Abstrak
1
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sabaroud Dextrosa Agar (SDA). Dengan menggunakan kerokan kulit yang terinfeksi
jamur, kemudian dikultur pada media tersebut. Di inkubasi pada suhu kamar dengan
waktu 5 hari.
Hasil dan kesimpulan : Dari 30 responden didapatkan 11 orang positif terkena
infeksi jamur kulit. Dengan rincian 2 orang responden dari kelompok kerja
pengumpul sampah, dan 9 orang responden dari kelompok kerja pencuci mobil dan
motor. Dan sisanya 19 orang negatif. Ini dapat juga dikatakan sebanyak 36,7% yang
positif infeksi jamur kulit dengan rincian, 6,7% dari kelompok kerja pengumpul
sampah, dan 30,0% dari kelompok kerja pencuci mobil dan motor. Dan 63,3%
terbukti negatif infeksi jamur kulit. Setelah dilakukan penelitian, dapat diketahui
bahwa ada pengaruh antara macam pekerjaan dengan menggunakan sepatu booth
terhadap angka kejadian infeksi jamur kulit.
Kata kunci : Pemakaian sepatu tertutup, Infeksi jamur kulit, Sabaroud dextrosa Agar.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas,
dan masih banyak hutan-hutan yang lebat, sehingga kelembapan udara rata- rata
tinggi. Sebab seperti yang dikemukakna oleh Reifsneider bahwa suatu keadaan
tempat yang sering terjadi deras, hutan yang lebat, perairan laut yang luas, dan
banyak angina yang berhembus pada daerah tersebut, disertai ketidakteraturan suhu
dan sinar matahari yang tidak merata menyebabkan kelembapan yang tinggi, dan hal
yang ini dapat ditemukan di Indonesia.
Dengan iklim yang demikian, sangat mudah bagi berbagai sumber penyakit
untuk berkembang biak terutama bagi jamur . Jamur golongan Dermatophyta adalah
salah satu jamur yang berkembang biak pesat di daerah tropis yang suhu normalnya
lebih dari 25C. Jamur golongan Dermatophyta terdiri dari 39 spesies dan 11 diantara
nya diketahui sebagai penyebab infeksi yang selalu menduduki 10 besar penyakit
kulit di Indonesia dan diketahui sebagai penyebab infeksi yang sering pada manusia
di berbagai penjuru dunia.
2
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
1. Dermatofita Zoofilik, yang terutama ditemukan pada bintang dan kadangkadang pada manusia, misalnya Microsporon canis, Triciphyton aquineum,
Tricophyton veruccossum.
2. Dermatofita Geofilik, yang dapat hidup di tanah, misalnya Microsporon
gypseum, Microsporon cooksi.
3. Dermatofita Anthrofilik, yang terutama ditemukan pada manusia, yaitu
Triciphyton rubrum, Triciphyton concentricum, Microsporonaudouini.
Gambaran yang disebabkan spesis yang zoofilik dan geofilik pada umumnya
memberikan gambaran yang akut pada manusia dan lebih mudah disembuhkan,
sedangkan spesies anthrofilik yang memberikan gambaran klinik dengan peradangan
tidak begitu jelas, akan tetapi mudah menjadi menahun dan sukar disembuhkan.
Tabel 1. infeksi jamur utama dan organisme penyebab
penyakit
Organisme penyebab
gejala
Microsporum
sp.
sp.
Epidermophyton sp.
Tinea
corporis
Tinea
Microsporum
sp.
Trichophyton
sp.
Epidermophyton sp
Microsporum
pedis"athlete's Trichophyton
Kadas pada
paha
4
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
makrokonidia
mikrokonidia
pada
makrokonidia
mikrokonidia
pada
pada
makrokonidia
mikrokonidia
Epidermophyton sp
pada
makrokonidia
mikrokonidia
Trichophyton
"jock itch"
dan
Epidermophyton sp
cruris
kulit kepala
Ada/tidak
Microsporum
Microsporum
Tinea
Kadas pada
Identifikasi organisme
dan
makrokonidia
mikrokonidia
pada
foot"
Epidermophyton sp
Tinea
unguium
Microsporum
sp.
Trichophyton
sp.
