Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Tumbukan

Asisten Dosen : Enggar Wibowo

Nama : Jennica Fidelia


Nim

: 1401010031

Rekan Kerja

: Jeremiah Irwan
Jessica Afianto

Waktu Praktikum : Selasa, 23 Septermber 2014

Nutrition and Food Technology Study Program


Faculty of Life Science
Surya University
2014
1

I.

Tujuan Praktikum
Tujuan utama dari praktikum ini adalah agar dapat memahami
hukum kekekalan momentum dan mengaitkannya dengan hukum Newton
ke-2 dan ke-3, serta dapat membedakan tumbukan elastik dan tumbukan
inelastik.

II.

Pendahuluan

A. Prinsip Praktikum
Momentum atau biasa ditulis dengan lambang P dapat
didefinisikan sebagai suati hasil kali antara massa (m) dengan
kecepatan (v). Atau dapat ditulis sebagi berikut :
=

Dikarenakan kecepatan adalah besaran vektor, maka momentum


dapat dinyatakan dalam bentuk vektor juga. Satuan dari
momentum adalah kgm/s2 . Dari rumus diatas, dapat disimpulkan
bahwa semakin besar massa dan kecepatan benda maka besar
momentumnya juga semakin besar.

M1

M2

Pada gambar diatas, tumbukan yang terjadi antara benda 1 dan


benda 2 sama besar, karena sama-sama bergerak dengan kecepatan
tertentu dan dengan massa tertentu, maka ketika kedua benda
tersebut bertumbukan, masing-masing benda memberikan gaya ke
benda lain sehingga besar momentumnya dapat diketahui.

Besarnya momentum yang bekerja pada saat tumbukan dapat


diketahui melalui persamaan :
=
1. 1 + 2. 2 = 1. 1 + 2. 2

Berdasarkan persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa


momentum bersifat kekal, karena momentum sebelum tumbukan
sama besar dengan momentum setelah tumbukan. Hal ini dapat
terjadi apabila tidak ada gaya luar yang mempengaruhi.
Dari persamaan diatas, dapat juga dicari kecepatan masing-masing
benda sebelum dn sesudah tumbukan, sehingga kita dapat mencari
besarnya koefisien restitusi (e). Berdasarkan besarnya koefisien
restitusi, tumbukan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu tumbukan
lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian dan tumbukan tidak
lenting sama sekali.

1. Tumbukan Lenting Sempurna ( e = 1)


Tumbukan lenting sempurna atau perfectly elastic
collison adalah tumbukan dimana gaya yang bekerja pada
kedua benda adalah gaya konservatif, sehingga besar energi
kinetik sebelum dan sesudah tumbukan besarnya sama.
Sebelum tumbukan :
V1

V2

M2

M1

Setelah tumbukan :
V1

V2

M1

M2

Hukum Kekekalan Momentum :


1. 1 + 2. 2 = 1. 1 + 2. 2

Pada tumbukan lenting sempurna, terjadi kekekalan energi kinetik,


yang dapat dibuktikan dengan persamaan dibawah ini :
1. 1 + 2. 2 = 1. 1 + 2. 2
1. 1 1. 1 = 2. 2 2. 2
1(1 1 ) = 2(2 2)

Kemudian dari persamaan diturunkan menjadi hukum kekekalan


energi kinetik, yaitu :
1 + 2 = 1 + 2
1
1
1
1
2
2
1 2 + 2 2 = 1 + 2
2
2
2
2
2
2
1 (1 2 1 ) = 2 (2 2 2 )

1 (1 1 )(1 + 1 ) = 2 (2 2 )(2 +2 )
2 1 = (2 1 )
=

Dimana :
= kecepatan relatif benda 2 dilihat oleh benda 1 sesaat sebelum
tumbukan
= kecepatan relatif benda 2 dilihat oleh benda 1 sesaat setelah
tumbukan

2. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali (e = 0 )

Tumbukan tidak lenting sama sekali atau perfectly inelastic


collision adalah tumbukan dimana setelah terjadi tumbukan,
kedia benda akan menempel menjadi satu dan mempunya
kecepatan yang sama.

