Anda di halaman 1dari 27

PENUGASAN INDIVIDU

ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI

Oleh :

I Gusti Agung Ayu Diah Sri Utami

(1402105059)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
DENPASAR
2015

BAB I . PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem reproduksi atau genetalia baik pria ataupun wanita terdiri dari 2 bagian, yaitu
genetalia interna dan genetalia eksterna.

Organ genetalia interna merupakan organ atau

alat kelamin yang tidak tampak dari luar sedangkan organ genetalia luar , merupakan organ
yang tampak dari luar , Fungsi sistem reproduksi manusia dikendalikan atau dipengaruhi
oleh hormon-hormon.
Organ reproduksi baik wanita ataupun pria berkembang sejak masa embrio.
Perkembangan embrional alat reproduksi berasal dari keadaan yang indiferen dengan kedua
jenis kelamin yang sama sampai awal minggu ke-7.
Pada masa pubertas, pria mengalami mimpi basah dan wanita mengalami
menstruasi. Itu menandakan pria sudah siap untuk membuahi wanita, begitu pula wanita
sudah siap untuk dibuahi. Jika terjadi pembuahan, maka wanita akan mengalami periode
kehamilan, melahirkan dan menyusui. Pada periode kehamilan, melahirkan dan menyusui
terdapat hormon hormon yang terlibat pada masing masing .
Tujuan
Untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai

organ serta fungsi dari alat

reproduksi wanita dan pria, perkembangan alat reproduksi pada masa embrional, hormone
hormone terkait dengan reproduksi, mampu menjelaskan mimpi basah, siklus menstruasi,
hormon hormon yang terlibat terkait dengan persalinan
Manfaat
Setelah menyelesaikan tugas ini, kita mampu memahami serta menjelaskan organ
serta fungsi dari alat reproduksi wanita dan pria , perkembangan alat reproduksi pada masa
embrional ,hormone hormone terkait dengan reproduksi , mampu menjelaskan mimpi
basah , siklus menstruasi , hormone hormon yang terlibat terkait dengan persalinan .

Rumusan Masalah

1) Jelaskan organ reproduksi pada pria dan wanita (dijelaskan dengan gambar akan lebih
baik)?
2) Jelaskan tentang perkembangan organ sistem reproduksi sejak embrio?
3) Jelaskan fungsi masing-masing organ reproduksi?
4) Jelaskan tentang hormon-hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi. Jelaskan pula
fungsi dari hormon-hormon tersebut?
5) Jelaskan tentang mimpi basah pada pria dan hormon yang terlibat?
6) Jelaskan tentang siklus menstruasi. Bagaimana pengaruh hormon seksual terhadap
siklus menstruasi?
7) Jelaskan tentang hormon-hormon yang terlibat selama periode kehamilan, kelahiran dan
menyusui?

BAB II . PEMBAHASAN
Organ Reproduksi Laki-laki

Organ reproduksi laki-laki dibedakan menjadi alat alat reproduksi yang tampak dari
luar dan yang berada didalam tubuh.
a. Organ Reproduksi Luar
Penis terdiri dari jaringan-jaringan otot, jaringan spons yang lembut,
pembuluh darah dan jaringan saraf. Fungsinya yaitu untuk kopulasi
(hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk memudahkan semen

ke dalam organ reproduksi wanita) .


Buah zakar yang terdiri dari kantung zakar yang didalamnya terdapat
sepasang testis dan bagian-bagian lainnya. Kulit luar nya disebut skrotum.
Skrotum berfungsi melindungi testis serta mengatur suhu yang sesuai untuk

spermatozoa (sel sperma).


Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis.
Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di
antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa
jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk
menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur.Di dalam
skrotum juga tedapat serat-serat otot yang berasal daripenerusan otot lurik

dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai
pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil.Proses pembentukan
sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu beberapa
derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
b. Organ Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam yaitu organ yang tidak tampak dari luar. Yang terdiri dari :
Testis. Testis sebenarnya adalah kelenjar kelamin, berjumlah sepasang dan
akan menghasilkan sel-sel sperma serta hormon testosteron. Skrotum dapat
menjaga suhu testis. Jika suhu terlalu panas , skrotum mengembang, jika
suhu dingin skrotum mengerut sehingga testis lebih hangat. Testis (gonad
jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis
berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat dibagian tubuh sebelah
kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri
dari serat jaringan ikat dan otot polos. Fungsi testis secara umum
merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan

yang disebut testoteron.


Tubulus Seminiferus Didalam testis terdapat terdapat saluran-saluran halus
yang disebut saluran penghasil sperma (tubulus seminiferus). Dinding

dalam saluran terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat.


