Anda di halaman 1dari 22

INVESTASI SYARIAH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Fikih
Muamalah yang Diampu oleh Drs. Aceng Kosasih, M.Ag. dan Shindu Irwansyah
Lc., M.Ag.

Kelompok 8

Acep Suwarna

1206252

M.Jiva Agung W

1202282

PRODI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikanmakalah ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarganya,
sahabatnya, tabiin tabiatnya dan seluruh umatnya sampai akhir zaman yang patuh dan
taat kepada ajarannya. mn.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahFikih
Muamalah yaitu membahas tentang Investasi Syariah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Drs. Aceng Kosasih, M.Ag. dan
Bpk.Shindu Irwansyah, Lc., M.Ag. atas bimbingannya, serta kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.Olehkarena itu,kami mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun sebagai bahan masukan untuk kami di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi pembaca dan khususnya
bagi kami. mn

Bandung, 25 April 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 6


A. Definisi Investasi ....................................................................................................... 6
B. Bentuk dan Tujuan Investasi ..................................................................................... 6
C. Prinsip Dasar Investasi dalam Islam ......................................................................... 8
D. Ragam Investasi Syariah ......................................................................................... 12
E. Investasi yang Terlarang ......................................................................................... 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 21


A. Kesimpulan.............................................................................................................. 21
B. Saran ........................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 23

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Keberadaan investasi pada era globalisasi, tentunya sudah tidak asing lagi.

Masyarakat cenderung memilih investasi dalam saham diakibatkan karena tingginya


biaya hidup dan rendahnya bunga deposito sehingga masyarakat tidak lagi menyimpan
uangnya begitu saja. Hal ini menyebabkan orang memilih menanamkan uangnya kepada
prosuk-produk investasi yang beragam dari berbagai jenis instrument investasi, seperti
reksa dana, obligasi, saham, struktur produk, dan produk investasi lainnya.
Seiring dengan perkembangan ekonomi global, setiap individu dituntut untuk
melindungi asset dan pendapatannya dengan cara berinvestasi pada sebuah aset tertentu.
Aset tertentu harus memenuhi beberapa criteria berikut: relative aman, pertumbuhan
asset diatas inflasi, bisa dicairkan sewaktu-waktu.
Di Indonesia, untuk memenuhi ketiga unsure diatas, beberapa masyarakat
memilih berinvestasi dibidang property atau logam mulia. Kelemahan yang melekat
pada asset property seperti bangunan atau tanah kurang liquid, sehingga agak
menyulitkan jika perlu dicairkan sewaktu-waktu.

B.
1.

Rumusan Masalah
Apa definisi investasi?

2.

Apa bentuk dan tujuan investasi?

3.

Apa prinsip dasar investasi dalam islam?

4.

Apa ragam investasi syariah?

5.

Investasi apa yang terlarang?

C.
1.

Tujuan Penulisan Makalah


Untuk mengetahui definisi investasi

2.

Untuk mengetahui bentuk dan tujuan investasi

3.

Untuk mengetahui prinsip dasar investasi dalam islam

4.

Untuk mengetahui ragam investasi syariah

5.

Untuk mengetahui Investasi apa yang terlarang

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Definisi Investasi
Menurut Fabozzi (2010:5) Investasi secara umum diartikan keputusan