Sebelum tumbukan :
V2

V1

M2

M1

Setelah tumbukan :
V

M1

M2

Pada tumbukan tidak lenting sama sekalim berlaku hukum


kekekalan momentum sebagai berikut :
1. 1 + 2. 2 = (1 + 2 )
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali tidak berlaku hukum kekekalan
energi kinetik, sehingga da energi kinetik yang hilang selama proses
tumbukan. Besarnya energi kinetik yang hilang, dapat dihitung dengan
cara :
=
% =

100%

3. Tumbukan Lenting Sebagian ( 0 < e < 1 )


Tumbukan lenting sebagian adalah tumbukan dimana
nilai koefisien restitusinya berada diantara lebih 0 sampai
dengan lebih kecil dari 1. Untuk mengukur koefisien restitusi
dapat digunakan rumus :


(2 1 )
=
=

2 1

Semakin mendekati nilai 0, maka tumbukan semakin tidak


lenting, sedangkan semakin mendekati nilai 1, maka tumbukan
semakin lenting.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagi
berikut :
-

1 unit alat Linear Air track Experiment yang terdiri dari


:
Lintasan Air track
2 buah kereta air track
Magnet
2 buah pegas
2 buah velcro
Alat penyangga tambahan
Karet gelang
Beban tambahan

Air Blower

Neraca Lengan O Hauss

Photodioda dan kabel-kabelnya

Time counter atau Penghitung Waktu

Jangka Sorong

C. Prosedur Kerja
1. Percobaan 1
a. Tumbukan Elastik
1) Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, lalu
mengecek kelengkapan alat dan bahan.

2) Mempersiapkan air track sesuai dengan petunjuk


pembimbing, lalu menyalakan blower dan time counter.
3) Memasang penghalang cahaya pada bagian atas masingmasing kereta menggunakan sekrup yang tersedia.
4) Memasang pegas pada kedua kereta dengan menggunakan
sekrup lalu menimbang massa kereta menggunakan
neraca lengan o hauss.
5) Meletakan salah satu kereta ditengah-tengah lintasan air
track dan menamai kereta sebagai kereta II.
6) Meletakan kereta yang lain ( kereta I ) diujung lintasan ,
lalu memantulkan kereta ke karet gelang terlebih dahulu.
7) Mencatat waktu yang ditunjukkan oleh time counter dan
memasukkan data kedalam tabel.
8) Mengulangi langkah 5-7 sebanyak 4 kali.

b. Tumbukan Inelastik
1) Mengganti pegas pada kedua kereta dengan velcro yang
tersedia lalu mengencangkannya dengan sekrup.
2) Menimbang massa kereta menggunakan neraca lengan o
hauss.
3) Meletakan keretaa II ditengah-tengah lintasan air track,
lalu meletakkan kereta I di ujung lintasan air track
4) Memantulkan kereta I ke karet gelang, lalu mencatat hasil
dari time counter
5) Mengulangi langkah 3 dan 4 sebanyak 4 kali

2. Percobaan 2
a. Tumbukan Elastik
1) Mengganti velcro pada kedua kereta dengan pegas, lalu
mengencangkannya dengan sekrup.

2) Menambahkan beban tambahan pada kereta I, lalu


menimbang massa kereta dengan menggunakan neraca
lengan o hauss.
3) Meletakan kereta II ditengah-tengah lintasan air track,
lalu meletakkan kereta I pada ujung lintasan air track.
4) Memantulkan kereta I ke karet gelang, lalu mencatat hasil
pada time counter dan memasukkan data kedalam tabel.
5) Mengulangi langkah 2-4 sebanyak 4 kali dengan
menambahkan jumlah beban dan mengganti posisi beban
ditambahkan.

b. Tumbukan Inelastik
1) Mengganti pegas pada kedua kereta menggunakan velcro
lalu mengencangkan velcro dengan sekrup.
2) Menambahkan beban ke kereta I lalu menimbang massa
kereta menggunakn eraca lengan o hauss.
3) Meletakan kereta II pada bagian tengah lintasan, lalu
meletakkan kereta I pada bagian ujung lintasan.
4) Memnatulkan kereta I ke karet gelang, lalu mencatat hasil
yang ditunjukkan oleh time counter.
5) Mengulangi langkah 2-4 sebanyak 4 kali menggunakan
beban yang bervariasi dan menukar posisi beban pada
kereta II.

3. Percobaan 3
1) Mengganti sekrup pada kedua kereta menggunakan sekrup
yang lebih panjang, lalu menambahkan magnet pada
kedua kereta.
2) Menimbang massa kereta menggunakan neraca lengan o
hauss.

