RANCANGAN
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR...TAHUN.....
TENTANG
MUSEUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Pasal 1
1. Museum adalah lembaga permanen yang bersifat nirlaba, untuk
melestarikan
Koleksi
yang
bersifat
bendawi,
dan
mengomunikasikannya kepada masyarakat.
2. Koleksi Museum yang selanjutnya disebut Koleksi adalah Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya
bergerak dan/atau Bukan Cagar Budaya yang merupakan bukti
material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata.
3. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan
manusia yang bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagianbagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan
kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia yang sudah
ditetapkan sebagai Cagar Budaya.
keahliannya
yang
melakukan
kegiatan
12. Edukator adalah petugas teknis yang melakukan kegiatan edukasi dan
penyampaian informasi Koleksi.
13. Hubungan Masyarakat dan Pemasaran adalah petugas teknis
melakukan kegiatan komunikasi dan pemasaran program-program
Museum.
14. Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan Koleksi ke dalam buku
inventaris.
15. Pengelolaan
Museum
adalah
upaya
terpadu
melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkan Museum untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat.
16. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan
Koleksi serta informasinya dengan cara melindungi, mengembangkan,
dan memanfaatkannya.
17. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan/atau menanggulangi
Koleksi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.
adalah
kegiatan
kegiatan
menginformasikan
mempertunjukkan
Koleksi
dan
kepada
BAB II
KELEMBAGAAN MUSEUM
Bagian Kesatu
Pendirian, Pemeringkatan, Standarisasi, dan Evaluasi Museum
Paragraf 1
Pendirian Museum
Pasal 2
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan Masyarakat Hukum
Adat dapat mendirikan Museum.
(2) Pendirian Museum harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki koleksi;
b. memiliki lokasi dan/atau bangunan;
c. memiliki sumber daya manusia;
d. memiliki sumber pendanaan tetap; dan
e. memiliki nama Museum.
(3) Pendirian Museum oleh Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat
selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus memenuhi persyaratan berbadan hukum berupa Yayasan.
(4) Museum yang didirikan dapat berjenis:
a. Museum umum;
b. Museum sejarah;
c. Museum seni; atau
d. Museum ilmu pengetahuan dan teknologi.
(5) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, atau masyarakat hukum
adat yang akan mendirikan Museum dapat menentukan jenis Museum
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 3
(1) Museum berfungsi melakukan pelindungan, pengembangan dan
pemanfaatan Koleksi dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.
yang
didirikan
oleh
pemerintah
Pasal 7
(1) Pemerintah melakukan standarisasi Museum 2 (dua) tahun setelah
Museum memperoleh nomor pendaftaran nasional.
(2) Standarisasi Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan pengelolaannya.
(3) Hasil standarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa tipe A, B
atau C.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standarisasi Museum diatur dalam
Peraturan Menteri.
Paragraf 4
Evaluasi
Pasal 8
(1) Pemerintah melakukan evaluasi terhadap Museum
memperoleh standarisasi setiap 3 (tiga) tahun sekali.
yang
telah
Paragraf 1
Penggabungan
Pasal 9
(1) Penggabungan 2 (dua) Museum atau lebih dapat dilakukan untuk
tujuan meningkatkan kualitas Pengelolaan Museum.
(2) Penggabungan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan syarat:
a. tidak mampu melestarikan Koleksi;
b. pemilik Museum mengalami kepailitan;
c. tidak mampu mendanai Museum;
d. keterbatasan sumber daya manusia;
e. keterbatasan Koleksi;
f. terkena bencana; dan/atau
g. keinginan untuk mengembangkan Museum.
(3) Pemilik Museum yang melakukan penggabungan harus membuat
kesepakatan tertulis untuk menentukan:
a. nama Museum yang baru;
b. visi dan misi yang baru;
c. lokasi dan bangunan;
d. Koleksi;
e. sumber pendanaan;
f. sumber daya manusia; dan
g. Pengelolaan Museum.
(4) Museum baru hasil penggabungan harus didaftarkan oleh pemiliknya
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6 selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan setelah penggabungan.
(5) Apabila jangka waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak dipenuhi, maka instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang
berwenang di bidang permuseuman menangguhkan pemberian izin
pendirian Museum baru.
Paragraf 2
Pemecahan
Pasal 10
(1) Pemilik Museum dapat melakukan pemecahan Museum menjadi 2 (dua)
atau lebih.
