DISUSUN OLEH
KELOMPOK II (KELAS B)
MASNIAH
(N21115 011)
ANDI ANGGRIANI
(N21115 012)
(N21115 013)
(N21114 877)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Panu
Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh
Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit koronis yang ditandai oleh
bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan
dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit
kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu. Pitiriasis versikolor adalah
infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur dan pityrosporum
orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan.
Pitiriasis versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan
lipatan paha.(Harahap, 1998). Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial
yang ditandai dengan adanya macula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal
(Siregar, 2004).
ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur (dahulu
dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur
lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa
pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur
memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro,
asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino
lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang
terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit
pasien yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun
baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat
meningkatkan angka terjadinya pitiriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya
kekebalan tubuh, faktor temperature, kelembabab udara, hormonal dan keringat.
EPIDEMIOLOGI
Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembaban
tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka
kejadian pitiriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan
angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika
Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar
sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau
setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering
terjadi pada usia 10-19 tahun.
HISTOPATOLOGI
1.
2.
3.
Immunosuppression.
4.
Malnutrition.
5.
Cushing disease.
melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat
pada organisme (Malassezia).
GEJALA KLINIS
Kelainan kulit pitiriasis versikolor ditemukan terutama di punggung, dada, leher dan
lengan walaupun dapat terjadi di bagian tubuh lain. Pada anak-anak, terkadang dapat
timbul di daerah wajah. Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang
gatal bila berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita
mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna,
kelainan yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi (warna kulit lebih terang
dibanding kulit sekitarnya), tetapi pada orang yang berkulit pucat maka kelainan bisa
berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas kelainan kulit tersebut terdapat
skuama (sisik halus).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Presentasi klinis panu jelas, khas (distinctive), dan diagnosis seringkali dibuat tanpa
pemeriksaan laboratorium. Sinar ultraviolet hitam (Wood) dapat digunakan untuk
menunjukkan pendar (fluorescence) warna keemasan (coppery-orange) dari panu.
Bagaimanapun juga, pada beberapa kasus, lesi panu terlihat lebih gelap daripada kulit
yang tidak terkena panu di bawah sinar Wood, hanya saja tidak berpendar.
Diagnosis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan potassium hydroxide (KOH),
yang menunjukkan gambaran hifa dengan cigar-butt yang pendek. Penemuan KOH
tentang spora dengan miselium pendek telah dianggap serupa dengan gambaran
spaghetti and meatballs atau bacon and eggs sebagai tanda khas pitiriasis versikolor.
Jadi, ciri khas panu yang ditemukan pada pemeriksaan KOH adalah gambaran hifa
filamentosa dan bentuk globose yeast, yang sering disebut: spaghetti dan meat balls,
yaitu kelompok hifa pendek yang tebalnya 3-8 mikron, dikelilingi spora berkelompok
yang berukuran 1-2 mikron. Sedangkan pada pemeriksaan dengan lampu Wood,
tampak fluoresensi kuning keemasan atau blue-green fluorescence of scales.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Bila lesinya minimal atau
terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan golongan imidazol, misalnya
ketoconazole dalam bentuk krim. Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun,
dan konsisten, karena penyakit panu sering kambuh dan untuk mencegah serangan
ulang. Mekanisme kerja dari ketoconazole yaitu dengan menghambat biosintesis
ergosterol atau sterollain, yang merusak membran dinding sel jamur dan merubah
permeabilitas sehingga menghambat pertumbuhan jamur. Secara klinik ketoconazole
aktif terhadap dermatofit jenis Epidermophyton floccosum, Malassezia furfur dan
candida spp. Aturan pakainya: oleskan 1-2 kali sehari pada daerah lesi dan dibiarkan
selama 10-15 menit, tergantung pada beratnya infeksi. Pengobatan harus diteruskan
sampai beberapa hari sesudah semua gejala hilang.
Lama pengobatan biasanya 3-4 minggu. Salep harus dioleskan pada kulit yang telah
bersih, setelah mandi atau sebelum tidur, meskipun lesinya telah hilang.
Menghentikan pengobatan dengan salep dapat menimbulkan kekambuhan. Pasalnya
jamur belum terbasmi dengan tuntas. Pengobatan secara sistemik dilakukan bila
lesinya luas. Obat golongan ketoconazole dapat diberikan secara oral selama 7-10
hari. Jangan lupa, Anda harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi
obat-obat tersebut. Sebab obat-obat itu, tidak untuk semua orang. Mereka yang
menderita payah liver tidak dapat menelan jenis obat-obatan itu. Untuk pencegahan,
dapat dilakukan dengan selalu menjaga higienitas perseorangan, hindari kelembaban
kulit dan menghindari kontak langsung dengan penderita.