Saluran Reproduksi (Saluran Pengeluaran)
Saluran reproduksi maksudnya tempat sperma keluar atau jalan berupa
lubang kecil yang menghubungkan organ dalam. Saluran pengeluaran pada
organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran
ejakulasi dan uretra.
Epididimis berupa saluran panjang yang berkelok yang keluar dari
testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri.
Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas
deferens.
Vasa deferens berupa saluran panjang dan lurus mengangkut
sperma ke vesika seminalis. Vas deferens atau saluran sperma
(duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas

dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak


menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat
jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau
kantung mani (vesikula seminalis).
Saluran ejakulasi merupakan saluran

yang

pendek

dan

menghubungkan vesikula seminalis dengan urethra. Saluran ini

berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra


Uretra merupakan saluran panjang terusan dari saluran ejakulasi dan

terdapat di penis.`
2. Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita , terdiri dari dua bagian yaitu internal female genital
organs atau organ genetalia interna wanita dan eksternal female genital organs atau organ
genetalia eksterna wanita .
Organ genetalia interna wanita merupakan organ atau alat kelamin yang tidak
tampak dari luar , Terletak di dalam rongga pelvis (laser pelvis), rongga pelvis sendiri
memiliki berbagai macam bentuk yaitu Android , Ginecoid, Anthropoid dan Platypelloid,

bentuk tulang pubish yang bagus pada wanita sehinggga memudahkan ketika melahirkan
adalah Ginecoid. Organ genetalia interna wanita terdiri dari :
1) Vagina (liang senggama)
Vagina adalah saluran yang berbentuk tabung yang menghubungkan vulva dengan
rahim
2) Uterus (rahim)
Uterus merupakan suatu organ muskular berbentuk seperti pir atau alpukat yang
terletak di antara kandung kemih dan rektum. Uterus terdiri dari :
Fundus Uteri (dasar rahim), ditutupi oleh peritoneum , berhibungan dengan
facies vesicalis dan permukaan iternalis. fundus uteri berada di atas vesica

urinaria..
Korpus Uteri, didalam dari Korpus uteri terdapat rongga atau kavum uteri,
terdiri dari: paling luar lapisan serosa atau perimetrium yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intra abdomen, tengah lapisan muskular atau
miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot
longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang
melapisi dinding cavum uteri, Lapisan endomentrium ini lah yang meluruh

sehingga terjadi menstruasi.


Serviks Uteri , Serviks uteri merupakan bagian terbawah uterus, yang terdiri
dari pars vaginalis dan pars supravaginalis

Pada uterus juga terdapat ligamentum-ligamentum uterus yang terdiri dari


Ligamentum latum , Ligamentum rotundum , Ligamentum infundibulo pelvikum,
Ligamentum kardinale, Ligamentum sakro uterine ,dan

Ligamentum vesiko

uterinum.
Pembuluh darah yang mengaliri uterus adalah arteri uterina , arteri ovarika. Dan
vena uterus
Adapun letak dari uterus adalah sebagai berikut : Antefleksi (menekan ke depan),
merupakan letak fisiologis. Retrofleksi (menghadap ke belakang). Anteversio,

uterus terdorong ke depan.Retroversio, uterus terdorong ke belakang. Torsio, uterus


yang memutar.
3) Tuba falopi (saluran telur)
Tuba falopii merupakan saluran telur yang mengangkut ovum dari ovarium ke
kavum uteri. Tuba falopi terdiri atas 4 bagian yaitu:
Pars interstisialis:bagian tuba yang terdapat di dalam uterus
Pars ismika: bagian tuba setelah ke luar dinding uterus. Pars ismika

merupakan bagian yang lurus dan sempit.


Pars ampularis: bagian tuba antara pars ismika dengan infundibulum. Pars
ampularis merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk S. Pars

ampularis merupakan tempat terjadinya konsepsi.


Infundibulum: bagian ujung dari tuba dengan umbai-umbai yang disebut
fimbrae. Fungsi dari fimbrae untuk menangkap ovum yang matang. Lubang

pada fimbrae disebut ostium abdominale tuba.


4) Ovarium (indung telur)
Ovarium berbentuk oval dan terletak pada dinding panggul bagian lateral yang
disebut fossa ovarium. Ovarium ada dua yaitu terletak di kiri dan kanan uterus,
Ovarium berfungsi untuk mengeluarkan hormon progesteron dan esterogen serta
mengeluarkan telur setiap bulan
Organ genetalia eksterna wanita adalah organ yang dapat terlihat dari luar, organ
eksterna ini sering disebut dengan vulva . Adapun organ genetalia eksterna wanita terdiri
dari :
1. Mons Pubis/ Mons Veneris
Mons Pubis merupakan bagian yang menonjol yang banya berisi jaringan lemak
yang terletak dipermukaan anterior simpisis pubis. Kulit mon pubish akan berisi
2.

rambut rambut halus ketika menginjak usia pubertas


Labia Mayora
Berupa dua buah lipatan jaringan lemak, berbentuk lonjong

berasal dari mons pubis dan berjalan kebawah


3. Labia Minora

menonjol yang

Labia minora adalah dua buah lipatan jaringan yang pipih dan berwarna
kemerahan. Labia minora akan terlihat jika labia mayora dibuka.
4. Klitoris/ Klentit
Merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk silinder dan erektil yang terletak di
bawwah kommisura labia anterior dan sebagian tersembunyi diantara ujnung
anterior labia minora.. Klitoris sangat sensitif. Terdiri dari korpus kavernosus dan
membrane fibrosa. Ujung badan klitoris dinamai Glans dan lebih sensitif dari
pada badannya
5. Vestibulum Vagina
Merupakan rongga atau celah yang berada diantara labia minora di belakang glans
klitoris,
6. Kelenjar Bartholini (Glandula vestibularis mayor )dan Skene.
elenjar yang penting didaerah vulva karena dapat mengeluarkan lendir. Terdiri dari
dua bagian melingkar .
7. Orifisium Vagina
Orifisium vagina adalah celah yang terdapat di bawah dan dibelakang muara uretra .
Ukurannya tergantung Hymen.
8. Hymen (Selaput darah)
Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian liang senggama.

