Anda di halaman 1dari 10

ESSAY TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran

Nama : Samsudin
No. Reg : 5315116425

Pendidikan Teknik Mesin


Universitas Negeri Jakarta
2013

A. Pengertian Teori Belajar Humanistik


Seperti dalam sebutannya Teori Belajar Humanistik yaitu pemahaman
tentang belajar yang berlandaskan Humanisme atau Manusia itu sendiri.
Pemahaman tentang proses belajar dalam teori ini selalu dikaitkan dan dititik
beratkan kepada manusia itu sendiri. Pemahaman teori ini memandang belajar
adalah sebuah proses yang terjadi pada Manusia yang melibatkan semua aspek
dan potensi yang ada dalam Manusia itu sendiri. Menurut pandangan teori ini,
belajar harus dimulai dan bertujuan untuk memanusiakan manusia yaitu untuk
mencapai aktualisasi diri dan pemahaman diri. Dibandingkan dengan teori
belajar yang lain, teori inilah yang paling abstrak karena mendekati kajian
filsafat yang membahas belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Oleh karena
itu teori ini bersifat elektik, yang artinya dapat merangkum atau memanfaatkan
teori apapun asal tujuannya dapat mencapai aktualisasi diri.
Teori ini memandang belajar dalam arti manusia itu sendiri. Teori ini
mengedepankan keterlibatan dari peserta didik yang dapat menumbuhkan
inisiatif untuk peserta didiknya sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Menurut teori ini proses belajar dapat dikatakan baik apabila peserta didik atau
siswa mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu
mengarahkan dirinya sendiri, dan mampu mengembangkan potensi dirinya.
Sehingga dalam penggunaanya nanti teori ini diharapkan mampu memahami
perilaku dan aspek belajar dari sudut pandang pelakunya (peserta didik) bukan
lagi dari sudut pandang pengamat (pendidik).
Dalam essay kali ini akan membahas teori belajar humanistik menurut
beberapa pendapat ahli yaitu Abraham Maslow dan Carl Rogers.
B. Teori Belajar Humanistik Menurut Abraham Maslow

Teori belajar Maslow yang paling terkenal adalah Teori Kebutuhan.


Menurut Maslow, Pemenuhan Kebutuhan yang rendah akan mendorong
individu naik ketingkat pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi . Maksudnya
adalah Manusia selalu mempunyai kebutuhan, dan kebutuhan pada diri manusia
itu akan selalu menuntut pemenuhan yang dimulai dari tahap yang paling dasar
menuju kebutuhan yang paling tinggi. Tahap-tahap kebutuhan Manusia menurut
Abraham Maslow :
a) Kebutuhan Fisiologis
adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar karena mutlak
dibutuhkan semua makhluk hidup, yang termasuk juga kebutuhan
biologis seperti kebutuhan akan makan dan minum, tempat tinggal dan
pakaian.
b) Kebutuhan Rasa Aman
setiap manusia butuh untuk memiliki rasa aman untuk dirinya sendiri
baik rasa aman secara fisik dan psikis. Contoh aman secara fisik : tidak
teganggu kriminalitas dan kekerasan. Contoh aman secara psikis : tidak
kena ejekan atau cemooh, tidak kena marah atau direndahkan.
c) Kebutuhan sosial
sebagai makhluk sosial tentunya manusia harus dapat bersosialisasi dan
bergaul. Dan dalam hal ini merupakan suatu kebutuhan untuk manusia.
Contohnya pada siswa agar dapat belajar dengan baik ia harus dapat
bergaul dengan teman-temannya.
d) Kebutuhan Ego/Prestasi
manusia memiliki ego atau keinginan, antara lain untuk dihargai dan
berprestasi. Untuk dapat membuktikan hal itu manusia membutuhkan
kepercayaan dan tanggung jawab. Contohnya, di sekolah siswa diberikan
tugas-tugas untuk memenuhi kebutuhan egonya
e) Kebutuhan Aktulisasi diri

setiap manusia dalam proses belajarnya akan butuh tahap aktualisasi diri
untuk mengembangkan potensi dirinya. Kebutuhan aktulisasi diri adalah
kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukkan diriya kepada orang
lain.
Itulah tadi tujuh tahap kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow.
Kebutuhan manusia tadi terjadi secara bertahap dalam prosesnya, prosesnya itu
dapat disebut sebagai proses belajar. Tahap kebutuhan manusia dimulai dari
kebutuhan yang paling mendasar (hieraki) yaitu kebutuhan fisiologis hingga
mencapai puncak di tahap kebutuhan terkahir manusia yaitu kebutuan untuk
mengaktualisasi dirinya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan teori belajar
Humanistik.

C. Teori Belajar Humanistik Menurut Carl Rogers


Teori belajar menurut Carl Rogers sesuai dengan Teori Belajar
Humanisme yaitu menekankan kepada aspek dan potensi manusia seperti sikap
dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan
menitikberatkan pada kapasitas untuk merealisisasikan diri.
Secara umum asumsi teori belajar menurut Carl Rogers adalah proses
belajar yang lebih manusiawi, personal dan berarti (meaning). Sedangkan secara
khusus teori belajar menurut Carl Rogers adalah proses belajar yang cenderug
formatif dan cenderung untuk aktualisasi diri.
Carl Rogers mengemukakan 5 prinsip penting teori belajar Humanistik, yaiut :
a) Hasrat untuk belajar
hasrat untuk belajar timbul karena adanya rasa keingin-tahuan manusia
terhadap sesuatu yang ada dan terjadi disekelilingnya. Rasa ingin tahu
tersebut mendorong manusia untuk belajar. Hal inilah yang disebut
hasrat untuk belajar.
b) Belajar Bermakna
sesuatu yang dilakukan manusia pasti mempunyai tujuan dan makna.
Dalam hal ini sesuatu yang mempunyai tujuan dan arti yang baik dapat
termasuk dalam kategori proses belajar.
c) Belajar tanpa hukuman
dalam hal ini belajar tanpa hukuman adalah untuk mengindari adanya
rasa takut pada manusia yang sedang belajar karena adanya ancaman
hukuman. Sehingga peserta didik yang sedang belajar dapat mengadakan
eksperimentasi hingga menemukan sendiri sesuatu yang baru bagi
dirinya.
d) Belajar dengan inisiatif sendiri
inisiatif dalam hal ini adalah motivasi yang timbul dalam dirinya sendiri
untuk belajar. peserta didik yang dapat berinisiatif dalam belajar akan
mampu mengarahkan dirinya sendiri, mengeksplorasi dan menentukan

keputusannya sendiri serta berusaha menimbang sendiri hal yang baik


bagi dirinya.
e) Belajar dan perubahan
perubahan adalah seseuatu hal yang pasti terjadi. Oleh karena itu, peserta
didik harus mampu menghadapi perubahan baik dari intern maupun
ekstern. Peserta didik harus mampu belajar untuk dapat menghadapi
kondisi dan situasi yang terus berubah. Dengan demikian belajar yang
hanya sekedar mengingat dan menghafal sesuatu dianggap tidak cukup.

D. Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran


Teori Humanistik dalam pembelajaran lebih menunjuk pada spirit human
being atau pendekatan

manusiawi selama proses

pembelajaran yang

memodifikasi metode metode penerapannya. Teori belajar humanistik dalam


prakteknya pembelajarannya lebih berorientasi kepada proses belajar peserta
didik bukan kepada hasil belajar peserta didik.
Teori belajar Humanistik yang diterapkan dalam Proses Pembelajaran
tentu akan menimbulkan Implikasi yang berbeda, seperti :
Pendidik akan memberikan motivasi dan dorongan yang bersifat
pendekatan sosial manusiawi mengenai kesadaran makna belajar
dalam kehidupan siswa. Pendidik akan memberikan kemudahankemudahan kepada peserta didik dalam proses belajar. Sehingga,
disini

pendidik

lebih

berperan

sebagai

fasilitator

dalam

pembelajaran untuk membantu siswa agar lebih aktif dalam

memaknai pengalaman belajar peserta didik.


Peserta didik akan menjadi pelaku utama dalam proses
pembelajaran (student centre) yang memaknai pengalaman
belajarnya sendiri. Peserta didik sebagai pencetus dan penemu
secara bersamaaan. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
bereksplorasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proses
belajarnya. Jadi dalam penerapanya peserta didik tidak lagi hanya
mendapat informasi dari pendidik, namun mereka mendapatkan
motivasi, kebutuhan dan fasilitas untuk belajar dengan cara
mereka sendiri.

Penerapan teori humanistik ini lebih memberikan kesempatan untuk


dapat menggabungkan keterampilan dan pengetahuan dengan nilai-nilai, afektif
dan sikap pribadi tiap peserta didik pada proses pembelajaran.
Sehingga secara keseluruhan implikasinya diharapkan siswa akan mampu
memahami

dirinya

sendiri

melalui

eksplorasi

dan

dapat

mampu

mengembangkan potensi dirinya (aktualisasi diri). Proses belajar dan


pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan lebih bermakna bagi peserta
didik.
Dalam penerapannya ada beberapa metode yang sesuai dengan toeri
humanistic yaitu :
a) Confluent Education (Penggabungan aspek kognitif dari pendidik dengan
pengalaman-pengalaman afektif peserta didik).
Terkait dengan metode Confluent Educatation, Lawrence (2003)
menyebutnya sebagai cara mengajari sikap tidak mudah menyerah,
pentingnya menghadapi kegagalan. Sementara itu, Ratna (2005)
menyebutkan bahwa program pendidikan melalui pengalaman akan
memotivasi anak. Pengalaman tsb harus diatur, sehingga siswa punya
kesempatan untuk membuat refleksi penghayatan. Pengalaman yang
diatur tersebut adalah pengalaman afektif yang diperoleh melalui cerita
dari nara sumber tentang kisah perjalanan hidup dalam memperoleh
kesuksesan.
Agar peserta didik memperoleh pengalaman yang teratur dapat ditempuh
melalui pemberian cerita fiksi. Menurut Sayuti (1995:5) cerita fiksi
menjadi pembelajaran yang menarik jika bersifat evokatif (daya gugah

tinggi agar siswa menghayati), dan sugestif (daya saran alternatif),


sehingga peserta didi memperoleh nilai panutan.
Nilai-nilai panutan dari nara sumber akan tertanam dalam sanubari siswa
seperti : Semangat tidak putus asa, keuletan, ketegaran dalam
mengahadapi

tantangan

hidup,

dan

akan

menjadi

self

reinforcement/penguat diri dalam memperoleh keberhasilan hidup


b) Open Education (Pemberikan kebebasan untuk eksplorasi kepada peserta
didik)
c) Cooperative Education (Pembelajaran kelompok kecil)
Sifat belajar cooperative learning tidak sama dengan belajar kelompok
atau belajar bekerja sama biasa. Dalam kerja kelompok guru biasanya
memberi kelompok lalu memberikan tugas kelompok tanpa rancangan
tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya,
siswa ada yang bekerja aktif tetapi ada juga yang pasif, ataupun bahkan
ada yang main-main atau ngobrol.
Sementara itu, pembelajaran cooperative learning, setiap siswa dituntut
untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu
yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa haus bekerja
aktif. Anita Lie (2002),
Learning menyebutkan bahwa ada 5 unsur model pembelajaran
cooperative learning, yaitu:
1. Adanya saling ketergantungan positif antara anggota kelompok.
2. Adanya tanggung jawab perseorangan. Artinya, setiap anggota
kelompok harus melaksanakan tugasnya dengan baik untuk keberhasilan
tugas kelompok.
3. Adanya tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan
untuk bertatap muka dan berdiskusi.
4. Harus ada komunikasi antar anggota. Dalam hal ini siswa tentu harus
dibekali dengan teknik berkomunikasi
5. Adanya evaluasi proses kelompok, yang dijadwalkan dan dilaksanakan
oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA

Eveline Siregar, dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.

Ghalia Indonesia. 2010


Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. 2002
Mind map
pada tahun 1943 Maslow merumuskan konsepnya mengenai hierarki
kebutuhan yang mempengaruhi perilaku manusia
mengidentifikasi lima tingkat dan masing-masing dari tingkat diaktifkan
hanya bila kebutuhan untuk tingkat paling dasar sudah cukup puas
hirarki Maslow dipahami bahwa dengan kenyataan bahwa manusia
adalah makhluk yang membuktikan kebutuhan mereka selama hidup

Anda mungkin juga menyukai