mengeluarkan dana pada saat sekarang ini untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah,
mobil, dan sebagainya) atau aktiva keuangan (saham, obligasi, reksadana, wesel, dan
sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa
yang akan datang.
Sedangkan menurut Iwan (Syakir, 2004:359) Investasi adalah menanamkan atau
menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang di harapkan akan
memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang.
Beberapa pendapat tentang investasi dari para ahli yang di kutip dari Fabozzi
(2010:6) Fitz Gerald menyatakan bahwa investasi adalah aktifitas yang berkaitan
dengan usaha penarikan sumber dana untuk di pakai mengadakan barang modal pada
saat sekarang ini, dan dengan barang modal itu akan di hasilkan aliran produk baru di
masa yang akan datang. Dengan makna yang sama Van Horne dan Clark dkk
menyatakan bahwa investasi adalah kegiatan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada
saat sekarang untuk mengadakan barang modal guna menghasilkan penerimaan yang
lebih besar di masa yang akan datang.
Jadi dapat di simpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran untuk mengadakan
barang modal pada saat sekarang dengan tujuan untuk menghasilkan keluaran barang
atau jasa agar dapat di peroleh manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang.
B. Bentuk dan Tujuan Investasi
Pengertian investasi secara umum adalah penanaman modal dalam jangka waktu
tertentu (pendek/panjang) dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan.
Menurut Inggrit (2009: 19) ada dua bentuk investasi, diantaranya:

1.

Investasi pada aktiva Riil, yaitu investasi dalam bentuk yang dapat dilihat secara
fisik, seperti emas, intan, perak, real eatate/ rumah, tanah, dll

2.

Investasi pada Aktiva financial, yaitu investasi dalam bentuk yang biasaya
diwakilkan dalam surat-surat berharga, seperti surat berharga, deposito, dll.

Adapun terdapat dua cara pada aktiva finansial:


1.

Investasi secara langsung artinya: dengan memilki surat berharga tersebut maka
pemilik surat berharga tersebut dapat menentukan jalannya kebijaksanaan yang
juga berpengaruh pada investasi surat berharga yang dimilkinya. Contohnya;
saham

2.

Investasi secara tidak langsung artinya: pengelolaan surat berharga tersebut


diwakilkan oleh suatu badan atau lembaga yang mengolah investasi para
oemegang surat berharganya untuk sedapat mungkin menghasilkan keuntungan
yang memuaskan para pemegang surat berharganya. Contohnya: reksadana
Tujuan dari investasi ialah mendapatkan sejumlah pendapatan keuntungan. Ahmad

(Fabozzi: 2010) ada beberapa motif seseorang melakukan kegiatan investasi, antara
lain:
1.

Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang

2.

Mengurangi tekanan inflasi. Hal demikian karena variabel invlasi dapat


mengoreksi seluruh pendapatan yang ada. Investasi dalam sebuah bisnis tertentu
dapat dikategorikan langkah mitigasi yang efektif.

3.

Sebagai usaha untuk menghemat pajak.


Untuk mencapai tujuan investasi, membutuhkan proses dalam pengambilan keputusan,

sehingga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan
juga resiko yang dihadapi. Menurut Huda dan Mustafa (Ismail: 2012) ada beberapa tahapan
dalam pengambilan keputusan investasi, antara lain:

1.

Menuntukan kebijakan investasi. Pada tahapan ini investor menuntukan tujuan


investasi dan kemampuan/ kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan
ada hubungan yang positif antara resiko dan return, sehingga hal yang tepat bagi
para investor untuk menuntukan tujuan investasinya tidak hanya untuk

memperoleh banyak keuntunagn saja, tapi juga memahami bahwa ada


kemungkinan resiko yang berpotesi menjadi penyebab kerugian
2.

Analisi sekuritas. Melakukan analisi sekuritas yang meliputi penilaian


terhadapsekuritas secara induvidu atau beberapa kelompok sekuritas. Tujuannya
untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga

3.

Pembentukan portopolio. Tahap ini adalah membentuk portopolio yang


melibatkan identifikasi aset khusus, yang akan diinvestasikan dan juga
menentukan seberapa besar investasi pada tiap aset tersebut.

4.

Melakukan revisi portoopolio. Bekenaan dengan pengulangan secara periodik dari


tga langkah sebelumya.

5.

Evaluasi kinerja portopolio. Pada tahap ini, investor melakukan penilaian terhadap
kinerja portopolio secara periodik, dalam arti tidak hanya return yang
diperhatikan, tetapi juga resiko yang dihadapi.