3) Meletakkan kereta II pada bagian tengah lintasan air


track, lalu meletakkan kereta I pada bagian ujung lintasan
dengan posisi kutub magnet yang sama menghadap kutub
magnet pada kereta II.
4) Memantulkan kereta I ke karet gelang lalu mancatat waktu
yang terlihat pada time counter dan memasukkannya
kedalam tabel.
5) Mengulangi langkah 3 dan 4 sebanyak 4 kali

4. Percobaan 4
1) Mengukur tinggi penyangga tambahan dengan
menggunakan jangka sorong.
2) Meletakan salah satu kereta pada bagian akhir lintasan,
lalu meletakkan kereta lain dekat kereta pertama dengan
posisi kutub magnet yang sama.
3) Menandai jarak terdekat antar kereta, lalu menghitung
jarak terdekatnya, dan mencatat hasilnya pada tabel.
4) Mengulangi langkah 1-3 sebanyak 4 kali dengan
menambahkan penyangga tambahan secara bertahap.

5. Percobaan 5
1) Meletakkan salah satu kereta pada ujung lintasan, lalu
menandai satu titik pada lintasan sebagai titik lepas.
2) Menambahkan penyangga tambahan pada penyangga
llintasan air track.
3) Melepaskan kereta lain dari titik lepas, lalu menandai titik
terdekat antar kereta sebelum kereta kembali terdorong
oleh gaya magnet.
4) Menghitung jarak terdekat antar kereta lalu memasukan
data pada tabel.

5) Mengulangi langkah 1-3 sebanyak 4 kali dengan


menambahkan penyangga tambahan secara bertahap.

III.

Data Pengamatan
Berikut adalah tabel hasil percobaan :
1. Percobaan 1
a. Percobaan 1a

Massa Kereta=

0,1108

Waktu ( sekon )

Kecepatan ( m/s )

Momentum

Energi Kinetik
(joule)

Koe.
Restitusi

Ek.
Relatif

P Relatif

0,02018

0,9734

5,530%

2,728%

0,01603

0,01514

0,9717

5,894%

2,905%

0,06152

0,01801

0,01708

0,9739

5,431%

2,680%

0,08787

0,08413

0,03484

0,03194

0,9574

9,079%

4,441%

0,08017

0,07663

0,02901

0,02650

0,9557

9,476%

4,631%

Rata-rata =

0,96647

7,082%

3,477%

Standart Deviasi =

0,009055

0,02016

0,009728

No.
t1

t1 '

t2

V1

V2

V1 '

V2 '

P'

Ek 1

Ek 2

0,01613

0,01657

0,6200

0,6035

0,06869

0,06687

0,02129

0,01859

0,01913

0,5379

0,5227

0,05960

0,05792

0,01754

0,01801

0,5701

0,5552

0,06317

0,01261

0,01317

0,7930

0,7593

0,01382

0,01446

0,7236

0,6916

b. Percobaan 1b
Massa Kereta

=0,1119

Waktu ( sekon )

No.

Kecepatan ( m/s )

Momentum

Energi Kinetik
(joule)
Ek 1
Ek 2

Koe.
Restitusi

Ek.
Relatif

P Relatif

0,00504

0,00674

135,6%

8,550%

0,00934

0,00338

128,4%

6,870%

0,02013

0,00732

0,00611

175,0%

17,271%

0,05220

0,01433

0,00609

0,00656

135,3%

8,484%

0,04676

0,01071

0,00489

0,00699

119,1%

4,675%

Rata rata =

0,00595

138,7%

4,675%

Standart Deviasi =

0,001474

0,2138

0,04795

t1

t2

t3

V1

V2

V1 '

V2 '

P'

0,02171

0,04680

0,04748

0,4606

0,2106

0,2137

0,05154

0,04748

0,01187

0,01619

0,03450

0,03473

0,6177

0,2879

0,2900

0,06912

0,06467

0,02135

0,01667

0,03880

0,03938

0,5999

0,2539

0,2576

0,06713

0,05724

0,01976

0,04260

0,04318

0,5061

0,2316

0,2349

0,05663

0,02286

0,04750

0,04821

0,4374

0,2074

0,2105

0,04895

10

2. Percobaan 2
a. Percobaan 2a

Massa (kg)
No.

Waktu ( sekon )

Kecepatan ( m/s )

Energi Kinetik
(joule)

Momentum

Koe.
Restitusi

Ek.
Relatif

P
Relatif

0,01416

1,032

4,432%

7,811%

0,02496

0,02403

1,007

3,869%

4,224%

0,08169

0,02629

0,02520

1,047

4,351%

8,149%

0,04342

0,00828

0,00764

0,9105

8,364%

1,328%

0,06793

0,01663

0,01554

0,8352

7,010%

10,62%

Kereta
1

Kereta
2

t1

t2

t1 '

V1

V2

V1 '

V2 '

P'

Ek 1

Ek 2

0,1233

0,1108

0,02042

0,01978

0,4897

0,5056

0,06039

0,05602

0,01479

0,1359

0,1108

0,01650

0,01523

0,2166

0,6061

0,04616

0,6566

0,08236

0,07903

0,1484

0,1108

0,01680

0,01488

0,2054

0,5952

0,04868

0,6720

0,08835

0,1108

0,1233

0,02586

0,0284

0,3867

0,3521

0,04285

0,1108

0,1484

0,01825

0,02185

0,5479

0,4577

0,06071

Rata-rata =

0,9665

5,605%

6,427%

Standart Deviasi =

0,09065

0,01971

0,03651

b. Percobaan 2b

Massa (kg)
No.