Epidermophyton sp
Infeksi pada
kuku
Ada/tidak
dan
makrokonidia
mikrokonidia
pada
Kebanyakan jamur terdapat di alam dan tumbuh dengan mudah bila terdapat
sumber
nitrogen
dan
karbohidrat,
yaitu
kondisi
lingkungan
yang
tidak
Gambar 2
Biakan T.rubrum
Gambar 3
Gambar 4
Biakan M.gypseum
Biakan E.floccosum
Tinea pedis sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai
sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah, mencuci, di
sawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi, mulai dari tanpa keluhan sampai
mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan.
5
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
6
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
7
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan uji observasi, eksperimental laboratorium yang
dilakukan secara cross sectional.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat :
a) Alkohol 70%
b) Skalpel
c) Media Sabaroud Dektrosa Agar
d) Kapas
Bahan :
a) Kerokan kulit yang terinfeksi jamur kulit
8
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
C. Jalannya Penelitian
Penelitian terlebih dahulu dengan observasi para responden, sekaligus
memberikan kuissioner. Sejalan dengan itu, dilakukan pengambilan sampel jamur
kulit yang terdapat pada para responden (jika responden tersebut positif terinfeksi
jamur kulit).
Jawaban dari kuissioner dapat kita gunakan untuk mengetahui berapa lama
para pekerja bekerja (tahun), lingkungan tempat bekerja, dan berapa lama
penggunaan sepatu booth per hari (jam). Yang kemudian hasilnya diuji dengan uji
Chi square dan t-test.
Kemudian dilakukan penanaman jamur dalam cawan petri yang telah dberi
Sabaroud Dextrosa Agar (SDA). Cara mendapatkan kerokan kulit dilakukan dengan
tahap-tahap di bawah ini :
1. Bersihkan kulit dengan alkohol 70% (yang dikerok sebaiknya bagian tepi dari
lesi yang paling aktif tertutup oleh skuama).
2. Keroklah dengan skalpel, miring dengan membuat sudut 45o ke arah atas.
3. Hasil kerokan ditampung pada kertas bersih, objek glass atau cawan petri
yang sudah ada Sabaroud Dextrosa Agar (SDA).
4. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar (30o) selama 1 minggu.23
No.
Lingkugan
Lama bekerja
Lama pemakaian
Responden
bekerja
(tahun)
basah
1 tahun
4 jam
basah
2 tahun
4 jam
9
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Positif
Negatif
basah
1 tahun
3 jam
basah
3 tahun
4 jam
basah
3 tahun
4 jam
basah
1 tahun
3 jam
basah
1 tahun
4 jam
basah
2 tahun
4 jam
basah
3 tahun
3 jam
10
basah
1 tahun
4 jam
TOTAL
6,7%
26,7%
Tabel 5. frekuensi angka jamur kulit pada pekerja pencuci mobil dan motor
No.
Lingkungan
Lama bekerja
Lama pemakaian
Responden
bekerja
(tahun)
basah
1 tahun
4 jam
basah
4 tahun
3 jam
basah
1 tahun
4 jam
basah
3 tahun
4 jam
basah
1 tahun
3 jam
basah
1 tahun
3 jam
basah
1 tahun
4 jam
basah
2 tahun
3 jam
basah
2 tahun
4 jam
10
basah
1 tahun
4 jam
TOTAL
10
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Negatif
+
-
30,0%
3,3%
Lama pemakaian
Responden
bekerja
(tahun)
kering
5 tahun
7 jam
kering
5 tahun
7 jam
kering
5 tahun
7 jam
kering
5 tahun
7 jam
kering
5 tahun
7 jam
kering
5 tahun
7 jam
kering
5 tahun
7 jam
kering
5 tahun
7 jam
kering
5 tahun
7 jam
10
kering
5 tahun
7 jam
Positif
TOTAL
Negatif
10
0%
33,3%
1.
2.
3.
Positif
Pengumpul sampah
10
6,7 %
26,7%
33,3%
10
30,0%
3,3%
33,3%
10
10
0%
33,3%
33,3%
11
19
30
36,7%
63,3%%
100,0%
TOTAL
TOTAL
Negatif
11
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
No. Responden
PEKERJA
No.3
1. Trichophyton sp
PENGUMPUL
SAMPAH
Jenis jamur
2. Candida sp
No. 7
1. Tricophyton sp
2. Candida sp
3. Aspergilus sp
PEKERJA
No. 1
1. Candida sp
No. 3
1. Tricophyton sp
PENCUCI MOBIL
2. Aspergilus sp
DAN MOTOR
3. Candida sp
No. 4
1. Aspergilus sp
No. 5
1. Candida sp
12
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
No. 6
1. Candida sp
No.7
1. Candida sp
No. 8
1. Aspergilus sp
2. Candida sp
No.9
1. Tricophyton sp
2. Microsporum sp
3. Candida sp
No.10
1. Microsporum sp
2. Aspergilus sp
TOTAL
11 orang
Keterangan
Responden
1.
Gambar jamur
Gambar spesifik
penjelasan
Tricophyton sp,
tampak koloni
yang berwarna
putih bersih
seperti gumpalan
kapas, dan
permukaan halus
seperti beludru.
Candida sp
tampak koloni
berwarna krem
berbentuk seperti
pasta,
permukaannya
halus dan licin,
koloni juga
memiliki bau
yeast yang khas
Kel.A no.3
13
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Kel.A no.7
Tricophyton sp,
tampak koloni
yang berwarna
putih bersih
seperti gumpalan
kapas, dan
permukaan halus
seperti beludru.
Candida sp
tampak koloni
berwarna krem
berbentuk seperti
pasta,
permukaannya
halus dan licin,
koloni juga
memiliki bau
yeast yang khas
Aspergilus sp,
sporanya
berwarna hitam.
Dan ini
merupakan ciri
spesifik yang
membedeakan
dengan
Microsporum sp.
3
Kel.B no.3
Tricophyton sp,
tampak koloni
yang berwarna
putih bersih
seperti gumpalan
kapas, dan
permukaan halus
seperti beludru.
14
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Aspergilus sp,
sporanya
berwarna hitam.
Dan ini
merupakan ciri
spesifik yang
membedeakan
dengan
Microsporum sp.
Candida sp
tampak koloni
berwarna krem
berbentuk seperti
pasta,
permukaannya
halus dan licin,
koloni juga
memiliki bau
yeast yang khas
Aspergilus sp,
sporanya
berwarna hitam.
Dan ini
merupakan ciri
spesifik yang
membedeakan
dengan
Microsporum sp.
Kel.B no.4
Aspergilus sp,
sporanya
berwarna hitam.
Dan ini
merupakan ciri
spesifik yang
membedeakan
dengan
Microsporum sp.
15
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Kel.B no.8
Kel.B no.9
Aspergilus sp,
sporanya
berwarna hitam.
Dan ini
merupakan ciri
spesifik yang
membedeakan
dengan
Microsporum sp.
Candida sp
tampak koloni
berwarna krem
berbentuk seperti
pasta,
permukaannya
halus dan licin,
koloni juga
memiliki bau
yeast yang khas
Microsporum sp,
pada media SDA
akan
tampak
seperti gumpalan
berwarna
hijau
kecoklatan.
Tricophyton sp,
tampak koloni
yang berwarna
putih bersih
seperti gumpalan
kapas, dan
permukaan halus
seperti beludru.
16
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Candida sp
tampak koloni
berwarna krem
berbentuk seperti
pasta,
permukaannya
halus dan licin,
koloni juga
memiliki bau
yeast yang khas
Microsporum sp,
pada media SDA
akan
tampak
seperti gumpalan
berwarna
hijau
kecoklatan.
Kel.B no.10
Aspergilus sp,
sporanya
berwarna hitam.
Dan ini
merupakan ciri
spesifik yang
membedeakan
dengan
Microsporum sp.
tabel 10. jumlah persentase jenis jamur
No.
Jenis jamur
Jumlah
Persentase (%)
1.
Tricophyton sp
20%
2.
Microsporum sp
10%
3.
Aspergilus sp
25%
4.
Candida sp
45%
20
100%
TOTAL
17
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
PEMBAHASAN
Dari tabel 4, hasil analisa data didapat bahwa dari 10 orang responden
penelitian terdapat 2 (6,7%) responden yang positif mengalami infeksi jamur kulit.
Sedangkan yang negatif infeksi jamur kulit ada 8 orang (26,7%). Pada tabel di atas,
dapat juga dilihat bahwa kasus infeksi jamur kulit banyak terdapat pada responden
yang lama bekerja 1 tahun (16,7%).
Dari tabel 5, hasil analisa data didapat bahwa dari 10 orang responden didapat
(30,0%) responden yang positif mengalami infeksi jamur kulit. Sedangkan yang
negative ada 1 orang (3,3%). Artinya pada kelompok ini didapatkan hasil yang paling
banyak diantara kelompok yang lain. Pada tabel di atas juga dapat dilihat, bahwa
kasus infeksi jamur kulit banyak di dapatkan pada responden dengan lama bekerja 1
tahun (20,0%), kemudian lama bekerja 2 tahun (6,7%), dan kasus yang paling sedikit
adalah pada lama bekerja 3 tahun (3,3%). Dan bila dikaitkan dengan lama
penggunaan sepatu booth per hari (jam), maka dengan lama penggunaan 4 jam/hari
didapatkan hasil paling banyak yaitu (20,0%), dan hasil paling sedikit pada lama
penggunaan 3 jam/hari yaitu (13,3%).
Pada kelompok ini tidak didapatkan satupun yang positif terinfeksi jamur
kulit. Sehingga dapat dilihat persentase angka kejadian infeksi jamur kulit pada
kelompok ini adalah 0%.
Pada tabel 8, setelah dilakukan penelitian di laoratorium dengan
menggunakan media Sabaroud Dextrosa Agar (SDA), pada kelompok pekerja
pengumpul sampah dengan 2 responden yang positif. Responden nomor 3 didapatkan
hasil jamur yang menginfeksi adalah jamur Tricophyton sp, sangat terlihat jelas pada
media SDA tersebut ditumbuhi jamur dengan koloni yang berwarna putih bersih
seperti gumpalan kapas, dan permukaan halus seperti beludru. Dan juga Candida sp
yang mengkontaminasi, ini terlihat jelas pada media SDA ditumbuhi jamur dengan
koloni berwarna krem berbentuk seperti pasta, permukaannya halus dan licin, koloni
juga memiliki bau yeast yang khas.sedangkan responden nomor 7, didapatkan jamur
18
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
19
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Dari tabel 10 di atas dapat diketahui persentase jumlah jenis jamur yang
menginfeksi para responden pada penelitian ini. Dari data di atas, jenis jamur yang
paling banyak menginfeksi adalah Candida sp sebanyak 45%. Sebenarnya jenis
jamur ini termasuk jamur yang mengkontaminasi dalam penelitian ini. Jenis jamur ini
merupakan flora normal selaput mukosa saluran pernapasan, saluran pencernaan dan
genitalia wanita (Jawezt, 1996). Dan sangat mudah sekali ditemukan ditemukan di
mana saja.
Selain Candida sp, jenis jamur ini sebenarnya jamur yang tidak diinginkan
dalam penelitian ini. Dan jenis jamur ini merupakan kontaminasi juga. Aspergilus sp
merupakan suatu jamur yang banyak ditemukan di mana-mana pada tumbuhan yang
membusuk
besar.
Kemudian ada 2 lagi jenis jamur yang menginfeksi jamur kulit, yaitu
Trichophyton sp sebanyak 20% dan Microsporum sp sebanyak 10%. Kedua jenis
jamur ini merupakan jenis yang diinginkan dalam penelitian. Karena berdasarkan
tinjauan pustaka pada bab sebelumnya dikatakan bahwa, jenis jamur yang paling
banyak
menginfeksi kulit
Epidermophyton sp.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dilihat bahwa
penggunaan sepatu booth sangat mempengaruhi angka kejadian infeksi jamur kulit.
Ini dapat terlihat pada pada tabel 3 dan tabel 4.
Pada tabel 4 (kelompok pekerja pencuci mobil dan motor) mempunyai angka
kejadian infeksi jamur kulit yang sangat tinggi sekali dibandingkan dengan
keloompok yang lain. Dari 10 responden, terdapat 9 orang yang positif jamur kulit.
Penulis mempunyai beberapa pendapat dan fakta terhadap hasil tersebut, antara lain :
1. Pada kelompok ini menggunakan sepatu booth dengan durasi 4 jam/hari
bahkan lebih. Sehingga penulis berasumsi, semakin lama penggunaan sepatu
booth, semakin tinggi pula tingkat kelembapan yang terjadi.
20
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
21
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
kelompok kerja pencuci mobil dan motor. Sehingga kemunculan angka kejadian
jamur kulit tak terlalu banyak dibandingkan kelompok pencuci mobil dan motor.
Fakta yang sangat menarik dapat kita lihat pada tabel 5 (polisi lalu lintas),
walaupun mereka menggunakan sepatu booth dengan durasi 7 jam/hari. Namun
mereka tidak ada yang terjangkit infeksi jamur kuit. Berdasarkan fakta yang
didapatkan di lapangan, penulis mempunyai beberapa pendapat, antara lain :
1. Pada kelompok ini, mereka mempunyai lingkungan yang bersih, kering dan
tidak kotor dan selembab kelompok yang lain. Sehingga kemungkinan untuk
kemunculan angka kejadian infeksi jamur kulit sangat kecil.
2. Selain itu, mereka juga menggunakan kaos kaki yang menyerap keringat dan
juga sepatu yang sesuai ukuran, tidak terlalu ketat. Sehingga kelembapan
dapat dicegah. Walaupun waktu penggunaan mereka lebih lama dibandingakn
dengan kelompok kerja yang lain. Namun, itu tak memjadi masalah bagi
mereka.
3. Dan ternyata pengahasilan atau status ekonomi juga dapat mempengaruhi
angka kejadian infeksi jamur kulit, ini seseuai dengan seminar dr. Kusmarina
Barmono spKK. Pada kelompok kerja ini, mempunyai penghasilan yang lebih
dari pada kelompok kerja yang lain. Sehingga secara tak langsung dapat
memperbaiki status kesehatan mereka. Sehingga bila terdapat kelainan sedikit
saja pada tubuh mereka, tanpa pikir panjang mereka langsung berobat.
Selain itu, pendidikan juga turut serta dalam mempengaruhi angka kejadian
infeksi jamur kulit. Ini terbukti pada saat dilakukannya penelitian. Banyak dari
responden yang kurang mengetahui bahwa gatal-gatal, ruam, retak-retak, dan
kemerahan pada sela-sela jari kaki yang dialami mereka adalah akibat ulah jamur.
Fakta ini didapatkan pada responden pengumpul sampah. Dengan observasi
langsung, peneliti banyak menemukan responden pada kelompok ini yang mengalami
gatal-gatal, ruam, dan retak-retak pada sela jari kaki. Seperti yang telah dijelaskan di
atas, mereka seolah menganggap itu adalah hal yang lumrah dan biasa. Dan
mereka juga tidak pernah ada usaha untuk memperbaiki ataupun mengobati penyakit
22
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
ini. Namun ini semua mereka lakukan dengan bukan tanpa alasan yang kuat. Mereka
kekurangan dana ataupun biaya untuk pergi ke pelayanan pusat kesehatan. Sehingga
penyakit ini dibiarkan saja tanpa penanganan lebih lanjut lagi.
Berdasarkan hasil dan fakta-fakta yang didapatkan pada penelitian ini.
Tampaknya pekerja harus lebih perhatian lagi terhadap lingkungan bekerjanya. Selain
itu, media untuk bekerja, dalam hal ini penggunaan sepatu booth harus lebih
diperhatikan dengan lebih khusus lagi. Sehingga keadaan lingkungan maupun media
pekerjaan tak mengganggu konsentrasi dalam bekerja. Dibawah ini ada beberapa cara
untuk pemakaian sepatu booth, agar terhindar dari infeksi jamur kulit. Antara lain :
1. Sebelum memakai sepatu booth, pastikan terlebih dahulu kalau sepatu
tersebut tidak dalam keadaan basah, maupun lembab.
2. Setelah itu, pastikan juga keadaan kaki anda dalam keadaan bersih dan juga
kering.
3. Sebaiknya sebelum memakai sepatu tersebut, guyurlah kaki anda, terutama
sela-sela jari kaki dengan menggunkan bedak anti jamur.
4. Sebaiknya gunakan kaos kaki dari bahan lembut. Yang dapat berfungsi
sebagai penyerap keringat.
