Anda di halaman 1dari 42

TUGAS SWAMEDIKASI

GATAL, JERAWAT, DAN PENYAKIT KULIT LAINNYA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II (KELAS B)
MASNIAH

(N21115 011)

ANDI ANGGRIANI

(N21115 012)

IRENO MEGA PUTERA D.

(N21115 013)

MARLIAH AGUS ARIF

(N21114 877)

SEMESTER AWAL 2015/2016


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Panu
Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh
Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit koronis yang ditandai oleh
bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan
dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit
kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu. Pitiriasis versikolor adalah
infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur dan pityrosporum
orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan.
Pitiriasis versikolor ini mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan
lipatan paha.(Harahap, 1998). Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial
yang ditandai dengan adanya macula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal
(Siregar, 2004).
ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur (dahulu
dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur
lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa
pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur

memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in vitro,
asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino
lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang
terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit
pasien yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun
baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat
meningkatkan angka terjadinya pitiriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya
kekebalan tubuh, faktor temperature, kelembabab udara, hormonal dan keringat.
EPIDEMIOLOGI
Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembaban
tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka
kejadian pitiriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian mengemukakan
angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang. Di Amerika
Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana kelenjar
sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum pubertas atau
setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering
terjadi pada usia 10-19 tahun.
HISTOPATOLOGI

Organisme yang menyebabkan panu berdiam/berlokasi di stratum corneum. M furfur


dapat dideteksi dengan hematoxylin dan eosin (H&E) saja, meskipun pewarnaan
periodic acid-Schiff (PAS) atau methenamine silver lebih dapat menegakkan
diagnosis. Pada kasus yang jarang, organisme dapat mencapai stratum granulosum,
dan bahkan ditemukan di dalam keratinocytes. Epidermis menunjukkan akantosis dan
hiperkeratosis ringan, dan suatu mild perivascular infiltrate tampak nyata di dermis.
Suatu perubahan epidermis yang menyerupai acanthosis nigricans teramati pada
keanekaragaman papula, dengan pembuluh darah yang berdilatasi yang terdapat pada
lesi eritematosa.
PATOFISIOLOGI
Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang hanya
dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama singkat M furfur,
merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal (normal human
cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang
dewasa mencapai 90-100%. Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat
tanpa disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies).
Meskipun demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena
panu sekaligus memicu berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit
(saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor
tersebut antara lain:

1.

Kecenderungan (predisposition) genetik.

2.

Lingkungan yang lembab, hangat.

3.

Immunosuppression.

4.

Malnutrition.

5.

Cushing disease.

Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit melawan


Malassezia globosa. Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M furfur dapat
juga menjadi patogen yang oportunistik. Keadaan ini tidak menular karena patogen
jamur kausatif (causative fungal pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit.
Kulit penderita panu dapat mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Pada
kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase (hasil dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase
dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi beberapa asam lemak tak
jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di permukaan kulit) secara kompetitif
menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada
kasus panu dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran
melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.
PATOGENESIS
Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh
berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi
enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada

melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat
pada organisme (Malassezia).
GEJALA KLINIS
Kelainan kulit pitiriasis versikolor ditemukan terutama di punggung, dada, leher dan
lengan walaupun dapat terjadi di bagian tubuh lain. Pada anak-anak, terkadang dapat
timbul di daerah wajah. Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang
gatal bila berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita
mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna,
kelainan yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi (warna kulit lebih terang
dibanding kulit sekitarnya), tetapi pada orang yang berkulit pucat maka kelainan bisa
berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas kelainan kulit tersebut terdapat
skuama (sisik halus).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Presentasi klinis panu jelas, khas (distinctive), dan diagnosis seringkali dibuat tanpa
pemeriksaan laboratorium. Sinar ultraviolet hitam (Wood) dapat digunakan untuk
menunjukkan pendar (fluorescence) warna keemasan (coppery-orange) dari panu.
Bagaimanapun juga, pada beberapa kasus, lesi panu terlihat lebih gelap daripada kulit
yang tidak terkena panu di bawah sinar Wood, hanya saja tidak berpendar.
Diagnosis biasanya ditegakkan dengan pemeriksaan potassium hydroxide (KOH),
yang menunjukkan gambaran hifa dengan cigar-butt yang pendek. Penemuan KOH
tentang spora dengan miselium pendek telah dianggap serupa dengan gambaran

spaghetti and meatballs atau bacon and eggs sebagai tanda khas pitiriasis versikolor.
Jadi, ciri khas panu yang ditemukan pada pemeriksaan KOH adalah gambaran hifa
filamentosa dan bentuk globose yeast, yang sering disebut: spaghetti dan meat balls,
yaitu kelompok hifa pendek yang tebalnya 3-8 mikron, dikelilingi spora berkelompok
yang berukuran 1-2 mikron. Sedangkan pada pemeriksaan dengan lampu Wood,
tampak fluoresensi kuning keemasan atau blue-green fluorescence of scales.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Bila lesinya minimal atau
terbatas, dapat diberikan secara topikal dengan golongan imidazol, misalnya
ketoconazole dalam bentuk krim. Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun,
dan konsisten, karena penyakit panu sering kambuh dan untuk mencegah serangan
ulang. Mekanisme kerja dari ketoconazole yaitu dengan menghambat biosintesis
ergosterol atau sterollain, yang merusak membran dinding sel jamur dan merubah
permeabilitas sehingga menghambat pertumbuhan jamur. Secara klinik ketoconazole
aktif terhadap dermatofit jenis Epidermophyton floccosum, Malassezia furfur dan
candida spp. Aturan pakainya: oleskan 1-2 kali sehari pada daerah lesi dan dibiarkan
selama 10-15 menit, tergantung pada beratnya infeksi. Pengobatan harus diteruskan
sampai beberapa hari sesudah semua gejala hilang.
Lama pengobatan biasanya 3-4 minggu. Salep harus dioleskan pada kulit yang telah
bersih, setelah mandi atau sebelum tidur, meskipun lesinya telah hilang.
Menghentikan pengobatan dengan salep dapat menimbulkan kekambuhan. Pasalnya