PENCEGAHAN
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah agar tak tertular panu, yaitu:
1.
2.
3.
Tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain seperti handuk, sabun batang,
sepatu atau sandal saat menggunakan fasilitas umum.
4.
Menggunakan alas kaki jika sedang berjalan di tempat yang lembab seperti
kamar mandi umum, tempat bilas atau disekitar kolam renang.
5.
Golongan
Ketokonazol
Bebas Terbatas
Sediaan : Krim
Canesten
Kandungan : Ketokonazol
Oleskan
krim
Canesten
secukupnya pada daerah kulit
sakit 2 3 kali sehari. Dapat juga
digunakan sebagai pengobatan
lanjutan
untuk
mencegah
Perkembangan
hilangnya
rasa
positif
gatal
perkembangan
Bebas Terbatas
Cotrimazole,
Fungidem
jika perlu.
Sediaan : Krim
Kandungan : Kotrimazol
Cara penggunaan :
Bahan-Bahan :
- 30 gram daun ketepeng china segar
- Kapur sirih secukupnya
Bebas Terbatas
Cara Pemakaian :
- Cuci bersih daun ketepeng china
- Lalu digiling sampai halus
- Selanjutnya tambahkan sedikit kapur sirih
- Gosokkan pada bagian kulit yang terkena panu
Kandungan kimia :
(http://penyakitpanu.com/penyakit-kulit-panu/)
2. Lengkuas
B. Kurap
Tinea korporis adalah infeksi umum yang sering terlihat pada daerah dengan iklim
yang panas dan lembab. Seperti infeksi jamur yang lain, kondisi hangat dan lembab
membantu menyebarkan infeksi ini.4 Oleh karena itu daerah tropis dan subtropis
memiliki insiden yang tinggi terhadap tinea korporis.3 Tinea korporis dapat terjadi
pada semua usia bisa didapatkan pada pekerja yang berhubungan dengan hewanhewan.5 Maserasi dan oklusi kulit lipatan menyebabkan peningkatan suhu dan
kelembaban kulit yang memudahkan infeksi. Penularan juga dapat terjadi melalui
kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda
yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamr mandi, tempat tidur hotel dan
lain-lain.9
terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersamaan timbul dengan kelainan pada sela paha.
Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya.8 DIAGNOSIS DAN
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
ruam yang diderita pasien. Dari gambaran klinis didapatkan lesi di leher, lengan,
tungkai, dada, perut atau punggung.2,3 Infeksi dapat terjadi setelah kontak dengan
orang terinfeksi serta hewan ataupun obyek yang baru terinfeksi. Pasien mengalami
gatal-gatal, nyeri atau bahkan sensasi terbakar.3
Beberapa kasus membutuhkan pemeriksaan dengan lampu wood yang mengeluarkan
sinar UV dengan gelombang 3650 yang jika didekatkan pada lesi akan timbul
warna kehijauan.5 Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10- 20% bila positif
memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora (Gambar 3).2
Pemeriksaan dengan biakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung
sediaan basah untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap baik pada pemeriksaan
ini adalah medium agar dekstrosa Sabouruad. Biakan memberikan hasil yang lebih
lengkap, akan tetapi lebih sulit dikerjakan, biayanya lebih mahal, hasil yang diperoleh
dalam waktu lebih lama dan sensitivitasnya kutrang ( 60%) bila dibandingkan
dengan cara pemeriksaan sediaan langsung.7 Tidaklah sulit untuk menentukan
diagnosis tinea korporis pada umumnya, namun ada beberapa penyakit kulit yang
dapat mengaburkan diagnosis misalnya dermatitis seboroika, psoriasis, dan pitiriasis
rosea.11 Kelainan pada kulit pada dermatitis seboroika selain dapat menyerupai tinea
presipitatum dalam bentuk salep (salep 2-4, salep 3-10) dan derivat azol : mikonazole
2%, dan klotrimasol 1%. 6 Untuk pengobatan sistemik pada peradangan yang luas
dan adanya penyakit immunosupresi, dapat diberikan griseofulvin 500 mg sehari
untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25mg/kg BB sehari.6 Lama pemberian
Griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila
dengan pengobatan topikal tidak ada perbaikan. Pada kasus yang resisten terhadap
Griseofulvin dapat diberikan derivat azol seperti itrakonazol, dan flukonazol. 4,6
Antibiotik juga dapat diberikan jika terjadi infeksi sekunder.6
Swamedikasi farmakologi untuk kurap
Aturan Pakai, Bentuk sediaan,
Contoh obat (Produsen)
Canesten
Oleskan
dan kandungan
Golongan
krim
Bebas Terbatas
Canesten
untuk
mencegah
Perkembangan
hilangnya
rasa
positif
gatal
perkembangan
Fungidem
jika perlu.
