ASURANSI
ERIN NUR I
14080694013
CITRA DEWI
14080694015
FAHMI MAKKI
14080694079
14080694061
INKHA MAYLALANG
14080694099
A.
PENGERTIAN ASURANSI
Menurut undang-undang Hukum Dagang pasal 246 asuransi adalah suatu
perjanjian dimana penanggung demngan menikmati suatu premi mengikat dirinya
terhadap tertanggung untuk membebaskan dirinya dari kerugian karena kehilangan,
kerugian atau ketidaakadanya keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita
dengan suatu kejadian yang tidak pasti. Asuransi merupakan suatu lembaga
keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana besar , yang dapat digunakan
untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang
berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Tujuan dari asuransi yaitu untuk memberikan
perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan (financial loss), yang ditimbulkan
oleh peristiwa yang tidak terduga sebelumnya (fortuitious event).
Usaha asuransi adalah suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada
tertanggung apabila terjadi resiko dimasa mendatang. Apabila resiko tersebut benarbenar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang
diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini
sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan resiko.
D. PRINSIP ASURANSI
1. Insurable interest
Merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertangungkan suatu
risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum
antara tertanggung dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Ada beberapa
syarat yang perlu dipenuhi agar memenuhi criteria insurable interest,
yaitu :
Kerugian tidak dapat diperkirakan
Risiko yang dapat diasuransikan berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya kerugian. Kerugian tersebut harus dapat diukur, misalnya
kebakaran rumah, terbakarnya suatu rumah tidak dapat ditentukan
waktunya secara pasti. Berbeda dengan kerusakan sebuah kemeja
2. Itikad Baik
Dalam melakukan kontarak asuransi, pihak penaggung perlu menjelaskan
secara lengkap hak dan kewajibannya selama masa asuransi. Selain itu
yang harus diperhatikan adalah perlakuan dari penanggung pada saat
benar-benar ada risiko yang menimpa tertanggung. Pihak penanggung
harus konsisten terhadat hak dan kewajiban yang dicantumkan dalam
kontrak (polis) termasuk batasan-batasan yang ada sehingga jelas apabila
ada risiko yang tidak ditanggung oleh asuransi. Kewajiban dari kedua
belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure.
3. Indemnity
Mekanisme penanggung untuk mengkompensasi yang menimpa
tertanggung dengan ganti rugi financial. Prinsip Indemnity tidak dapat
dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian. Indemnity ini
dapat dilakuakn dengan beberapa cara, yaitu pembayaran tunai,
penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali.
4. Proximate Cause
Suatu sebab aktif, efisien yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa
secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain,
diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independent.
5. Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memeberikan
ganti rugi kepada tertanggung. Untuk menuntut pihak lain yang
mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa
kerugian.
6. Kontribusi
Prinsip ini merupakan akibat wajar dari prinsip indemnity yaitu,
penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang
memilki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi
kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing
belum tentu sama besar.
E. POLIS ASURANSI
Polis Asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihakpihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Polis memegang peranan
penting dalam menjaga konsistensi pertanggung- jawaban, baik pihak
penanggung maupun tertanggung. Dengan memilki polis asuransi, pihak
tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak penanggung akan mengganti
kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak
terduga. Polis tersebut merupakan bukti otentik yang dapat digunakan untuk
mengajukan klaim apabila pihak penanggung mengabaikan tanggung
jawabnya. Polis asuransi juga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi
kepada penanggung. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut : Nomor
polis, Nama dan alamat tertanggung, Uraian risiko, Jumlah pertanggungan,
Besar premi, bea materai, dan lain-lain; Bahaya-bahaya yang dijaminkan,
Khusus untuk polis pertanggungan kendaraaan bermotor ditambah dengan
nomor polisi, nomor rangka (chasis), dan nomor mesin kendaraan.
F. PREMI ASURANSI
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak
penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara
periodik. Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang
menyebabkan tinggi rendahnya tingkat resiko dan jumlah nilai
pertanggungan. Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada
perjanjian yang sudah dituangkan didalam polis asuransi. Jangka waktu
pembayaran dapat bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan.
G. PENGGOLONGAN ASURANSI
1. Menurut sifat pelaksanaannya :
Asuransi sukarela
Pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata mata
dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya
resiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan tersebut, missal :
asuransi kecelakaan, asuransi kebakaran, asuransi kendaraan bermotor
dan sebagainya.
Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak - pihak
terkait yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan
perundangan -undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya :
asuransi tenaga kerja, asuransi kecelakaan dan sebagainya.
2. Dilihat dari segi fungsinya
waktu dapat tertimpa resiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik
barang dan bank sebagai pemilik kredit.
Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kredit (bank,
lembaga keuangan) kepada nasabahnya. Sejak kredit diberikan kepada
nasabah, pemberi kredit oleh nasabah atau tidak diperolehnya kembali kredit
tersebut dari nasabah sehingga pemberi kredit menderita kerugian. Untuk
melindungi diri dari kemungkinan kerugian tersebut, pemberi kredit menutup
asuransi atas kredit yang diberikannya kepada nasabah. Dalam asuransi
kredit, tertanggung adalah pemberi kredit (bank, lembaga keuangan) dan
yang ditanggung oleh penanggung adalah resiko kredit di mana tidak
diperolehnya kembali kredit kepada para nasabahnya ( yang umumnya terdiri
atas para pengusaha).
Asuransi kredit bertujuan :
1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali
kredit yang diberikan kepada para nasabahnya.
2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit
perbankan maupun kredit lainnya di luar perbankan.