(2) Pemecahan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan apabila:
a. jumlah dan jenis Koleksi bertambah banyak;
b. sumber daya manusia pengelolanya cukup untuk mengelola lebih
dari 1(satu) Museum;
c. lokasi yang ditempati sudah tidak mencukupi untuk mengembangkan
Museum; dan
d. dukungan dana memadai.
(3) Pemecahan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan mendirikan Museum di lokasi yang sama atau di
lokasi yang baru.
(4) Syarat dan prosedur pendirian Museum baru hasil pemecahan harus
mengikuti ketentuan pendirian dan pendaftaran sebagaimana diatur
dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah Museum dipecah.
(5) Apabila jangka waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak dipenuhi, maka instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang
berwenang di bidang permuseuman menangguhkan pemberian izin
pendirian Museum baru.
(6) Pengelolaan Museum yang dipecah dilakukan oleh Museum masingmasing.
Paragraf 3
Pembubaran
Pasal 11
(1) Pemilik dapat mengajukan permohonan pembubaran Museum.
(2) Pengajuan permohonan pembubaran Museum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Wali
kota sesuai dengan kewenangannya.
10
dengan
11
Pasal 15
(1) Museum dapat dialihkan kepemilikannya apabila:
a. terjadi penggabungan Museum;
b. pemilik Museum menghendaki; dan/atau
c. peristiwa hukum.
(2) Pemilik Museum yang mengalihkan kepemilikan Museum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib mengajukan permohonan izin pengalihan
Museum kepada instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang
bertanggungjawab
di
bidang
permuseuman
sesuai
dengan
kewenangannya, dilengkapi dengan:
a. identitas pemilik Museum;
b. identitas pihak yang menerima pengalihan kepemilikan;
c. alasan pengalihan kepemilikan Museum;
d. nama Museum; dan
e. daftar inventaris Koleksi;
(3) Pemilik Museum yang tidak mengajukan izin pengalihan kepemilikan
sebagaimana dimaksud ayat (2) akan mendapat sanksi pembekuan izin
pendirian Museum sampai dengan terpenuhinya izin pengalihan
kepemilikan.
(4) Pemilik Museum wajib mengalihkan kepemilikannya apabila:
a. tidak mampu melakukan Pengelolaan Museum; dan/atau
b. tidak dapat melakukan pelestarian Koleksi;
(5) Pemilik Museum yang tidak memenuhi kewajiban
dimaksud pada ayat (4) dikenakan sanksi berupa:
sebagaimana
12
a. teguran;
b. pembekuan izin; dan/atau
c. pencabutan izin.
(6) Pihak yang menerima pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (4) harus mampu melakukan pengelolaan
Museum.
(7) Pengalihan kepemilikan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
(8) Pengalihan kepemilikan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap
Orang, atau masyarakat hukum adat harus dilaporkan kepada instansi
Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman untuk
dicatat dalam daftar nasional Museum.
BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 16
(1) Pemilik harus menyediakan sumber daya manusia untuk mengelola
Museum.
(2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
kepala Museum, tenaga teknis, dan tenaga administrasi.
Pasal 17
(1) Kepala Museum mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap
seluruh proses Pengelolaan Museum sesuai dengan visi dan misi
Museum, yang meliputi:
a. menyusun kebijakan;
b. menyusun program;
c. merencanakan dan mengajukan anggaran;
d. merencanakan dan mengusulkan sumber daya manusia;
e. melaksanakan program;
f. melakukan pemantauan dan evaluasi; dan
g. hal-hal yang berkaitan dengan bidang hukum.
(2) Kepala Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya harus memenuhi persyaratan:
13
14
15
16
sarjana
di
bidang
pendidikan
17
sarjana
di
bidang
komunikasi
Museum
sesuai
dengan
18
Pasal 26
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Setiap Orang, dan Masyarakat Hukum
Adat yang memiliki Museum wajib mengelola Koleksi baik yang berada di
dalam ruangan dan/atau di luar ruangan.
Bagian kedua
Pengelolaan Administrasi
Paragraf 1
Koleksi
Pasal 27
(1) Koleksi merupakan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
dan/atau Struktur Cagar Budaya bergerak dan/atau Bukan Cagar
Budaya.
(2) Cagar Budaya dan Bukan Cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang dapat menjadi Koleksi berupa:
a. benda utuh;
b. fragmen;
c. benda hasil perbanyakan atau replika;
d. spesimen; atau
e. hasil rekonstruksi dan/atau restorasi.
