Oleh:
Ali Zainal Abidin, S.Ked
04111001026
Pembimbing:
dr. Mulawan Umar, SpB (K) Onk
DEPARTEMEN ILMU BEDAH RSMH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
: 04111401026
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP dr. Mohammad
Hoesin Palembang, Periode 16 Juni 2015- 22 Agusutus 2015.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Papillary Thyroid Carcinoma T3N0M0 Dextra + T1N0M0 Sinistrauntuk memenuhi
tugas laporan kasus yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan
klinik, khususnya Bagian Bedah Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Mulawan Umar, SpB (K) Onk, selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan ajaran dan masukan sehingga laporan ini dapat selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan telaah kasus
ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberi manfaat dan
pelajaran bagi kita semua.
Palembang, 18 agustus 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi......................................................................................................... 3
2.2 Anamnesis..........................................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik..............................................................................................4
2.4 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................6
2.5 Klasifikasi Stadium............................................................................................10
2.6 Diagnosis Kerja.................................................................................................11
2.7 Penatalaksanaan.................................................................................................11
2.8 Prognosis...........................................................................................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1.Kelenjar Tiroid................................................................................................. 13
3.2 Karsinoma Tiroid............................................................................................. 18
BAB IV ANALISIS KASUS............................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 35
iv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identifikasi Pasien
Nama
Tanggal Lahir
Status
Alamat
Bangsa
Agama
Pekerjaan
Masuk Rumah Sakit
No Rekam medik
: Siti Zubaidah
: 15 April 1976 (39 tahun)
: Menikah
: Jalan Mayor ruslan Lr. Kenanga N.73, Palembang
: Banyuasin
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: 19 Juni 2015
: 896461
: Tampak baik
: Compos mentis
: 130/80 mmHg
: 95 x/menit, isi dan tegangan cukup
: 20 x/m, regular
: 36,6 o C
: Normal
: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), eksoptalmus (-),
Leher
Dada
Abdomen
Ekstremitas
usus (+/+)
: Deformitas(-/-), akral hangat, edem pretibial (-/-)
Status Lokalis
Regio colli
o Inspeksi : tampak satu benjolan sebesar telur ayam di leher sebelah kanan.
Warna kulit sama dengan sekitarnya.
o Palpasi : teraba dua massa diregio coli. Massa pertama diregio coli sebelah
kanan dengan konsistensi lunak, permukaan rata, batas tegas, mobile, ikut
bergerak saat menelan, tidak terdapat nyeri tekan, ukuran 5 x 3, x 4.3 cm.
Massa kedua diregio coli sebelah kiri dengan konsistensi lunak, permukaan
rata, batas tegas, mobile, ikut bergerak saat menelan, tidak terdapat nyeri tekan,
ukuran 1,5 x 1 x 1 cm
KGB level I-VII.
o Inspeksi : Tidak tampak benjolan pada KGB level I-VII
o Palpasi : Tidak teraba massa pada KGB level I-VII
T3 total
T4 total
TSH
Kesan : Normotiroid
Pemeriksaan Hematologi
Hb
: 14,6 g/dL
RBC
: 4,96 x 106/mm3
WBC
: 8,4 x 103/mm3
Ht
: 42 %
Platelet : 279 x 103/uL
Diff count
Basofil
: 0%
Eosinofil
: 1%
Netrofil
: 52%
Limfosit
: 42%
Monosit
: 5%
GDS
Ureum
Kreatinin
Na
K
: 124 mg/dL
: 20 mg/dL
: 1,04 mg/dL
: 150 mEq/L
:3.6 mEq/L
Kesan :
Massa kistik besar berkapsul ukuran 3,6 x 3,2 cm, dengan
bagian padat yang noduler pada tepinya disertai dengan
10
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien adalah seorang perempuan berusia 39 tahun. Pada anamnesis,
pasien datang dengan keluhan benjolan di leher bagian depan sebelah kanan. Pada
tahun 2014, benjolan tersebut berukuran sebesar kelereng dan berjumlah satu
buah. Namun, 2 minggu SMRS, pasien menyadari benjolannya bertambah besar
menjadi sebesar telur ayam. Warna benjolan sama dengan kulit sekitar, tidak
terasa panas dan tidak terdapat keluhan demam. Benjolan berjumlah satu buah.
Benjolan dirasakan bergerak saat menelan.
Benjolan pada leher dapat dikeluhkan sebagai keluhan utama pada
beberapa kemungkinan penyakit seperti yang berasal dari kelainan kongenital,
infeksi, trauma, kelainan metabolik dan neoplasma.
Kelainan kongenital yang menyebabkan benjolan pada leher antara lain
kista brankhiogenik, kista duktus tiroglosus, higroma kistik leher dan
hemangioma. Kelainan-kelainan tersebut ditemukan sejak lahir, sedangkan pada
kasus ini, benjolan baru ditemukan sekitar 1 tahun yang lalu, sehingga diagnosis
kelainan kongenital dapat disingkirkan.