Waktu ( sekon )

Kecepatan ( m/s )

Momentum

Energi Kinetik
(joule)

Koe.
Restitusi

Ek.
Relatif

P Relatif

0,01173

0,005027

125,4%

8,946%

0,01833

0,00842

0,007068

117,8%

9,502%

0,02313

0,01124

105,7%

8,474%

0,06439

0,02565

0,00833

0,005921

207,9%

17,668%

0,05883

0,01989

0,00732

0,009133

171,6%

13,428%

Rata-rata =

0,00543

145,7%

11,60%

Standart Deviasi =

0,003402

0,4282

0,03917

Kereta
1

Kereta
2

t1

t2

t1 '

V1

V2

V1 '

V2 '

P'

Ek 1

Ek 2

0,1244

0,1119

0,01534

0,03157

0,03190

0,6518

0,3134

0,3168

0,08111

0,07445

0,02644

0,137

0,1119

0,01933

0,03816

0,03870

0,5173

0,2583

0,2621

0,07087

0,06472

0,1495

0,1119

0,01798

0,0341

0,03410

0,5561

0,2932

0,2933

0,08316

0,07666

0,1119

0,137

0,01477

0,03839

0,03899

0,6770

0,2564

0,2605

0,07576

0,1119

0,1244

0,01677

0,03976

0,04064

0,5963

0,2460

0,2515

0,06673

11

3. Percobaan 3

Massa (kg)
No.

Waktu ( sekon )

Kecepatan ( m/s )

Energi Kinetik
(joule)

Momentum

Koe.
Restitusi

Ek.
Relatif

P
Relatif

0,00390

0,8990

23,72%

11,23%

0,01012

0,00896

0,9407

12,99%

6,299%

0,04746

0,00829

0,00721

0,9328

14,91%

7,199%

0,04533

0,04181

0,00658

0,00560

0,9223

17,53%

8,416%

0,05101

0,04771

0,00833

0,00729

0,9352

14,32%

6,924%

Rata-rata =

0,92605

16,70%

8,014%

Standart Deviasi =

0,01651

0,04260

0,01956

Kereta
1

Kereta
2

t1

t2

t1'

V1

V2

V1'

V2'

P'

Ek 1

Ek 2

0,1562

0,1562

0,04024

0,04476

0,2485

0,2234

0,03882

0,03490

0,00482

0,1562

0,1562

0,02778

0,02953

0,3599

0,3386

0,05623

0,05290

0,1562

0,1562

0,03070

0,03291

0,3257

0,3039

0,05088

0,1562

0,1562

0,03446

0,03736

0,2901

0,2677

0,1562

0,1562

0,03062

0,03274

0,3265

0,3054

4. Percobaan 4
No.

Fm

Jarak
Magnet
(m)

Sin

Tinggi

0,01724

0,068

0,01127

0,00970

0,03448

0,05

0,02253

0,01940

0,05170

0,043

0,03378

0,02910

0,06891

0,036

0,04502

0,03880

0,1041

0,029

0,06802

0,0587

5. Percobaan 5

No.

Massa

Tinggi

Sin

So

Smin

0,1562

0,00970

0,01127

0,2

0,024

0,176

0,003035

0,1562

0,01940

0,02253

0,2

0,009

0,191

0,006586

0,1562

0,0196

0,02276

0,2

0,008

0,192

0,006689

0,1562

0,02910

0,03378

0,2

0,004

0,196

0,01013

0,1562

0,0293

0,03401

0,2

0,003

0,197

0,01025

12

IV.

Analisis Data
Pada percobaaan 1a ini kita akan menyelidiki mengenai tumbukan leting
sempurna, atau tumbukan dengan nilai e mendekati angka 1. Kita harus
mencari besarnya momentum, dan Ek untuk dapat memuktikannya. Untuk
mencari momentum, kita harus mencari kecepatan terlebih dahulu. Kecepatan
dapat dicari dengan rumus :

Kemudian dengan rumus tersebut, dicari besarnya V1 dengan menggunakan


t1, V2 dengan menggunakan t2, V1 dengan menggunakan t 3 dan V2
bernilai 0 (nol) karena kereta II diletakan ditengah-tengah lintasan air track
dengan kondisi diam, yang berarti kecepatannya 0 (nol).
Setelah didapatkan kecepatan, maka kita dapat mencari besarnya momentum,
dengan menggunakan rumus :
= .