(3) Cagar Budaya atau Bukan Cagar Budaya yang menjadi Koleksi
memenuhi syarat:
a. sesuai dengan visi dan misi Museum;
19
Pasal 28
Pengadaan Koleksi dapat diperoleh melalui hadiah, warisan, hibah, imbalan
jasa, hasil penemuan, hasil pencarian, pertukaran, pembelian, atau
konversi.
Pasal 29
(1) Pengadaan Koleksi dilakukan oleh tim pengadaaan Koleksi yang
dibentuk dengan keputusan kepala Museum.
(2) Tim pengadaan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Kurator;
b. Registrar; dan
c. Konservator.
(3) Tim pengadaan Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas
melakukan kajian yang meliputi aspek:
a. ilmiah yang dilakukan oleh Kurator;
b. legalitas yang dilakukan oleh Registrar; dan
c. fisik yang dilakukan oleh Konservator.
20
(4) Hasil kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diserahkan oleh tim
pengadaan Koleksi kepada kepala Museum.
(5) Kepala Museum membuat keputusan pengadaan Koleksi dengan
mempertimbangkan:
a. kemampuan Museum melakukan pelestarian;
b. koleksi yang diusulkan akan berguna bagi pengembangan Museum;
c. hasil kajian; dan
d. tidak bertentangan dengan etika permuseuman.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan Koleksi diatur oleh instansi
Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman
Paragraf 3
Pencatatan Koleksi
Pasal 30
(1) Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur
Cagar Budaya bergerak atau yang Bukan Cagar Budaya yang telah sah
menjadi milik Museum harus dicatat dan didokumentasikan oleh
Registrar.
(2) Kegiatan pencatatan
Inventarisasi.
Koleksi
meliputi
kegiatan
Registrasi
dan
Pasal 31
(1) Registrasi Koleksi dilakukan oleh Registrar, yang meliputi:
a. pemberian nomor Registrasi;
b. pembuatan foto koleksi; dan
c. pencatatan di buku register.
(2) Data Koleksi yang sudah dicatat dalam buku register dimasukkan ke
dalam pangkalan data.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Registrasi Koleksi diatur oleh
instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman
Pasal 32
(1) Inventarisasi Koleksi dilakukan oleh Kurator, yang meliputi:
a. pengklasifikasian Koleksi;
b. pemberian nomor inventaris;
c. pencatatan pada buku inventaris;
Draf 31 Agustus 2013
21
Pasal 34
(1) Koleksi dapat dihapus apabila:
a. rusak;
b. hilang;
c. musnah; dan/atau
d. material atau bahannya membahayakan.
(2) Koleksi dapat dihapus dan dialihkan hak kepemilikannya apabila:
a. tidak sesuai lagi dengan visi dan misi Museum;
b. jumlahnya terlalu banyak; dan/atau
c. diperoleh dari hasil perbuatan melanggar hukum.
(3) Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan.
(4) Penghapusan dan pengalihan hak kepemilikan Koleksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) yang berupa Cagar Budaya
dilakukan menurut peraturan perundang-undangan.
(5) Koleksi yang hilang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
dihapus setelah lebih dari 6 (enam) tahun sejak Koleksi diketahui
hilang.
22
(6) Koleksi yang dihapus karena hilang sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) apabila ditemukan kembali harus dicatat melalui proses layaknya
benda yang diusulkan menjadi Koleksi.
(7) Koleksi yang akan dihapus harus dicatat dan didokumentasikan secara
lengkap dan menyeluruh.
(8) Penghapusan Koleksi tidak menghapus catatan dalam register dan
inventaris.
Pasal 35
(1) Penghapusan Koleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan
oleh tim penghapusan Koleksi yang dibentuk dengan keputusan kepala
Museum.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Registrar;
b. Kurator; dan
c. Konservator.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggungjawab melakukan
kajian dari aspek:
a. legalitas yang dilakukan oleh Registrar;
b. ilmiah yang dilakukan oleh Kurator; dan
c. fisik yang dilakukan oleh Konservator.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghapusan Koleksi diatur oleh
instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.
Paragraf 5
Peminjaman Koleksi
Pasal 36
(1) Museum dapat meminjam dan/atau meminjamkan Koleksi dengan
tujuan untuk:
a. kepentingan kebudayaan;
b. pengembangan pendidikan dan/atau ilmu pengetahuan;
c. penelitian; dan/atau
d. promosi dan informasi.
(2) Peminjaman Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
syarat:
23
24
(2) Koleksi yang dipinjamkan ke luar negeri harus mendapat izin dari
instansi Pemerintah yang bertanggungjawab di bidang permuseuman.