C.

Prinsip Dasar Investasi dalam Islam


Inggrid (2009:15) Dalam islam setiap harta ada zakatnya, jika harta tersebut di

diamkan maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat
ini adalah mendorong setiap muslim untuk menginvestasikan hartanya agar bertambah.
Syakir (2004:362) Prinsip-prinsip islam dalam muamalah yang harus di perhatikan
oleh pelaku investasi (pihak terkait) adalah:
1.

Rabbani
Rabbani merupakan istilah dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata Rabb yaitu

Tuhan atau makna lainnya Pencipta, Pemelihara, Pendidik, Pemilik, Raja, dan Pemberi
rezeki. Bantuan kata Rabbani berarti hak Ketuhanan atau kepunyaan Allah saja.
Artinya seorang investor meyakini bahwa dirinya, dan yang di investasikannya,
keuntungan dan kerugiannya, serta semua pihak yang terlibat di dalamnya ialah
kepunyaan Allah. Manusia hanya mengambil dan melaksanakannya dalam kehidupan
dunia ini saja, juga sebagai bekal untuk fase kehidupan berikutnya yang abadi. Hal ini
sebagaimana Allah menyatakan dalam firman-Nya.

Artinya: Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia
adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan
kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan
diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (QS. Al-Anaam: 164)
Keyakinan utuh bahwa Allah Yang Maha Esa adalah satu-satunya Penguasa,
Pemilik, serta Pemberi sekaligus Penahan rezeki. Keimanan ini dapat di simak
terkandung dalam firman-Nya.

Artinya: Atau siapakah Dia yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya?
sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri? (QS.
Al-Mulk: 21)

Artinya: Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain
Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada
Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS. Fathir:
3)

Setelah yakin bahwa yang di cari oleh investor pada hakikatnya adalah makhluk
Allah, milik Allah, dan di bawah kekuasaan Allah, maka usaha berikutnya ialah
meminta karunia yang di cari itu kepada pemiliknya. Juga melakukan berbagai usaha
pencarian sesuai dengan prosedur yang di izinkannya, sebagaimana dinyatakan dalam
kitab-Nya:

Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
(QS. Al-Jumuah: 10)
2.

Halal
Investasi yang halal yaitu investasi yang berbagai aspeknya termasuk dalam

lingkup yang di peroleh ajaran Islam. Aspek kehalalan tersebut harus mencakup hal-hal
berikut.
a. Niat atau motivasi
Motivasi yang halal ialah transaksi yang berorientasi kepada hasil yang winwin, yaitu saling memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
transaksi. Islam sangat jelas menekankan sikap kemanfaatan resiprokal ini,
dan sangat membenci sikap mengambil keuntungan sendiri yang merugikan
orang lain.
b. Transaksi
Bentuk transaksi yang di perbolehkan dalam islam yaitu harus berlandaskan
kepada Alquran dan As-sunnah ash-shahih. Transaksi bisnis yang di benarkan
adalah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
1) Pihak-pihak yang bertransaksi adalah mereka yang memiliki kesadaran
dan pemahaman akan bentuk dan konsekuensi transaksi tersebut, di