Untuk P1 hitung dengan menambahkan momentum kereta I sebelum


tumbukan dan momentum kereta II sebelum tumbukan, atau dapat ditulis
sebagia berikut :
= 1. 1 + 2. 2
Sedangkan untuk P didapatkan dari menambahkan momentum kereta I
setelah tumbukan dana momentum kereta II setelah tumbukan, dengan rumus
sebagai berikut :
= 1. 1 + 2. 2

13

Setelah nilai P dan P diketahui, maka kita dapat mencari besarnya P relatif
dengan rumus sebagai berikut :
=

| |
100%

Kemudian kita perlu mencari besarnya Energi Kinetik untuk membuktikan


teori kekekalan energi kinetik. Energi kinetik dapat dicari dengan
menggunakan rumus :
=

1
2
2

Untuk mencari besarnya Ek atau energi kinetik sebelum terjadi tumbukan,


kita dapat mencari besarnya menggunakan rumus :
1
1
= 11 2 + 12 2
2
2
Lalu untuk besarnya Ek atau energi kinetik sesudah tumbukan, dapat dicari
menggunakan rumus sebagai berikut :

| |
100%

Untuk mengetahui apakah tumbukan pada percobaan 1 berjenis tumbukan


lenting sempurna atau tidak, maka kita perlu mencari besarnya koefisien
restitusi dari tiap percobaan, menggunakan rumus :


(2 1 )
=
=

2 1

14

Dari 5 kali percobaan didapatkan besarnya Ekrelatif yang didapatkan adalah


sebagai berikut, yaitu sebesar 5,530% ; 5,894% ; 5,431% ; 9,079% dan
9,476%, dengan rata-rata sebesar 7,082%. Sedangkan untuk Prelatif, dari 5 kali
percobaan, didapatkan hasil sebagai berikut : 2,728% ; 2,905% ; 2,680% ;
4,441% dan 4,631%, dengan rata-rata sebesar 3,447%. Koefisien restitusi
yang didapatkan dari 5 kali percobaan adalah 0,9734 ; 0,9717 ; 0,9739 ;
0,9574 ; dan 0,9557 dengan koefisien restitusi rata-rata sebesar 0,964, dan
juga standart deviasi dari setiap data.

Dari ketiga data diatas, dapat disimpulkan bahwa pada percobaan 1a ini,
besarnya momentum dan Ek sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap atau
kekal dengana besarnya galat atau error sebesar kurang dari 10%, sehingga
tumbukan pada percobaan 1a ini bersifat elastik.

Pada percobaan 1b, kita akan menyelidiki tumbukan lenting tidak


sempurna atau tumbukan bernilai e mendekati 0 . Sama seperti percobaan 1a,
kita harus mencai besarnya nilai V1, V2, V1 dan V2 terlebih dahulu.
Kemudian setelah itu, kita harus mencari besarnya momentum sebelum ( P )
dan momentum setelah tumbukan (P). Kemudian kita juga harus mencari
besarnya Ek dan Ek. Setelah semua data yang diperlukan didapatkan, maka
kita dapat menganalisis data yang tersedia.
Dari 5 kali percobaan, didapatkan Ekrelatif sebesar 135,6% ; 128,4% ; 175,0%
; 135,3% dan 119,15 dengan rata-rata sebesar 138,7%. Untuk momentum
relatif ( Prelatif) didapatkan data sebagai berikut : 8,550% ; 6,870% ; 17,27% ;
8,484% dan 4,675% dengan rata-rata 4,675%. Koefisien restitusi dari ke-5
percobaan adalah sebagai berikut : 0,006740 ; 0,003380 ; 0,006110 ; 0,006560
; dan 0,006990 dengan koefisien restitusi rata-rata sebesar 0,005950.
Dari data tersebut, dapat kta simpulkan bahwa pada percobaan 1b berikut,
tumbukan yang terjadi adalah tumbukan tidak lenting sempurna karena
besarnya galat pada Ekrelatif rata-rata sebesar 138,7%, yang berarti antara Ek
sebelum tumbukan dan sesudah tumbukan mengalami perbedaan yang sangat

15

besar. Dapat disimpulkan bahwa ada energi kinetik yang hilang pada saat
tumbukan, sehingga tumbukan pada percobaan 1b bersifat inelastik.