Hymen

merupakan sekat antara genetalia eksterna dengan interna


Perkembangan Organ Reproduksi Sejak Embrio
Perkembangan embrional alat reproduksi berasal dari keadaan yang indiferen
dengan kedua jenis kelamin yang sama sampai awal minggu ke-7 dan barulah organ polar
yang spesifik berdiferensiasi dalam berbagai sudut pandang. Pada dinding dorsal perut
sebelah medial dari mesonefros tampak suatu tonjolan yang cembung mirip rigi (gonadal
ridge) pada minggu ke-5, yang terbentang dari diafragma sampai ke panggul dan di
tengahnya terdapat bakal gonad yang agak menonjol ke depan.
Di daerah bakal gonad, membran basal epitel coelom menghilang sehingga dapat
tumbuh ke dalam tanpa halangan dan sel kelamin dengan organnya dapat mengalami suatu
situasi penting bagi diferensiasi gamet yang sangat spesifik dan terjadi kemudian. Namun,
jaringan mesonefros tumbuh dengan cepat pada bakal gonad, yang menginduksi dan

mengatur perkembangan lebih lanjut pada gonad melalui ekspresi faktor-faktor spesifik.
Tanpa faktor ini, bakal gonad tidak berkembang lebih lanjut. Mesonefros dengan demikian
tetap ada pada kedua jenis kelamin di daerah bakal gonad yang mula-mula menerimanya,
namun segera mengalami degenerasi di kranial dan kaudal.
Di sebelah lateral dari mesonefros akhirnya terbentuk ductus genitales yang lebar,
yaitu duktus Muller (duktus paramesonefros). Dengan demikian, mula-mula terbentuk
lekukan ke dalam pada epitel coelom, yang lalu bertambah menjadi saluran epitel yang
tumbuh di samping duktus Wolff ke arah kaudal sampai ke sinus urogenitalis. Karenanya,
tercipta dasar duktus bersama bagi kedua jenis kelamin untuk diferensiasi organ kelamin
bagian dalam lebih lanjut, yakni keadaan indiferen yang merupakan asal perkembangan
pria dan wanita pada bulan ketiga(Rohen & Drecoll, 2003).
Tahap Indiferen Gonad
Sex secara genetik terbentuk pada saat embrio pada saat fertilisasi, sedangkan
secara morfologi gonad belum menunjukkan antara pria dan wanita sampai minggu ke-7.
Gonad pada awalnya merupakan sepasang rigi longitudinal yang disebut genital atau
gonadal ridge yang terbentuk dari proliferasi epitel dan kondensasi dari lapisan
mesenchyme. Sel germinal primordial belum tampak di genital ridge sampai minggu ke-6
(Langman, 2009). Gonad bukan merupakan asal dari sel kelamin dan bukan merupakan
kelenjar dalam arti sebenarnya, melainkan tempat sel germinal dalam perjalanannya di
ductus genitales mengalami diferensiasi spesifik. Sel-sel germinal primordial kemungkinan
mengembara dari yolk sac melalui tangkai penghubung (connecting stalk) atau juga dari
epiblas ke dalam rongga tubuh bakal embrio pada
tahap dini. Sel-sel yang cepat bertambah banyak melalui mitosis, bergerak dan
mengembara seperti amoeba (kira-kira pada hari ke-28) sepanjang mesentery dorsal dari
hind gut, tiba di gonad primitif pada awal minggu ke-5 dan menempati genital ridge pada
minggu ke-6. Apabila mereka gagal menempati genital ridge pada masanya maka gonad
tidak akan terbentuk (Langman,2009)
Sel kelamin mulanya dapat ditemukan di epitel permukaan yang juga disebut epitel
benih. Sel-sel epitel coelom cepat tumbuh ke dalam dengan membawa sel-sel germinal dan
kemudian selalu mempertahankan hubungan sel yang erat dengan sel-sel germinal tersebut