jamur belum terbasmi dengan tuntas. Pengobatan secara sistemik dilakukan bila
lesinya luas. Obat golongan ketoconazole dapat diberikan secara oral selama 7-10
hari. Jangan lupa, Anda harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi
obat-obat tersebut. Sebab obat-obat itu, tidak untuk semua orang. Mereka yang
menderita payah liver tidak dapat menelan jenis obat-obatan itu. Untuk pencegahan,
dapat dilakukan dengan selalu menjaga higienitas perseorangan, hindari kelembaban
kulit dan menghindari kontak langsung dengan penderita.
PENCEGAHAN
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah agar tak tertular panu, yaitu:
1.

Mengeringkan tubuh dengan handuk hingga benar-benar kering sebelum


memakai baju, karena kondisi yang lembab sangat memudahkan jamur untuk
berkembang.

2.

Jangan malas melap keringat.

3.

Tidak berbagi barang pribadi dengan orang lain seperti handuk, sabun batang,
sepatu atau sandal saat menggunakan fasilitas umum.

4.

Menggunakan alas kaki jika sedang berjalan di tempat yang lembab seperti
kamar mandi umum, tempat bilas atau disekitar kolam renang.

5.

Membilas tubuh dengan sabun antiseptik setelah selesai berenang.


Swamedikasi Farmakologis

Contoh obat (Produsen)

Aturan Pakai, Bentuk sediaan,


dan kandungan

Golongan

Ketokonazol

Tinea versicolor: oleskan sekali


sehari pada area yang terinfeksi
selama 2-3 minggu.

Bebas Terbatas

Sediaan : Krim
Canesten

Kandungan : Ketokonazol
Oleskan
krim
Canesten
secukupnya pada daerah kulit
sakit 2 3 kali sehari. Dapat juga
digunakan sebagai pengobatan
lanjutan

untuk

mencegah

berjangkitnya kembali penyakit


jamur pada kulit/lipatan-lipatan
kulit.
dengan

Perkembangan
hilangnya

rasa

positif
gatal

biasanya terjadi dalam minggu


pertama pengobatan. Jika tidak
memperlihatkan

perkembangan

positif setelah 4 minggu maka


diagnosa harus diulang.
Sediaan : Krim
Kandungan : Miconazole nitrat

Bebas Terbatas

Cotrimazole,

Untuk Krimm vaginal : oleskan

Fungidem

jika perlu.
Sediaan : Krim
Kandungan : Kotrimazol

Swamedikasi dengan obat herbal


1. Daun ketepeng cina

Cara penggunaan :
Bahan-Bahan :
- 30 gram daun ketepeng china segar
- Kapur sirih secukupnya

Bebas Terbatas

Cara Pemakaian :
- Cuci bersih daun ketepeng china
- Lalu digiling sampai halus
- Selanjutnya tambahkan sedikit kapur sirih
- Gosokkan pada bagian kulit yang terkena panu
Kandungan kimia :
(http://penyakitpanu.com/penyakit-kulit-panu/)
2. Lengkuas

Lengkuas adalah jenis tananman yang hidup di wilayan tropis Indonesia.


Tanaman ini adalah salah satu jenis bumbu dapur yang sering dijumpai ketika
memasak sayur. Selain untuk bumbu masak, lenkuas juga memiliki khasiat
untuk kesehatan. Tanaman ini dapat digunakan untuk menyembuhkan
penyakit kulit seperti penyakit kurap.
Cara penggunaan :
Bahan-Bahan :

- Lengkuas segar secukupnya


- Bubuk belerang secukupnya
Cara Pemakaian :
- Lengkuas di cuci bersih
- Lalu dipotong dan memarkan salah satu ujungnya
- Celupkan bagian yang dimemarkan ke bubuk belerang
- Gosokan pada kulit yang berpanu
(http://penyakitpanu.com/penyakit-kulit-panu/)

B. Kurap
Tinea korporis adalah infeksi umum yang sering terlihat pada daerah dengan iklim
yang panas dan lembab. Seperti infeksi jamur yang lain, kondisi hangat dan lembab
membantu menyebarkan infeksi ini.4 Oleh karena itu daerah tropis dan subtropis
memiliki insiden yang tinggi terhadap tinea korporis.3 Tinea korporis dapat terjadi
pada semua usia bisa didapatkan pada pekerja yang berhubungan dengan hewanhewan.5 Maserasi dan oklusi kulit lipatan menyebabkan peningkatan suhu dan
kelembaban kulit yang memudahkan infeksi. Penularan juga dapat terjadi melalui
kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda
yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamr mandi, tempat tidur hotel dan
lain-lain.9