Pada dasarnya, percobaan 2 sama seperti percobaan 1 namun kita


menambahkan

massa

untuk

mengetahui

apakah

perbedaan

massa

mempengaruhi momentum. Pada percobaan 2a, prinsip kerja yang kita


lakukan sama seperti pada percobaan 1a, namun kita menambahkan massa
tambahan pada salah satu kereta, sehingga terdapat perbedaan massa yang
signifikan pada kedua kereta.
Setelah melakukan 5 kali percobaan, didapatkan data jumlah waktu yang
diperlukan saat penghalang gerbang cahaya melewati , kemudian kita harus
mencari nilai V1, V2, V1 dan V2. Kemudian, kita harus mencari besarnya
momentum sebelum dan sesudah tumbukan. Setelah itu kita harus mencari
besarnya Ek sebelum dan Ek sesudah tumbukan, kemudian mencari besarnya
koefisien restitusi. Lalu mencari nilai relatif dari ke-3 data tersebut.
Dari ke-5 percobaan tersebut, didapatkan data energi kinetik relatif sebagai
berikut : 4,432% ; 3,869% ; 4,351% ; 8,364% ; dan 7,010% dengan rata-rata
sebesar 5,605% .

Sedangkan untuk besar momentum relatif, data yang

didapatkan sebagai berikut : 7,811% ; 4,224% ; 8,149% ; 1,328% dan 10,62%


, dengan besar rata-rata 6,427%. Untuk koefisien restitusi, dari ke-5 kali
percobaan didapatkan data sebagai berikut : 1,032 ; 1,007 ; 1,047 ; 0,9105 ;
dan 0,8352 dengan rata-rata 0,9665.
Dari ketiga data diatas, dapat disimpulkan bahwa massa berpengaruh pada
besarnya momentum, karena massa berbanding lurus dengan momentum.
Semakin besar massa kereta, maka waktu yang dibutuhkan untuk penghalang
gerbang cahaya melewati photodioda semakin lama, sehingga kecepatannya
semakin lambat. Karena galat atau error pada energi kinetik besarnya kurang
dari 10%, dan juga besarnya koefisien restitusi rata-rata mendekati nilai 1,
maka dapat disimpulkan bahwa pada tumbukan percobaan 2a ini bersifat
elastik.

16

Pada percobaan 2b, sama seperti pada percobaan 1b, pegas pada kereta
diganti dengan velcro, sehingga pada saat tumbukan, kedua kereta akan
menempel bersama. Sama seperti pada percobaan-percobaan sebelumnya,
setelah mendapatkan waktu yang diperlukan, maka kita harus mencari nilai
V1, V2, V1 dan V2. Kemudian mencari besarnya momentum sebelum dan
sesudah tumbukan, lalu mencari besarnya energi kinetik sebelum dan sesudah
tumbukan. Setelah itu , kita dapat menganalisa data pada percobaan 2b ini.
Dari 5 kali percobaan, didapatkan data besarnya energi kinetik relatif sebagai
berikut : 125,4% ; 117,8% ; 105,7% ; 207,9% dan 171,6% dengan nilai ratarata sebesar 145,7%. Momentum relatif dari ke-5 data tersebut adalah sebagai
berikut : 8,946% ; 9,502% ; 8,474% ; 17,66% ; dan 13,42% degan nilai ratarata sebesar 11,60%. Koefisien restitusi dari ke-5 percobaan tersebut adalah
sebagai berikut : 0,005026 ; 0,007068 ; 0 ; 0,005920 ; dan 0,009133, dengan
rata-rata sebesar 0,003401.
Dari data diatas, dapat kita simpulkan bahwa massa yang berbeda tidak
mempengaruhi besarnya momentum sebelum dan sesudah tumbukan, karena
nilai rata-rata dari momentum sebesar 11,60%. Dari besarnya galat energi
kinetik, rata-ratanya adalah 171,6%, yang berarti ada energi kinetik yang
hilang selama tumbukan, koefisien restitusinya memiliki rata-rata sebesar
0,003402 yang mendekati nilai nol. Dari semua data diatas, dapat disimpulkan
bahwa pada percobaan 2b tumbukannya bersifat inelastik.