yang penting untuk diferensiasi sel-sel ini. Sel epitel coelom menunjang metabolisme sel
germinal dan mengatur perkembangan selanjutnya dengan cara yang spesifik. Sel epitel
coelon berdiferensiasi di dalam testis menjadi sel sertoli dan di dalam ovarium menjadi sel
epitel folikel. Dengan cara ini, pada bakal gonad embrio terbentuk dua daerah yang
berhadapan dan memiliki zat penginduksi yang berbeda, yaitu korteks dan medula. Sel
germinal mula-mula tetap berada di korteks dalam pengaruh sel-sel sertoli atau sel epitel
folikel. Medula sebaliknya lebih (biasanya) dipengaruhi inhibisi dari blastema mesonefros
Masih belum diketahui mekanisme pengaturan perjalanan sel-sel germinal primer
dari mesoderm ekstra embrional ke bakal gonad. Karena sel-sel benih tetap memiliki faktor
transkripsi (protein-Oct4) yang diekspresikan pada semua sel blastomer yang totipoten.
Faktor ini juga diekspresikan pada sel-sel benih tahap ke-3 dan pada oosit, namun tidak
diekspresikan pada sperma. Pada permukaan gonad, sel- sel germinal mempunyai faktor sel
tunas, yang melindungi sel-sel germinal dari terjadinya apoptosis (Rohen & Drecoll, 2003).
Sebelum dan selama sel germinal primordial sampai, epitel dari genital ridge mengalami
proliferasi dan sel epitel masuk ke lapisan mesenchyme sehingga membentuk beberapa
bentuk korda yang tidak beraturan yang dinamakan primitive sex cords (korda seks
primitif). Pada pria dan wanita, korda tersebut berhubungan dengan permukaan epitel dan
tidak mungkin dapat dibedakan antara gonad pria dan wanita. Gonad dalam keadaan ini
dinamakan indifferent gonad (gonad indiferen) (Langman, 2009)
Tahap Diferen Gonad
Pada akhir minggu ke-7 diferensiasi seksual bakal gonad baru dikenali. Gonad yang
terbetuk dibedakan menjadi 2, yaitu: 2.4.1 Testis Embrio dikatakan secara genetik adalah
pria apabila sel germinal primordial membawa kromosom seks komplek XY. Di bawah
pengaruh dari gen SRY pada kromosom Y yang mengkode testis determining factor, korda
seks primitive berkembang secara proliferatif dan masuk lebih dalam ke medula untuk
membentuk testis atau ke dalam korda medula. Untuk menuju bagian hilus dari kelenjar,
korda berpisah ke bagian untaian sel kecil yang nantinya akan menjadi tubulus dari rete
testis. Selama perkembangan yang lebih lanjut, lapisan padat dari jaringan konektif fibrosa
yaitu tunica albugenia memisahkan korda testis dari permukaan epitel (Langman, 2009)

Pada testis, sel-sel epitel coelom yang tumbuh di dalamnya (sel pra-sertoli),
membentuk korda yang letaknya sedemikian dekat satu sama lain dan saling terjalin satu
dengan yang lain (korda seksual, duktuli pluger) yang merupakan tempat tanggal sel
germinal dan terhambatnya diferensiasi sel tersebut lebih lanjut oleh faktor-faktor
inhibitorik. Di dalam mesenchyme yang tumbuh dari mesonefros muncul sel yang lebih
besar dan memproduksi hormon, yaitu sel Leydig janin yangsudah memproduksi
testosteron dari minggu ke-8 yang penting untuk kelanjutan perkembangan seksual yang
spesifik pada janin.
Pada minggu ke-10, anyaman korda seksual mulai memudar. Struktur tersebut
membentuk tubulus seminiferus yang independen dan sangat berliku-liku yang
memisahkan korteks dari epitel benih melalui lapisan jaringan ikat kasar (tunika lbugenia).
Kini sel-sel germinal tidak dapat lagi mencapai testis. Sisa sel-sel yang tersebar di korteks
mulai berdegenerasi. Oleh karena saluran kecil sperma (tubulus seminiferus) berakhir buntu
dan simpai testis menebal melalui tunica albugenia, pengeluaran sel germinal hanya dapat
terjadi ke arah dalam. Agar penyaluran sperma dapat terjadi, terjadi diferensiasi duktus
mesonefros yang berbatasan dengan testis menjadi duktus eferens dan bersatu di atas rete
testisdengan tubulus seminiferus. Di bawah pengaruh testosteron, duktus Wolff di daerah
gonad menjadi saluran epididimis dan ke arah distal menjadi saluran sperma (duktus
deferens). Dari minggu ke-20 pada dasarnya testis sudah mencapai tahap diferensiasi
tersebut, yang setelah lahir tetap berlangsung sampai pematangan seksual (pubertas) terjadi
(Rohen & Drecoll, 2003)
Diferensiasi spesifik mulai terjadi belakangan secara keseluruhan, epitel coelom
pada orang dewasa membentuk korda epitel ke dalam blastema gonad,namun tidak ada
yang menembus sampai ke medula, namun tetap tinggal di daerah korteks. Di korteks, sel
tersebut berubah menjadi gumpalan sel dengan oogoni yang berproliferasi di dalamnya
melalui pembelahan mitosis yang cepat dan berurutan.
Secara keseluruhan, terbentuk sekitar 7 juta sel benih, namun dari jumlah tersebut
menjelang kelahiran menjadi 5-6 juta sel akan mati (Rohen & Drecoll, 2003). Dari minggu
ke-12 sampai ke-16, penggolongan lapisan lambat laun dapat dikenali di bakal gonad. Di
luar daerah korteks jaringan tebal dari sel penunjang yang gelap berkembang dengan

