SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ii
iii
iv
ABSTRAK
Nama
Telah diuji aktivitas antibakteri dari minyak atsiri buah bawang hutan terhadap
tiga bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus ATCC 25923, Bacillus
cereus, Bacillus subtilis ATCC 6633 dan tiga bakteri Gram negatif, yaitu
Eschericia coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853,
Salmonella typhimurium ATCC 14028 dengan metode dilusi cair. Minyak atsiri
diperoleh menggunakan dua metode yaitu destilasi uap air dan enfleurasi. Analisis
kimia minyak atsiri dengan GC-MS menunjukkan beberapa komponen kimia
untuk destilasi uap air yaitu asam butanoat, 1,2,3 trimetil benzene dan
dimetoksisulfon sedangkan untuk enfleurasi yaitu 2,3 butanediol, 1,3 asam
sikloheksadiena dan asam tiosulfurat. Hasil akhir menunjukkan bahwa minyak
atsiri buah bawang hutan dari hasil destilasi uap air maupun enfleurasi tidak
memiliki kemampuan sebagai antibakteri.
Kata Kunci : Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc.), minyak atsiri,
antibakteri, dilusi cair.
ABSTRACT
Name
The antibacterial activity of essential oil of wood garlic was tested against three
bacteria of Gram-positive such as Staphylococcus aureus ATCC 25923, Bacillus
cereus, Bacillus subtilis ATCC 6633 and three bacteria Gram-negative such as
Eschericia coli ATCC 25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853,
Salmonella typhimurium ATCC 14028 by broth dillution method. The essential
oil was obtained by two methods water steam distilation and enfleurage. The
identified of the chemical components of essential oils by GC-MC showed several
components e.q water steam distilation : butanoic acid, 1,2,3, trimethyl benzene
and dimethoxysulfone and enfleurage : 2,3 butanediol, 1,3 cyclohexadiene and
thiosulfuric acid. The final result showed the essential oil of wood garlic from
water steam distilation and enfleurage didnt have antibacterial activity.
Key word : Wood Garlic (Scorodocarpus borneensis Becc.), volatile oil,
antibacterial, broth dilution.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT,
karena atas berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul, M.Chem, Apt. selaku Pembimbing pertama dan
Ibu Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.Si selaku pembimbing kedua, yang memiliki
andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya ini,
semoga segala bantuan dan bimbingan Bapak dan Ibu mendapat imbalan yang
lebih baik oleh Allah SWT.
2. Bapak Prof. (hc) dr. MK. Tadjudin, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Umar, M.Sc, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak/Ibu Dosen dan Staff Akademika yang telah memberikan bantuan dan
bimbingan selama saya menempuh pendidilkan di Program Studi Farmasi
Fakultas Kedikteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Sahabat-sahabat saya, Ikhsan, Dzikro, Irfan, Labib, Syukron, Doni, Ali,
Farhan, Yan, Irul dan Mas Teguh yang selalu ada dan menemani penulis
dalam menyelesaikan perkuliahan dan penelitian ini.
vii
6. Rekan-rekan FKIK seperti Ari, Aan, Adam, Megawati, Mega Armayani, Tika,
Tia, Novi, Selvia, Nurmalita, dan Ade Fitrotunnadiroh yang tidak jarang
memberi semangat kepada penulis.
7. Keluarga Besar Farmasi angkatan 2008 baik Alcoolique maupun Betalactam,
yang selalu bersama-sama mengisi hari-hari penulis dengan suka maupun
duka.