10

samping memiliki hak untuk melakukan transaksi, baik atas namanya


sendiri, maupun atas nama orang lain.
2) Barang atau jasa yang di transaksikan adalah benda atau jasa yang halal,
yang di ketahui karakteristiknya oleh para pihak yang terlibat.
3) Bentuk transaksi jelas, baik secara lisan maupun tulisan, dan di pahami
oleh para pihak yabg terlibat.
4) Adanya kerelaan dari para pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut.
c. Prosedur Pelaksanaan Transaksi
Sesudah dilaksanakan akad antara pihak yang berbisnis, maka pelaksanaannya
tidak boleh menyimpang dari kekuatan awal. Masing-masing pihak harus
bersikap amanah dan profesional. Tidak boleh melakukan tindakan-tindakan
yang mengarah kepada kecurangan, apa lagi wanprestasi.
d. Jenis Barang atau Jasa yang Ditransaksikan
Jenis barang atau jasa ini sedemikian pentingnya sehingga penulis merasa
perlu menempatkan pada poin tersendiri. Dalam hal investasi di pasar modal,
maka hal ini menyangkut underling assets yang di perjualbelikan, instrumen
perdagangan yang di pergunakan, bentuk perjanjian antara investor, pialang,
dan manajer investasi (fund manager), atau bahkan dengan pihak emiten
tertentu untuk menghindari adanya insider information yang berujung pada
insider trading.
e. Penggunaan Barang atau Jasa yang Ditransaksikan
Kehalalan itu tidak cukup hanya pada barang atau jasa, melainkan juga
termasuk penggunaannya. Oleh karena penggunaan yang tidak bener atau
untuk tujuan yang tidak bener, meskipun benda atau jasa tersebut pada asalnya
adalah halal, maka ia dapat jatuh kepada yang haram. Dalam hal pasar modal,
contohnya adalah bidang usaha suatu emiten halal, tapi perusahaan tersebut
secara transparan merupakan donatur penyiaran dan penyebaran agama lain
seraya memurtadkan umat Islam.

3.

Maslahah (Bermanfaat bagi Masyarakat)


Syakir (2004:366) asas manfaat merupakan hal yang esensial dalam muamalah

secara Islam. Proses dan hasil akhir win-win adalah posisi yang di inginkan Islam. Para

11

pihak yang terlibat dalam investasi, masing-masing harus dapat memperoleh manfaat
sesuai dengan porsinya. Seluruh tindakan dan dealing serta transaksi yang
memungkinkan untuk mendatangkan keuntungan yang sedikit secara sementara, namun
akhirnya akan membawa kerugian yang demikian banyak dan tidak bisa di perbaiki, di
anggap oleh Alquran sebagai bisnis yang sungguh-sunguh merugikan dan tidak
membawa maslahah. Kerugian ini di asumsikan sebagai merusakkan proporsi karena
perbendaharaan akhirat yang abadi di perdagangkan dengan kenikmatan dunia yang
fana dan terbatas.

Artinya: Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan)


akhirat, Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.
(Al-Baqarah: 86)
Yang melakukan kegiatan bisnis seperti ini, sangatlah di cela dan dikutuk oleh
Alquran, dan di anggap sebagai orang paling merugi. Hal yang sama terkutuknya adalah
praktik-praktik yang di permukaan tampak menghasilkan bagi segelintir orang, namun
sebenarnya pada saat yang sama menghancurkan kepentingan masyarakat secara
keseluruhan. Kekurangan atau ketidak adaan elemen-elemen dari bisnis yang
menguntungkan ini akan di anggap sebagai bisnis yang merugikan. Untuk lebih
jelasnya, semua investasi yang jelek, keputusan yang tidak bijak, dan tindakan yang
tidak baik akan berakhir dengan kerugian dalam bisnis. Ajaran Alquran tentang hal ini
sama sekali tidak memberikan ruang untuk meragukan kebenarannya.
D.

Ragam Investasi Syariah


Banyak ragam dalam syariah yang menawarkan berbagai kemudahan untuk

berisvestasi. Sebagai contoh ialah bidang perbankan. Kemudian asuransi juga sekarang
memiliki peran sebagai alat investasi berbarengan dengan fungsi utamanya untuk
memberikan proteksi. Terlebih di zaman sekarang ini, mulai diperkenalkan perbankan

12

dan asuransi dengan system ekonomi syariah. Pasti akan menambah dafar ragam di
bidang investasi. Dan juga selain investasi diperbankan dan investasi, masyarakat juga
mulai mempertimbangkan reksadana sebagai alternative yang memberikan hasil yang
lebih baik. Menurut Inggid (2009: 29-37) menyatakan ada tiga ragam investasi syariah,
diantaranya:
1. Perbankan syariah
Bank Umum Syariah
Bank Muamalat Indonesia
Bank syariah Mandiri
Bank syariah Indonesia

