Anda di halaman 1dari 16

BANK & LEMBAGA KEUANGAN LAIN

ASURANSI

ERIN NUR I

14080694013

CITRA DEWI

14080694015

FAHMI MAKKI

14080694079

AAL BINTI Q.A

14080694061

INKHA MAYLALANG

14080694099

A.

PENGERTIAN ASURANSI
Menurut undang-undang Hukum Dagang pasal 246 asuransi adalah suatu
perjanjian dimana penanggung demngan menikmati suatu premi mengikat dirinya
terhadap tertanggung untuk membebaskan dirinya dari kerugian karena kehilangan,
kerugian atau ketidaakadanya keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita
dengan suatu kejadian yang tidak pasti. Asuransi merupakan suatu lembaga
keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana besar , yang dapat digunakan
untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang
berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Tujuan dari asuransi yaitu untuk memberikan
perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan (financial loss), yang ditimbulkan
oleh peristiwa yang tidak terduga sebelumnya (fortuitious event).
Usaha asuransi adalah suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada
tertanggung apabila terjadi resiko dimasa mendatang. Apabila resiko tersebut benarbenar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang
diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini
sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan resiko.

B. MANFAAT DAN KEUNTUNGAN ASURANSI


1. Rasa aman dan perlindungan.
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman
dari resiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau keruguan
tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai
kerugian sebesar nilai polis yang ditentukan.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
Prinsip keadilan diperhitungkan untuk menentukan nilai
pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis
secara periodik dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh
dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak
penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah

pihak. Semakin besar nilai pertanggungan semakin besar pula premi


periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.
Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh
kredit.
Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang
sama dengan tabungan. Pihak penanggung juga memperhitungkan
bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai
dewngan perjanjian dari kedu belah pihak).
Alat penyebaran risiko.
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut
dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah
premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
Membantu meningkatkan kegiatan usaha.
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan
resiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab
(pencurian,
kebakaran,
kecelakan
dan
lain
sebagainya).Keuntungan asuransi untuk masing-masing pihak
adalah sebagai berikut :
Bagi Perusahaan Asurans
Keuntungan dari premi yang diberikan ke nasabah
Keuntungan dari hasil penyertaan modal di perusahaan lain,
Keuntungan dari hasil bunga dari investasi disurat-surat
berharga
Bagi Nasabah
Memberikan rasa aman, Merupakan simpanan yang pada saat
jatuh tempo dapat ditarik kembali, Terhindar dari resiko
kerugian atau kehilangan, Memperoleh pengahsilan dimasa
yang kan datang, Memperoleh penggantian akibat kerusakan
atau kehilangan.
C. RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN
Resiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
yang menimbulakan kerugian. Resiko berarti ketidakpastian dari kerugian
financial. Ketidakpastian dan peluang kerugian dapat disebabkan berbagai
macam hal, diantaranya : ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian alam,
ketidakpastian terjadinya perang, pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.
Resiko terbagi atas tiga jenis, diantaranya :
1. Resiko murni
Suatu resiko yang apabila benar-benar terjadi akan menimbulkan kerugian
dan apabiala tidak terjadi , tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak
juga memberikan keuntungan
2. Resiko spekulatif

Resiko yang menimbulkan terjadinya dua kemungkinan, yaitu


kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan, dan kemungkinan untuk
mendapatkan kerugian.
3. Resiko individu
Resiko individu adalah resiko yang dihadapi dalam kegiatan hidup seharihari. Resiko individu terbagi menjadi empat jenis :
Resiko pribadi (Personal risk) : Resiko yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat ekonomi. Apabila
risiko tersebut tidak terjadi, seseorang masih dapat mengusahakan
atau memperoleh manfaat ekonomis untuk menyelenggarakan hajat
hidupnya. Berkurangnya atau
bahkan hilangnya kemampuan
seseorang untuk berusaha dapat diakibatkan oleh beberapa hal, antara
lain : mati muda, uzur, cacat fisik, dan kehilangan pekerjaan.
Resiko harta (property risk). : Resiko bahwa harta yang kita miliki
hilang, rusak, atau dicuri. Dengan kerusakan atau kehilangan tersebut,
pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang diperoleh dari
harta yang dimiliki. Sebagai konsekuensinya, pemilik harus
mengeluarkan biaya lagi untuk menggantikan kinerja harta yang
hilang
Resiko tanggung gugat (liability risk).
Risiko yang mungkin kita alami atau derita.
Hal ini dilakukan sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau terlukanya
pihak lain.Dalam menangani risiko tersebut minimal ada lima cara yang dapat
dilakukan, antara lain :

Menghindari resiko (risk avoidance)