(3) Peminjaman Koleksi berupa Cagar Budaya ke luar negeri dilakukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 38
(1) Peminjam Koleksi wajib menjamin keterawatan dan keamanan Koleksi.
(2) Peminjam luar negeri terhadap Koleksi harus mengasuransikan Koleksi.
(3) Peminjam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
melakukan perbanyakan atau replika terhadap Koleksi yang dipinjam
tanpa izin tertulis dari pemilik.
(4) Perbanyakan atau replika Koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang berupa Cagar Budaya dilakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pengelolaan Teknis Koleksi
Paragraf 1
Penyimpanan
Pasal 39
(1) Koleksi disimpan di ruang penyimpanan dan/atau ruang pamer.
(2) Penyimpanan Koleksi
pelindungannya.
harus
dilakukan
dengan
memperhatikan
ayat
(2)
meliputi
25
Pasal 40
(1) Ruang penyimpanan Koleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
ayat (1) dapat berupa ruang tertutup dan/atau ruang terbuka.
(2) Koleksi dapat disimpan dalam ruang penyimpanan terbuka apabila
bentuk dan ukurannya tidak memungkinkan untuk disimpan di ruang
penyimpanan tertutup.
(3) Koleksi disimpan dalam ruang penyimpanan dengan syarat:
a. sudah didokumentasikan; dan
b. sudah dilakukan perawatan.
(4) Ruang penyimpanan Koleksi berada di zona nonpublik.
Pasal 41
(1) Ruang pamer Koleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1)
dapat berupa ruang tertutup atau ruang terbuka.
(2) Koleksi dapat disimpan di ruang pamer terbuka apabila bentuk dan
ukurannya tidak memungkinkan untuk disimpan dalam ruangpamer
tertutup.
(3) Koleksi yang disimpan di ruang pamer dengan syarat:
a. sudah dilakukan penelitian;
b. memiliki informasi; dan
c. sudah dilakukan perawatan.
Pasal 42
Pedoman penyimpanan Koleksi diatur oleh instansi Pemerintah yang
bertanggungjawab di bidang permuseuman.
Paragraf 2
Pemeliharaan dan Pengamanan Koleksi
Pasal 43
(1) Pengelola Museum wajib melakukan Pemeliharaan dan Pengamanan
Koleksi yang dilakukan secara terintegrasi.
(2) Pengelola Museum wajib membuat prosedur operasional terstandar
untuk Pemeliharaan dan Pengamanan Koleksi.
(3) Kepala Museum bertanggungjawab menyediakan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk Pemeliharaan dan Pengamanan Koleksi.
26
Pasal 44
(1) Pemeliharaan Koleksi dilakukan oleh Konservator.
(2) Museum yang tidak memiliki Konservator sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat menggunakan Konservator dari Museum atau lembaga
lain.
Pasal 45
(1) Pemeliharaan Koleksi bertujuan mencegah dan menanggulangi
kerusakan yang disebabkan oleh alam dan/atau manusia.
(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa
mengubah keaslian bentuk, gaya, dan bahan.
(3) Pemeliharaan Koleksi dapat dilakukan di lokasi tempat Koleksi berada
atau di tempat lain.
(4) Pemeliharaan Koleksi dapat dilakukan di lokasi tempat Koleksi berada
apabila Koleksi mempunyai bentuk, ukuran,dan/atau kondisi yang
tidak memungkinkan untuk dipindahkan.
(5) Pengelola Museum dapat melakukan pemeliharaan Koleksi di tempat
lain apabila tidak memiliki:
a. sarana dan prasarana; dan/atau
b. Konservator.
(6) Pemeliharaan Koleksi harus didokumentasikan secara lengkap.
Pasal 46
(1) Pengelola Museum wajib melakukan Pengamanan terhadap Koleksi di
bawah tanggung jawab Kepala Museum.
(2) Pengamanan terhadap Koleksi dilakukan untuk memberikan
Pelindungan dari ancaman yang disebabkan oleh alam dan/atau
manusia.
(3) Kepala Museum wajib membuat prosedur operasional Pengamanan
Koleksi.
Pasal 47
(1) Pengamanan Koleksi bertujuan mencegah:
a. kehilangan; dan
b. kerusakan yang disebabkan oleh alam dan/atau manusia;
(2) Pengamanan Koleksi dilakukan di area:
a. terbuka;
27
b. terbatas; dan
c. tertutup.