oogoni yang aktif berproliferasi. Kemudian, terbentuk zona yang bertambah lebar, tempat
oosit muncul pertama kalinya, yang dimulai di dalam bola telur berepitel dengan
pembelahan pematangan pertama (meiosis), namun bertahan pada stadium profase
Pada daerah korteks, anyaman longar mesenkim zona medula menutup dan
akhirnya menutup ke dalam rete blastema, di mana tidak ada sel telur yang tersisa. Karena
di dalam ovarium tidak terjadi perkembangan ductus genitales, transportasi sel telur harus
terjadi ke arah luar di tempat ini yang berkebalikan dengan testis. Oleh sebab itu, perlu
adanya sistem duktus besar kedua dari bakal indiferen, yaitu duktus Muller yang
berdiferensiasi menjadi tuba fallopii dan uterus setelah terjadinya induksi hormonal (Rohen
& Drecoll, 2003).
Regulasi Molekuler Perkembangan Duktus Genetalia
SRY merupakan master gen pada perkembangan testis dan berperan secara langsung
pada gonadal ridge dan secara tidak langsung pada duktus mesonefros. Faktor ini juga
menyebabkan testis menghasilkan faktor kemotaksis yang menyebabkan tubulus dari
duktus mesonefros menembus gonadal ridge dan menstimulasi perkembangan testis lebih
lanjut.
Apabila hal ini tidak terjadi maka diferensiasi dari testis akan gagal. SRY juga
meregulasi steroidogenesis factor (SF1) yang berperan melalui faktor transkripsi yang lain
yaitu SOX9, untuk menginduksi diferensiasi dari sel Sertoli dan sel Leydig. Selanjutnya,
sel sertoli memproduksi mullerian inhibiting substance (MIS) yang disebut juga anti
mullerian hormon (AMH) yang menyebabkan duktus paramesonefros (duktus Muller)
mengalami regresi. Sel Leydig menghasilkan hormon testosteron yang masuk ke dalam sel
dari organ target yang mungkin tetap atau diubah menjadi dehidrotestosteron oleh enzim 5
reduktase. Testosteron dan
dehidrotestosteron berikatan dengan protein reseptor intraseluler spesifik dan secara
otomatis komplek reseptor hormon berikatan dengan DNA untuk meregulasi transkripsi
dari gen spesifik jaringan dan produk protein. Reseptor testosterone memodulasi virilisasi
duktus mesonefros, sedangkan reseptor dehidrotestosteron memodulasi diferensiasi dari
genetalia ekternal pria.

Diferensiasi seks pada wanita dianggap sebagai mekanisme yang terjadi karena
ketidakadaan dari kromosom Y, tetapi sekarang diketahui bahwa ada gen spesifik yang
menginduksi perkembangan ovarium. Seperti contoh, DAX1, salah satu family reseptor
hormon yang berlokasi pada lengan pendek dari kromosom X dan berperan sebagai
downregulating SF1 yang mencegah terjadinya diferensiasi sel Sertoli da sel Leydig.
Growth Factor WNT4 juga membantu deferensiasi ovarium dan diekspresikan lebih awal
pada gonadal ridge pada wanita tetapi tidak pada pria. Tidak adanya produksi MIS oleh sel
Sertoli, duktus Muller akan distimulasi oleh estrogen untuk membentuk tuba fallopii,
uterus, cervix, dan vagina bagian atas.
Estrogen juga berperan pada genetalia eksterna pada tahap indiferen untuk
membentuk labia mayora, labia minora, klitoris, dan vagina bagian bawah
Perkembangan Duktus Genetalia

Perkembangan Duktus Genetalia Pada Pria

Genetalia embrio masih bersifat indiferen sampai minggu ke-7. Lalu dalam pengaruh
hormon estrogen yang dibentuk di dalam blastema gonad, duktus Muller terus berkembang
menjadi tuba fallopii, uterus, dan bagian proksimal vagina pada janin wanita, sedangkan
pada saat yang sama mesonefros dan duktus Wolff mengalami degenerasi.
Pada janin laki-laki, terjadi hal yang sebaliknya, yaitu duktus Muller mengalami
degenerasi dalam pengaruh MIS, sedangkan dalam pengaruh testosteron, mesonefros di
daerah bakal gonad terus berdiferensiasimenjadi epididimis dan duktus Wolff menjadi vas
deferens (duktus deferens). Pada kedua jenis kelamin, bakal gonad mengalami suatu
penurunan (desensus) ketika ligamen genetal bertindak sebagai penuntun. Gonad wanita
pada proses penurunan hanya mencapai pelvis minor yang juga berada di rongga perut.
Testis mengembara lebih jauh melalui
kanalis inguinalis sampai ke skrotum (desensus testis) sehingga ligamen gonadal ridge
(gubernakulum testis) memendek dan testis tertarik ke bawah melalui kanalis inguinalis
dari duktus Muller hanya tersisa suatu vesikel pada puncak atas testis, begitu juga pada
bagian awal uretra, yaitu utriculus prostaticus. Degenerasi duktus Muller diinduksi oleh
MIS atau AMH. Dari bagian akhir duktus Wolff yang kelak menjadi vas deferens, vesicula

seminalis tumbuh dengan salurannya yang disebut duktus ejakulatorius dan bermuara ke
dalam uretra .