5. Setelah menggunakan sepatu tersebut, pastikan sepatu tersebut disimpan pada
tempat terbuka, dan terkena sinar. Sehingga kuman-kuman bakal jamur dapat
musnah.
6. Jangan lupa untuk membersihkan kaki setelah pemakaian. Dengan cara,
bersihkan dengan air. Setelah itu diseka dengan handuk dan pastikan kering
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Dekan fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, bapak
dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes.
2. Dosen pembimbing karya tulis ilmiah, ibu dr. Hj. Inayati Habib, M.Kes.
Terima kasih atas bimbingannya dan kritikan terhadap KTI saya, sehingga
dapat mencapai hasil yang optimal. Dan sesuai dengan harapan bersama.
23
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3. Para staf TU yang sedikit banyak telah membantu kelancaran akademik dan
KTI saya selama ini.
4. Pemberi semangat moril dan materil, papa dan mama ku tercinta. H. Taufik
dan Hj. Lily Sriwati. Tiada kata-kata yang bisa menandingi pengorbanan
kalian berdua. Aku bisa ada di dunia karena kalian, aku bertahan di dunia juga
karena kalian. Aku mencintai kalian karena Allah.
5. Adik-adikku tersayang. Wahyu Ade Saputra dan Rizky Arief Budiman.
Jadilah anak yang berguna bagi dunia dan akhirat.
6. Keluarga papa Suratimin dan mama Kustiah di pekalongan ( Insya Allah jadi
mertua ku nanti), terima kasih atas dorongan semangat dan menerima
kehadiranku dengan tangan terbuka. Insya Allah, Vina janji tidak akan
mengecewakan kalian lagi. Vina akan berusaha menjadi yang terbaik.
7. Mas Herlambang Budi Santoso, terima kasih atas cinta dan sayangnya selama
ini. Nasehat dan dukungan mas sangat membantu ad dalam menyelesaikan
semua ini. Mas adalah segalanya buat ad. Sayangi aku apa adanya.
KESIMPULAN
1. Macam pekerjaan dengan menggunakan sepatu booth, ternyata sangat
berpengaruh terhadap angka kejadian infeksi jamur kulit.
2. Bukan hanya macam pekerjaan dan lingkungan yang mempengaruhi infeksi
jamur kulit, tapi juga lama pekerjaan (tahun), dan lama penggunaan (jam) juga
turut andil dalam kemunculan infeksi jamur kulit ini.
3. Selain itu faktor pendidikan dan status sosial ekonomi juga turut
mempengaruhi terhadap kejadian infeksi jamur kulit.
DAFTAR PUSTAKA
24
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
3. Anonim.
(2006).
Dermatophyta
Histopatoloy.
september 2006
6. Djuanda, Adhi Prof.Dr., Hamzah, Mochtar,Dr., & Aisah, Siti, Dr. (2002) .
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ketiga. Jakarta
7. Eliss,
David.
(2006).
Identification
of
Common
Dermatophytes.
25
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
12. Hay RJ, Joan Stokes E,(1993). Clinical Microbiology. Sevent edition. Hal
548-552. Ridgway and M. W. D Wren.
13. Harahap, M, (2000), Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Hipokrates, Jakarta.
14. Jawetz, Melnick & Adelberg, (1996), Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20,
Alih bahasa oleh Edi Nugroho dan RF Maulany, EGC, Jakarta
16. Jawetz, Melnick , JL & Aldeberg E.A. (1996). Medical Microbiology, Edisi
21, Appleton and Langenstanford, CT, New Jersey.
Klinik. Jakarta
19. Kenneth Landow, MD, (1992). Kapita Selekta Terapi Dermatologik Hand
Book Of Dermatology Treatment. Alih bahasa oleh dr. Petrus Adrianto.
Cetakan kedua, Jakarta.
26
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
21. Nopita, D, (2003), Identifikasi Jamur Penyebab Tinea Ungium Pada Anakanak Di Pondok Pesantren Kapyak Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
23. Suryani, L, dkk, (2005), Buku Petunjuk Pratikum Mikrobiologi, Hal 11-17,
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
24. Tony, H, Paul Shears, (1997). Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran. Alih
bahasa oleh Ferdian Endrawan Pratama dan Poppy Kumala, Hal 232-233.
Jakarta.
27
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com