Mengurani resiko (risk reducation)
Menahan resiko (risk retention)
Membagi resiko (risk sharing)
Mentransfer resiko (risk transferring)

D. PRINSIP ASURANSI
1. Insurable interest
Merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertangungkan suatu
risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum
antara tertanggung dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Ada beberapa
syarat yang perlu dipenuhi agar memenuhi criteria insurable interest,
yaitu :
Kerugian tidak dapat diperkirakan
Risiko yang dapat diasuransikan berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya kerugian. Kerugian tersebut harus dapat diukur, misalnya
kebakaran rumah, terbakarnya suatu rumah tidak dapat ditentukan
waktunya secara pasti. Berbeda dengan kerusakan sebuah kemeja

yang dipakai untiuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, kerusakan


sebuah kemeja tidak dapat diansurasikan karena sudah dapat
diperkirakan sebelumnya kerusakan kemeja tersebut.
Kewajaran
Risiko yang dipertanggungkan adalah benda atau harta yang memiliki
nilai material, baik bagi penanggung maupun tertanggung.
Catastrophic
Risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan menimbulkan suatu
kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika sebagian besar
pertanggungan akan mengalami kerugian pada waktu yang
bersamaan.
Homogen
Homogen berarti banyak barang yang serupa atau sejenis. Hal ini
berkaitan dengan prinsip bahwa asuransi menutup sebagian besar
risiko supaya dapat membayar beberapa kerugian dari yang
dipertanggungkan.

2. Itikad Baik
Dalam melakukan kontarak asuransi, pihak penaggung perlu menjelaskan
secara lengkap hak dan kewajibannya selama masa asuransi. Selain itu
yang harus diperhatikan adalah perlakuan dari penanggung pada saat
benar-benar ada risiko yang menimpa tertanggung. Pihak penanggung
harus konsisten terhadat hak dan kewajiban yang dicantumkan dalam
kontrak (polis) termasuk batasan-batasan yang ada sehingga jelas apabila
ada risiko yang tidak ditanggung oleh asuransi. Kewajiban dari kedua
belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure.
3. Indemnity
Mekanisme penanggung untuk mengkompensasi yang menimpa
tertanggung dengan ganti rugi financial. Prinsip Indemnity tidak dapat
dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian. Indemnity ini
dapat dilakuakn dengan beberapa cara, yaitu pembayaran tunai,
penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali.
4. Proximate Cause
Suatu sebab aktif, efisien yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa
secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain,
diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independent.
5. Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memeberikan
ganti rugi kepada tertanggung. Untuk menuntut pihak lain yang
mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa
kerugian.
6. Kontribusi
Prinsip ini merupakan akibat wajar dari prinsip indemnity yaitu,
penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang

memilki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi
kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing
belum tentu sama besar.
E. POLIS ASURANSI
Polis Asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihakpihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Polis memegang peranan
penting dalam menjaga konsistensi pertanggung- jawaban, baik pihak
penanggung maupun tertanggung. Dengan memilki polis asuransi, pihak
tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak penanggung akan mengganti
kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak
terduga. Polis tersebut merupakan bukti otentik yang dapat digunakan untuk
mengajukan klaim apabila pihak penanggung mengabaikan tanggung
jawabnya. Polis asuransi juga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi
kepada penanggung. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut : Nomor
polis, Nama dan alamat tertanggung, Uraian risiko, Jumlah pertanggungan,
Besar premi, bea materai, dan lain-lain; Bahaya-bahaya yang dijaminkan,
Khusus untuk polis pertanggungan kendaraaan bermotor ditambah dengan
nomor polisi, nomor rangka (chasis), dan nomor mesin kendaraan.
F. PREMI ASURANSI
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak
penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara
periodik. Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang
menyebabkan tinggi rendahnya tingkat resiko dan jumlah nilai
pertanggungan. Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada
perjanjian yang sudah dituangkan didalam polis asuransi. Jangka waktu
pembayaran dapat bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan.
G. PENGGOLONGAN ASURANSI
1. Menurut sifat pelaksanaannya :
Asuransi sukarela
Pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata mata
dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya
resiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan tersebut, missal :
asuransi kecelakaan, asuransi kebakaran, asuransi kendaraan bermotor
dan sebagainya.
Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak - pihak
terkait yang pelaksanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan
perundangan -undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya :
asuransi tenaga kerja, asuransi kecelakaan dan sebagainya.
2. Dilihat dari segi fungsinya

Asuransi kerugian (nonlife insurance)