Dengan adanya asuransi kredit, bank akan terdorong untuk lebih giat
membantu para nasabahnya dalam menyediakan modal untuk
mengembangkan usahanya. Pengelolaaan asuransi kredit di Indonesia
dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Asuransi Kredit Indonesia yang
berkantor pusat di Jakarta, di mana yang menjadi tertanggung adalah bank bank pemerintah, bank bank swasta, dan lembaga lembaga keuangan
lainny. Sebagai imbalan atas jaminan yang diberikan oleh PT. Askrindo, bank
membayar premi atas kredit yang ditanggung. Premi tersebut menjadi beban
bank, tetapi dalam praktik, ada juga bank yang membebankan premi tersebut
kepada nasabahnya yang memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi
tertanggungn bukan nasabahnya tetapi bank pemberi kredit.
Unit link premi tunggal. Jenis ini adalah jenis unit link yang
mengharuskan si nasabah untuk membayar premi asuransi di awal,
pembayaran premi ini hanya satu kali di awal saja, selanjutnya
sudah tidak ada premi lagi. Jenis ini sangat cocok untuk nasabah
yang memiliki dana besar karena kalau ditotal premi asuransinya
tentu cukup besar pula.
Unit link premi berkala. Nah kalau ini merupakan unit link yang
pembayaran preminya bisa dilakukan secara bertahap, bisa
dilakukan setiap bulan, triwulanan, atau setiap tahun. Kalau dana
kamu terbatas, maka asuransi unit link jenis ini sangat cocok buat
kamu. Keuntungan membayar premi secara berkala adalah ketika
kamu suatu waktu tidak bisa membayar preminya, maka kamu
dapat mengajukan cuti premi, bahkan jika investasi dari unit link
menghasilkan return yang tinggi maka kamu tidak perlu
membayar premi lagi karena pembayarannya sudah cukup dengan
nilai investasi yang dihasilkan.
Berdasarkan penempatan dana:
Produk unit link berdasarkan pempatan dananya dapat dibedakan
menjadi 5 jenis, yaitu unit link pendapatan tetap, saham, pasar uang,
campuran, dan yang terakhir adalah unit link syariah.
Unit link pendapatan tetap. Jenis ini sangat cocok bagi yang
menginginkan return investasi stabil karena penempatan dana
setidaknya 80% dilakukan di obligasi yang mampu
memberikan bunga stabil setiap periode, dan 20% sisanya
diletakkan di pasar uang yang risiko investasinya relatif kecil.
Unit link pasar uang. Jenis ini cocok diambil untuk pihak yang
kurang berani dalam berinvestasi karena unit link jenis ini
memiliki risiko paling kecil dengan potensi return yang kecil
pula. Dan dana dari jenis unit link ini akan ditempatkan
seluruhnya di pasar uang.
Unit link saham. Kalau ini merupakan unit link yang dananya
akan ditempatkan setidaknya 80% di instrumen saham. Kamu
tahu sendiri di dunia saham ini sangat besar risikonya, dalam
satu hari bisa kaya dan dalam 1 hari pula bisa jatuh miskin
karena berubahan yang sangat cepat.
Unit link campuran. Jenis ini cocok jika kamu tidak terlalu
takut risiko namun juga tidak terlalu berani, penempatannya di
berbagai instrumen seperti pasar uang, saham, obliasi, dan
semacamnya. Jadi, ketika 1 instrumen investasi mengalami
penurunan, bisa jadi instrumen lainnya malah mengalami
peningkatan, hal ini karena pada dasarnya unit link campuran
memecah risiko yang ada.
Unit link syariah. Nah kalau ini adalah unit link dengan sistem
syariah, menempatan dananya bisa dilakukan seperti 4 jenis
unit link di atas, hanya saja tentu dilakukan dengan cara yang
sesuai dengan ajaran islam. Jika kamu muslim, jenis ini yang
paling cocok buat kalian semua.
Berdasarkan tujuan:
Ini adalah asuransi unit link yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
kamu. Apapun tujuan kamu bisa disesuaikan, misalkan kamu ingin
asuransi pendidikan, maka dapat ditambah investasi yang pada akhirnya
menjadi asuransi unit link pendidikan. Bisa juga asuransi jiwa yang nanti
menjadi asuransi jiwa unit link. Tentu masih banyak lagi asuransi dengan
tujuan-tujuan kamu yang lain, dan tidak ada salahnya jika ditambahkan
fungsi investasi di dalamnya.
K. ASURANSI SYARIAH
1. Definisi Asuransi Syari'ah
Menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan
syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/
peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang
akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami
oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini hanya
sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari
dana-dana/ kontribusi yang diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya
tolong menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling
toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam
meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman
Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya : "Dan saling tolong
menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong
menolong dalam dosa dan perm Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah
2. Prinsip Asuransi Syariah
Dibangun atas dasar kerjasama (taawun).
Asuransi syariat tidak bersifat muawadhoh, tetapi tabarru atau
mudhorobah.
Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang
peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri
sebelum masa reversing period. Sementara ia telah beberapa kali
membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena
kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi
hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi
kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi
yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.
Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional
akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi
terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu
hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan,
sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan
hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip
muamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara
( tidak ada yang merugikan dan dirugikan).
Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus,
karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk
asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal
mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan
dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan
sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula
pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak
terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian
dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai
kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan
pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak
hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari hasil investasinya.
Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah
Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan
sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein
dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at
taawun atau at takaful (asuransi bersifat tolong menolong), yang
dikelola oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk
bersama -sama memikul suatu kerugian atau penderitaan yang
mungkin terjadi pada anggotanya. Untuk kepentingan itu masingmasing anggota membayar iuran berkala (premi). Dana yang
terkumpul akan terus dikembangkan, sehingga hasilnya dapat
dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan untuk kepentingan
badan pengelola (asuransi syariah). Dengan demikian badan tersebut
tidak dengan sengaja mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri.