Anda di halaman 1dari 3

Pengkajian Fisik Keperwatan pada Bayi dan Anak

PENGKAJIAN FISIK KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR


Merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh perawat untuk menilai setatus kesehatan
yang dilakukan pada bayi baru lahir, kemudian 24 jam setelah lahir dan waktu pulang dari
rumah sakit. Dalam melakukan pengkajian ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang
dibawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan
fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intra
uteri ke dalam kehidupan ekstra uteri dan mencari kelainan pada bayi. Adapun pengkajian
fisik yang bisa dilakukan pada bayi antara lain:
1. Penilaian Apgar Score
Pengkajian ini menilai kemapuan laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus
otot, kemampuan reflek dan warna kulit yang dapat ditunjukan dengan tabel
Tanda
Frekuensi jantung
Usaha bernafas
Tonus otot

0
Tidak ada
Tidak ada
Lumpuh

Refleks
Warna kulit

Tidak bereaksi
Seluruh tubuh
atau pucat

1
<100
Lambat
Ekstremitas
fleksi
sedikit
Gerakan sedikit
biri Tubuh kemerahan,
ekstremitas biru

2
> 100
Menangis kuat
Gerakan aktif
Reaksi melawan
Seluruh
tubuh
kemerahan

2. Pemeriksaan cairan Amnion


Pemeriksaan cairan amnion ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada
cairan amnion tentang jumlah volumenya. Apabila volumenya lebih dari 2000ml bayi
mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion sedangkan bila jumlahnya
kurang dari 500ml maka bayi mengalami oligohidramnion.
3. Pemeriksaan Plasenta
Pada pemeriksaan plasenta ini dilakukan untuk menentukan keadaan plasenta seperti
adanya pengkapuran, nekrosis, beratnya, dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting
dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.
4. Pemeriksaan Tali Pusat
Penilaian tali pusat ini untuk menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti
adanya vena dan arteri, adanya tali simpul pada tali pusat atau tidak.
5. Pengukuran Antropometri
Pada pemeriksaan antropometri dilakukan pengukuran seperti:
a. Berat badan : berat badan bayi normal 2500-3500 gram, apabila kurang dari
2500 gram dapat dikatakan bayi tersebut premature,sedangkan lebih dari 3500
disebut bayi macrosomi.
b. Panjang badan : panjang badan secara normal pada bayi adalah 45-50 cm

c. Lingkar kepala dan Lingkar dada: pada bayi normal lingkar kepala 33-35 cm
lingkar dada pada bayi normal adalah 30-33 cm apabila lingkar kepala lebih besar
3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocephalus sedangkan jika
lingkar kepala kurang 3 cm dari lingkar dada maka bayi tersebut mengalami
microcephalos.
6. Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan kepala dimulai dari:
a. rambut : dapat dilakukan dengan melihat jumlah dan warna rambut.
b. Wajah dan tengkorak : dilakukan dengan melihat simetris atau tidaknya maulage
(tulang tengkorak),adanya kaput succedaneum (edema pada kulit kepala,lunak dan
tidak berfluktasi,batas tidak jelas dan menyebrangi sutura dan akan hilang
beberapa hari),adanya pendarahan otak.
c. Mata : dapat dilihat ada tidaknya strabismus (gerakan mata belum sempurna), ada
tidaknya pelebaran epikongenital,warna pupil.
d. Telinga: dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran dilakukan
dengan membunyikan bel atau suara apabila terjadi refleks terkejut, kemudian
apabila tidak terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan
pendengaran.
e. Hidung : dilakukan dengan melihat pola pernafasan ,bunyi nafas
f. Mulut : dapat dilihat adanya kista pada mukosa mulut, warna lidah, kemampuan
refleks menghisap,
g. Leher : dilakukan dengan melihat pergerakan.
7. Pemeriksaan Dada dan Punggung
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah dada dan punggung , dilakukan
untuk menilai adanya kelainan bentuk, gangguan pernafasan, adanya kesimetrisan.
Apabila terjadi gangguan kesimetrisan maka kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragma. Frekuensi pernafasan pada
bayi normal antara 40-60 kali per menit, perhitungan ini harus dilakukan satu menit
penuh karena terdapat periodic birthing dimana pola nafas pada neonatus terutama
pada bayi prematur adanya henti nafas yang berlangsung 20 detik dan berhenti secara
berkala.
Pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan ada tidaknya fraktur klavikula
dengan cara meraba ictus kordis dengan menentukan posisi jantung. Secara auskultasi
untuk menentukan frekuensi jantung dengan menggunakan stetoskop. Adanya bising
sering ditemukan pada bayi, buyi nafas pada bayi adalah bronkovaskuler dan
terdengar bising usus pada daerah dada menunjukan adanya hernia diafragmatika.
8. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk
abdomen. Apabila abdomen membuncit dapat diduga disebabkan hepatosplenomegali
atau cairan didalam rongga perut. Pada perabaan hati biasanya teraba 2-3 cm dibawah
arcus kosta kanan, limpa teraba 1 cm di bawah arcus kosta kiri. Pada palpasi ginjal
dapat dilakukan dengan pengaturan posisi terlentang dan tungkai bayi dilipat agar

otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba
setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut.
9. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pada pemeriksaan tulang belakang caranya adalah dengan cara bayi diletakan dalam
posisi tengkurap,kemudian tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang
untuk menvari ada tidaknya kelainan seperti skoliosis, meningokel, spina bifida atau
laninya. Pada ekstremitas dapat dilihat dari pergerakan apakah terjadi kelemahan atau
kelumpuhan yang ada dengan melihat posisi kedua kaki.
10. Pemeriksaan Genitalia
Pada pemeriksaan genitalia untuk mengetahui keadaan labiaminora tertutup oleh labia
mayora, lubang uretra dan lubang vagina terpisah, apabila ditemukan satu lubang
maka dapat terjadi kelainan dan apabila adanya sekret pada lubang vagina hal
tersebut karena pengaruh hormonal, sedangkan pada bayi laki-laki sering didapatkan
fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk
lebarnya. Kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang
merupakan defek bagian venteral ujung penis atau defek sepanjang penisnya dan
epispadia yaitu defek pada dorsum penis.
11. Pemeriksaan Anus dan Rectum
Pemeriksaan anus dan rectum dapat dilakukan untuk menilai adanya kelainan atresia
ani atau mengetahui posisinya, adanya mekonium secara umum keluarnya pada 24
sedangkan apabila selama 48 jam belum keluar maka dimungkinkan adanya
mekonium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan.
12. Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit pada bayi untuk menilai adanya kelainan seperti verniks kaseosa
yaitu zat yang bersifat seperti lemak yang berfungsi sebagai pelumas atau isolasi
panas dimana akakn menutupi bayi yang cukup bulan dan menilai adanya lanugo
yang merupakan rambut halus yang terdapat pada punggung bayi, jumlahnya lebih
banyak pada bayi kurang bulan dari pada bayi cukup bulan.

Anda mungkin juga menyukai