(3) Kepala Museum bertanggungjawab terhadap hilang dan/atau rusaknya
Koleksi.
Pasal 48
(1) Pengelola Museum yang tidak dapat melaksanakan pemeliharaan dan
pengamanan Koleksi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya,
dapat dikenai sanksi disiplin sesuai peraturan perundang-undangan
dan mengganti kerugian.
(2) Besarnya ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan oleh instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah di bidang
permuseuman sesuai dengan kewenangannya.
(3) Ganti kerugian diberikan kepada pemilik Museum paling lambat 6
(enam) bulan setelah diputuskan besarnya ganti kerugian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
BAB V
PENGAMANAN MUSEUM
Pasal 49
(1) Pengamanan Museum wajib dilakukan oleh Pengelola Museum terhadap
manusia di Museum serta bangunan dan lingkungan Museum di bawah
tanggungjawab kepala Museum.
(2) Pengamanan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk memberikan Pelindungan dari ancaman yang disebabkan oleh
alam dan/atau manusia.
(3) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh
Pengelola Museum dan/atau penyedia jasa Pengamanan.
(4) Pengamanan yang dilakukan oleh Pengelola Museum sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh petugas pengamanan yang
diangkat oleh kepala Museum, mempunyai kewenangan pada area
terbuka, terbatas, dan tertutup.
(5) Penyedia jasa pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya
pada area terbuka Museum.
(6) Kepala Museum wajib menyediakan sarana untuk Pengamanan
Museum yang beroperasi selama 24 (dua puluh empat) jam, yang
sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. petugas keamanan;
28
Pasal 50
(1) Penelitian di Museum dapat dilakukan terhadap:
a. Koleksi;
b. pengelolaan;
c. pengunjung; dan/atau
d. program.
(2) Penelitian di Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. wajib dilakukan oleh pengelola Museum.
b. dapat dilakukan oleh Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat
dengan izin dari kepala Museum.
(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
standar penelitian sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Setiap Orang atau Masyarakat Hukum Adat yang melakukan penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menyerahkan hasil
penelitiannya kepada Pengelola Museum.
Pasal 51
(1) Penelitian Koleksi dapat dilakukan dengan tujuan untuk:
c. meningkatkan potensi nilai dan
dikomunikasikan kepada masyarakat;
informasi
Koleksi
untuk
dimaksud
pada
ayat
(1)
memperhatikan
29
Pasal 52
Penelitian pengelolaan dapat dilakukan untuk:
a. pengembangan lembaga Museum;
b. mengukur dan meningkatkan kinerja Pengelola Museum; dan/atau
c. pengembangan kebijakan pengelolaan Museum.
Pasal 53
(1) Penelitian pengunjung dilakukan untuk mengetahui:
a. indeks kepuasan pengunjung terhadap pelayanan dan penyajian
Museum;
b. harapan pengunjung terhadap layanan dan penyajian; dan/atau
c. tingkat
kepahaman
disampaikan.
pengunjung
terhadap
(2) Penelitian
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
meningkatkan pengelolaan dan pelayanan Museum.
informasi
(1)
yang
bertujuan
Pasal 54
Penelitian program dilakukan untuk mengetahui:
a. tingkat keberhasilan program;
b. indeks kepuasan masyarakat terhadap program Museum; dan/atau
c. harapan masyarakat terhadap program Museum.
Bagian Kedua
Kerja Sama
Pasal 55
(1) Pengembangan Museum dapat dilakukan dengan cara kerjasama dalam
bidang pendidikan, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kebudayaan, serta pariwisata.
(2) Kerjasama dilakukan berdasarkan prinsip:
a. kesepakatan;
b. kesetaraan dan saling menguntungkan;
c. tidak merusak Koleksi;
d. tidak mengomersialkan Koleksi; dan
30
Pasal 57
(1) Museum yang dimiliki oleh Pemerintah, dan/ atau Pemerintah Daerah
wajib menyediakan layanan pendidikan bagi peserta didik dengan cara:
a. mendatangkan peserta didik beserta pendidik ke Museum tanpa
dipungut biaya;
b. menyelenggarakan Museum keliling; dan
Draf 31 Agustus 2013
31
32
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 59
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan Pembinaan
terhadap pengelolaan Museum sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pengawasan terhadap pengelolaan Museum dilakukan oleh:
a. Menteri, terhadap Museum milik Pemerintah;
b. Gubernur, terhadap Museum milik Pemerintah Daerah; dan/atau
c. Bupati/Wali kota, terhadap Museum milik Setiap Orang atau
Masyarakat Hukum Adat.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
terhadap:
a. kelembagaan Museum;
b. pengelolaan Koleksi;
c. peningkatan sumber daya manusia;
d. Pengembangan Museum; dan
e. Pemanfaatan Museum.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud
berdasarkan hasil evaluasi Museum.
pada
ayat
(3)
dilakukan
(5) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) apabila
Museum tidak memenuhi standarisasi atau penurunan standarisasi,
Menteri,
Gubernur,
atau
Bupati/Wali
kota
sesuai
dengan
kewenangannya dapat mengambil tindakan berupa teguran tertulis.