Tak lupa kepada orang tua saya, Ayahanda Umar, S.pd dan Ibunda Umi
Kulsum, semoga segala amalan dan jerih payah keduanya mendapat balasan yang
lebih baik dari Allah SWT.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang . .............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah . ...................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian . .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian . ........................................................................ 3
2.1.2
2.1.3
Deskripsi.............................................................................. 5
2.1.4
2.1.5
2.1.6
Khasiat ................................................................................ 6
Destilasi .............................................................................. 6
2.2.2
Enfleuransi ......................................................................... 7
2.2.3
2.3.2
2.3.5
Antibakteri .......................................................................... 15
2.3.5.1 Pendahuluan ........................................................... 15
2.3.5.2 Mekanisme Kerja Antibakteri ................................ 16
2.3.5.3 Metode Pengujian Antibakteri ................................ 18
2.3.5.4 Antibakteri Pembanding ........................................ 20
3.2.2
3.2.3
3.2.4
3.2.5
Alat ..................................................................................... 22
3.3.2
Isolasi ................................................................................. 22
3.3.3.1 Destilasi Uap Air .................................................... 22
3.3.3.2 Enfleurasi ............................................................... 23
3.3.3
3.3.4
3.3.5
3.3.6
xi
3.3.7
3.3.8
3.3.9
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
Gambar 17 : Tabung Uji Berisi Minyak Atsiri Hasil Destilasi Uap Air Berbagai
Konsentrasi dan Bakteri B.cereus sebelum dan setelah di inkubasi
.... .................................................................................................... 58
Gambar 18 : Tabung Uji Berisi Minyak Atsiri Hasil Destilasi Uap Air Berbagai
Konsentrasi dan Bakteri B.subtilis sebelum dan setelah di inkubasi
.... .................................................................................................... 58
Gambar 19 : Tabung Uji Berisi Minyak Atsiri Hasil Destilasi Uap Air Berbagai
Konsentrasi dan Bakteri E.coli sebelum dan setelah di inkubasi ... 59
Gambar 20 : Tabung Uji Berisi Minyak Atsiri Hasil Destilasi Uap Air Berbagai
Konsentrasi dan Bakteri S.typhimorium sebelum dan setelah di
inkubasi .......................................................................................... 59
Gambar 21 : Tabung Uji Berisi Minyak Atsiri Hasil Destilasi Uap Air Berbagai
Konsentrasi dan Bakteri P.aeruginosa sebelum dan setelah di inkubasi
.... .................................................................................................... 59
Gambar 22 : Tabung Uji Kontrol berisi Kontrol Medium, Kontrol Ekstrak dan
Kontrol Bakteri sebelum di inkubasi .............................................. 60
Gambar 23 : Tabung Uji Kontrol berisi Kontrol Bakteri setelah diinkubasi ..... 60
Gambar 24 : Tabung Uji Kontrol Ekstrak (kiri) dan Kontrol Medium (kanan)
setelah diinkubasi ........................................................................... 60
Gambar 25 : Tabung Uji Berisi Minyak Atsiri Hasil Enfleurasi Berbagai
Konsentrasi dan Bakteri S.aureus sebelum dan setelah di inkubasi
.... .................................................................................................... 61
Gambar 26 : Tabung Uji Berisi Minyak Atsiri Hasil Enfleurasi Berbagai
Konsentrasi dan Bakteri B.cereus sebelum dan setelah di inkubasi
.... .................................................................................................... 61
xv
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xviii
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Agen-agen antimikroba merupakan contoh kemajuan yang dramatis
pada pengobatan modern. Aktivitas obat obat antimikroba yang luar biasa
kuat dan spesifik ini disebabkan oleh kemampuan obat-obat tersebut
memilih target yang sangat spesifik dan juga unik bagi mikroorganisme,
atau memilih target yang jauh lebih penting bagi mikroorganisme daripada
bagi manusia (Katzung, 2002).
Walaupun penggunaan antibiotik dan analog semisintesisnya secara
klinik sudah tersedia secara luas, sebuah penelitian untuk mendapatkan
agen antiinfeksi baru tetap diperlukan (Hostettmann, 1991). Penelitian
untuk mencari senyawa aktif farmakologi baru yang diperoleh dengan
penyarian sumber alam telah membawa kepada penemuan banyak obat
klinis yang berguna dan berperan penting dalam pengobatan manusia
(Shridhar et al., 2009).
Salah satu strategi yang memungkinkan untuk menemukan obat
antiinfeksi yang baru meliputi pencarian senyawa dengan aktivitas
kemoterapi tambahan dan perbedaan struktur secara luas dari senyawa
tersebut pada penggunaan sekarang. Senyawa ini dapat diekstrak dari
sumber yang memilikinya, yang untuk banyak alasan, sangat kurang
dieksplorasi dibandingkan dengan mikroorganisme tradisional, termasuk,
diantaranya, tanaman tingkat tinggi (Hostettmann, 1991). Bahan alam
masih menjadi sumber utama dalam pengembangan senyawa terapetik
untuk penyakit infeksi (baik bakteri maupun jamur), kanker, gangguan
kolesterol dan immunomodulasi (Shridhar et al., 2009). Melihat dari
laporan mengenai jumlah yang sangat besar dan keanekaragaman struktural
yang mengagumkan dari unsur-unsur pokok tumbuhan yang aktif
antimikroba dan antiviral yang ada sekarang, mungkin satu harapan agen
tetrathiaoctane (CH3SCH2SSCH2SCH3), dan 2,4,5,7-tetrathiaoctane 2,2dioxida (CH3SO2CH2SSCH2SCH3) menunjukkan aktivitas antimikroba yang
lumayan kuat, khususnya melawan jamur.