Saat pemeriksaan fisik, tampak warna benjolan sama dengan kulit sekitar,
tidak terasa panas dan tidak terdapat keluhan demam. Tidak juga ditemukan
tanda-tanda inflamasi lainnya, sehingga benjolan tersebut tidak disebabkan oleh
proses infeksi. Pasien juga menyangkal adanya riwayat trauma pada daerah leher,
sehingga disimpulkan bahwa penyebab benjolan juga bukan akibat trauma.
Saat anamnesis, pasien menyangkal adanya riwayat sering berdebar-debar,
berkeringat, nafsu makan meningkat, sulit tidur dan penurunan berat badan sejak
benjolan muncul atau pun sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik juga tidak
ditemukan adanya tremor, takikardi atau atrial aritmia, berkeringat berlebihan dan
penurunan berat badan. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan fungsi tiroid
dalam batas normal. Sehingga diagnosis kelainan metabolik dapat disingkirkan.
Kemungkinan besar benjolan pada penderita ini berupa neoplasma. Hal ini juga
diperkuat dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
32
33
foto cervical soft tissue dan USG. Pada pemeriksaan USG selain didapatkan
massa pada thyroid dextra, didapatkan juga nodul solid dengan kalsifikasi pada
thyroid sinistra. Sehingga dapat diambil kesimpulan diagnosisnya adalah tumor
tiroid bilateral.
Untuk menentukan staging, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
pada pasien berupa klasifikasi T, N dan M. Berdasarkan pemeriksaan fisik,
benjolan berukuran 5 x 3 x 4.3 cm, sehingga termasuk dalam klasifikasi T 3. Tidak
ditemukan massa di KGB level I-VII, sehingga klasifikasi nodulnya adalah N 0.
Benjolan yang dialami pasien diakui semakin lama semakin membesar, tetapi
tidak sampai mengganggu proses menelan ataupun terjadinya perubahan suara.
Pasien juga tidak mengeluh sakit kepala, mual, muntah, batuk, sesak, rasa penuh
di ulu hati, dan sakit di tulang. Hasil pemeriksaan foto torak juga masih dalam
batas normal. Hal ini menjelaskan bahwa belum terjadi metastasis pada pasien;
baik ke otak, faring, laring, paru-paru, hati dan tulang, sehingga klasifikasi
metastasisnya adalah M0. Maka, pada pasien ini dapat disimpulkan benjolannya
berada pada stadium T3N0M0.
Berdasarkan SKDI, kompetensi dokter umum dalam menghadapi kasus
seperti ini adalah dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, penegakkan
diagnosis sementara kemudian merujuk. Pasien dan keluarganya diberi edukasi
mengenai penyakitnya dan kemungkinan pengobatan yang akan dihadapinya,
beserta komplikasi dan prognosisnya. Apabila diperlukan, pasien dapat diberi
obat-obatan simptomatis untuk meringankan gejala seperti nyeri atau demam,
sebelum kemudian dirujuk ke spesialis bedah onkologi.
Berdasarkan algoritma penatalaksanaan kanker tiroid dari protokol
PERABOI, yang pertama ditentukan adalah keadaan klinis benjolan tersebut,
ganas atau jinak. Pada penderita ditemukan beberapa tanda keganasan, seperti
pertumbuhan yang cepat dan pada pemeriksaan USG didapatkan kalsifikasi yang
merupakan tanda-tanda keganasan. Kemudian, benjolan dinilai apakah operable
atau inoperable. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, benjolan pada
penderita tidak mengalami metastase jauh sehingga dapat dilakukan tindakan
pembedahan, yaitu subtotal tiroidektomi + VC.
34
Anaplastik
tiroidektomi total.
Bila
memungkinkan
dilakukan
tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Albar, Z.A., Tjindarbumi, D., Ramli, M., 2004. Protokol PERABOI 2003. CV
Sagung Seto: Jakarta.
Chu, Q.D., Gibbs, J.F., Zibari, G.B., 2015. Surgical Oncology. Springer: New
York.
DeVita, V.T., Lawrence, T.S., Rosenberg, S.A., 2011. Cancer Principles & Practice
of Oncology 9th Ed. Lippincott Williams & Wilkins: USA.
Schwartz, I.S., 2015. Principles of Surgery 10 th Edition. Mc Graw Hill Education:
New York.
Silberman, H. 2010. Principles and Practice of Surgical Oncology. Lippincott
Williams & Wilkins: USA.
Snell,Richard S, . 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih
bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.
Suyatno, Emir Taris Pasaribu. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi. 2010.CV
Sagung Seto. Jakarta.
32