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI Dermatofita adalah golongan jamur yang


menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin.
Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi menjadi tiga genus, yaitu
Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton spp. Walaupun semua
dermatofita bisa menyebabkan tinea korporis, penyebab yang paling umum adalah
Trichophyton Rubrum dan Trichophyton Mentagrophytes. 7 Infeksi dermatofita
melibatkan 3 langkah utama. Yang pertama perlekatan ke keratinosit, jamur
superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan
keratin di antaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal lain,
sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Dan asam lemak yang diproduksi oleh
kelenjar sebasea bersifat fungistatik.10
Yang kedua penetrasi melalui ataupun di antara sel, setelah terjadi perlekatan spora
harus berkembang dan menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat
daripada proses deskuamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase lipase dan
enzim mucinolitik yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. Trauma dan maserasi
juga membantu penetrasi jamur ke jaringan. Fungal mannan di dalam dinding sel
dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi keratinosit. Pertahanan baru
muncul ketika m=begitu jamur mencapai lapisan terdalam epidermis.9,10 Langkah
terakhir perkembangan respon host, derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun
pasien dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau Delayed
Type Hypersensitivity (DHT) memainkan peran yang sangat penting dalam melawan

dermatifita.pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya


inflamasi menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin test hasilnya negatif.
Infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan
pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel
langerhans epidermis dan dipresentasikan oleh limfosit T di nodus limfe. Limfosit T
melakukan proliferasi dan bermigrasi ke tempat yang terinfeksi untuk menyerang
jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi inflamasi dan barier epidermal menjadi
permaebel terhadap transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan
lesi secara spontan menjadi sembuh.10,11
MANIFESTASI KLINIS Penderita merasa gatal dan kelainan berbatas tegas terdiri
atas bermacam-macam effloresensi kulit (polimorfi).1 Bagain tepi lesi lebih aktif
(tanda peradangan) tampak lebih jelas dari pada bagian tengah. Bentuk lesi yang
beraneka ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi menahun.3
Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas,
terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi lesi.
Daerah di tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di tepi lebih aktif yang
sering disebut dengan central healing (Gambar 3). 2 Kadang-kadang terlihat erosi dan
krusta akibat garukan. Kelainan kulit juga dapat dilihat secara polisiklik, karena
beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Lesi dapat meluas dan memberikan gambaran
yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi.4 Pada tinea korporis yang
menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat

terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersamaan timbul dengan kelainan pada sela paha.
Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya.8 DIAGNOSIS DAN
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
ruam yang diderita pasien. Dari gambaran klinis didapatkan lesi di leher, lengan,
tungkai, dada, perut atau punggung.2,3 Infeksi dapat terjadi setelah kontak dengan
orang terinfeksi serta hewan ataupun obyek yang baru terinfeksi. Pasien mengalami
gatal-gatal, nyeri atau bahkan sensasi terbakar.3
Beberapa kasus membutuhkan pemeriksaan dengan lampu wood yang mengeluarkan
sinar UV dengan gelombang 3650 yang jika didekatkan pada lesi akan timbul
warna kehijauan.5 Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10- 20% bila positif
memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora (Gambar 3).2
Pemeriksaan dengan biakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung
sediaan basah untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap baik pada pemeriksaan
ini adalah medium agar dekstrosa Sabouruad. Biakan memberikan hasil yang lebih
lengkap, akan tetapi lebih sulit dikerjakan, biayanya lebih mahal, hasil yang diperoleh
dalam waktu lebih lama dan sensitivitasnya kutrang ( 60%) bila dibandingkan
dengan cara pemeriksaan sediaan langsung.7 Tidaklah sulit untuk menentukan
diagnosis tinea korporis pada umumnya, namun ada beberapa penyakit kulit yang
dapat mengaburkan diagnosis misalnya dermatitis seboroika, psoriasis, dan pitiriasis
rosea.11 Kelainan pada kulit pada dermatitis seboroika selain dapat menyerupai tinea

korporis, biasanya dapat terlihat pada tempat-tempat predileksi, misalnya di kulit


kepala (scalp), lipatan kulit, misalnya belakang telinga, daerah nasolabial dan
sebgainya.9 Pitiriasi rosea yang distribusi kelainan kulitnya simetris dan terbatas pada
tubuh dan bagian proksimal anggota badan, sukar dibedakan dengan tinea korporis
tanpa herald patch yang dapat membedakan penyakit ini dengan tinea korporis.
Pemeriksaan laboraturium dapat memastikan diagnosisnya. Psoriasis dapat dikenal
dari kelainan kulit pada tempat predileksi yaitu di daerah ekstensor, misalnya
lutut,siku dan punggung. Kulit kepala berambut juga sering terkena penyakit ini.
Adanya lekukakn pada kuku dapat menolong untuk menentukan diagnosis.7 Psoriasis
pada sela paha dapat menyerupai tinea kruris. Lesi-lesi pada psoriasis biasanya lebih
merah, skuama lebih banyak dan lamelar. Adanya lesi psoriasis pada tempat lesi dapat
menentrukan diagnosis.3 Kandidiosis pada lipatan paha mempunyai konfigurasi hen
and chicken. Kelainan ini biasanya basah dan berkrusta. Pada wanita ada tidaknya
fluor albus dapat membantu mengarahkan diagnosis. Pada penderita-penderita
diabetes mellitus, kandidiosis merupakan penyakit yang sering dijumpai. Eritrasma
merupakan penyakit yang tersering berlokasi di daerah sela paha. Effloresensi yang
sama yaitu eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas penyakit ini.
Pemeriksaan dengan lampu wood dapat menolong dengan adanya effloresensi merah
(coral red).5 PENATALAKSANAAN Pengobatan dapat diberikan melalui topikal
dan sistemik. Untuk pengobatan topikal direkomendasikan untuk suatu peradangan
yang dilokalisir, dapat diberikan kombinasi asam salisilat 3-6% dan asam benzoat 612% dalam bentuk salep (salep whitfield). Kombinasi asam salisilat dengan sulfur