Minyak atsiri merupakan salah satu senyawa hasil metabolit
sekunder yang akhir-akhir ini telah menarik perhatian dunia, karena
diketahui memiliki sifat aktif biologis sebagai antibiotik sehingga dapat
dipergunakan sebagai antibakteri dan antijamur (Soetjipto et al., 2008). Sifat
antimikroba dari minyak atsiri telah diketahui sejak lama namun baru akhirakhir ini ditetapkan secara ilmiah (Miksusanti et al., 2009). Minyak atsiri
dari suatu tumbuhan memiliki aroma yang berbeda dengan minyak atsiri
dari tumbuhan lain karena setiap minyak atsiri memiliki komponen kimia
yang berbeda (Praptiwi et al., 2000).
Menurut hasil penelitian Khadri et al 2010, diketahui bahwa minyak
atsiri dari bawang putih mempunyai khasiat sebagai antibakteri. Sedangkan
Lawrence (2011) mengatakan bahwa kandungan minyak atsirilah yang
menyebabkan bau pada buah bawang putih. Buah bawang hutan memiliki
bau bawang putih yang sangat kuat (Lim et al., 1997).
PERUMUSAN MASALAH
-
1.3.
TUJUAN PENELITIAN
-
1.5
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
meningkatkan upaya kesehatan dengan cara menemukan senyawa kimia
baru yang berasal dari tumbuhan di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
: Plantae
: Spermatophyta
Sub divisio
: Magnoliophytinae (Angiospermae)
Class
: Magnoliatae (Dycotyledoneae)
Sub Class
: Rosidae
Ordo
: Santales
Familia
: Olacaceae
Genus
: Scorodocarpus
Species
Kalimantan
2.1.3 Deskripsi
Tumbuhan ini merupakan pohon, tinggi sampai 36 m dan diameter
batang kayunya lebih dari 80 cm, pada umumnya tinggi 20 m dan
diameter batang kayunya 50 60 cm, batang pada umumnya tegak, bulat
torak (berbentuk gulungan), di bagian kaki batang sedikit berjalur atau
bersiku, bagian batang yang tidak bercabang pada umumnya panjang 15
m, kadang-kadang lebih dari 20 m. Tumbuhan ini mudah dikenal karena
memberikan bau menyengat seperti bawang putih dari kulit dan buah.
-
Kayu : lebar, padat, keras agak halus dan berwarna merah tua atau
cokelat keabu-abuan dengan sedikit ungu; kayunya sangat kuat dan
Buah : bulat, memiliki bau yang kuat seperti bawang putih terutama
ketika dihancurkan. Digunakan sebagai pengganti bawang putih pada
masakan dan biji setelah dipanggang digunakan untuk pengobatan
cacing.
laut),
bawang
hutan
(Scorodocarpus
borneensis
Becc.)
hutan
diantaranya
yaitu
2,4,5-trithiahexane
2,4,5,7-
tetrathiaoctane
2,4,5,7-tetrathiaoctane
2,2-dioxide
dan
2,4,5,7
sesquiterpen
scodopin
dan
senyawa
alkaloid
berupa
Destilasi Air
Pada metode ini, bahan yang akan didestilasi kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung diatas air atau
terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah
bahan yang akan disuling. Ciri khas dari metode ini adalah kontak
langsung dari antara bahan dengan air mendidih. Beberapa jenis bahan
harus disuling dengan menggunakan metode ini, karena bahan harus
tercelup dan dapat bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling
dengan menggunakan metode uap langsung, bahan ini akan merekat
dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak
dapat berpenetrasi ke dalam.
2.
3.
Destilasi Uap
Metode ketiga ini disebut penyulingan uap atau penyulingan uap
langsung dan prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan diatas,
kecuali air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap
jenuh atau uap panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan
melalui pipa pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak di bawah
bahan, dan uap bergerak keatas melalui bahan yang terletak diatas
saringan atau tempat berlubang.
lemak akan mengabsorbsi minyak yang dikeluarkan oleh bunga atau bagian
tumbuhan tersebut. Prinsip ini diterapkan dalam proses enfleurasi.
Dalam proses enfleurasi biasanya bagian tumbuhan yang digunakan
adalah bunga. Hal ini karena proses penyulingan dengan uap air atau air
mendidih yang relatif lama cenderung merusak komponen minyak karena
proses hidrolisa, polimerasi dan resinifikasi, komponen yang bertitik didih
tinggi khususnya yang larut dalam air tidak dapat diangkut oleh uap air
sehingga rendemen minyak dan mutu yang dihasilkan lebih rendah.
Prinsip proses kegiatan enfleurasi yaitu, bunga segar hasil pemetikan
ditaburkan diatas permukaan lemak yang telah disediakan dan dibiarkan
selama 24 jam, kemudian diganti dengan bunga yang masih segar.
Kemudian minyak bunga tersebut diekstraksi dari lemak dengan
menggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol dipisahkan (Guenther,1987).
2.2.3 Minyak Atsiri
Cara klasik
untuk
mengisolasi
2.3.1 Definisi
Bakteri adalah organisme bersel satu yang harus mengabsorbsi
nutrisinya dengan difusi sederhana (Gerard et al.,2010).
2.3.2 Struktur Bakteri
1. Bentuk
Bersama dengan sifat-sifat lainnya, bentuk bakteri dipergunakan
untuk mengidentifikasi bakteri. Bentuk bakteri ditentukan oleh
mekanisme penyusunan sel.
a. Bentuk bakteri biasanya dapat ditentukan dengan pulasan yang tepat
dan dilihat dibawah mikroskop.
b. Jenis-jenisnya : Bulat (kokus), batang (basilus) dan spiral.
10
11
9. Pembungkus sel
Pembungkus sel tersusun dari lapisan-lapisan makromolekul yang
mengelilingi bakteri, meliputi:
a. Membran sel dan suatu lapisan peptidoglikan kecuali pada
mikoplasma.
b. Lapisan membran luar pada bakteri Gram-negatif.
c. Suatu kapsul, suatu lapisan glikokaliks, atau keduanya (kadangkadang)
d. Antigen yang seringkali menginduksi terjadinya respons antibodi
spesifik.
10. Lapisan luar
a. Protein permukaan
Protein antifagositik ini terletak di luar dari dinding sel beberapa
bakteri Gram-positif
b. Kapsul
Kapsul ialah suatu struktur polisakarida yang berbatas tegas yang
mengelilingi sel bakteri dan berada di luar dinding sel. Perkecualian
terhadap struktur polisakarida ialah kapsul poli D-asam glutamat
Bacillus anthraxis.
c. Glikokaliks
Istilah glikokaliks ditujukan untuk jaringan longgar benang
polisakarida yang mengelilingi beberapa dinding sel bakteri.
11. Struktur tambahan
a. Flagel ialah suatu struktur tambahan protein untuk pergerakan dan
mengandung determinan antigen yang menonjol.
b. Pili (fimbria) adalah struktur tambahan permukaan yang kaku dan
hanya terdiri dari protein yang disebut pilin.
12. Endospora
Endospora terbentuk sebagai respon untuk bertahan hidup
terhadap kondisi nutrisi tertentu, misalnya kekurangan sumber gizi
tertentu. Endospora ialah sel-sel bakteri yang secara metabolik inaktif
dan sangat tahan terhadap pengeringan, pemanasan, dan berbagai zat
12
: Eubacteriales
Famili
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Staphylococcus aureus
13
: Bacillales
Famili
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Spesies
: Bacillus cereus
: Bacillales
Famili
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Spesies
: Bacillus subtilis
Genus
bacillus
sebagian
besar
aerobic,
Gram-positif,
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
14
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Pseudomonas
Spesies
: Pseudomonas aeruginosa
: Eubacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Salmonella
Spesies
: Salmonella typhimorium
15
Spektrum sempit
Obat kemoterapeutika yang bekerja hanya pada segolongan
bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh
bakteri Gram positif saja atau Gram negatif saja. Misalnya, isoniazid
hanya aktif terhadap mikobakteria.
Spektrum sedang
Spektrum sedang adalah suatu terminologi yang diaplikasikan
pada antibiotika yang secara efektif melawan organisme Gram positif
dan
sejumlah
bakteri
Gram
negatif.
Misalnya,
ampisilin
16
Spektrum luas
Obat-obat antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau
membunuh bakteri dari golongan Gram positif maupun negatif, seperti
kloramfenikol dan tetrasiklin mempengaruhi spesies mikroba secara
luas dan dirujuk sebagai antibiotika secara luas. Pemberian antibiotika
spektrum luas secara drastis dapat merubah flora bakterial normal
secara alamiah dan dapat mencetuskan super infeksi suatu organisme
seperti kandida yang perkembangannya secara normal dipengaruhi
dengan adanya mikroorganisme (Pratiwi, 2008).
bersaing
dengan
PABA
untuk
diikutsertakan
dalam
17
polien
serta
berbagai
antimikroba
kemoterapeutik,
18
antimikroba pada
E-test
Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC
(minimum inhibitory concentration) atau KHM (kadar hambat
minimum), yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba
untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada
metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen
antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan
pada permukaan media Agar yang telah ditanami mikroorganisme.
Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkannya yang
menunjukkan
kadar
agen
antimikroba
yang
menghambat
Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang
diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media
Agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan
mikroba uji (maksimum 6 macam) digoreskan ke arah parit yang
berisi agen antimikroba.
Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana
dibuat sumur pada media Agar yang telah ditanami dengan
19
Gradient-plate technique
Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media
Agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media Agar
dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian
dituang ke dalam cawan Petri dan diletakkan dalam posisi miring.
Nutrisi kedua selanjutnya dituang diatasnya. Plate diinkubasikan
selama 24 jam untuk memungkinkan agen antimikroba berdifusi
dan permukaan media mengering. Mikroba uji (maksimal 6
macam) digoreskan pada arah mulai dari konsentrasi tinggi ke
rendah. Hasil diperhitungkan sebagai panjang total pertumbuhan
mikroba maksimum yang mungkin dibandingkan dengan panjang
pertumbuhan hasil goresan.
Bila:
X = panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin
Y = panjang pertumbuhan total
C = konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media
mg/mL atau g/mL
Maka konsentrasi hambatan adalah : [(X,Y)]: C mg/mL atau
g/mL.
Yang perlu diperhatikan adalah dari hasil perbandingan
yang didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen
antimikroba dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media
padat.
2. Metode Dilusi
ini
mengukur
MIC
(Minimum
Inhibitory
20
: C17H18FN3O3.HCl.H2O
O
F
HN
COOH
c. Pemerian
: serbuk, putih
d. Aktifitas bakteri
e. Mekanisme kerja
:menghambat
subunit
pada
DNA
girase
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
3.2
3.2.1
Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus
ATCC 25923, Bacillus subtilis ATCC 6633, Escherichia coli ATCC
25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan diperoleh dari
Laboratorium Mikrobiologi Klinis, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. Salmonella typhimurium ATCC 14028 yang diperoleh
dari koleksi Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Badan POM RI,
Jakarta. Bacillus cereus yang diperoleh dari Laboraturium Produk Alami
dan Laboraturium Analisa Umum, Bidang Botani dan Mikrobiologi Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor.
3.2.3
Antibakteri Pembanding
Antibakteri pembanding yang digunakan adalah Cyprofloxacin
yang diperoleh dari Bagian Baku Pembanding, Badan POM RI, Jakarta.
22
3.2.4
Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan diantaranya : Natrium Agar
(NA), Natrium Broth (NB), Tween 80%, NaCl 0,9%, larutan standar Mc
Farland III, adeps lanae, eter, alkohol 96%, metanol, NaCl jenuh dan
aquadest.
3.2.5
Alat
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
peralatan gelas (Pyrex), timbangan analitik (Sartonius CP2245), cawan
penguap, kapas, kain kasa, jarum ose, mikropipet (Nichipet Ex), bunsen,
alumunium oil, corong, corong pisah, alat destilasi, alat enfleurasi
(chamber ukuran 30 cm x 30 cm dan dua buah plat kaca setebal 0,5 cm
dengan ukuran 20 cm x 20 cm), lumpang dan alu, botol vial, batang
pengaduk, spatula, pipet tetes, cawan petri (Iwaki), autoklaf (Tommy type
SS-325), Magnetic stirrer (Daiki KB Lee 5001), oven (Memmert), Laminar
Air Flow (EACI), lemari pendingin (SANYO-MEDICOOL), vortex (Labnet
International
Inc),
jangka
sorong,
vacuum
rotary
evaporator,
PROSEDUR KERJA
3.3.1
Penyiapan Simplisia
Penyiapan simplisia buah bawang hutan dilakukan dengan cara
sortasi basah untuk membersihkannya dari kotoran. Selanjutnya buah
bawang hutan dihancurkan dan ditumbuk dengan menggunakan lumpang
dan alu dan langsung diisolasi minyak atsiri yang terkandung di dalamnya.
3.3.2
3.3.2.1
Isolasi
Destilasi Uap Air
Isolasi buah bawang hutan dilakukan dengan menggunakan
destilasi uap air. Sebanyak 200 gram buah bawang hutan yang sudah
dirajang dan ditumbuk, didestilasi dengan menggunakan uap air selama
5 jam pada suhu diatas 100oC. Uap yang keluar dikumpulkan dan
dibiarkan mengembun. Kemudian hasil destilasi yang diperoleh
ditampung dalam corong pisah. Fase minyak dan fase air dipisahkan
23
menggunakan
NaCl
jenuh
hingga
diperoleh
minyak
atsirinya.