Unit Usaha Syariah


BNI Syariah
BRI syariah
BII syariah platinum
Bank Bukopin syariah
Bank IFI syariah
Bank Danamon syariah
Bank Jabar syariah
Bank DKI syariah
HSBC syariah

Perbedaan dari bank syariah dan bank konvensional ialah tidak adanya bunga
pada bank syariah. Nasabah yang menabung dibank syariah tidak akan diberikan
keuntungan bunga melainkan berupa bagi hasil. Sedangkan pada system bagi hasil
dihitung dari hasil usaha pihak bank dalam mengelola uang nasabah. Bank dan nasabah
membuat perjanjian bagi hasil berupa prosetase tertentu untuk nasabah dan untuk bank,
perbandingan ini disebut nisbah.
2. Asuransi Syariah
Asuransi Syariah

Asuransi konvensional dengan cabang


khusus syariah

Asuransi Takaful Keluarga

Asuransi Great Easteren

Asuransi Takaful Umum

Asuransi Bumi Putera

Asuransi Mubarokah

Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera


Asuransi BSAM syariah
Asuransi Tripakarta
MAA life
MAA general

13

Asuransi Jasindo
Asuransi Binagriya

Perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional tidak terlalu kentara,
karena secara teknis prosedur hamper mirip dengan asurasi konvensional. Namun ada
satu hal mendasar yang membedakan yaitu perjanjian transaksinya.
Pada asuransi konvensional, nasabah membeli perindungan atau jaminan dari
perusahaan asuransi. Sedangkan pada asuransi syariah, perjanjiannya, para nasabah
mengikat diri dalam suatu komunitas dan saling menanggung jika terjadi musibah.
Tentu saja perjanjian yang berbeda ini akan menimbulkan konsekuensi yang berbeda
pula. Diantaranya adalah masalah kepemilikan uang premi. Pada asuransi konvesional,
karena trasaksinya adah jual beli maka premi yang sudah dibayarkan sepenuhnya
menjadi pemilik perusahaan asuransi. Sedangkan pada asuransi syariah, premi yang
dibayar nasabah tetap menjadi milik nasabah yang diamanahkan kepada perusahaan
asuransi syariah untuk dikelola dan dikembangkan dananya. Permasalahan asuransi
tidak berhenti pada transaksinya, melainkan juga pada investasinya karena sebagian
asuransi yang dibeli masyarakat justru yang asuransi yang mengandung investasi
(asuransi dwiguna). Selam ini, asuransi konvesional menginvestasikan dana yang
didapatnya tanpa mempertimbangkan lagi factor halal-haram. Tentunya ini menjadikan
uang hasil investasi yang diterima nasabah juga menjadi tidak terjaga kehalalannya. Ini
juga yang menjadi salah satu perbedaan lagi dari asuransi syariah. Investasi pada
asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang memastikan bahwa semua
mekanisme asuransi dan alokasi investasinya tidak bertentangan dengan hukum syariah.

3. Reksa Dana Syariah


Nama Reksa Dana

Manager Investasi Pengelola Reksa


Dana

Danareksa syariah berimbang

Danareksa

Dana PNM syariah

Permodalan nasional madani (PNM)

Rifan Syariah

Rifan Finan cindo

Batasa Asuransi

Batasa capital

14

Produk investasi dana reksa dana syariah bias menjadi alternative yang baik untuk
menggantikan produk pebankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hassil yang
relati kecil.
Mekanisme investasi reksa dana sebenarnya mirip dengan ivestasi bagi hasil. Para
investor dan manager investasi (patungan) untuk melakukan investasi kedalam berbagai
produk investasi yang memerlukan modal yang besar. Sedangkan keputusan untuk
melakukan investasinya dipegang sepenuhnya oleh manager investasi yang lebih ahli
dan pengalaman. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dihasilkan diantara
para investor dan manager investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki.
Mekanisme bagi hasil sesuai dengan aturan syariah, namun yang menjadi masalah
adalah langkah investasi yang dilakukan manager investasi dilakukan dengan bebas
tanpa batasan aturan syariah. Untuk itulah diciptakan produk reksa dana syariah dimana
keputusan investasi yang dilakukan oleh manager investasi dilakukan dalam batasanbatasan syariah. Dengan cara ini, hasil investasi yang dibagikan kepada para investor
menjadi bersih dari riba dan unsur yang lainnya. Walaupun produk reksa dana syariah
masih terbbatas jumlahnya, namun bias menjadi alternative yng baikbagi umat muslim
yang ingin mendapatkan hasil investasi yang halal.

E.

Investasi yang Terlarang

Menurut Syakir (2004:368) Investasi yang di larang secara syari di kelompokan ke


dalam dua macam kategori yaitu investasi yang syubhat dan investasi yang haram.
1.

Investasi yang Syubhat


Syubhat ialah prilaku (jasa) maupun barang (efek, uang, komoditas, dan barang)

yang masih diragukan kehalalan atau keharamannya. Penghindaran diri terhadap yang
demikian itu merupakan tindakan yang terpuji. Ini di dasarkan kepada hadits Nabi saw.,
Sesungguhnya hal yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas serta di
antara keduanya terhadap yang samar. Sebagian besar manusia tidak bihat itu, berarti
dia telah menjaga agama dan dirinya. Dan, siapa saja yang terjatuh ke dalm
musytabihat itu, maka ia telah terjerumus kepada yang haram, sebagaimana seseorang
yang mengembalakan ternaknya di sekeliling batas untuk menjaga diri dari melintasi
batas itu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap raja memiliki btasan-batasan, dan
15

ketahuilah bahwa batasan Allah ialah hal-hal yang di haramkannya.Ketahuilah pada


tubuh terdapat segumpal daging yang jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh itu; dan
jika dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ketahuilah bahwa dia adalah
kalbu.(HR. Bukhari dan Muslim)
Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu kepada apa-apa yang yang tidak
meragukanmu(HR.An-Nasai)
Dari dalil-dalil diatas dapat disimpulkan bahwa pada saat timbul keraguan dalam
suatu masalah, maka haruslah berpegang kepada kelaziman atau sesuatu yang tidak
menyebabkan mudharat. Ini sesuai dengan kaidah muamalah yaitu bahwa asal segala
sesuatu adalah diperbolehkan selama tidak ada dalil yang mengharamkannya.
2.

Investasi yang haram


Haram ialah perilaku (jasa) ataupun barang (efek, uang, komoditas, dan barang)

yang dilarang oleh islam. Mengenai hal ini Rasulullah telah memperingati umatnya
yang terdapat dalam haditsnya akan tiba suatu zaman bagi manusia, dimana seseorang
tidak lagi memperdulikan rezeki yang didapatnya, apakah dari sumber yang halal atau
dari sumber yang haram (HR. Bukhari)
Haram disini bukan hanya menyangkut para pelaku langsungnya saja, melainkan
juga siapa saja yang turut serta didalamnya.
Dalam lingkup bisnis, hukum haram ini mencakup dua aspek penting.
1) Pencurian
Islam sendiri telah memberlakukan hukum kepada pengguna, penyewa atau
pemakai yang mengetahui bahwa barang atau jasa tersebut ialah hasil pencurian. Sebab,
perbuatan itu sama dengan membantu perampok, pencuri, ataupun pelanggar hak orang
lain. Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Hakim dan Baihaqi, siapa saja yang
membeli barang curian, sedangkan dia mengetahui bahwa baran ersebut adalah hasil
curian, maka dia bersekutu dalam dosanya dan keburukannya
2) Mempermainkan harga
Maksudnya ialah pihak pembeli menawar dalam suatu pembelian dengan maksud
agar orang lain menawar dengan yang lebih tinggi. Definisi ersebut sebagaimana yang
dijelaskan oleh Imam Malik bin Anas, An-Najasy ialah anda menawar suatu barang