Sediaan : Krim
Kandungan : Kotrimazol
Bebas Terbatas
kuning
yang
disebut
kaemferida
dan
galangin,
kadinen,
terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama.1 Onset acne pada
perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan
umumnya lebih dulu daripada laki-laki.3 Prevalensi acne pada masa remaja
cukup tinggi, yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja.3 Perempuan
ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37%
dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India
23%.4 Pada ras Asia, lesi infl amasi lebih sering dibandingkan lesi
komedonal, yaitu 20% lesi infl amasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada
ras Kaukasia, acne komedonal lebih sering dibandingkan acne infl amasi,
yaitu 14% acne komedonal, 10% acne infl amasi.4 Acne memiliki gambaran
klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga nodus dan jaringan
parut, sehingga disebut dermatosis polimorfi k dan memiliki peranan
poligenetik.3 Pola penurunannya tidak mengikuti hukum Mendel, tetapi bila
kedua orangtua pernah menderita acne berat pada masa remajanya, anak-anak
akan memiliki kecenderungan serupa pada masa pubertas.3 Meskipun tidak
mengancam jiwa, acne memengaruhi kualitas hidup dan memberi dampak
sosioekonomi pada penderitanya.3,5
PATOGENESIS Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi
epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum
berlebihan, infl amasi, dan aktivitas Propionibacterium acnes (P. acnes). 1,6,7
Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut.2,5 Acne mulai
terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan
pada
duktus
seboglandularis
dan
akroinfundibulum.2,5
memicu infl amasi.1,7 Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P.
acnes meningkatkan respons infl amasi melalui aktivasi komplemen.1,7
Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi
dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah
berjerawat,
misalnya
pada
wajah,
dada,
dan
punggung.1,7
Pada
comedones).1,9 Lesi infl amasi berupa papul, pustul, hingga nodus dan kista.
1,9 Scar atau jaringan parut dapat menjadi komplikasi acne noninfl amasi
maupun acne infl amasi. 1 Derajat acne berdasarkan tipe dan jumlah lesi dapat
digolongkan menjadi ringan, sedang, berat, dan sangat berat (tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi dan derajat acne berdasarkan jumlah dan tipe lesi
Derajat
Komedo
Papul/pustul
Nodul,
Inflamasi
Kista,
Ringan
Sedang
Berat
Sangat
<20
<50
>20 - 50
>50
<10
>10 50
>50 100
>100
Sinus
5
>5
Jaringan
Parut
+
++
+++
+
++
+++
Berat
(-) tidak ada, (+) bisa ditemukan, (+) ada, (++) cukup banyak, (+++) banyak sekali
Derajat II III
Derajat IV (Berat)
Maintenance
(Ringan)
Retinoid topikal
Benzoil peroksida
(Sedang)
Retinoid topikal
Benzoil peroksida
Isotretinoin
atau retinoid
Retinoid topikal
Benzoil peroksida
atau antibiotik
atau antibiotik
topikal, antibiotik
atau antibiotik
topikal
topikal
Antibiotik oral
Terapi hormon
topikal
Golongan
kandungan
Sulfur
Acne Feldin
Praecipitatum
lotion, sulfur
presipitatum
Resorsinol
dan Setrimid
Bioacne
malam
secara
Sediaan : Krim
Sulfur 50mg, Resorcinol
5mg, dan Cetrimide 5mg
Cara
Penggunaan
Cuci
Muka
dengan
Air
Seduhan
Daun
Sirih
Air seduhan 7-10 lembar daun sirih (Piper betle) mujarab untuk mematikan bakteri
yang menyebabkan jerawat sehingga dapat digunakan untuk mencuci muka sebanyak
dua atau tiga kali sehari.
Kandungan kimia : minyak atisiri, hidroksivasikol, kavicol, kavibetol
(http://sehatsatu.com/manfaat-daun-sirih-untuk-jerawat/)
2. Daun Teh
Cara penggunaan : * Uapan Daun Teh. Wajah berjerawat juga lebih segar jika
diuapi dengan seduhan satu bungkus daun teh. Sebungkus kecil daun teh yang
diseduh dengan air panas baru mendidih, lalu uapkan pada wajah yang berjerawat.