Analisis
Senyawa
menggunakan
Gas
Chromatography-Mass
Spectrometry
Sebanyak 1 L minyak atsiri yang didapatkan diinjeksikan ke
injektor Gas Chromatography-Mass Spectrometry menggunakan detektor
FID. Temperatur kolom ditingkatkan dari 70oC-100oC dengan rata-rata
kenaikan 2 oC/menit, 100oC-150oC dengan rata-rata kenaikan 5oC/menit,
dan dari 150oC-200oC dengan rata-rata kenaikan 10oC/menit. Kolom yang
digunakan yaitu kolom kapiler (dimensi 30 m x 0,25 mm x 0,25 m), laju
alir 1 ml/menit, gas pembawa berupa helium tekanan 80 kPa, suhu injektor
24
250 oC, suhu interface 280 oC. Parameter Mass Spectrometry berupa
tegangan ionisasi sebesar 70 eV, suhu ion source (sumber ionisasi) 180 oC,
rata-rata scanning 50-600 Da (Baharum et al, 2010).
3.3.4
3.3.5
3.3.6
25
3.3.7
3.3.8
3.3.9
b. Kontrol pelarut
c. Kontrol ekstrak
26
KHM
dinyatakan
sebagai
konsentrasi
terendah
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL DETERMINASI
Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense,
Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, LIPI Cibinong Bogor, menunjukan
bahwa tumbuhan uji yang digunakan dalam penelitian ini merupakan spesies
Scorodocarpus borneensis Becc. Sertifikat hasil determinasi dapat dilihat pada
Lampiran.
4.2 HASIL MINYAK ATSIRI BAWANG HUTAN
Pada penelitian ini, proses isolasi minyak atsiri dilakukan dengan
menggunakan metode destilasi uap air dan enfleurasi. Randemen minyak atsiri
yang dihasilkan dihitung menggunakan rumus :
Bobot minyak atsiri yang dihasilkan x 100%
Bobot sampel awal yang ditimbang
Metode Isolasi
Bobot awal
Bobot minyak
Randemen
Destilasi
4,9 gram
2,5 %
180 gram
7,1 gram
3,9 %
Air
2.
Enfleurasi
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah minyak atsiri yang
diperoleh menggunakan metode enfleurasi lebih besar (7,1 gram) dengan
randemen 3,9 % dibandingkan dengan menggunakan metode destilasi uap air
(4,9 gram) dengan randemen 2,5 %.
28
29
Tabel IV.2. Data kandungan kimia penyusun minyak atsiri dari hasil Destilasi
Uap Air
No.
Nama Senyawa
Waktu
Rumus
Berat
Retensi
Molekul
Molekul
Quality
Persent
(%)
1.
Unknown
4,15
40,10
2.
Unknown
4,83
7,68
3.
Ethyl acetate
4,91
C4H8O2
88.12
91
2,63
4.
1,1
6,46
C6H14O2
118.174
90
17,82
7,03
C5H10O
86.073
72
3,13
Diethoxyethane
5.
3-methyl,2pentanone
6.
Butanoic acid
8,26
C4H8O2
88.052
94
0,27
7.
2-Hexanol
8,36
C6H14O
102.104
78
0,17
Unknown
9,15
4,69
9.
p-Xylene
11,00
C6H10
106.078
97
0,76
10.
1,1
C8H18O2
146.131
83
0,56
14,46
C7H16O
116.12
78
0,18
15,74
C9H12
120.094
94
0,19
16,16
C9H12
120.094
97
0,31
C2H6OS2
109.986
97
0,35
22,30
C2H6O4S
125.999
97
0,70
25,35
C3H8S
139.979
72
0,26
34,98
4,28
Diethoxy 12,41
butane
11.
3-methyl-3Heptanol
12.
1-Ethyl-2-methyl
benzene
13.
1,2,3-Trimethyl
benzene
14.
15.
Dimethoxysulfon
e
16.
Methyl
methyltiomethyl
disulfide
17.
Unknown
30
Tabel IV.3. Data kandungan kimia penyusun minyak atsiri dari hasil
Enfleurasi
No. Nama Senyawa
Waktu
Rumus
Berat
Retensi
Molekul
Molekul
Quality Persentase
(%)
1.
Ethanol
4,06
C2H6O
46.068
78
40,98
2.
Ethyl acetate
4,83
C4H8O2
88.12
87
12,56
3.
1-Butanol
5,41
C4H10O
74.073
91
6,40
4.
2,3-Butanediol
8,62
C4H10O2
90.068
80
0,29
5.
Unknown
9,12
10,09
6.
2-methyl-2,4-
14,00
C6H14O2
118.099
90
2,12
20,01
C6H14O3
134.094
90
1,86
22,35
C5H8O4
132.042
81
0,19
22,48
C10H20O
156.151
78
0,25
Pentanediol
7.
1-1-oxybis-2Propanol
8.
Diethyl
malonate
9.
Dihydro
myrcenol
10.
- Terpinolene
23,99
C10H18O
154.249
87
0,30
11.
-Citronellol
29,57
C10H20O
156.151
98
0,14
12.
1-methyl-4-
35,36
C10H16
136.125
95
0,09
(methylethyl)1,3Cyclohexadiene
13.
Coumarine
35,83
C9H6O2
146.037
93
0,67
14.
Thiosulfuric
36,23
H2S2O3
256
86
0,65
36,35
C16H32O2 256.24
93
1,61
39,20
C12H14O4 222.237
97
8,54
acid
15.
Hexadecanoic
acid
16
Diethyl
Phthalate
31
Bakteri uji
minyak
S. a
atsiri (ppm)
B. s
B. c
E. c
S. t
P. a
2000 ppm
1000 ppm
500 ppm
250 ppm
125 ppm
Tabel IV.5. Hasil Uji Antibakteri Minyak Atsiri Bawang Hutan dari Hasil
Enfleurasi
Konsentrasi
Bakteri uji
minyak
S. a
atsiri (ppm)
B. s
B. c
E. c
S. t
P. a
2000 ppm
1000 ppm
500 ppm
250 ppm
125 ppm
32
Keterangan :
(+) menunjukan adanya pertumbuhan bakteri sehingga tidak mempunyai
aktivitas antibakteri
(-) menunjukan tidak adanya pertumbuhan bakteri sehingga mempunyai
aktivitas antibakteri
S. a = Staphylococcus aureus
E. c = Escherichia coli
B. s = Bacillus subtilis
S. t = Salmonella typhimorium
B. c = Bacillus cereus
P. a = Pseudomonas aeruginosa
Konsentrasi
(ppm)
S. a
B. s
B. c
E. c
S. t
P. a
KHM
0,25
0,0625
0,125
0,12
0,5
KBM
0,5
0,125
0,25
0,24
Keterangan :
S. a = Staphylococcus aureus
E. c = Escherichia coli
B. s = Bacillus subtilis
S. t = Salmonella typhimorium
B. c = Bacillus cereus
P. a = Pseudomonas aeruginosa
4.5. PEMBAHASAN
Metode yang digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri yang terdapat
pada buah bawang hutan adalah destilasi uap air dan enfleurasi. Pemilihan dua
metode ini selain untuk mengetahui perbedaan kandungan kimia minyak atsiri
yang didapatkan, sekaligus mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah yang
didapatkan secara kuantitas.
33
kimia
golongan
sulfur
(S-methyl
methanethiosulphinate;
3-methyl-3-Heptanol),
alifatik
keton
(3-methyl-2-Pentanone;
Butanoic acid; 1,1-diethoxy butane), aromatik (1,2,3-Trimethylbenzene; 1Ethyl-methyl benzene; p-Xylene). Sedangkan untuk hasil isolasi minyak atsiri
dengan menggunakan metode enfleurasi terdiri atas senyawa kimia golongan
kimia sulfur (Thiosulfuric acid), alifatik alkohol (1-Butanol; 2,3-Butanediol;
2-methyl-2,4-Pentanediol; 1-1-oxybis-2-Propanol; Dihydro myrcenol; Citronellol; Hexadecanoic acid), alifatik keton (Propanedioic acid), aromatik
(- Terpinolene; 1-methyl-4-(methylethyl)-1,3-Cyclohexadiene), aromatik
keton (Coumarine).
34
Hasil analisis GCMS pada minyak atsiri buah bawang hutan baik
dengan metode destilasi uap air maupun metode enfleurasi ditemukan
beberapa senyawa sulfur. Senyawa sulfur umumnya mempunyai aktivitas
antibakteri yang cukup kuat (Kubota et al.,1998).
Senyawa kimia golongan sulfur pada minyak atsiri yang dihasilkan
dari buah bawang hutan baik hasil destilasi uap air maupun enfleurasi berbeda
jika dibandingkan dengan senyawa kimia golongan sulfur pada minyak atsiri
buah bawang putih yang sudah lebih dahulu teruji aktivitas antibakterinya.
Khadri et al yang meneliti minyak atsiri buah bawang putih di Aelgeria Barat
menemukan dua senyawa sulfur utama yaitu Methyl allyl trisulfida dan Diallyl
disulfida. Sedangkan Ogara et al pada penelitianya tentang minyak atsiri buah
bawang putih di India, senyawa utama sulfur yang ditemukan yaitu Diallyl
disulfida dan Diallyl trisulfida.