(6) Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberikan kepada
kepala Museum dalam 3 (tiga) tahap:
a. teguran pertama dilakukan dalam 7 (tujuh) hari kalender setelah
penilaian.
b. teguran kedua dilakukan paling lambat 60 (enam puluh) hari
kalender sejak teguran pertama; dan/atau
33
Pasal 60
(1) Pemilik Museum wajib menyediakan dana Pengelolaan Museum.
(2) Dana pengelolaan Museum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk:
a. Museum milik Pemerintah bersumber dari APBN;
b. Museum milik Pemerintah Daerah bersumber dari APBD;
c. Museum milik Setiap Orang dan Masyarakat Hukum Adat berasal
dari hasil pemanfaatan Museum.
(3) Pemilik Museum dapat memperoleh dana selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang berasal dari:
dari
sumber
dana
untuk
Pasal 62
Dana Museum digunakan untuk:
a. pengadaan lahan, gedung, serta sarana dan prasarana;
b. Pelestarian Koleksi
Pemanfaatan;
berupa
Pelindungan,
Pengembangan,
dan
34
e. kegiatan dokumentasi;
f. kegiatan publikasi dan promosi;
g. kegiatan pelatihan sumber daya manusia;
h. seminar, diskusi, dan lokakarya Pengembangan Museum;
i. studi banding dan koordinasi; dan/atau
j. pengeluaran lain yang digunakan untuk Pengelolaan Museum.
BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 63
(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat berperanserta
membantu Pengelolaan Museum sebagai wujud peran serta masyarakat
terhadap
Pelindungan,
Pengembangan,
dan/atau
Pemanfaatan
Museum.
(2) Peranserta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan visi dan misi Museum.
(3) Peran serta masyarakat dalam membantu Pengelolaan
berdasarkan asas transparansi dan akuntabilitas.
Museum
Pasal 64
(1) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dapat berperan serta
dalam Pengelolaan Museum setelah memperoleh izin kepala Museum.
(2) Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat yang berperan serta
terhadap pengelolaan Koleksi harus memperhatikan aspek Pelindungan.
Pasal 65
35
(2) Penyerahan koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c yang
menjadi Koleksi berupa Cagar Budaya berdasarkan izin pejabat yang
berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyerahan koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi
dengan bukti penyerahan dari Museum.
(4) Penitipan koleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yang
berupa Cagar Budaya berdasarkan izin pejabat yang berwenang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Penitipan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan berdasarkan
perjanjian yang sekurang-kurangnya berisi:
a. identitas para pihak;
b. deskripsi koleksi;
c. hak dan kewajiban para pihak;
d. jangka waktu penitipan;
e. bukti penitipan dari Museum; dan
f. bukti kepemilikan dan/atau penguasaan.
(6) Penitipan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur
Cagar Budaya maupun Bukan Cagar Budaya yang masih dalam proses
hukum dapat dilakukan oleh aparat penegak hukum kepada Museum.
Pasal 66
(1) Peranserta Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dilakukan
secara sukarela dan tidak berdasarkan kepentingan pribadi, kelompok,
dan/atau kepentingan politik tertentu.
(2) Peranserta Setiap Orang dan/atau Masyarakat Hukum Adat dalam
pendanaan dapat dilakukan seketika atau secara berkala.
(3) Dana yang berasal dari peranserta Setiap Orang dan/atau Masyarakat
Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diaudit oleh auditor
independen.
BAB XI
INSENTIF DAN KOMPENSASI
Pasal 67
(1) Setiap Orang, atau masyarakat hukum adat yang memiliki Museum
dapat menerima insentif dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
36
37
Pasal 69
(1) Pengajuan insentif
selain berupa pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan atau fasilitas Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 67 ayat (2) harus memenuhi syarat:
a. dalam keadaan darurat;
b. belum mempunyai tenaga teknis;
c. belum mempunyai tenaga ahli; dan/atau
d. belum mempunyai sarana dan prasarana.