Perkembangan Duktus Genetalia Pada Wanita

Duktus Muller berkembang dari suatu invaginasi epitel coelom pada janin perempuan
(antara hari ke-44 dan ke-56) yang kelak menjadi ostium tuba fallopii. Saluran epitelial ini
tumbuh dari segmen thorakal ke-3 ke arah kaudal yang sangat dekat dengan duktus Wolff
sehingga terhubung oleh suatu membran basal bersama.
Pada pelvis minor, hubungan tersebut menghilang kembali. Kedua duktus Muller
terdorong ke arah medial dan menjadi satu dengan yang lain serta membentuk satu saluran
dengan lumen bersama, yaitu bakal uterus. Bakal uterus segera dilapisi mesenkim yang
menjadi asal terbentuknya otot uterus dan perimetrium. Pada dinding dorsal sinus
urogenitalis, terjadi suatu proliferasi sel yaitu Muller hill yang membentuk bakal vagina
bagian proksimal. Duktus Wolff pada perempuan tidak seluruhnya berdegenerasi, namun
tersisa sebagai saluran yang tidak berdiferensiasi serta tidak berfungsi, letaknya di belakang
uterus dan vagina dan tetap ada seumur hidup yang disebut dengan duktus Gartner. Sisa
duktus mesonefros dan vesikel berepitel yang tidak berarti hampir selalu dijumpai pada
perempuan dewasa di antara tuba dan ovarium dan disebut dengan epooforon dan
parooforon. Dari kedua struktur tersebut, kista atau tumor dapat terbentuk.
Perkembangan Genetalia Eksterna
Diferensiasi organ genetalia eksterna juga didahului oleh keadaan indiferen. Setelah
terjadinya pemisahan rektum oleh septum urorectale, hanya pars phallica dan pars pelvina
yang tersisa di bagian bawah sinus urogenitalis. Pada janin laki- laki, kedua bagian sinus
urogenitalis berdeferensiasi menjadi uretra, pada perempuan hanya menjadi pars pelvina.
Hal tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa pada perempuan, lipatan genetalia yang
terbentuk di sekitar ostium urogenitalis tetap mempertahankan bentuk asalnya, sedangkan
pada pria tumbuh menjadi penis.
Secara detail, mula-mula dua lipatan genetalia (di dalam), dua genital swelling (tonjolan
labioskrotal) (lebih ke arah luar) dan di bagian tengah atas suatu tuberkulum yang tidak
berpasangan (genital tubercle) berkembang, yang masih berada dalam tahap indiferen. Pada
janin perempuan, hormon estrogen menstimulasi perkembangan genetalia eksterna.

Selanjutnya lipatan genetalia berdiferensiasi menjadi labia minora sedangkan genital


swelling menjadi labia mayora dan genital tubercle menjadi klitoris dan corpus cavernosum
clitoridis (Rohen & Drecoll, 2003).
Pada akhir minggu ke-6 masih tidak dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan
(Langman, 2009).
Setelah bagian yang padat dari duktus Muller mencapai sinus urogenital, dua bagian
padat tumbuh ke luar pelvik tepat di sinus. Bagaian yang keluar merupakan bulbus
sinovaginal yang berproliferasi dan membentuk vaginal plate yang padat. Proliferasi
berlanjut pada bagian kranial akhir dari plate, tumbuh menjauh antara uterus dan sinus
urogenital. Pada bulan ke-4, vagina tumbuh keluar dari kanal.
Bagian vagina yang tumbuh keluar mengelilingi bagian akhir uterus adalah forniks
vagina merupakan asal paramesonefros. Sehingga vagina memiliki 2 asal mula, bagian atas
terbentuk dari kanal uterus dan bagian bawah terbentuk dari sinus urogenital.
Sisa lumen vagina yang terpisah dari sinus urogenital sebagai lapisan jaringan yang
tipis dinamakan hymen yang terdiri atas lapisan epitel dari sinus dan lapisan tipis dari sel
vagina (Langman, 2009)
Pada janin laki-laki, genital tubercle tumbuh menjadi penis (glans penis, corpus
spongiosum dan uretra) dalam pengaruh testosteron yang terjadi pada minggu ke-10, pada
saat yang sama kedua lipatan genetalia memanjang dan menyatu di tengah. Kedua lipatan
tersebut membentuk corpus penis dengan kedua corpus cavernosum. Namun, celah di
tengah yang mula-mula tampak cepat menutup, dapat tetap terbuka (hipospadia) pada
malformasi. Kedua genital swelling tumbuh bersama di medial dan membentuk skrotum,
dengan raphe medialnya yang menandakan
sepasang bakal genital.
Skrotum pada akhir masa janin menerima testis beserta pelapisnya, juga penonjolan
peritonium (tunica vaginalis). Desensus testis seharusnya sudah selesai pada waktu lahir,
yang dapat dinilai sebagai tanda kematangan seksual pria.