Usaha yang memberikan jasa jasa dalam penanggulangan resiko
atas kerugian , kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti .
Asuransi kerugian juga disebut sebagai general insurance karena
lingkup usahanya yang sangat luas. Usaha asuransi kerugian dapat
dibagi sebagai berikut :
Asuransi kebakaran adalah asuransi yang diakibatkan karena kejadian
yang tidak disengaja, misalnya : petir, ledakan, dan kejatuhan
pesawat.
Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine
insurance) penanggung atau perusahaan asuransi akan
menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya
kehilangan atau kerusakan pada saat pelayaran.
Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak
dapat digolongkan ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi
pengangkutan. Jenisnya antara lain : asuransi kendaraan
bermotor, asuransi kecelakaan diri, pencurian uang dalam
pengangkutan dan penyimpanan, kecurangan dan sebagainya.
Asuransi jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan
asuransi dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan jiwa
atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa
memberikan :
Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.
Santunan bagi tertanggung yang meninggal.
Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh
meninggalnya orang kunci.
Penghimpun dana untuk persiapan pensiun

3. Dilihat dari segi kepemilikannya


Dalam hal ini yang yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahann
asuransi tersebut, baik asuransi kerugian, ataupun asuransi jiwa.
Asuransi milik pemerintah
Yaitu asuransi yang sahamnya dimiliki sebagaian besar atau bahkan
100 persenoleh pemerintah
Asuransi milik swasta nasional
Kepemilikan saham sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional,
sehingga siapa siapa yang paling banyak memiliki saham, maka
memiliki suara terbanyak dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Asuransi milik perusahaan asing

Perusahaan jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia hanyalah


merupakan cabang dari negara lain dan jelas kepemilikannyapun
dimiliki oleh 100 persen pihak asing
Asuransi milik campuran
Merupakan jenis asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara
swasta nasional dengan pihak asing

H. Pengaturan Perasuransian di Indonesia


Peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar acuan pembinaan dan
pengawasan atas usaha pengasuransian di Indonesia saat ini adalah :
1. UU No.2 Tahun 1992, tentang usaha pengasuransian
2. PP No.73 Tahun 1992, tentang usaha pengasuransian
3. Keputusan Menteri Keuangan antara lain :
Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang
Perizinan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi.
No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi atau Reasuransi
No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi atau Reasuransi.
No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang
Perizinan dan Penyelenggaran Kegiatan Usaha Perusahaan
penunjang Usaha Asuransi.
4. Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi
Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan perasuransian
menurut PP Nomor 73 tahun 1992 dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
Persetujuan prinsip
Persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian
suatu perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian, di mana
batas waktu persetujuan prinsip selama-lamanya dibatasi 1 tahun.
Izin usaha
Izin ymelakukan usaha setelah persiapan pendirian selesai, di
mana izin usaha diberikan setelah persyaratan izin usaha telah
dipenuhi. Ketentuan modal disetor perusahaan perasuransian.
I. ASURANSI KREDIT
Dalam hal ini, asuransi yang dikaitkan dengan dunia perbankan dan lebih
dititikberatkan pada asuransi jaminan kredit merupakan bidang asuransi
kerugian (general insurance) yang meliputi :
1. Asuransi kebakaran (fire insurance)
2. Asuransi pengangkutan laut (marine insurance)
3. Asuransi kendaraan bermotor (motor vehicle insurance)
Oleh karena itu, asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa
perbankan terutama di bidang perkreditan yang selalu dikaitkan dengan
jaminan kredit berupa barang bergerak dan tidak bergerak yang sewaktu

waktu dapat tertimpa resiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik
barang dan bank sebagai pemilik kredit.
Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kredit (bank,
lembaga keuangan) kepada nasabahnya. Sejak kredit diberikan kepada
nasabah, pemberi kredit oleh nasabah atau tidak diperolehnya kembali kredit
tersebut dari nasabah sehingga pemberi kredit menderita kerugian. Untuk
melindungi diri dari kemungkinan kerugian tersebut, pemberi kredit menutup
asuransi atas kredit yang diberikannya kepada nasabah. Dalam asuransi
kredit, tertanggung adalah pemberi kredit (bank, lembaga keuangan) dan
yang ditanggung oleh penanggung adalah resiko kredit di mana tidak
diperolehnya kembali kredit kepada para nasabahnya ( yang umumnya terdiri
atas para pengusaha).
Asuransi kredit bertujuan :
1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali
kredit yang diberikan kepada para nasabahnya.
2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit
perbankan maupun kredit lainnya di luar perbankan.
Dengan adanya asuransi kredit, bank akan terdorong untuk lebih giat
membantu para nasabahnya dalam menyediakan modal untuk
mengembangkan usahanya. Pengelolaaan asuransi kredit di Indonesia
dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Asuransi Kredit Indonesia yang
berkantor pusat di Jakarta, di mana yang menjadi tertanggung adalah bank bank pemerintah, bank bank swasta, dan lembaga lembaga keuangan
lainny. Sebagai imbalan atas jaminan yang diberikan oleh PT. Askrindo, bank
membayar premi atas kredit yang ditanggung. Premi tersebut menjadi beban
bank, tetapi dalam praktik, ada juga bank yang membebankan premi tersebut
kepada nasabahnya yang memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi
tertanggungn bukan nasabahnya tetapi bank pemberi kredit.

