pada sebuah sistem yang terintegrasi maupun
terpisah. RAU terhubung ke antena melalui interface waveguide. Pelepasan dan
penggantian RAU dapat dilakukan tanpa mempengaruhi pengarahan antena.
Pada Gambar 9.3 ditampilkan

Gambar 9. 3.Radio unit MINI-LINKTM


Spektrum frekuensi radio yang tersedia pada RAU MINI-LINKTM adalah 6, 7, 8,
10, 11,13, ,15, 18, 23, 26, 28, 32, 38 GHz untuk Radio Split dan 70/80 GHz
untuk All Indoor. Berikut ini adalah tabel performansi RAU.
Tabel 9. 1. Performansi RAU MINI-LINKTM

2) Antena
Antena microwave yang terdapat pada MINI-LINKTM memiliki variasi diamater
antara 0,2 m sampai dengan 3,7 m, dan terdiri dari polarisasi tunggal dan
polarisasi ganda. Semua antena adalah compact, atau dengan kata lain low
profile. Pada Gambar 9.4 ditampilkan antena microwave MINI-LINKTM.

61

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 9. 4. Antena microwave


Cara penyusunan antena dengan RAU dapat berupa sebuah sistem yang
terpisah atau terintegrasi, seperti terdapat pada Gambar 9.5 a dan 9.5 b. Pada
Tabel 2 ditampilkan spesifikasi antena yang digunakan pada MINI-LINKTM.

Gambar 9. 5. Antena yang dipasang secara terpisah dengan RAU (a) dan
antena yang terpasang secara terintegrasi dengan RAU (b) pada MINI-LINKTM
Tabel 9. 2. Spesifikasi antena yang digunakan pada MINI-LINKTM

62

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

2.2.Indoor Unit (IDU)


Bagian indoor, the access module, merupakan bagian yang berada di dalam
ruangan. IDU disuplai dengan versi kapasitas traffic yang berbeda, skema-skema modulasi
(CQPSK atau 16 QAM), konfigurasi sistem, dan tidak tergantung dengan pita frekuensi yang
digunakan. Modul-modul yang terdapat pada Mini-Link E tidak semuanya sama dengan
modul-modul yang terdapat pada Mini-Link TN.
Berikut ini adalah perangkat-perangkat IDU yang, baik yang terdapat pada Mini-Link
E maupun pada Mini-Link TN, yang dihibahkan PT Ericsson Indonesia kepada Departemen
Teknik Elektro FTUI:
1) Access Module Magazine (AMM)
AMM merupakan sebuah tempat untuk meletakkan berbagai perangkat indoor.
AMM ini terdiri dari berbagai ukuran. Pada Mini-Link E, ukuran AMM antara lain:
AMM 2U-3, dan AMM 4U1, sedangkan pada Mini-Link TN, ukran AMM antara
lain AMM 1p, AMM 2p B, AMM 6p C, AMM 6p D, dan AMM 20p B. Perlu
diketahui, U merupakan sebuah satuan dimensi panjang yang biasa digunakan
pada untuk menunjukkan tinggi AMM, U = 44 mm. AMM dapat dipasang secara
pas ke dalam rak 19 inchi.
AMM yang terpasang pada perangkat MINI-LINKTM yang ada di Laboratorium
Telekomunikasi DTE FTUI adalah:
2) AMM 2U-3 untuk Mini-Link E
AMM 2U-3 dapat dipasang 1 buah SAU2, satu buah SMU, dan dua buah MMU.
Modul-modul yang terpasang pada AMM 2U-3 yang terdapat di Laboratorium
Telekomunikasi DTE FTUI adalah satu buah SMU dan satu buah MMU. Pada
Gambar 9.6 ditampilkan tampilan AMM 2U-3.

Gambar 9. 6. AMM 2U-3

63

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Perlu diketahui, susunan modul-modul yang tepasang pada AMM harus sesuai
dengan ketentuan seperti terlihat pada Gambar 9.7. Jika hanya satu MMU yang
terpasang, maka MMU tersebut harus diletakkan di slot kedua (kedua dari atas).