Pada percobaan 3, kita tidak lagi menggunakan pegas ataupun velcro,


melainkan menggunakan 2 batang magnet. Pada percobaan ke-3 ini, kita
menggunakan gaya tolak menolak antar kutub magnet yang sama untuk
memberikan gaya dorong dari kereta I yang bergerak kepada kereta II yang
awalnya diam. Setelah diakukan 5 kali percobaan, maka kita mendapatkan
data berupa waktu yang dibutuhkan oleh penghalang gerbang cahaya untuk
melewati photodioda. Sama seperti pada percobaan 1 dan 2, kita harus
mencari besarnya nilai V1,V2, V1 dan V2. Kemudian kita mencari besarnya
momentum sebelum dan sesudah tumbukan, serta besarnya energi kinetik

17

sebelum dan sesudah tumbukan. Setelah itu kita mencari nilai relatif dari
momentum dan energi kinetik.
Dari ke-5 kali percobaan, didapatkan data energi kinetik sebagai berikut :
23,72% ; 12,99% ; 14,91% ; 17,53% ; dan 14,32% dengan rata-rata 16,70%.
Momentum relatif dari ke-5 kali percobaan, adalah sebagai berikut : 11,23% ;
6,299% ; 7,199 % ; 8,416% ; dan 6,924% dengan rata-rata sebesar 8,014%.
Sedangkan koefisien restitusinya adalah sebagai berikut : 0,8990 ; 0,9407 ;
0,9238 ; 0,9223 ; dan 0,9352 dengan nilai rata-rata sebesar 0,9260.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya tolak menolak antar kutub
magnet yang sejenis dapat menghasilkan momentum yang sama. Maksudnya,
momentum sebelum dan sesudah tumbukan sama besar, walaupun tumbukan
antar kedua kereta tidak terjadi secara langsung, tapi melalui perantara gaya
tolak menolak antar kutub magnet sejenis. Sehingga dapat disimpulkan
walaupun besar energi kinetik relatifnya lebih dari 10%, tapi berdasarkan
besarnya koefisien restitusi rata-rata yang bernilai 0,9260 atau yang hampir
mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa tumbukan bersifat elastik.

Pada percobaan ke-4, kita akan mencari besarnya gaya interaksi magnet,
dengan cara mencari jarak terdekat antara 2 buah magnet yang berkutub sama,
sehingga ada gaya tolak menolak yaang muncul antar magnet. Pada percobaan
ini, lintasan diberi penyangga tambahan sehingga muncul sudut kemiringan
tertentu, sehingga muncul gaya akibat adanya sudut kemiringan dan gaya
gravitasi.
= 0
sin = 0
W

= sin
= . . sin

Setelah dilakukan 5 kali percobaan dengan penambahan penyangga tambahan


secara bertahap, didapatlah data sebagi berikut :

18

No.

Fm

Jarak
Magnet

Sin

Tinggi

0,01724

0,06800

0,01126

0,00970

0,03448

0,05000

0,02252

0,01940

0,05170

0,04300

0,03377

0,02910

0,06891

0,03600

0,04501

0,03880

0,1041

0,02900

0,06801

0,0587

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tinggi penyangga tambahan


mempengaruhi nilai sin , yang berpengaruh terhadap besarnya gaya magnet
atau Fm, karena = . . , sehingga semakin besar nilai sin , maka
jarak antar magnet semakin kecil, dikarenakan terdorong oleh gaya magnet
(Fm) yang semakin besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa besarnya sin
berbanding lurus dengan besarnya Fm, dan berbanding terbalik dengan
besarnya jarak antar magnet.
Hubungan antara Fm dengan jarak magnet atau s dapat dilihat pada grafik
berikut:

Hubungan Fm dengan S
0,12000

0,10412

0,10000

Fm

0,08000

0,06891
0,05171

0,06000

0,03448

0,04000

0,01724

0,02000
0,00000
0

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0,06

0,07

0,08

S
Pada percobaan ke 5, sama seperti pada percobaan ke-4, kita akan mencari
jarak antar magnet yang paling kecil. Sama seperti pada percobaan ke-4, pada
lintasan air track akan ditambahkan penyangga tambahan secara bertahap
sehingga muncul sudut tertentu. Namun, perbedaan percobaan ini dengan

19

percobaan ke-4 adalah kereta II kan dilepaskan dari titik tertentu, lalu kita
akan mencari jarak minimum antar magnet ssebelum kereta kembali
memantul akibat terdorong oleh gaya magnet.
= .
= . . sin .

Dimana :
=

Setelah 5 kali dilakukan percobaan dengan penambahan penyangga tambahan


secara bertahap, didapatlah data sebagai berikut :

No.