J. ASURANSI UNIT LINK


1. Pengertian
Unit Linked adalah polis asuransi jiwa Individu yang memberikan
manfaat proteksi asuransi jiwa dan juga kesempatan untuk berpartisipasi
langsung dalam pengelolaan investasi yang setiap saat nilai polis
bervariasi sesuai dengan asset investasi tersebut.
2. Jenis-Jenis Asuransi Unit Link
Berdasarkan pembayaran premi: asuransi unit link dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu premi tunggal dan premi berkala.

Unit link premi tunggal. Jenis ini adalah jenis unit link yang
mengharuskan si nasabah untuk membayar premi asuransi di awal,
pembayaran premi ini hanya satu kali di awal saja, selanjutnya
sudah tidak ada premi lagi. Jenis ini sangat cocok untuk nasabah
yang memiliki dana besar karena kalau ditotal premi asuransinya
tentu cukup besar pula.
Unit link premi berkala. Nah kalau ini merupakan unit link yang
pembayaran preminya bisa dilakukan secara bertahap, bisa
dilakukan setiap bulan, triwulanan, atau setiap tahun. Kalau dana
kamu terbatas, maka asuransi unit link jenis ini sangat cocok buat
kamu. Keuntungan membayar premi secara berkala adalah ketika
kamu suatu waktu tidak bisa membayar preminya, maka kamu
dapat mengajukan cuti premi, bahkan jika investasi dari unit link
menghasilkan return yang tinggi maka kamu tidak perlu
membayar premi lagi karena pembayarannya sudah cukup dengan
nilai investasi yang dihasilkan.
Berdasarkan penempatan dana:
Produk unit link berdasarkan pempatan dananya dapat dibedakan
menjadi 5 jenis, yaitu unit link pendapatan tetap, saham, pasar uang,
campuran, dan yang terakhir adalah unit link syariah.
Unit link pendapatan tetap. Jenis ini sangat cocok bagi yang
menginginkan return investasi stabil karena penempatan dana
setidaknya 80% dilakukan di obligasi yang mampu
memberikan bunga stabil setiap periode, dan 20% sisanya
diletakkan di pasar uang yang risiko investasinya relatif kecil.
Unit link pasar uang. Jenis ini cocok diambil untuk pihak yang
kurang berani dalam berinvestasi karena unit link jenis ini
memiliki risiko paling kecil dengan potensi return yang kecil
pula. Dan dana dari jenis unit link ini akan ditempatkan
seluruhnya di pasar uang.
Unit link saham. Kalau ini merupakan unit link yang dananya
akan ditempatkan setidaknya 80% di instrumen saham. Kamu
tahu sendiri di dunia saham ini sangat besar risikonya, dalam
satu hari bisa kaya dan dalam 1 hari pula bisa jatuh miskin
karena berubahan yang sangat cepat.
Unit link campuran. Jenis ini cocok jika kamu tidak terlalu
takut risiko namun juga tidak terlalu berani, penempatannya di
berbagai instrumen seperti pasar uang, saham, obliasi, dan
semacamnya. Jadi, ketika 1 instrumen investasi mengalami
penurunan, bisa jadi instrumen lainnya malah mengalami
peningkatan, hal ini karena pada dasarnya unit link campuran
memecah risiko yang ada.

Unit link syariah. Nah kalau ini adalah unit link dengan sistem
syariah, menempatan dananya bisa dilakukan seperti 4 jenis
unit link di atas, hanya saja tentu dilakukan dengan cara yang
sesuai dengan ajaran islam. Jika kamu muslim, jenis ini yang
paling cocok buat kalian semua.
Berdasarkan tujuan:
Ini adalah asuransi unit link yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
kamu. Apapun tujuan kamu bisa disesuaikan, misalkan kamu ingin
asuransi pendidikan, maka dapat ditambah investasi yang pada akhirnya
menjadi asuransi unit link pendidikan. Bisa juga asuransi jiwa yang nanti
menjadi asuransi jiwa unit link. Tentu masih banyak lagi asuransi dengan
tujuan-tujuan kamu yang lain, dan tidak ada salahnya jika ditambahkan
fungsi investasi di dalamnya.