Gambar 9. 7. Susunan slot pada AMM 2U-3


3) AMM 2p B untuk Mini-Link TN
AMM 2p B terdiri dari empat slot, yaitu slot 00, 01, 02, dan 03. Slot 00
diperuntukkan untuk NPU3 atau NPU3B. Catu daya yang dibutuhkan untuk AMM
2p B adalah tegangan DC sebesar

-48 V atau +24 V. Pada Gambar 9.8

ditampilkan tampilan AMM 2p B dan susunan slot pada AMM 2p B.

Gambar 9. 8.Tampilan AMM 2p B (a) dansusunan slot pada AMM 2p B (b)


4) Modem Unit (MMU)
MMU merupakan unit modulator dan demodulator. MMU dapat dipasang pada
Mini-Link E ataupun Mini-Link TN. MMU Mini-Link E yang diproduksi Ericsson
terdiri dari berbagai besaran kapasitas, antara lain 2x2 Mbit/s, 4x2/8 Mbit/s, 2x8
Mbit/s, 2x8 Mbit/s, 34+2 Mbit/s, dan MMU yang dapat langsung mempunyai
kapasitas 2x2Mbit/s 34+2 Mbit/sMMU yang terpasang pada Laboratorium
Telekomunikasi DTE FTUI adalah MMU 2x8 Mbit/s yang digunakan untuk MiniLink E. Pada Gambar 9.9 ditampilkan tampilan MMU 2x8 Mbit/s.

64

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 9. 9. Tampilan MMU 2x8 Mbit/s


Pada Tabel 9.3 di bawah ini dijelaskan spesifikasi MMU yang ada di
Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI. Pada Gambar 9.10 ditampilkan blok
diagram MMU 2x8 Mbit/s.
Tabel 9. 3.Spesifikasi MMU 2x8 Mbit/s

Gambar 9. 10. Blok diagram MMU 2x8 Mbit/s

65

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

5) Switch Multiplexer Unit (SMU)


SMU merupakan unit yang berfungsi untuk menurunkan traffic dari MMU
dan/atau menyediakan switching untuk kepentingan proteksi koneksi antar
jaringan microwave. SMU terdiri dari beberapa tipe, antara lain Sw (2 & 4 E1),
8x2 Mbit/s, dan 16x2 Mbit/s. SMU terdapat pada Mini-Link E. SMU yang terdapat
pada Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI adalah SMU 8x2 Mbit/s. Pada
Gambar 9.11 dan 9.12 masing-masing ditampilkan SMU 8x2 Mbit/s dan blok
diagramnya.

Gambar 9. 11. Tampilan SMU 8x2 Mbit/s

Gambar 9. 12. Blok diagram SMU 8x2 Mbit/s


6) Node Processor Unit (NPU)
NPU merupakan otak dari Node. NPU memegang konfigurasi yang ada pada
keseluruhan Node. Koneksi LAN DCM terdapat pada NPU. Selain itu, terdapat
juga port USB jika kita ingin menggunakan Local Craft Tool (LCT). NPU terdiri
dari beberapa tipe, antara lain NPU1 B, NPU1C, NPU3, dan NPU3 B. NPU yang

66

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

terdapat pada Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI adalah NPU3 sepert


terdapat pada Gambar 9.13.

Gambar 9. 13. Tampilan NPU 3


Selain perangkat ODU dan IDU di atas, terdapat juga komponen-komponen lain
yang terdapat pada MINI-LINKTM yang ada di Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI.
1) Radio Cable
Radio cable (kabel radio) merupakan kabel yang digunakan sebagai
waveguide. Dengan kata lain kabel radio diberfungsi untuk pemandu gelombang
radio.
2) Coaxial Connector
Coaxial connector disebut juga radio cable connector. Coaxial conector
digunakan baik untuk menghubungkan antar kabel coaxial mauun kabel coaxial
dengan suatu perangkat yang mempunyai portinput/output gelombang radio. Pada
Gambar 9.14 ditampilkan berbagai jenis coaxial connector yang digunakan pada
perangkat MINI-LINKTM yang terdapat di Laboratorium Telekomunikasi DTE FTUI.