(2) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) dapat diberikan
apabila Museum telah melaksanakan fungsi Museum sebagai lembaga.
Pasal 70
(1) Setiap Orang atau masyarakat hukum adat pemilik Museum yang
menyimpan Koleksi Cagar Budaya dapat memperoleh kompensasi dari
Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa uang
atau bukan uang.
(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
syarat:
a. telah melakukan pelestarian Koleksi Cagar Budaya;
b. mendapatkan rekomendasi dari instansi Pemerintah atau Pemerintah
Daerah yang bertanggung jawab di bidang permuseuman.
c. telah memperoleh standarisasi dalam pengelolaan Museum
d. pemilik mengajukan permohonan kepada Menteri, gubernur,
atau Bupati/ Walikota.
dan/
38
39
(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemilik
Museum atau instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab di bidang permuseuman.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kompensasi diatur dalam Peraturan
Menteri.
Pasal 74
Dalam rangka pemberian insentif dan kompensasi:
a. Pemerintah menyediakan dana melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
b. Pemerintah Daerah menyediakan dana melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 75
Pada saat peraturan pemerintah ini berlaku Museum yang telah ada tetap
diakui sebagai Museum dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 3
(tiga) tahun sejak mulai berlakunya peraturan pemerintah ini wajib
menyesuaikan dengan peraturan pemerintah ini.
Pasal 76
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini semua ketentuan yang
mengatur permuseuman masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dan belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 77
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
40
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDDIN
LEMBARA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ..... NOMOR .....
41
RANCANGAN
PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
MUSEUM
I. UMUM
Secara konstitusional, Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya sehingga kebudayaan Indonesia
perlu dihayati oleh seluruh warga negara. Berdasarkan landasan konstitusi
seperti itu, kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur
bangsa harus dilestarikan guna memperkukuh jati diri bangsa,
mempertinggi harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan rasa
kesatuan dan persatuan bagi terwujudnya cita-cita bangsa pada masa
depan.
Sebagai kekayaan bangsa, kebudayaan Indonesia yang memiliki nilai-nilai
luhur harus dilestarikan guna memperkuat pengamalan Pancasila,
meningkatkan kualitas hidup, memperkuat dan memperkukuh persatuan
bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai arah
kehidupan bangsa. Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah mempunyai kewajiban
melaksanakan kebijakan untuk memajukan kebudayaan secara utuh
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan itu,
seluruh hasil karya bangsa Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini,
maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal
pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa lalu, ada yang berupa
Cagar Budaya dan Bukan Cagar Budaya menjadi penting perannya untuk
dipertahankan keberadaannya karena mengandung nilai-nilai penting bagi
umat manusia, seperti sejarah, estetika, ilmu pengetahuan, etnologi, dan
keunikan yang terwujud dalam bentuk Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya bergerak dan bukan Cagar
Budaya. Oleh karena itu, upaya pelestariannya mencakup tujuan untuk
melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.
Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya, upaya Pelestarian Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, dan/atau Struktur cagar Budaya bergerak dan Bukan Cagar
Budaya dilakukan oleh Museum sebagai lembaga permanen yang tidak
mencari keuntungan guna melayani masyarakat dengan tujuan pengkajian,
pendidikan, dan kesenangan. Tidak setiap lembaga mempunyai koleksi
sebagai Museum. Museum mempunyai persyaratan pada saat didirikan dan
keberadaannya dengan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi
tertentu untuk pengelolaan Museum. Setiap Orang dan/atau masyarakat
42
43
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang termasuk dalam pengelolaan antara lain bangunan,
sumberdaya manusia, koleksi, program publik, dan pendanaan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang termasuk terkena bencana apabila Museum mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
44
45
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan sertifikat tingkat dasar, menengah dan
lanjut adalah bukti keikutsertaan pelatihan permuseuman yang
dikeluarkan oleh instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang permuseuman.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Sebagai contoh, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
memiliki Museum Geologi maka kepala Museum diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Pendidikan Diploma 3 misalnya desain interior atau komunikasi
visual.
Huruf b
Draf 31 Agustus 2013
46
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Persyaratan tenaga administrasi Museum yang dimiliki oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah disesuaikan dengan ketentuan
yang berlaku, sedangkan Museum yang dimiliki oleh Setiap Orang
dan/atau masyarakat hukum adat didasarkan pada kebijakan
masing-masing.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan benda utuh meliputi benda, bangunan,
dan/atau struktur yang dalam keadaan sempurna sebagaimana
adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, dan
tidak berkurang).