Kandungan kimia : Katekin, Flavanol
(https://wafasukses.wordpress.com/kandungan-kimia-pada-teh-hijau/)
3. Temulawak
BAB III
PEMBAHASAN
Benzoil Peroksida
Jeruk nipis (Citrus aurantium), yang dioleskan pada wajah pada malam hari
sebelum tidur dan baru dibersihkan pada pagi harinya, ini dapat menjadi
Tomat. Buah ini ampuh juga sebagai tips obat jerawat. Pilih buah tomat yang
sudah masak dibelah dua atau 3, kemudian langsung dipakai untuk
kemaluan disembuhkan dalam 1-2 minggu. Khusus untuk jamur pada kaki,
pegobatan harus terus dilanjutkan selama 2 minggu setelah tanda-tanda infeksi
hilang untuk menghindari kambuhnya penyakit. Setelah dicuci, kaki harus
dikeringkan dengan sebaik-baiknya, terutama daerah lipatan antara jari
Bentuk sediaan : Cairan, Krim 57 Perhatian Hanya untuk pemakaian luar 2.
Obat yang mengandung Mikonasola nitrat 2 % Kegunaan Obat Untuk infeksi
ringan akibat jamur pada kulit seperti panu, kutu air, kadas kurap dan infeksi
jamur pada kuku Pemakaian : Oleskan krim atau serbuk sehari sekali sambil
digosokkan perlahan. Biasanya sembuh setelah 2-5 minggu, tetap perpanjang
pengobatan selama 10 hari, untuk mencegah kambuh. Bentuk sediaan : Krim,
Serbuk Peringatan : hanya untuk pemakaian luar 3. Obat yang mengandung
Asam undesilenat, Seng undesilenat, kalsium propionat, natrium propionat
Kegunaan obat: Untuk mengobati penyakit kulit luar yang ditimbulkan oleh
jamur misalnya panu, kadas, kurap, kutu air. Cara pemakaian Cuci dan
keringkan sela-sela jari kaki, lalu gunakan obat 2-3 kali sehari Bentuk
sediaan : bedak, krim, salep, Perhatian Hanya untuk Obat luar
3. Swamedikasi untuk jerawat
Jerawat adalah istilah awam untuk Acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia
remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak
minyak . Keadaan ini cenderung diturunkan dalam keluarga dan sama sekali
tidak berbahaya. Tetapi beberapa orang yang mengalami kasus yang berat
mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan diri. Sampai saat
ini belum ada cara penyembuhan yang tuntas, meskipun ada beberapa cara
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut :
a. Cara mengatasi jerawat yang rasional adalah dengan mengetahui penyebabnya,
dan memilih obat sesuai penyebabnya. Berikut, beberapa zat berkhasiat yang
terkandung dalam obat yang dijual bebas yang dapat digunakan untuk mengatasi
jerawat adalah :
Benzoil peroksida
Asam salisilat
Sulfur
b. Kombinasi sulfur dan resorsinolBenzoil peroksida efektif untuk mengatasi
jerawat ringan sampai sedang. Zat ini juga bersifat keratolitik (mengelupaskan
lapisan tanduk kulit) karena dapat mengurangi sel kulit mati pada kulit.
c. Obat yang mengandung Klotrimazol 1 % Kegunaan obat : untuk infeksi jamur
pada kulit Pemakaian Cairan : beberapa tetes cairan dioleskan pada daerah yang
terkena infeksi jamur, gunakan 2-3 kali sehari dapat digunakan untuk
swamedikasi kurap dan panu
d. Swamedikasi kurap dan panu juga dapat digunakan obat yang mengandug Obat
yang mengandung Asam undesilenat, Seng undesilenat, kalsium propionat,
natrium propionate
e. Untuk pengobatan herbal jerawat, panu, dan kurap dapat digunakan beberapa obat
herbal berikut seperti lengkuas, bawang putih, daun ketepeng cina, daun sirih,
belimbing wuluh dengan komposisi masing-masing ramuan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
2. Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Ed.2 .Jakarta : EGC
3. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Movita theresia. Acne Vulgaris. Erha Clinic & Erha Apothecary, Kelapa
Gading, Jakarta, Indonesia
5. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 2010.
6. Djuanda, Adhi. Dkk.: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2004.
12. Gupta, Aditya K.; Chaudhry, Maria; Elewski, Boni (July 2008). Tinea coeporis,
tinea cruris, tinea nigra, and piedra. Dermatologic Clinics (Philadelphia;Elsevier
Health Sciences Division) 21 (3); 395-400.
14. Tinea corporis, Tinea cruris, and Tinea pedis. Mycoses. Doctor-Fungus. 2007-0127. Retrieved 2012-11-20.
15. James, William D.; Berger, Timothy G.; Elston, Dirk M.; Odom, Richard B.
(2006). Andrews Diseases of the Skin: Clinical Dermatology (10th ed.).
Philadelphia; Saunders Elsevier.p. 302.