67

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

Gambar 9. 14. Berbagai jenis coaxial connector yang digunakan pada perangkat MINILINKTM
3) Grounding Cable & Grounding Bar
Grounding cable&grounding bar merupakan perangkat grounding yang
bertujuan untuk proteksi jika terdapat arus berlebih. Pada Gambar 9.15 ditanpilkan
grounding bar.

Gambar 9. 15. Tampilan grounding bar


4) Mini Circuit Breaker (MCB)
MCB berfungsi sebagai kontak penghubung dan pemutus catu daya. Pada
Gambar 9.16 ditampilkan tampilan MCB.

Gambar 9. 16. Tampilan MCB

68

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

5) LSA
LSA merupakan tempat koneksi kabel traffic. Pada Gambar 9.17
ditampilkan tampilan LSA.

Gambar 9. 17. Tampilan LSA

6) Rak 19 inchi
Rak 19 inchi digunakan sebagai tempat untuk meletakkan modul-modul,
catu daya, distribusi daya DC, DDF panel, dan sebagainya. Pada Gambar 9.18
ditampilkan rak 19 inchi.

Gambar 9. 18. Tampilan rak 19 inchi


7) Kabel E1
Kabel E1 merupakan tempat traffic disalurkan. Pada Gambar 9.19
ditampilkan kabel E1.

Gambar 9. 19. Tampilan kabel E1

69

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

8) Dummy Unit
Dummy unit digunakan jika terdapat slot yang kosong pada AMM. Dummy
unit diperlukan sebagai perangkat yang esensial untuk me-maintain pendinginan
udara yang ada di dalam AMM. Dummy unit terdiri dari berbagai ukuran seperti
terlihat pada Gambar 9.20.

Gambar 9. 20. Tampilan dummy unit


9) Cooling Arrangement (Fan Unit)
FAN unit berfungsi untuk menyediakan pendinginan yang baik dan
benarbagi Node. Tampilan fan unit terdapat pada Gambar 9.21.

Gambar 9. 21. Tampilan fan unit


Berikut ini adalah beberapa perangkat lunak yang digunakan untuk mengkonfigurasi
dan menganalisa performa MINI-LINKTM.
1) Mini-Link Service Manager

Gambar 9. 22. Ikon MSM.

70

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

2) Mini-Link Craft

Gambar 9. 23. Ikon MLC.


3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Peralatan yang digunakan pada modul ini terdapat pada Tabel 9.4 berikut ini.
Tabel 9. 4.Peralatan yang digunakan pada Modul Simulasi Akses Radio pada Komunikasi
Nirkabel Menggunakan Perangkat MINILINKTM.
No

Nama Alat

Jumlah

1.

Perangkat MINI-LINK E

2.

Perangkat MINI-LINK TN

3.

Perangkat lunak MINI-LINK Service Manager

4.

Insertion tool

5.

Perangkat komputer

4. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1.Penyelesaian Masalah Saat Kejadian Gagal Koneksi Trafik
1. Buka perangkat lunak MSM;
2. Cabut dan koneksikan kabel traffic Mini-Link E. Amati tampilan alarm pada

MSM.
4.2.Pemindaian Frekuensi
1. Buka perangkat lunak MSM;
2. Kilk Setup lalu pilih Hop Setup pada Iuia;
3. Ubah-ubah frekuensi yang terdapat pada tampilan Hop Setup

71

LABORATORIUM TELEKOMUNIKASI
Departemen Teknik Elektro FTUI
Kampus UI Depok, Jawa Barat 16424

4.3.Rugi Daya Propagasi


1. Buka perangkat lunak MSM;
2. Kilk Setup lalu pilih Hop Setup pada Iuia;
3. Ubah-ubah daya transmit Iuia yang terdapat pada tampilan Hop Setup.

---o0o---

72

Anda mungkin juga menyukai