presipitatum dalam bentuk salep (salep 2-4, salep 3-10) dan derivat azol : mikonazole
2%, dan klotrimasol 1%. 6 Untuk pengobatan sistemik pada peradangan yang luas
dan adanya penyakit immunosupresi, dapat diberikan griseofulvin 500 mg sehari
untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25mg/kg BB sehari.6 Lama pemberian
Griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila
dengan pengobatan topikal tidak ada perbaikan. Pada kasus yang resisten terhadap
Griseofulvin dapat diberikan derivat azol seperti itrakonazol, dan flukonazol. 4,6
Antibiotik juga dapat diberikan jika terjadi infeksi sekunder.6
Swamedikasi farmakologi untuk kurap
Aturan Pakai, Bentuk sediaan,
Contoh obat (Produsen)
Canesten

Oleskan

dan kandungan

Golongan

krim

Bebas Terbatas

Canesten

secukupnya pada daerah kulit


sakit 2 3 kali sehari. Dapat juga
digunakan sebagai pengobatan
lanjutan

untuk

mencegah

berjangkitnya kembali penyakit


jamur pada kulit/lipatan-lipatan
kulit.
dengan

Perkembangan
hilangnya

rasa

positif
gatal

biasanya terjadi dalam minggu


pertama pengobatan. Jika tidak
memperlihatkan

perkembangan

positif setelah 4 minggu maka


diagnosa harus diulang.
Sediaan : Krim
Cotrimazole ,

Kandungan : Miconazole nitrat


Untuk Krimm vaginal : oleskan

Fungidem

jika perlu.

Sediaan : Krim
Kandungan : Kotrimazol

Swamedikasi herbal untuk kurap


1. Lengkuas

Bebas Terbatas

Lengkuas adalah jenis tananman yang hidup di wilayan tropis Indonesia.


Tanaman ini adalah salah satu jenis bumbu dapur yang sering dijumpai ketika
memasak sayur. Selain untuk bumbu masak, lenkuas juga memiliki khasiat
untuk kesehatan. Tanaman ini dapat digunakan untuk menyembuhkan
penyakit kulit seperti penyakit kurap.
Cara Meramu:
Ambillah satu lenkuas kemudian potong ujungnya, setelah itu tumbuk
ujungnya jangan sampai hancur(menyerupai kuas) kemudian celupkan pada
air cukak. Oleskan pada daerah yang terkena penyakit kurap. Cara ini bisa
dilakukan 2 kali sehari secara teratur. Lakukanlah hingga penyakit kurap
benar-benar sembuh.
Kandungan Kimia :
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna
kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 % 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, -pinen, galangin, dan lain-lain.
Selain itu rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal
berwarna

kuning

yang

disebut

kaemferida

dan

galangin,

kadinen,

heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid,


dan lain-lain. Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang
lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim xanthin
oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor, yaitu trans-p-kumari diasetat,
transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol setat, dan 4hidroksi benzaidehida (Noro dkk., 1988). Juga mengandung suatu senyawa
diarilheptanoid yang di- namakan 1-(4-hidroksifenil)-7- fenilheptan-3,5-diol.
Buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol
asetat yang bersifat anti radang dan antitumor (Yu dan kawan-kawan, 1988).
Juga me- ngandung kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3-metil eter,
isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin, dan 7hidroksi-3,5-dimetoksiflavon. Biji lengkuas mengandung senyawa-senyawa
diterpen yang bersifat sitotoksik dan antifungal, yaitu galanal A, galanal B,
galanolakton, 12-labdiena-15,16-dial, dan 17- epoksilabd-12-ena-15,16-dial
(http://www.penyebab-penyakit.org/2013/07/cara-mengobati-penyakit-kurapsecara.html)
2. Bawang putih

Bawang putih merupakan tanaman yang tumbuh di Indonesia yang juga


digunakan sebagai bumbu masak. Biasanya bila ada bawang putih pasti ada
bawang merah untuk bumbu masakan indonesia. Tanaman ini mengandung
senyawa sulfur sehingga bawang putih yang masih mentah memiliki rasa
getir. Bawang putih juga dapat digunakan untuk kesehatan yaitu mengobati
penyakit kurap.
Cara meramu:
Siapkan beberapa siung bawang putih kemudian tumbuk hingga halus.
Oleskan pada daerah yang terkena penyakit kurap hingga merata. Diamkan
kurang lebih setengah jam dan bilas menggunakan air bersih. Lakukan ini
secara rutih yaitu 2 kali sehari hingga penyakit kurap hilang.
Kandungan Kimia : minyak atsiri, alicin, aliin.
(http://www.penyebab-penyakit.org/2013/07/cara-mengobati-penyakit-kurapsecara.html)
C. Jerawat
Acne vulgaris atau jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit kulit
obstruktif dan infl amatif kronik pada unit pilosebasea yang sering terjadi
pada masa remaja.1,2 Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat

terjadi satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama.1 Onset acne pada
perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan
umumnya lebih dulu daripada laki-laki.3 Prevalensi acne pada masa remaja
cukup tinggi, yaitu berkisar antara 47-90% selama masa remaja.3 Perempuan
ras Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37%
dan 32%, sedangkan perempuan ras Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India
23%.4 Pada ras Asia, lesi infl amasi lebih sering dibandingkan lesi
komedonal, yaitu 20% lesi infl amasi dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada
ras Kaukasia, acne komedonal lebih sering dibandingkan acne infl amasi,
yaitu 14% acne komedonal, 10% acne infl amasi.4 Acne memiliki gambaran
klinis beragam, mulai dari komedo, papul, pustul, hingga nodus dan jaringan
parut, sehingga disebut dermatosis polimorfi k dan memiliki peranan
poligenetik.3 Pola penurunannya tidak mengikuti hukum Mendel, tetapi bila
kedua orangtua pernah menderita acne berat pada masa remajanya, anak-anak
akan memiliki kecenderungan serupa pada masa pubertas.3 Meskipun tidak
mengancam jiwa, acne memengaruhi kualitas hidup dan memberi dampak
sosioekonomi pada penderitanya.3,5
PATOGENESIS Patogenesis acne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi
epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum
berlebihan, infl amasi, dan aktivitas Propionibacterium acnes (P. acnes). 1,6,7
Androgen berperan penting pada patogenesis acne tersebut.2,5 Acne mulai
terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif menghasilkan

dehidroepiandrosteron sulfat, prekursor testosteron.5 Penderita acne memiliki


kadar androgen serum dan kadar sebum lebih tinggi dibandingkan dengan
orang normal, meskipun kadar androgen serum penderita acne masih dalam
batas normal.1 Androgen akan meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan
merangsang produksi sebum, selain itu juga merangsang proliferasi
keratinosit

pada

duktus

seboglandularis

dan

akroinfundibulum.2,5

Hiperproliferasi epidermis folikular juga diduga akibat penurunan asam


linoleat kulit dan peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa.1,7 Epitel folikel
rambut bagian atas, yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi
keratinosit bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut.1
Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin, sebum,
dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas, membentuk
mikrokomedo.1 Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum, dan bakteri, akan
membesar dan ruptur. Selanjutnya, isi mikrokomedo yang keluar akan
menimbulkan respons infl amasi. Akan tetapi, terdapat bukti bahwa infl amasi
dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.1 Faktor keempat
terjadinya acne adalah P. acnes, bakteri positif gram dan anaerob yang
merupakan fl ora normal kelenjar pilosebasea. Remaja dengan acne memiliki
konsentrasi P. acnes lebih tinggi dibandingkan remaja tanpa acne, tetapi tidak
terdapat korelasi antara jumlah P. acnes dengan berat acne.1 Peranan P. acnes
pada patogenesis acne adalah memecah trigliserida, salah satu komponen
sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes yang

memicu infl amasi.1,7 Selain itu, antibodi terhadap antigen dinding sel P.
acnes meningkatkan respons infl amasi melalui aktivasi komplemen.1,7
Enzim 5-alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi
dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang mudah
berjerawat,

misalnya

pada

wajah,

dada,

dan

punggung.1,7

Pada

hiperandrogenisme, selain jerawat, sering disertai oleh seborea, alopesia,


hirsutisme, gangguan haid dan disfungsi ovulasi dengan infertilitas dan
sindrom metabolik, gangguan psikologis, dan virilisasi.8 Penyebab utama
hiperandrogenisme adalah sindrom polikistik ovarium (polycystic ovarian
syndrome, PCOS). Sebagian penderita PCOS, yaitu sebanyak 70%, juga
menderita acne.8 Meskipun demikian, sebagian besar acne pada perempuan
dewasa tidak berkaitan dengan gangguan endokrin.8 Penyebab utama acne
pada kelompok ini adalah perubahan respons reseptor androgen kulit terhadap
perubahan hormon fi siologis siklus haid. Sebagian besar perempuan
mengalami peningkatan jumlah acne pada masa premenstrual atau sebelum
haid.8
GAMBARAN KLINIS Acne paling banyak terjadi di wajah, tetapi dapat
terjadi pada punggung, dada, dan bahu. Di badan, acne cenderung
terkonsentrasi dekat garis tengah tubuh. Penyakit ini ditandai oleh lesi yang
bervariasi, meskipun satu jenis lesi biasanya lebih mendominasi. Lesi noninfl
amasi, yaitu komedo, dapat berupa komedo terbuka (blackhead comedones)
yang terjadi akibat oksidasi melanin, atau komedo tertutup (whitehead

comedones).1,9 Lesi infl amasi berupa papul, pustul, hingga nodus dan kista.
1,9 Scar atau jaringan parut dapat menjadi komplikasi acne noninfl amasi
maupun acne infl amasi. 1 Derajat acne berdasarkan tipe dan jumlah lesi dapat
digolongkan menjadi ringan, sedang, berat, dan sangat berat (tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi dan derajat acne berdasarkan jumlah dan tipe lesi
Derajat

Komedo

Papul/pustul

Nodul,

Inflamasi

Kista,
Ringan
Sedang
Berat
Sangat

<20
<50
>20 - 50
>50

<10
>10 50
>50 100
>100

Sinus
5
>5

Jaringan
Parut

+
++
+++

+
++
+++

Berat
(-) tidak ada, (+) bisa ditemukan, (+) ada, (++) cukup banyak, (+++) banyak sekali