Gambar .A. Pertumbuhan genetalia eksterna janin laki-laki pada minggu ke-10,
B. Potongan melintang palus selama pembentukan penile uretra, C. Pertumbuhan
bagian glandula dai penil uretra, D. Baru lahir

Gambar . Ringkasan diferensiasi perkembangan genetalia eksterna pada pria dan


wanita
Hormon yang Terkait dengan Fungsi Reproduksi
1. FSH (Follicle Stimulating Hormone), yaitu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis. Hormon FSH ini berfungsi dalam proses pembentukan dan pematangan
spermatozoa yang dikenal sebagai spermatogenesis dan ovum yang dikenal sebagai
oogenesis. Di samping itu, FSH juga merangsang produksi hormon testoseron pada
pria dan estrogen pada wanita.
2. LH (Luteinizing Hormone). Hormon ini juga dihasilkan oleh kelenjar hipofisis.
Hormon ini dapat merangsang proses pembentukan badan kuning atau korpus
luteum di dalam ovarium, setelah terjadi poses ovulasi (pelepasan sel telur).
3. Testoseron, yaitu hormon yang dihasilkan testis dan berperan
spermatogenesis dan penampakan ciri-ciri kelamin sekunder pada pria.

dalam

4. Estrogen. Hormon ini dihasilkan oleh folikel graaf di dalam ovarium. Hormon ini
berperan alam oogenesis dan penampakan ciri-ciri kelamin sekunder pada wanita.
Di samping itu, hormon ini juga berperan untuk merangsang produksi LH dan
menghambat produksi FSH.
5. Progesteron. Hormon ini dihasilkan oleh badan kuning atau korpus luteum di dalam
ovarium. Berperan dalam proses pembentukan lapisan endometrium pada dinding
rahim untuk menerima ovum yang telah dibuahi. Pada saat terjadi kehamilan,
progesteron bersama-sama dengan hormon estrogen menjaga agar endometrium
tetap mengalami pertumbuhan, membentuk plasenta, menahan agar otot uterus tidak
berkontraksi, dan merangsang kelenjar susu memproduksi ASI.
6. Oksitosin. Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis. Peranannya, yaitu pada proses
kelahiran, untuk merangsang kontraksi awal dari otot uterus.
7. Relaksin. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta, berperan untuk merangsang
8.

relaksasi ligamen pelvis pada proses kelahiran.


Laktogen, dihasilkan oleh kelenjar hipofisis yang bersama-sama dengan
progesteron merangsang pembentukan air susu.

Mimpi Basah pada Pria


Mimpi basah cenderung dikaitkan dengan mimpi yang mengandung kenikmatan
seksual, mimpi erotisme yang menyebabkan para lelaki menjadi basah dibagian genitalnya.
Bahasa lainnya nocturnal orgasme, istilah nocturnal orgasme ini sendiri merupakan istilah
yang dipopulerkan oleh Kinsey yang menggambarkan terjadinya orgasme dan ejakulasi
pada pria saat dirinya sedang tidur (Sri Esti Wuryani D, 2008)
Mimpi basah adalah suatu kejadian ketika remaja laki - laki bermimpi mengenai
sesuatu yang menyenangkan sampai mengeluarkan cairan yang agak lengket dari penisnya
tanpa disadarinya. Mimpi basah adalah tanda laki-laki memulai masa pubertasnya. Mimpi
basah umumnya terjadi setiap 2 - 3 minggu sekali. Tetapi tidak perlu khawatir bila itu tidak
terjadi. Cairan yang keluar dari penis disebut air mani yaitu campuran antara semen
dengan sperma. Sperma adalah sel yang dihasilkan laki- laki di dalam testis atau pelirnya
atas perintah hormon testosterone. Testosterone adalah hormon yang paling berperan dalam

pertumbuhan tubuh laki -laki. Jumlah sperma yang ada di dalam testis laki - laki berjuta juta
Siklus Menstruasi pada wanita

Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari

setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak,
2004).
Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang
mencakup reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), Siklus menstruasi
merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi
secara simultan.

Fisiologis Siklus Menstruasi


Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis,

dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).
Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron.
Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum
yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang
paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan
dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang
berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam
perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron
juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus
menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan
endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting

terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan


endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon
endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita
(Suzannec, 2001).
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah
menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen
yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan
terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan
berlangsung setiap 28 hari selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini
dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi
sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).
Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:

Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan

dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama
lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH
(Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari
ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap
kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula,
yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang
berasal dari folikel ovarium.

c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang
dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium
menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi
estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron
yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium
fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan
perdarahan menstruasi dimulai.

Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,

kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH


merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang
tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam
ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi
mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi
ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum
mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang
dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan
dan akhirnya luruh.

