Anda di halaman 1dari 7

Hizbut Tahrir Indonesia

DPD I Sulawesi Tenggara


CP Humas: Saenuddin 0811408580

KHUTBAH IEDUL ADHA 1436 H (2015 M)


Khilafah Mewujudkan Ketaatan dan Persatuan Umat





( 3)
( 3)
( 3)









:
.


Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,


Masyira al-Muminin Rahimakumul-Lh
Alhamdulillah. Kita bersyukur kepada Allah SWT, berkat karunia-Nya kita hari
ini berada di hari raya terbesar bagi umat Islam. Hari ini umat Islam di seluruh dunia
mengemakan Takbir, Tahlil dan Tahmid, sebagai umat yang satu. Satu Akidah, satu
syariah, satu Kiblat dan satu Syiar. Hari ini pula, jutaan kaum Muslimin tengah
menunaikan ibadah haji. Mereka bersatu di tempat yang sama, dengan pakaian
yang sama, dengan syiar yang sama, dengan syariah yang sama dan tujuan yang
sama, yaitu mewujudkan ketaatan kepada Allah Rabbulaalamien. Kita berdoa
kepada Allah, semoga pemandangan ketaatan dan persatuan ini bukan hanya kita
lihat pada hari ini, tapi juga di hari-hari yang lain.
Hari ini adalah Idul Qurban. Ibadah Qurban mengingatkan kita akan ketaatan
keluarga Nabi Ibrahim as. Pertama, adalah Ketaatan Ibrahim kepada Allah SWT yang
telah memerintahkannya untuk meninggalkan istri dan putranya tercinta di lembah
gersang tanpa tumbuhan [Hr. Bukhari dari Ibn Abbas]. . Juga ketaatan Ibrahim
kepada Allah Swt yang telah memerintahkannya untuk menyembelih putra tercinta,
putra yang telah dinanti sejak lama.
Kedua, adalah ketaatan istri Nabi Ibrahim as Hajar, saat ditinggal sendiri
bersama puteranya, Ismail di padang pasir tandus, tanpa siapapun yang menemani
di sana. Hajar berkata:

.




:








] . .


:
.
:

[
Wahai [suamiku] Ibrahim, ke manakah engkau hendak pergi, meninggalkan
kami di lembah ini, yang tak ada satu orang dan apapun jua. Dia [Hajar]
mengatakan itu kepadanya berkali-kali. Nabi Ibrahim pun tidak menoleh
kepadanya. Lalu Hajar berkata kepadanya, Apakah Allah yang

memerintahkan ini kepadamu? Dia [Ibrahim] menjawab, Benar. Dia [Hajar]


berkata, Jika itu memang perintah-Nya, pasti Dia tidak akan membiarkan kita
tersia-sia. [Hr. Bukhari]
Yang ketiga adalah ketaatan Ismail yang dengan sabar dan berserah diri
menerima perintah Allah,meski perintah itu akan berakibat hilangnya nyawa. Ismail
berkata kepada bapaknya:

[206 :]

Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah


engkau akan menemukanku termasuk orang-orang yang bersabar. [Qs. alShaffat: 206].
Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,
Masyira al-Muminin Rahimakumul-Lh
Seperti itulah ketaatan seorang Muslim sejati kepada Allah. Ketaatan mutlak,
ketaatan tanpa batas. Karena kita ini sejatinya adalah hamba [budak]-Nya, yang
hanya tunduk dan patuh kepada-Nya:

[71 : ]






Dan kami telah diperintahkan untuk berserah diri (secara mutlak) kepada
Allah Allah Tuhan semesta alam. [Q.s. al-Anam: 71]

Ketaatan ini ditunjukan oleh jamaah haji, ketika mereka menunaikan


rangkaian manasik haji. Mereka tidak mempertanyakan mengapa begini, dan
mengapa begitu? Semua rangkiain ibadah haji itu mereka tunaikan sebagai bentuk
ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Rabbul Alamien yang telah menetapkan
tata cara manasik haji, meski tidak mereka pahami.
Itu bukti dari ketaatan mutlak kepada Allah adalah ketundukan pada Syariah
Allah Swt dalam seluruh aspek kehidupan. Jika pada saat shalat dan zakat kita taat
kepada Allah Swt, maka begitu juga seharusnya pada saat kita berbisnis dan
bermualah. Jika pada saat puasa dan haji kita taat kepada Allah, maka begitu pula
seharusnya ketika berpolitik dan bernegara.
Allahu Akbar 3x, Walillahilhamd
Seorang Muslim akan meyakini, bahwa di balik ketaatan terhadap semua
perintah Allah, di balik ketaatan menjalankan syariah-Nya, pasti ada kebaikan. Allah
tidak akan akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang taat menjalani perintah-Nya.
Sebagaimana perkataan hajar, istri nabi Ibrahim:




Kalau begitu, pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kita. [Hr. Bukhari dari
Ibn]
Allah berfirman dalam hadits Qudsi:

[ ]



Dan sesungguhnya Aku, Jika Aku di taati Pasti Aku akan Rido. Jika aku telah
Ridho pasti aku akan memberikan keberkahan. Dan keberkahan-Ku itu akan
menimpa umat setaslh umat yang lain. [Hr. Ibn Abi Hatim]
Jika Allah memuliakan orang taat kepada-Nya. Maka sebaliknya Dia akan
menghinakan orang yang maksiat dan berbuat zhalim.