Tabel 2 Algoritme internasional untuk pengobatan acne9


Derajat I

Derajat II III

Derajat IV (Berat)

Maintenance

(Ringan)
Retinoid topikal
Benzoil peroksida

(Sedang)
Retinoid topikal
Benzoil peroksida

Isotretinoin
atau retinoid

Retinoid topikal
Benzoil peroksida

atau antibiotik

atau antibiotik

topikal, antibiotik

atau antibiotik

topikal

topikal
Antibiotik oral
Terapi hormon

oral, terapi hormon

topikal

Swamedikasi farmakologi untuk jerawat


Aturan Pakai, Bentuk
sediaan, dan
Kandungan

Contoh obat (Produsen)

Golongan
kandungan

Sulfur

Acne Feldin

Digunakan jika perlu,

Praecipitatum

lotion, sulfur
presipitatum

Resorsinol
dan Setrimid

Bioacne

Setelah kulit dibersihkan,


oleskan BIOACNE tipis
saja pada jerawat dua
atau tiga kali sehari, pagi,
siang,
teratur,

malam

secara

Sediaan : Krim
Sulfur 50mg, Resorcinol
5mg, dan Cetrimide 5mg

Swamedikasi herbal untuk jerawat


1. Daun sirih

Cara

Penggunaan

Cuci

Muka

dengan

Air

Seduhan

Daun

Sirih

Air seduhan 7-10 lembar daun sirih (Piper betle) mujarab untuk mematikan bakteri
yang menyebabkan jerawat sehingga dapat digunakan untuk mencuci muka sebanyak
dua atau tiga kali sehari.
Kandungan kimia : minyak atisiri, hidroksivasikol, kavicol, kavibetol
(http://sehatsatu.com/manfaat-daun-sirih-untuk-jerawat/)

2. Daun Teh

Cara penggunaan : * Uapan Daun Teh. Wajah berjerawat juga lebih segar jika
diuapi dengan seduhan satu bungkus daun teh. Sebungkus kecil daun teh yang
diseduh dengan air panas baru mendidih, lalu uapkan pada wajah yang berjerawat.
Kandungan kimia : Katekin, Flavanol
(https://wafasukses.wordpress.com/kandungan-kimia-pada-teh-hijau/)

3. Temulawak

Cara Penggunaan : Masker lain yang dapat digunakan untuk mengatasi


jerawat adalah masker temulawak (Curcuma xanthorizza). Kompres wajah
dengan air es setelah menggunakan masker temulawak akan membantu
meningkatkan hasilnya.
Kandungan kimia : Kurkuminoid, minyak atsiri
(http://temulawak.org/sifat-dan-kandungan-kimia-temulawak/)
4. Belimbing wuluh

Cara penggunaan : Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang ditumbuk halus


dan dicampur dengan sedikit air garam juga dapat digunakan untuk
membersihkan wajah berjerawat. Menurut beberapa ahli kulit, belimbing

wuluh bersifat sejuk, dan berkhasiat sebagai antiradang dan astrigen


(memperkecil pori-pori kulit wajah).
Kandungan kimia : saponin, tanin, glukosid, kalsium oksalat, sulfur, asam
format, peroksida, dan kalium sitrat.
(http://www.smallcrab.com/kesehatan/201-manfaat-belimbing-wuluh)

BAB III
PEMBAHASAN

1. Swamedikasi untuk panu


Pengobatan secara topikal merupakan standar dalam penanggulangan
jerawat, tetapi dalam bab ini juga akan membahas bagaimana cara-cara
pencegahan agar tidak terkena jerawat ;
Rutin membersihkan wajah
Minum 8 gelas air sehari
Kurangi penggunaan kosmetik yang berlebihan
Makan sayur dan buah yang mengandung antioksidan
Tidak usil terhadap jerawat sendiri maupun punya orang
Cara mengatasi jerawat yang rasional adalah dengan mengetahui
penyebabnya, dan memilih obat sesuai penyebabnya. Berikut, beberapa zat
berkhasiat yang terkandung dalam obat yang dijual bebas yang dapat digunakan
untuk mengatasi jerawat adalah :
Benzoil peroksida
Asam salisilat
Sulfur
Kombinasi sulfur dan resorsinol

Benzoil Peroksida

Benzoil peroksida efektif untuk mengatasi jerawat ringan sampai


sedang. Zat ini juga bersifat keratolitik (mengelupaskan lapisan tanduk kulit)
karena dapat mengurangi sel kulit mati pada kulit. Selama menggunakan
produk yang mengandung Benzoil Peroksida hindari kontak dengan pakaian
dan rambut karena dapat menyebabkan pemutihan (bleaching) dan hindari
paparan sinar matahari langsung, disarankan menggunakan tabir surya.
Pengunaan Benzoil Peroksida pada wanita hamil harus dengan kehati-hatian.
Beberapa efek yang tidak diinginkan dapat muncul setelah penggunaan
Benzoil Peroksida diantaranya adalah dapat menyebabkan kulit kemerahan
pada awal penggunaan namun akan menghilang setelah penggunaan 12
minggu, selain itu dapat menimbulkan reaksi alergi pada beberapa orang
tertentu. Apabila terjadi reaksi alergi berupa kemerahan pada kulit saat
produk dioleskan maka hentikan penggunaan dan segera konsultasikan ke
dokter.
Asam Salisilat
Asam salisilat adalah juga bersifat keratolitik yang sering
digunakan pada obat jerawat dengan konsentrasi 0,5% sampai 2%.
Sulfur
Obat jerawat dengan kandungan sulfur 3% sampai 10%, bersifat
sebagai keratolitik dan antibakteri sehingga efektif untuk mengatasi komedo.