Huruf b
47
48
49
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud kartu katalog berisi bahan informasi tentang
Koleksi dan latar belakangnya secara lengkap serta dapat dijadikan
sumber penelitian dan bahan publikasi.
Huruf e
Yang dimaksud lembar kerja kuratorial berisi seluruh informasi
mengenai Koleksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan rusak adalah mengalami perubahan
wujud dan gaya sehingga kehilangan keasliannya.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Dianggap oleh konservator memiliki bahan yang berbahaya
sehingga membahayakan bagi manusia dan/atau Koleksi lain.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang termasuk diperoleh dari hasil perbuatan melanggar hukum,
misalnya hasil pencurian, penadahan, atau penipuan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Draf 31 Agustus 2013
50
Cukup
Ayat (5)
Cukup
Ayat (6)
Cukup
Ayat (7)
Cukup
Ayat (8)
Cukup
Pasal 35
jelas.
jelas.
jelas.
jelas.
jelas.
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Batas dua tahun untuk sebuah Koleksi sudah harus diperhatikan
keterawatannya secara detail dan pada Koleksi yang dimanfaatkan
untuk pameran masa dua tahun dianggap sudah cukup
memberikan informasi kepada masyarakat.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Yang dimaksud dengan menjaga keseimbangan substansi tata
pameran tetap museum adalah tidak memengaruhi alur cerita,
tema, dan tujuan pameran tetap Museum.
Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
51
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Yang dimaksud keterawatan adalah usaha untuk menjaga dan
memelihara koleksi yang dipinjam dari kerusakan, baik yang
disebabkan oleh alam maupun manusia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan sarana dan prasarana misalnya ruang
pameran menyediakan perlengkapan, seperti alarm, lemari
penyimpanan, alat pengatur suhu, atau alat pengatur kelembapan.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan didokumentasikan adalah proses
pencatatan ke dalam dokumen yang meliputi registrasi dan
inventarisasi.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (4)
52
53
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan area terbuka adalah area yang bebas
diakses oleh masyarakat.
Huruf b
Yang dimaksud dengan area terbatas adalah area yang dapat
diakses oleh masyarakat dengan batasan yang ditetapkan oleh
Museum.
Huruf c
Yang dimaksud dengan area tertutup adalah area yang hanya
dapat diakses oleh Pengelola Museum dan masyarakat yang telah
mendapat izin dari Pengelola Museum.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Sanksi disiplin dikenakan terhadap pengelola Museum yang berstatus
pegawai negeri. Sanksi berupa penggantian kerugian dikenakan
terhadap pengelola Museum baik yang pegawai negeri maupun yang
bukan pegawai negeri.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
54
55
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
yang termasuk penyuluhan mengenai museum antara lain
dengan melakukan penyuluhan dan pendampingan terhadap
masyarakat yang memiliki koleksi dalam melakukan perawatan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan memfungsikan kembali Koleksi sebagaimana
fungsi aslinya adalah menggunakan Koleksi sebagaimana fungsinya
sebelum menjadi Koleksi. Contohnya, Koleksi berupa mahkota
kerajaan dipakai pada upacara kerajaan.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
56
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
yang dimaksud dengan sumber lain yang sah dan tidak mengikat
dapat berupa sponsor atau dukungan pihak lain, dan fundraising
atau penggalangan dana melalui pihak lain.
Pasal 61
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah kondisi yang
mengancam kelestarian Museum dan/atau Koleksi, seperti terjadinya
kebakaran, banjir, gempa bumi, kerusuhan, dan perang.
Pasal 62
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Draf 31 Agustus 2013
57
58
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Advokasi dapat berupa pendampingan dalam penyelesaian
sengketa hukum baik melalui pengadilan maupun di luar
pengadilan atau pengurusan administratif yang berkaitan dengan
Museum.
Huruf d, e, dan f
59
60
Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Hubungan istimewa dianggap ada apabila :
a. penyumbang mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak
langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada pemilik
Museum atau sebaliknya;
b. penyumbang menguasai pemilik Museum atau antara keduanya
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun
tidak langsung atau sebaliknya; atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam
garis keturunan lurus dan atau ke samping satu derajat.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 73
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Tanda penghargaan misalnya ucapan terima kasih, sertifikat, nama
penyumbang ditulis di Museum yang telah disumbang, dan
sebagainya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
61
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...........