K. ASURANSI SYARIAH
1. Definisi Asuransi Syari'ah
Menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan
syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/
peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang
akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami
oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini hanya
sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari
dana-dana/ kontribusi yang diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya
tolong menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling
toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam
meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman
Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya : "Dan saling tolong
menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong
menolong dalam dosa dan perm Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah
2. Prinsip Asuransi Syariah
Dibangun atas dasar kerjasama (taawun).
Asuransi syariat tidak bersifat muawadhoh, tetapi tabarru atau
mudhorobah.

Sumbangan (tabarru) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu


haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka
diselesaikan menurut syariat.
Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah
ditentukan harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan
prinsip ukhuwah.
Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya
dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena
suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas
kerugian itu menurut ijin yang diberikan oleh jamaah.
Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut
aturan syari. usuhan"
3. Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah
Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu
pemindahan risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/ penanggung
sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung
kepada penanggung. Sebagai konsekuensi maka kepemilikan dana pun
berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi. Beberapa
perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya
adalah sebagai berikut:
Akad (Perjanjian)
Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang
melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk
mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa
mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang
menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah.
Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi
syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas,
menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong
(takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau
perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli
didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang
diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan
dalam asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya
penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk
harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang
harus dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah
uang pertanggungan.
Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling

kita takuti. Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi


konvensional, dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran
premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat
bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa.
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli,
yaitu suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang
ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama
dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah
dalam praktik muamalah yang gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik
perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi
syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan
perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim menjadi
milik perusahaan.
Tabarru dan Tabungan
Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya
sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri
(dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan
secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama
peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat
musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening
khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang
diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh
sesama peserta untuk saling menolong. Menyisihkan harta untuk
tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat dianjurkan
dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di
hadapan Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist Nabi
SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan
memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud). Untuk
produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka
dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana
tabarru terdapat pula unsur dana tabungan yang digunakan sebagai
dana investasi oleh perusahaan. Sementara investasi pada asuransi
kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada unsur
saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai
dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana
tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara
penuh.
Maisir (Judi)
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,"Hai orangorang yang beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan

syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu


mendapatkan keberuntungan."
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi
konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya
menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir.
Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi
konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus
asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia
sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar
preminya sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang
tertentu. Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana
cara perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang
pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang
diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan
yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi
apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut
judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan
banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan perusahaan
asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang
dibayarkannya.
Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan
dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba.
Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta,
dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi
asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu
investasi wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan
menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan
kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan
Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua
jenis investasi yang diatur dalam peraturan pemerintah dan KMK
dilakukan berdasarkan sistem bunga.
Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan
syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk
investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orangorang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba
itu bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk
pemakaian riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya
bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim)

Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang
peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri
sebelum masa reversing period. Sementara ia telah beberapa kali
membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena
kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi
hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi
kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi
yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.
Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional
akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi
terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu
hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan,
sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan
hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip
muamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara
( tidak ada yang merugikan dan dirugikan).
Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus,
karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk
asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal
mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan
dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan
sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula
pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak
terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian
dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai
kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan
pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak
hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari hasil investasinya.
Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah
Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan
sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein
dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at
taawun atau at takaful (asuransi bersifat tolong menolong), yang
dikelola oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk
bersama -sama memikul suatu kerugian atau penderitaan yang
mungkin terjadi pada anggotanya. Untuk kepentingan itu masingmasing anggota membayar iuran berkala (premi). Dana yang
terkumpul akan terus dikembangkan, sehingga hasilnya dapat
dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan untuk kepentingan
badan pengelola (asuransi syariah). Dengan demikian badan tersebut
tidak dengan sengaja mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri.

Disini sifat yang paling menonjol adalah tolong-menolong seperti


yang diajarkan Islam.
Dewan Pengawas Syariah
Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan
Syariah Nasional (DSN), baik dari segi operasional perusahaan,
investasi maupun SDM. Kedudukan DPS dalam struktur organisasi
perusahaan setara dengan dewan komisaris.

4. Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah


Surat Yusuf :43-49 Allah menggambarkan contoh usaha manusia
membentuk sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di
masa depan.
Surat Al-Baqarah :188 Firman Allah ...dan janganlah kalian
memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan
janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan
maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan
jalan dosa, padahal kamu tahu (al:Baqarah:188).
Al Hasyr:18 Artinya :Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah
kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada
Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang engkau
kerjakan.

Anda mungkin juga menyukai