Obat dioleskan pada kulit yang berjerawat 1 - 3 kali sehari sehingga


membentuk lapisan tipis. Lapisan tipis ini berwarna kuning dan biasanya
membuat pasien kurang nyaman karena baunya.
Kombinasi Sulfur Dan Resorsinol
Kombinasi sulfur 3-8% dan resorsinol 2-3% sering digunakan pada
obat jerawat. Produk ini digunakan sebagai keratolitik, dan mempercepat
pertumbuhan sel baru.
Selain zat-zat kimia yang dapat menghilangkan jerawat, juga dapat
digunakan bahan lain yang berasal dari alam, baik untuk pencegahan maupun
pengobatan :
-

Jeruk nipis (Citrus aurantium), yang dioleskan pada wajah pada malam hari
sebelum tidur dan baru dibersihkan pada pagi harinya, ini dapat menjadi

solusi untuk mengobati jerawat.


Tumbukan Daun Jambu biji juga berfungsi mengobati jerawat dan
menghaluskan kulit wajah. Oleskan di wajah kemudian di diamkan beberapa

menit. Sama seperti halnya penggunaan masker.


Pepaya. Alternatif pertama adalah pepaya yang telah matang di lumat dan di
campur dengan air sedikit saja hingga menjadi adonan kental bisa anda
gunakan sebagai masker untuk mengobati dan membasmi jerawat.
Kemudian alternatif kedua adalah gunakan sebagai masker tumbukan
daunnya.

Tomat. Buah ini ampuh juga sebagai tips obat jerawat. Pilih buah tomat yang
sudah masak dibelah dua atau 3, kemudian langsung dipakai untuk

menggosok wajah berjerawat


Lidah buaya, yaitu dengan cara mengoleskan batang lidah buaya pada bagian
yang tumbuh jerawat,dan lakukan berulang-ulang setiap pagi dan sore hari.

2. Swamedikasi untuk kurap


Penyakit kadas atau kurap adalah suatu infeksi jamur pada kulit. Penyakit ini
bisa mengenai semua bagian kulit tetapi biasa ditemukan pada kulit kepala,
kuku, lipat lengan, lipat paha atau kaki. Kulit kepala yang bersisik karena
jamur kadas ini mungkin bisa dikira sebagai ketombe, tetapi perbedaan kedua
jenis penyakit ini bisa dengan cepat dilihat pada pemeriksaan mikroskop dari
bahan kerokan kulit.
Hal Yang Dapat Dilakukan - Pencegahan dengan menjaga kebersihan diri
dengan mandi 2 kali sehari, menjaga lipatan kulit selalu kering, gunakan baju
bersih dan pakai alas kaki. - Jangan digaruk karena akan tmbul infeksi lain Oleskan krem/ shampo anti jamur - Periksa dokter bila menyerang kuku atau
gejala menetap 12.4. Obat Yang Dapat Digunakan Dapat diberikan obat kulitanti jamur seperti : 1. Obat yang mengandung Klotrimazol 1 % Kegunaan
obat : untuk infeksi jamur pada kulit Pemakaian Cairan : beberapa tetes cairan
dioleskan pada daerah yang terkena infeksi jamur, gunakan 2-3 kali sehari,
sampai infeksi hilang Krim : Oleskan secara tipis pada daerah yang terkena
infeksi jamur, gunakan 2-3 kali sehari, sampai infeksi hilang Instruksi khusus
Panu dapat disembuhkan dalam 3-4 minggu, sedangkan jamur pada daerah

kemaluan disembuhkan dalam 1-2 minggu. Khusus untuk jamur pada kaki,
pegobatan harus terus dilanjutkan selama 2 minggu setelah tanda-tanda infeksi
hilang untuk menghindari kambuhnya penyakit. Setelah dicuci, kaki harus
dikeringkan dengan sebaik-baiknya, terutama daerah lipatan antara jari
Bentuk sediaan : Cairan, Krim 57 Perhatian Hanya untuk pemakaian luar 2.
Obat yang mengandung Mikonasola nitrat 2 % Kegunaan Obat Untuk infeksi
ringan akibat jamur pada kulit seperti panu, kutu air, kadas kurap dan infeksi
jamur pada kuku Pemakaian : Oleskan krim atau serbuk sehari sekali sambil
digosokkan perlahan. Biasanya sembuh setelah 2-5 minggu, tetap perpanjang
pengobatan selama 10 hari, untuk mencegah kambuh. Bentuk sediaan : Krim,
Serbuk Peringatan : hanya untuk pemakaian luar 3. Obat yang mengandung
Asam undesilenat, Seng undesilenat, kalsium propionat, natrium propionat
Kegunaan obat: Untuk mengobati penyakit kulit luar yang ditimbulkan oleh
jamur misalnya panu, kadas, kurap, kutu air. Cara pemakaian Cuci dan
keringkan sela-sela jari kaki, lalu gunakan obat 2-3 kali sehari Bentuk
sediaan : bedak, krim, salep, Perhatian Hanya untuk Obat luar
3. Swamedikasi untuk jerawat
Jerawat adalah istilah awam untuk Acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia
remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak
minyak . Keadaan ini cenderung diturunkan dalam keluarga dan sama sekali
tidak berbahaya. Tetapi beberapa orang yang mengalami kasus yang berat
mungkin merasa sangat tertekan dan kehilangan kepercayaan diri. Sampai saat
ini belum ada cara penyembuhan yang tuntas, meskipun ada beberapa cara