[111 :]

Sungguh pasti akan merugi orang yang membawa kezhaliman. [Qs.


Thaha :111]
Karena itu, Segala malapetaka, krisis multi dimensi dan berbagai
keterpurukan yang kini menimpa umat islam adalah karena tidak taatnya umat ini
kepada Allah secara total. Musibah dan krisis yang menimpa negeri ini juga ngerinegeri kaum muslimin adalah karena berpalingnya kaum muslimin dari hukum
Allah. Allah berfirman:

[49 :]

Maka jika mereka berpaling dari hokum Allah, ketahuilah sungguh Allah
hanya bermaksud menimpakan mushibah kepada mereka akibat sebagian
dosa-dosa mereka. [Qs. al-Maidah: 49]
Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,
Masyira al-Muminin Rahimakumul-Lh
Ketaatan kepada Allah secara total dengan menjalankan syariat-Nya adalah
jalan yang harus kita tempuh untuk keluar dari segala keterpurukan. Meski jalan ini
terjal dan penuh tantangan tapi yakinlah bahwa di balik ketaatan pasti ada
kebaikan. Yakinlah bahwa di mana saja ada syariat yang ditegakkan pasti di situ ada
kemaslahatan. Kaidah Ushul-nya mengatakan:




Ketika syariah [diterapkan], pasti akan terwujud kemaslahatan.
Allah SWT berfirman:
[16 :]

Dan sekiranya mereka istiqomah berada di jalan Allah,maka pasti kami akan
memberikan minum kepada mereka air yang banyak. [Qs. Al-Jinn: 16]
Al-Hafizh Abu Fida Ibn Katsir menuturkan salah satu makna ayat ini adalah:














:

. :



.


Dan sungguh jika kelompok yang melampaui batas itu mereka istiqomah di
atas jalan Islam, mereka berpaling dari yang lain menuju kepada islam dan
mereka terus-menerus ada di jalan Islam, maka pasti kami akan memberi
minum mereka dengan air yang banyak. Yang dimaksud air yang banyak
adalah keluasan rizki.
Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,
Masyira al-Muminin Rahimakumul-Lh,
Ketaatan kepada Allah secara total dengan menjalankan syariah Islam dan
seluruh aspek kehidupan, hanya bisa dilaksanakan jika kaum Muslim memiliki
pemerintahan Islam yang berfungsi sebagai kiyan tanfidzi (institusi pelaksana) bagi
hukum-hukum Islam. Tanpa Khilafah, ketaatan hanya akan menjadi ketaatan semu
dan ketaatan parsial. Mengingat betapa pentingnya kekuasaan ini, Allah
memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk berdoa:
[80 :]

Dan jadikanlah Ya Allah bagiku dari sisi-Mu kekuasaan yang selalu


menolong. [Qs. al-Isra: 80]
Terkait dengan ayat ini, Ibn Katsir berkata:













.








Qatadah berkata tentang ayat ini: Sesungguhnya nabi Allah SAW
mengetahui bahwa beliau tidak memiliki kekuatan terhadap agama ini kecuali
dengan kekuasaan. Maka beliau memohon kekuasaan yang bisa menolong
kitab Allah, keukasaan yang bisa menolong hokum-hukum Allah,kekuasaan
yang bisa menolong kewajiban-kewajiban dari Allah,dan kekuasaan yang bisa
menolong untuk menegakan agama Allah.
Allahu akbar 3x wa lillahil hamd,
Masyira al-Muminin Rahimakumul-Lh
Di hari raya yang agung ini, kita juga diingatkan akan berkumpulnya jutaan
kaum Muslim dari seluruh penjuru dunia di Makkah al-Mukaromah
untuk
menunaikan ibadah haji. Mereka disatukan di tempat yang sama, dengan pakaian
yang sama, dengan tata cara manasik yang sama dan syiar yang sama:


Ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu. Kami penuhi panggilan-Mu. Tiada
sekutu bagi-Mu.
Pemandangan haji yang begitu rupa mengajarkan kita akan persatuan dan
kesatuan umat Islam yang kini telah hilang. Karena umat Islam adalah umat yang
satu. Rabb mereka satu, Kitab mereka satu, Nabi mereka satu, syariat mereka satu
dan kiblat mereka satu.
Saat ini umat Islam baru bisa bersatu pada saat menunaikan ibadah haji.
Setelah itu, ketika umat Islam kembali ke negerinya masing-masing, mereka
kembali dipecah-belah dengan Nasionalisme sempit. Mereka kembali diceraiberaikan karena perbedaan madzhab. Mereka kembali berselisih karena berbeda
organisasi dan kepentingan. Mereka lemah dan tak berdaya, karena fanatisme
kesukuan dan Nasionalisme.
Akibatnya umat Islam menjadi umat yang lemah, tidak berwibawa dan tidak
diperhitungkan oleh musuh-musuhnya. Kaum Yahudi terus menerus mengusir dan
membantai saudara-saudara kita di Palestina. Saudara-saudara kita di Rohingya
terus menerus dihinakan oleh kaum Budha radikal. Saudara-saudara kita, para
pejuang Islam di Uzbekistan terus-menerus menjadi korban kebiadaban rezim
durjana. Begitu juga di negeri kita yang mayoritas penduduknya Muslim ini, umat
Islam terus-menerus dilecehkan dan didipinggirkan. Pembakaran masjid ditolikara
salah satu buktinya. Bahkan baru-baru ini pihak GIDI di Tolikara mengancam bahwa
Idul Adha di sana baru akan aman jika umat islam mau mengikuti kenginan mereka.
Kejadian terakhir yang membuat kita semua bersedih adalah apa yang terjadi di
Angola. Lebih dari 60 masjid telah ditutup dan dihancurkan. Agama Islam di sana
resmi menjadi agama terlarang, karena dipandang bertentangan dengan adat
setempat.
Bahkan, di bekas jantung Negara Khilafah, Suriah dan Irak, mereka pun tidak
aman. Darah, harta dan kehormatan mereka begitu murah. Sesama Muslim saling
bunuh demi kepentingan penjajah. Bertahun-tahun mereka hidup dihantui
ketakutan yang luar biasa. Ratusan ribu pendudukanya, tua, muda, pria dan wanita,
berbondong-bondong meninggalkan negerinya, entah ke mana. Di Eropa mereka
terdampar tanpa arah, dan terlunta.
Sementara di negeri-negeri Arab yang kaya raya, penguasanya menutup
mata. Jangankan untuk mengurus mereka yang menyusahkan, mengurus jamaah
haji yang memberikan keuntungan materi kepada mereka saja, penguasa itu abai
dan teledor. Maka, darah pun tumpah di Masjidil Haram, tanah suci, di bulan suci, di

penghulu hari. Tak kurang 180 an nyawa melayang menjadi korban keteledoran
mereka.
Kenapa fenomena menyedihkan ini terus-menerus menimpa umat ini? Sampai
kapan umat Muhammad ini akan terus-menerus bercerai berai? Sampai kapan kita
akan menjadi bulan-bulan kaum Kafir durjana? Sampai kapan kita akan menjadi
umat yang kerdil dan tidak berwibawa?
Allahu Akbar Walillahilhamd
Maaasyirol Muslimien Rahimakumullah
Keterpecah-belahan umat ini tidak akan terjadi, jika umat memiliki payung
dan pelindung. Umat Islam tidak akan menjadi umat kerdil dan kecil jika umat ini
bersatu di bawah naungan Khilafah. Umat Islam akan menjadi umat yang kuat dan
kembali menjadi khairu ummah jika bersatu di bawah naungan satu daulah, daulah
Khilafah Rasyidah ala Minhajin Nubuwwah. Al-Imam al-Jalil Syaikh Izz bin
Abdissalam yang dikenal dengan julukan Sulthan al-Ulama pernah mengatakan:





#





Jika Khilafah tiada, jalan-jalan tidak akan aman bagi kita.
Orang-orang yang lemah akan menjadi santapan orang-orang kuat dari kita..
Begitu juga, Hanzhalah bin Shaifi al-Katib, salah seorang sekretaris Nabi saw,
pernah berkata di saat ada fitnah untuk menggulingkan Ustman bin Affan, beliau
mengingatkan akan urgensi Khilafah bagi kaum Muslim:







#











#
Aku heran dengan apa yang menjadi obrolan orang-orang. Mereka
menginginkan khilafah itu lenyap. Padahal jika khilafah itu lenyap maka lenyaplah
kebaikan dari mereka. Dan setelah itu mereka akan bertemu dengan kehinaan
yang menghinakan
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd
Maaasyirol Muslimien Rahimakumullah
Akhirnya pada khutbah hari raya yang agung ini, khatib menyerukan kepada
semua jamaah mari kita bersatu-padu menyatukan tekad dan tujuan kita menuju
kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Marilah kita bergabung dalam barisan para
pejuang Islam untuk mengembalikan kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah
Rasyidah yang telah dijanjikan oleh Allah dan diberitakan oleh Rasulullah SAW.


















. .





















. .












. .

Anda mungkin juga menyukai