Massa

Tinggi

Sin

So

Smin

0,1562

0,00970

0,01127

0,2

0,024

0,176

0,00304

0,1562

0,01940

0,02253

0,2

0,009

0,191

0,00659

0,1562

0,0196

0,02276

0,2

0,008

0,192

0,00669

0,1562

0,02910

0,03378

0,2

0,004

0,196

0,01013

0,1562

0,0293

0,03401

0,2

0,003

0,197

0,01026

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sama seperti pada percobaan ke4, tinggi penyangga tambahan mempengaruhi nilai sin , sehingga
mempengaruhi besarnya W, karena berlaku = . . sin . . Nilai s
dipengaruhi oleh Smin , karena nilai s didapatkan dari , Smin sendiri
dipengaruhi oleh sin atau . . sin , sehingga semakin besar sin
maka akan semakin besar dorongan yang didapatkan oleh kereta II akibat oleh
gaya gravitasi, sehingga jarak Smin semakin kecil seiring dengan semakin
besarnya tinggi penyangga tambahan, atau dapat dikatakan bahwa besarnya
Smin berbanding terbalik dengan besarnya .
Hubungan antara W dengan S min dapat dilihat pada grafik berikut :
20

Hubungan W dengan Smin


0,01200
0,01026
0,01013

0,01000

0,00800
0,00669

0,00600

0,00659

0,00400
0,00304
0,00200

0,00000
0

0,005

0,01

0,015

0,02

0,025

0,03

Smin
V.

Kesimpulan
Dari ke-5 percobaan diatas, dapat ditaraik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada percobaan 1a, dimana antar diberi tambahan pegas,


tumbukan bersifat elastik, karena besarnya momentum
sebelum dan sesudah tumbukan hampir sama, energi kinetik
sebelum dan sesudah tumbukan juga bernilai hampir sama,
serta koefisien restitusi mendekati nilai 1, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tumbukan bersifat elastik.
2. Pada percobaan 1b, karena pegas diganti dengan velcro,
sehingga pada saat tumbukan, maka kereta I akan menempel
dengan kereta II, sehingga tumbukan bersifat inelastik. Hal ini
dapat dibuktikan dengan berkurangnya nilai Ek setelah
tumbukan, walaupun nilai momentum sebelum dana sesudah
tidak berbeda jauh, tapi tumbukan bersifat inelastik, karena
nilai koefisien restitusinya mendekati nilai 0 (nol).
3. Pada percobaan 2a, sama seperti pada percobaan 1a, kereta
diberi pegas, sehingga tumbukan bersifat elastik. Walaupun
massa kedua kereta berbeda karena salah satu kereta diberi
beban tambahan, tapi energi kinetik sebelum dan sesudah
tumbukannya bernilai hampir tetap, serta koefisien restitusinya

21

bernilai mendekati 1, sehingga dapat disimpulkan penambahan


massa tidak mempengaruhi besarnya momentum.
4. Pada percobaan 2b, pegas diganti dengan velcro, sehingga
tumbukan bersifat inelastik, karena besarnya energi kinetik
setelah tumbukan berbeda jauh dengan sebellum tumbukan
Besarnya koefisien restitusi juga sangat kecil, sehingga
dianggap mendekati nol, jadi secara keseluruhan tumbukan
bersifat inelastik walaupun besarnya momentum tetap.
5. Pada percobaan 3, digunakan magnet batangan sebagai media
tumbukan, walaupun tumbukan tidak terjadi secara langsung,
dalam artian kedua kereta saling bertemu, namun besarnya
energi kinetik sebelum dan sesudah, serta momentum sebelum
dan sesudah hampir sama. Koefisien restitusinya juga bernilai
hampir mendekati 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tumbukan bersifat elastik.
6. Pada percobaan ke-4, kita tetap menggunakan magnet pada
kedua kereta, namun pada lintasan air track diberikan
penyangga tambahan sehingga muncul sudut tertentu, sehingga
kita dapat mencari nilai sinnya, yang berpengaruh terhadap
nilai gaya magnetnya. Nilai sin berbanding lurus dengan nilai
gaya magnet karena = . . sin , sehingga semakin besar
nilai sin, maka semakin besar gaya magnet, dan semakin kecil
pula jarak antar magnet.
7. Pada percobaan ke-5, pada prinsipnya sama dengan percobaan
ke-4, namun pada percobaan ini, kereta I dilepaskan pada titik
tertentu,sehingga didapatkan jarak minimum antar kereta.
Besarnya usaha kereta I berbanding lurus dengan besarnya sin,
karena = . . sin . , dimana semakin besar nilai sin,
maka nilai Smin akan semakin kecil , sehingga s akan semakin
besar.

22

VI.

Referensi
Modul Laboratorium Fisika Dasar 2014
Buku Menguasai IPA SKS edisi 1
fisikareview.wordpress.com

23

Anda mungkin juga menyukai