yang sangat menolong. Kondisi berjerawat akan mengalami perbaikan dengan


bertambahnya usia. 11.1. Gejala-gejala - Bintik merah menonjol dan sakit,
dapat berisi nanah, biasa di bagian wajah. Bisa juga timbul di bagian kulit
kepala, leher, punggung dan dada bagian atas - Bintik putih/hitam yang
menonjol dan tidak sakit 11.2. Penyebab - Belum diketahui dengan jelas.
Diduga karena sumbatan kelenjar minyak oleh keratin pada kulit, bila terkena
infeksi, jerawat bisa berubah menjadi bisul dan bernanah. 11.3. Hal Yang
Dapat Dilakukan - Selalu menjaga kulit tetap bersih dengan menggunakan
sabun/pembersih yang ringan. Jangan memencet atau menusuk jerawat supaya
tidak terjadi jaringan parut. 11.4. Obat Yang Dapat Digunakan Diberikan obatobatan yang mengandung : Sulfur, resorsinol, asam salisilat, benzoil
peroksida, triklosan 54 Kegunaan obat Membantu mengatasi gangguan
jerawat. Cara pemakaian Cuci wajah hingga bersih. Oleskan obat dengan
ujung jari pada bagian yang berjerawat selama 3 hari pertama. Bila tidak
terjadi gangguan, gunakan dua kali sehari pada bagian yang berjerawat. Bila
timbul kekeringan atau kulit terkelupas dosis dikurangi menjadi satu kali
sehari atau dua hari sekali.
4. Swamedikasi untuk gatal
5. Swamedikasi untuk ketombe
6. Swamedikasi untuk herpes simplex

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut :
a. Cara mengatasi jerawat yang rasional adalah dengan mengetahui penyebabnya,
dan memilih obat sesuai penyebabnya. Berikut, beberapa zat berkhasiat yang
terkandung dalam obat yang dijual bebas yang dapat digunakan untuk mengatasi
jerawat adalah :
Benzoil peroksida
Asam salisilat

Sulfur
b. Kombinasi sulfur dan resorsinolBenzoil peroksida efektif untuk mengatasi
jerawat ringan sampai sedang. Zat ini juga bersifat keratolitik (mengelupaskan
lapisan tanduk kulit) karena dapat mengurangi sel kulit mati pada kulit.
c. Obat yang mengandung Klotrimazol 1 % Kegunaan obat : untuk infeksi jamur
pada kulit Pemakaian Cairan : beberapa tetes cairan dioleskan pada daerah yang
terkena infeksi jamur, gunakan 2-3 kali sehari dapat digunakan untuk
swamedikasi kurap dan panu
d. Swamedikasi kurap dan panu juga dapat digunakan obat yang mengandug Obat
yang mengandung Asam undesilenat, Seng undesilenat, kalsium propionat,
natrium propionate
e. Untuk pengobatan herbal jerawat, panu, dan kurap dapat digunakan beberapa obat
herbal berikut seperti lengkuas, bawang putih, daun ketepeng cina, daun sirih,
belimbing wuluh dengan komposisi masing-masing ramuan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
2. Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Ed.2 .Jakarta : EGC
3. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Movita theresia. Acne Vulgaris. Erha Clinic & Erha Apothecary, Kelapa
Gading, Jakarta, Indonesia
5. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 2010.

6. Djuanda, Adhi. Dkk.: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2004.

7. Budimulja, U. sunoto. Dan Tjokronegoro. Arjatmo. : Penyakit Jamur. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2008.

8. Sularsito, Sri Adi.Dkk. : Dermatologi Praktis. Perkumpulan Ahli Dermatologi dan


Venereologi Indonesia, Jakarta. 2006.

9. Budimulja, U.: Infeksi Jamur. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta. 2004.


10. Bolognia, Jean; Jorizzo, Joseph L.; Rapini, Roland P. (2007). Dermatology (2nd
ed.). St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier.p. 1135.

11. Brannon, Heather (2010-03-08). Ringworm-Tinea Corporis. About.com


Dermatology. About.com. Retrieved 2012-11-20.

12. Gupta, Aditya K.; Chaudhry, Maria; Elewski, Boni (July 2008). Tinea coeporis,
tinea cruris, tinea nigra, and piedra. Dermatologic Clinics (Philadelphia;Elsevier
Health Sciences Division) 21 (3); 395-400.

13. Berman, Kevin (2008-10-03). Tinea corporis All information. MultiMedia


Medical Encyclopedia. University of Maryland Medical Center. Retrieved 201211-20.

14. Tinea corporis, Tinea cruris, and Tinea pedis. Mycoses. Doctor-Fungus. 2007-0127. Retrieved 2012-11-20.

15. James, William D.; Berger, Timothy G.; Elston, Dirk M.; Odom, Richard B.
(2006). Andrews Diseases of the Skin: Clinical Dermatology (10th ed.).
Philadelphia; Saunders Elsevier.p. 302.

Anda mungkin juga menyukai