16

dagangan dengan harga yang lebih tinggi dari harga jual, tetapi anda sendiri tidak ingin
membelinya, melainkan agar orang lain membelinya dengan harga tinggi.
3) Penipuan
Yang termasuk dalam penipuan adalah penjualan fiktif. Hal semacam ini dapat
dimanipulasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan sertifikasi
standar tertentu, memperoleh kredi perbankan, ataupun tujuan-tujuan lainnya.
4) Menimbun Barang
Menimbun barang merupakan suau perwujudan mementingkan dri sendir, dimana
pada saat yang sama merugikan dan menyengsarakan orang lain. Tujuannya ialah untuk
mengurangi stok barang dipasar. Sehingga, melalui mekanisme pasar penawaran
berkurang permintaan bertambah akan berakibat melambungnya harga barang
tersebut dipasar.
5) Perjudian
Manifestasinya dapat berupa semaca arisan, undian social berhadiah, ataupun jenisjenis permainan lainnya sebagai salah satu cara entertainment bagi konsumen pada
suatu jaringan pasar swalayan atau group hotel berbintang tertentu.
Infestor dan manager investasi harus jeli dalam menganalisis bisnis jenis ini, agar
tidak terjebak dalam emiten peyelenggara perjudian atau emiten yang mendapatkan
kontribusi penghasilan dari perjudian.

3.

Haram pada produk dan jasa

a.

Perzinaan dan prostitusi


Berzina ialah salah satu dosa besar, serta disepakati keburukannya oleh seluruh

peradaban dunia. Islam pun menerapkan hukum yan sangat berat dimana public harus
menyaksikan hukuman terhadap pelaku perzinaan. Nabi memberikan suatu ancaman
yang sangat serius terhadap pelakunya serta (terlebih lagi) pelaku degan bisnis
prostitusi.

17

Jika seseorang berzina maka keluarlah iman itu dari dirinya bagaikan topi
dikepalanya. Kemudian jika ia menghentikannya, maka iman itupun kembali pada
dirinya. (HR. Abu Daud, Tarmidzi)
Dengan demikan, kontribusi sekecil apapun terhadap perbuatan apalagi industry
prostitusi, berarti memberikan andil bagi kehancuran masyarakat.
b.

Pornografi dan Seni keindahan tubuh


Islam melarang bisnis dalam lapangan ini sebagaimana dinyatakan dalam alquran

dan hadits yang shahih. Sebagaimana Allah telah berfirman:


Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (QS.Al-Isra: 32)
4.

Riba
Beberapa dalil lain dalam alquran dan hadits Nabi seputar keharaman riba dapat

kita lihat kembali untuk menyegarkan ingatan kita betapa dasyatnya larangan riba.


Artinya: orang-orang yang Makan (mengambil) ribatidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal

18

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.
riba itu memiliki tujuh puluh pintu dimana yang paling ringan (dosanya) ialah
seperti (dosanya) seseorang yang menikahi ibunya (HR. Ibnu Majah)

5.

Khamar (minuman keras, narkotika, dan zat adiktif lainnya)