Siklus Hipofisis-hipotalamus

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus
untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH
menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan

folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan GnRH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH).
LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak
terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena
itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

Gambar . Siklus menstruasi

Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi


Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan

dalam siklus menstruasi antara lain:


Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim
hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam
mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan

endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada


pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi
permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase
proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma
endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika
kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim
hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang
mengakibatkan regresi endomentrium dan perdarahan.
Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri,
vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran
yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan
dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.
Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E 2 dan F2. dengan desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
Hormon hormon yang Terlibat

dalam Pariode Kehamilan, Melahirkan, dan

Menyusui.
Hormon yang berperan dalam kehamilan
1. Progesteron dan estrogen,

merupakan hormone yang berperanan

dalam masa

kehamilan 3-4 bulan pertama masa kehamilan. Setelah itu fungsinya diambil alih
oleh plasenta. Hormone estrogen makin banyak dihasilkan seiring dengan
bertambahnya usia kandungan karena fungsinya yang merangsang kontraksi uterus.
Sedangkan hormone progesterone semakin sedikit karena fungsinya yang
menghambat kontraksi uterus.

2. Prolaktin merupakan hormone yang disekresikan oleh plasenta dan berfungsi untuk
memacu glandula mamae untuk memproduksi air susu. Serta untuk mengatur
metabolisme tubuh ibu agar janin (fetus) tetap mendapatkan nutrisi.
3. 3. HCG (Hormone Chorionic Gonadotrophin) merupakan hormone untuk
mendeteksi adanya kehamilan. Bekerja padahari ke-8 hingga minggu ke-8 pada
masa kehamilan. Hormon ini ditemukan pada urine wania pada uji kehamilan.
4. Hormon oksitosin merupakan hormone yang berperan dalam kontraksi uterus
menjelang persalianan.
Hormon yang berperanan dalam kelahiran/persalinan
1. Relaksin merupakan hormone yang mempengaruhi peregangan otot simfisis pubis
2. Estrogen merupakan hormone yang mempengaruhi hormone progesterone yang
menghambat kontraksi uterus
3. Oksitosin merupakan hormone yang mempengaruhi kontraksi dinding uterus.
Hormon hormon yang terlibat dalam fase menyusui
1. Prolaktin.. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar pituitari di dalam otak yang
bertanggung jawab untuk pembuatan air susu. Kadar hormon prolaktin ini akan
semakin banyak seiring dengan seringnya bayi menyusu.
2. Oksitosin . Hormon ini menyebabkan otot-otot kecil di sekitar payudara memeras
air susu melalui kelenjar air susu. Kelenjar air susu ini memperbesar puting sebagai
jalan keluarnya air susu ke mulut bayi. Selain itu, hormon oksitosin juga
menyebabkan otot-otot uterus berkontraksi selama proses persalinan hingga proses
persalinan berakhir. Sebelum proses persalinan, hormon ini membantu bayi keluar
dari rahim Ibu kemudian setelah persalinan hormon oksitosin membantu rahim
kembali ke ukurannya semula dan membantu mengurangi pendarahan pasca
persalinan

BAB III. PENUTUP


Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem reproduksi atau


genetalia baik pria ataupun wanita terdiri dari 2 bagian, yaitu genetalia interna dan genetalia
eksterna.

Alat reproduksi pada wanita ataupun pria sudah berkembang sejak pada masa

embrio. Terdapat hormon - hormon yang terkait dengan fungsi reproduksi seperti LH
(Luteinizing Hormone) , Testoseron (pada pria), Estrogen. Progesteron,Oksitosin, Relaksin,
dan Laktogen
Pada pria terjadi mimpi basah pada masa pubertas , yang menandai bahwa pria siap
membuahi , begitu pula wanita mengalami menstruasi yang mendadai wanita sudah siap
untuk dibuahi .
Pada masa kehamilan, melahirkan , dan meyusui terdapat hormone yang terlibat .
Adapun hormone yang terlibat yaitu Hormon yang berperan dalam kehamilan Progesteron
dan estrogen,

Prolaktin, HCG (Hormone Chorionic Gonadotrophin) dan Hormon

oksitosin .Hormon yang berperanan dalam kelahiran/persalinan yaitu Relaksin, Estrogen,


dan Oksitosin .Hormon hormon yang terlibat dalam fase menyusui yaitu Prolaktin, dan
Oksitosin .
Saran
Untuk penulisan makalah , disarankan untuk melampirkan tentang cara merawat
kebersihan alat reproduksi, sehingga mahasiswa mampu memahami personal hygine pada
alat reproduksi dan menerapkannya pada diri sendiri serta memberikan edukasi kepada
keluarga serta orang orang yang memerlukan informasi tentang personal hygine reproduksi

DAFTAR PUSTAKA

Syarifuddin Haji. (2012). , Anatomi Fisiologi : Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan .Edisi 4. Jakarta.
Langman, Sadler T. W. 2009. Embriologi kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC.
http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/05/Sistem-Reproduksi.pdf . Diakses pada
tanggal 10 November 2015
Soenardirahardjo, Bambang P., Widjiati, Mafruchati, Maslichah, Luqman, Muhammad. 2011.
Buku Ajar Embriologi. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas
Airlangga. http://www.academia.edu/9589380/Embriologi_Genetalia Diakses pada
tanggal 10 November 2015
Guyton & Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai