Pada Bagian Ini Akan Dipaparkan Asuransi Dari Sudut Pandang General References
Pada Bagian Ini Akan Dipaparkan Asuransi Dari Sudut Pandang General References
unit yang terbuka terhadap risiko sehingga kerugian-kerugian individual mereka secara
kolektif dapat diramalkan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul
merata oleh semua mereka yang bergabung.3
Persinggungan Islam dengan praktik bisnis modern juga menuntut batasan
pendefinisian istilah, termasuk asuransi. Wahbah Zuhaili4[4] memaknai kosa kata
asuransi dengan kata at-tamin dalam menjelaskan arti pertanggungan.
Selanjutnya ia membagi at-tamin menjadi dua macam, yaitu at-tamin at-taawun,
yaitu bentuk asuransi tolong menolong dan hukumnya boleh, dan at-tamin bi qisth
tsabit yaitu asuransi dengan pembagian tetap yang hukumnya masih diperdebatkan
(kontroversial). At-tamin jenis kedua yang cenderung bersifat komersial yang
mendeskripsikan bahwa hubungan asuransi adalah hubungan antara nasabah dengan
perusahaan asuransi, tidak adanya hubungan saling memikul antarnasabah.
Husein Hamid Hasan5[5] juga menggunakan kata at-tamin sebagai padanan
kata asuransi. Ia mendefinisikan sebagai akad di mana orang yang menjamin harus
memberikan rasa aman kepada orang yang dijaminnya, atau kepada orang yang
meminta jaminan keamanan atas benda yang dimilikinya baik harta atau kehormatan,
atau dengan memberi barang pengganti yang lain ketika terjadinya suatu peristiwa
atau terjadinya kehawatiran yang jelas dalam akadnya, atas dasar pembagian tetap
atau penyerahan harta oleh orang yang minta jaminan kepada si penjamin.
Isa Abduh6[6] pun menggunakan kata at-tamin dalam konteks sebagai asuransi,
tetapi kata at-tamin sering digunakan, menurutnya, dalam struktur bahasa sebuah
perundang-undangan. Dilihat secara harfiyah, asal-usul kata at-tamin berasal dari
kata a-mi-na yang mempunyai arti ketenangan jiwa dan hilangnya rasa takut.
Mohd. Masum Billah7[7] mengartikan pertanggungan dengan penggunaan
kata al-takaful yang bermakna share responsibilitesi, shared guarantee,
responsibilities, assurance or surety (saling bertanggung jawab, saling menjamin,
3
4
5
6
7
saling menanggung). Kata tersebut (takaful) mengandung arti musyarakat (saling atau
resiprokal). Secara definitif ia memaknai takaful dengan mutual guarantee provided
by a group of people living in the same society againts a defined risk or
catastrophe befalling ones life, property or any form of valuable things (jaminan
bersama yang disediakan oleh sekelompok masyarakat yang hidup dalam satu
lingkungan yang sama terhada risiko atau bencana yang menimpa jiwa seseorang,
harta benda, atau segala sesuatu yang berharga).
Berbeda lagi dengan Muhammad Syauqi al-Fanjari.8[8] Ia menggunakan kata altadhamun untuk mengungkap makna tanggung jawab sosial bersama. Tetapi ia juga
memaknai kata pertanggungan dengan at-tamin, dan membaginya menjadi tiga
macam yaitu : at-tamin at-taawuniy (pertanggungan saling menolong), at-tamin attijariy (pertanggungan komersial), dan at-tamin al-hukumiy (pertanggungan
pemerintah -wajib-).
Dari beberapa uraian batasan di atas, ternyata ditemukan beberapa istilah
sebagai pemaknaan harfiah tentang asuransi. Kata tersebut adalah asuransi
(Indonesia), insurance dan assurance (Inggris), Verzeekering (Belanda), dan kemudian
dalam istilah Arab muncul at-tamin, at-takaful, at-tadhamun. Makna harfiah
cenderung sama yaitu pertanggungan dengan muatan memberi rasa aman atas risiko
yang dihadapi. Hal yang membedakan adalah jika jenis asuransi yang pertama
hubungan antarnasabah saling memikul beban risiko dan perusahaan asuransi sebagai
fasilitator (pemegang amanah) untuk mengelola secara manajerial dan belakangan
disebut at-taawuniy, maka jenis asuransi yang kedua adalah hubungan nasabah
dengan perusahaan asuransi, yang kemudian disebut at-tijariy (komersial).
Dari definisi di atas juga pengelompokan definisi menjadi tiga kategori, yaitu
(1) definisi dari segi teknis, (2) definisi dari segi hukum, dan (3) definisi dari segi
fungsi. Masing-masing definisi mempunyai karakteristik masing-masing. Definisi teknis
lebih menekankan asuransi sebagai lembaga bisnis terlepas dari model asuransi
perdagangan atau asuransi kooperatif (taawuni), definisi hukum lebih menekankan
pada aspek kontrak yang melibatkan beberapa pihak sehingga membentuk ikatan
hukum (legally bound) yang biasanya dituangkan dalam polis, dan definisi fungsi
menekankan bahwa asuransi sebagai alat sosial yang dapat menciptakan saling
menanggung, berbagai beban dan menciptakan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
B. Unsur Asuransi
8
penanggung dan tertanggung. Pejabat yang menjalankan polis diangkat oleh para
pemegang polis, tujuan organisasi ini bukan mengejar laba semata tetapi
menyediakan asuransi dalam harga pokok. Sedangkan asuransi kepemilikan
dimiliki oleh satu atau sekelompok orang dengan tujuan mengejar laba dengan
memberikan jasa pada orang lain.
Perbedaan tujuan asuransi ini mempengaruhi asas dan metode
pelaksanaan pertanggungan. Asuransi sosial berlandaskan pada solidaritas sosial
dan kesetiakawanan serta mendahulukan prinsip sosial atas kepentingan pribadi
yang melandasi asuransi khusus. Selain itu asuransi sosial bersifat wajib,
sementara asuransi khusus bersifat sukarela.
Dari segi objek, asuransi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (1)
asuransi orang (personal insurance), (2) asuransi harta kekayaan (property
insurance), dan (3) asuransi tanggung jawab (liability insurance). Asuransi jenis
pertama berkaitan dengan risiko-risiko orang, seperti kematian, cacat, hari tua,
sakit dan sebagainya. Asuransi jenis kedua berkaitan dengan risiko-risiko yang
menyangkut harta kekayaan, yaitu kerugian yang terjadi pada harta kekayaan
seseorang karena misalnya kebakaran, bencana alam, dan sebagainya. Asuransi
jenis terakhir meliputi pertanggungan yang menjamin kerugian-kerugian yang
menimpa tanggung jawab keuangan tertanggung yang memungkikannya
melakukan pembayaran ganti rugi kepada pihak ketiga yang menjadi tanggung
jawabnya menurut hukum, seperti asuransi kecelakaan kerja, asuransi
kecelakaan mobil, dan sebagainya.
Jenis Perusahaan Asuransi di Indonesia :
1. Perusahaan Asuransi Jiwa
Ex. PT. Asuransi Bumi Asih Jaya, PT. AJB Bumi Putera
2. Perusahaan Asuransi Kerugian / Umum
Menanggulangi kerugian karena peril yang menimpa barang atau kepentingan
yang dipertanggungkan
Ex. PT. Asuransi Jasa Ind., PT. Asuransi Ekspor Ind.
1. Perusahaan Re-Asuransi
2. Perusahaaan Asuransi Sosial
(Taspen, Askes, Jasa Rahardja)
D.
1.
2.
3.
Manfaat Asuransi
Memberikan kepastian
Memberi rasa aman
Gotong royong (taawun)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
F. Prinsip Asuransi
Prinsip dasar asuransi dalam pembahasan ini dibedakan menjadi prinsip teknis
dan prinsip hukum. Berikut penjelasannya :
1. Prinsip Teknis Asuransi
Prinsip teknis asuransi pertama berkaitan dengan karakteristik yang
mencirikan lembaga asuransi berbeda dengan lembaga keuangan yang lain. Ciri
pokok yang melandasari asuransi adalah memikul risiko. Keberadaan asuransi
adalah untuk melindungi manusia dari ancaman risiko yang tidak dapat ditentukan
terjadinya dan tidak ada asuransi tanpa adanya risiko.
Hidup manusia tidak pernah lepas dari risiko yang dihadapi. Hal ini
disebabkan sifat kehidupan manusia sendiri yang pada hakikatnya tidak kekal,
sehingga dari sini timbul ketidakpastian yang berujung ketidaktenangan hidup.
Seseorang tidak akan mengentahui kapan dirinya meninggal atau orang yang
menjadi tanggungannya; pemilik rumah dekat pantai tidak dapat memastikan
kapan laut akan mengalami abrasi sehingga menghanyutkan menenggelamkan
tempat tinggalnya, dan sebagainya. Dengan demikian risiko yang dimaksud adalah
sebagai suatu ketidakpastian yang mungkin menyebabkan suatu kerugian atau
sesuatu ketidakpastian di masa datang mengenai kerugian yang mungkin
dihadapi.9[9]
Keberadaan asuransi sebenarnya tidak bertujuan menghilangkan risikorisiko tersebut, tetapi bertujuan melindungi manusia dari terjadinya risiko yang
tidak diinginkan dengan memprediksi terjadinya dan mendistribusikan beban
finansial yang timbul akibat terjadinya risiko tersebut. Namun tidak semua risiko
dapat dimintakan pertanggungan, oleh karena itu secara teknis risiko itu
dibedakan sebagai berikut : 10[10]
11
12
Prinsip teknis asuransi ketiga berkaitan hukum bilangan besar. Hukum ini
berbunyi makin besar jumlah hal yang diselidiki, makin dekat hasilnya kepada
probabilitas dasarnya atau probabiltias murni. Perusahaan asuransi dipengaruhi oleh
hukum ini. Jika hendak membuat taksiran akurat mengenai kemungkinan terjadinya
sesuatu kejadian, maka perlu diamati sejumlah besar kasus.13[13]
2. Prinsip Hukum Asuransi
Industri asuransi, baik asuransi kerugian maupun asuransi jiwa, memiliki prinsipprinsip hukum yang menjadi pedoman bagi seluruh penyelenggaraan kegiatan
perasuransian di mana pun berada.14
a. Insurable Interest (kepentingan yang dapat diasuransikan)
Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan menyatakan bahwa orang
yang membeli polis asuransi harus mempunyai kepentingan terhadap
kelangsungan barang atau orang yang diasuransikan, di mana kelangsungan
barang atau orang ini memberi manfaat kepada pengambil polis dan kemusnahan
barang atau orang tersebut mengakibatkan kerugian kepada pengambil polis.
Jika kepentingan semacam ini tidak ada, perjanjian asuransinya tidak sah.
Prinsip ini sangat penting dalam asuransi antara lain untuk menghindari asuransi
dari judi, untuk menentukan jumlah kerugian yang dapat dibayar, dan untuk
menghindari bahaya moral (moral hazard).
b. Utmost Good Faith (Kejujuran Sempurna)
Dalam membuat perjanjian asuransi, kedua belah pihak, penanggung dan
tertanggung, harus memberikan keterangan sejujur-jujurnya. Pembeli asuransi
wajib memberikan informasi kepada pihak penanggung mengenai semua fakta
dan hal pokok yang ia ketahui dan yang berkaitan dengan risiko yang
terhadapnya dilakukan pertanggungan. Begitu pula penanggung tidak boleh
menyembunyikan keterangan pokok apapun mengenai perjanjian asuransi. Ini
merupakan tuntutan yang diharuskan oleh prinsip iktikad baik sempurna. Prinsip
ini penting agar peramalan risiko, penentuan besarnya ganti rugi dan premi
dapat dilakukan secara cermat.
c. Indemnity (Indemnitas)
Dalam prinsip indemnitas ditetapkan bahwa tertanggung berhak
memperoleh penggantian sebesar nilai kerugian finansial riil yang dideritanya
13
14
dengan syarat nilai kerugian tersebut tidak melebih jumlah pertanggungan yang
ditetapkan dalam perjanjian asuransi. Asuransi tidak menambah kekayaan baru
kepada kekayaan seseorang yang sudah ada, tetapi asuransi hanya mengganti
kerugian riil sehingga status kekayaan tersebut tetap seperti semula. Hal ini
menjadi jelas sifat protektif asuransi. Prinsip indemnitas ini dapat
menghindarkan asuransi dari perjudian dan kemungkinan bahaya moral. Di atas
d. Subrogration (Subrograsi)
Prinsip subrograsi melengkapi prinsip indemnitas. Prinsip ini memberi
penanggung yang telah membayar ganti kerugian, segala hak tertanggung
terhadap pihak ketiga berkenaan dengan terjadinya kerugian tersebut. Sebagai
contoh, jika rumah seseorang (yang telah diasuransikan) terbakar karena
kelalaian tetangga yang membakar sampah, dan pihak asuransi yang telah
membayar ganti rugi atas kebakaran itu berhak menagih kepada si tetangga
tersebut (yang membakar sampah sehingga mengakibatkan kebakaran rumah
tertanggung).
e. Contribution (Kontribusi)
Prinsip ini menetapkan bahwa apabila terdapat sejumlah polis yang berisi
pertanggungan atas satu barang yang sama terhadap risiko yang sama serta
kepentingan yang diasuransikan sama pula dalam semua polis itu dan semuanya
berlaku waktu terjadinya risiko, maka klaim yang wajib dibayar dibagi-bagi di
antara perusahaan-perusahaan yang menerbitkan polis itu atas dasar rasio
jumlah pretanggungan yang ada pada masing-masing perusahaan.
f. Proximate Cause (Kausa Proksimal)
Prinsip ini menetapkan bahwa perusahaan asuransi wajib memenuhi
kewajibannya yang ditentukan dalam perjanjian asuransi apabila risiko yang
terhadapnya dilakukan pertanggungan adalah causa; proxima (sebab langsung)
dari kerugian. Jika tidak ada hubungan sebab akibat yang efektif antara kerugian
dan risiko yang menjadi obyek pertanggungan, maka pemegang polis tidak
berhak atas klaim asuransi.
Sebagai catatan bahwa tidak semua prinsip berlaku di semua jenis asuransi tetapi
untuk prinsip indemnity (indemnitas), subrogration (subrograsi) dan contribution
(kontribusi) hanya berlaku pada asuransi kerugian.