khamar ialah setiap benda yang penggunaanya pada kadar yang wajar dapat

menimbulkan mabuk bagi manusia pada umumya. Artinya, benda ini dapat mengubah
kondisi psikologi pemakainya kedalam suasana psikis yang diinginkannya. Disamping
itu, ia memiliki sifat destruktif secara fisik dan psikis serta individu dan social, terutama
pada jangka panjang. Dengan demikian, yang terasuk dalam kategori khamar ialah
minuman keras (baik diminum maupun dicampur dengan minuman atau makana lain),
narkotika psikotropika, rokok, dan zat-zat adiktif lainnya. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw pecandu khamar laksana penyembah berhala (HR. Ibnu Majah)
Sikap menjauhi khamar tersebut juga harus dilakukan oleh berbagai pihak yang
terlibat didalamnya, termasuk investor dalam industry minuman keras sebgaimana
diingatkan oleh Nabi Muhammad: Aku melaknati sepuluh pihak yang terlibat dalam
khamar. Yaitu penuangnya (pencampurnya), yang meminta dituangkan, peminumnya,
pembawanya, yang diminta dibawakan, yang mengambilkannya, penjualnya, yang turut
memakan dari penjualannya,pembelinya, dan yang membelikannya untuk pihak lain
(HR> Thirmidzi)
6.

Makanan Haram
Sebagaimana diketahui bahwa Al-quran secara eksplisit mengharamkan empat jenis

makanan dan sejenisnya: bangkai, darah yang mengalir, babi, binatang yang disembelih
tidak denan nama (untuk) Allah. Disamping itu, Nabi melarang sejumlah makanan
seperti binatang yang bertaring dan burung gagak.

19

Dengan demikian, kita tahu bahwa industry yang bergerak dalam produksi,
peternakan, pengolahan, ekspor impor, distribusi, maupun pemasaran dari produkproduk diatas yang dipergunakan untuk makanan adalah perusahaan-perusahaan yang
harus dihindari dalam berinvestasi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Murdifin (2010:5) Investasi secara umum diartikan keputusan
mengeluarkan dana pada saat sekarang ini untuk membeli aktiva riil (tanah, rumah,
mobil, dan sebagainya) atau aktiva keuangan (saham, obligasi, reksadana, wesel, dan
sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa
yang akan datang.
Menurut Inggrit (2009: 19) ada dua bentuk investasi, diantaranya:
1. Investasi pada aktiva Riil, yaitu investasi dalam bentuk yang dapat dilihat
secara fisik, seperti emas, intan, perak, real eatate/ rumah, tanah, dll
2. Investasi pada Aktiva financial, yaitu investasi dalam bentuk yang biasaya
diwakilkan dalam surat-surat berharga, seperti surat berharga, deposito, dll.
Tujuan dari investasi ialah mendapatkan sejumlah pendapatan keuntungan. Ahmad
(2004: 3-4), Tandelilin (2001), Huda dan Edwin (2007: 8-9) ada beberapa motif
seseorang melakukan kegiatan investasi, antara lain:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang
2. Mengurangi tekanan inflasi. Hal demikian karena variabel invlasi dapat
mengoreksi seluruh pendapatan yang ada. Investasi dalam sebuah bisnis tertentu
dapat dikategorikan langkah mitigasi yang efektif.

20

3. Sebagai usaha untuk menghemat pajak.


Syakir (2004:362) Prinsip-prinsip islam dalam muamalah yang harus di perhatikan
oleh pelaku investasi (pihak terkait) adalah:
1. Rabbani
2. Halal
3. Maslahah
Menurut Inggid (2009: 29-37) menyatakan ada tiga ragam investasi syariah,
diantaranya:
1. Perbankan syariah
2. Asuransi syariah
3. Reksa dana syariah
Menurut Syakir (2004:368) Investasi yang di larang secara syari di kelompokan ke
dalam dua macam kategori yaitu investasi yang syubhat dan investasi yang haram.

B. Saran
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca agar bisa
lebih baik lagi untuk masa yang akan datang.

21

DAFTAR PUSTAKA

Tan, I. (2009). Bisnis dan Investasi. Jakarta: Atmajaya


Sula, S. (2004). Asuransi Syariah.Jakarta: Gema Insani
Haymars, M. (2008). Financial Planner. Jakarta: Kompas
Nawawi, I. (2012). Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia
Fabozzi, F (2010). Pasar dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

22

Anda mungkin juga menyukai