H3CO
OCH3
Gambar 6. Dimethoxysulfone
S
O
OH
S
S
H2C
OH
CH3
CH2
S
H2C
35
S
H2C
S
S
CH2
36
bakteri (Gambar 16 21 untuk minyak atsiri hasil destilasi uap air dan 25 30
untuk minyak atsiri hasil enfleurasi).
Untuk menghindari kesalahan ketika mengamati kekeruhan pada
tabung larutan uji saat menggunakan mata manusia maka dilakukan
pengamatan menggunakan Spektrofotometri UV-VIS. Hasil Spektrofotometri
UV-VIS menunjukkan bahwa nilai absorban yang diperoleh dari larutan uji
konsentrasi 2000 ppm, 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm dan 125 ppm dari
minyak atsiri hasil destilasi uap air sangat besar jika dibandingkan dengan
nilai absorban medium sebagai kontrol. Hasil yang sama juga dialami oleh
nilai absorban yang diperoleh dari larutan uji dari minyak atsiri hasil
enfleurasi (Lampiran 16 dan 17). Prinsip Spektrofotometri UV-VIS yaitu
semakin besar nilai absorban dari suatu larutan maka semakin keruh larutan
tersebut. Jadi dengan ini sudah bisa dipastikan bahwa larutan uji baik dari
minyak atsiri hasil destilasi uap air maupun hasil enfleurasi memang keruh.
Pengamatan terakhir dilakukan pengkulturan kembali pada medium agar, hal
ini untuk menghilangkan keraguan pada kekeruhan tabung larutan uji yang
ditimbulkan akibat pertumbuhan bakteri uji atau karena faktor lain. Setelah
dilakukan pengkulturan kembali pada medium agar dan terlihat pertumbuhan
bakteri di dalamnya maka dapat dipastikan bahwa kekeruhan yang terjadi pada
tabung larutan uji sebelumnya karena adanya bakteri yang tumbuh pula
(Gambar 33 - 44).
Untuk antibakteri pembanding yang digunakan yaitu ciprofloxacin,
diperoleh hasil paling besar aktivitasnya pada bakteri Bacillus subtilis dengan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 0,0625 ppm dan Konsentrasi
Bunuh Minimum (KBM) sebesar 0,125 ppm.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minyak atsiri buah bawang
hutan yang dihasilkan dari dua metode yang berbeda tersebut tidak memiliki
aktivitas antimikroba. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi yang dimiliki
oleh masing-masing senyawa kimia penyusun minyak atsiri sangat rendah
sehingga mempengaruhi aktivitas antibakteri yang dimilikinya.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Hasil minyak atsiri tertinggi buah bawang hutan diperoleh dari isolasi
enfleurasi (3,9%) dibandingkan dengan hasil destilasi uap air (2,5%).
2. Senyawa sulfur yang ditemukan dari hasil analisis GCMS pada minyak
atsiri buah bawang hutan dengan metode destilasi uap air yaitu Smethyl
methanethiosulphinate;
Dimethyoxysulfone;
Methyl
5.2. SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan minyak
atsiri buah bawang hutan dengan metode yang berbeda dan kegunaankegunaan yang lainnya dari minyak atsiri buah bawang hutan tersebut.
berterimakasih
kepada
Prof.
(ris)
Dr.
Partomun
38
DAFTAR PUSTAKA
39
40
41
42
LAMPIRAN
43
44
Analisis Minyak
Atsiri
Menggunakan
GC MS
Enfleuransi
Analisis Minyak
Atsiri
Menggunakan
GC MS
Analisis Data
45
46
Menggunakan Metode
Enfleurasi
47
Diukur menggunakan
Spectrophotometry agar sesuai standar
Mc Farland
48
Tabung 1-5
Tabung 6-8
UJI
KONTROL
+ 1,5 mL
medium NB
Tab.
1
Tab.
2
Tab.
3
Tab.
4
Tab.
5
+ 1,5
mL
Lar.
Induk
4000
ppm
+ 1,5
mL
Lar.
Tab 1
+ 1,5
mL
Lar .
Tab 2
+ 1,5
mL
Lar.
Tab 3
+ 1,5
mL
Lar.
Tab 4
Tab. 6
Tab. 7
Tab. 8
2,7 mL
NB + 0,3
mL
suspensi
bakteri
1,5 mL
NB + 1,5
mL
Larutan
induk
1,5 mL
NB + 1,5
mL
pelarut
+ 1,2 mL
medium NB
Pengamatan
49
Di add hingga 10 mL
= N2 . V2
4000 . V1 = 2000 . 3
V1
= N2 . V2
2000 . V1 = 1000 . 3
V1
= N2 . V2
1000 . V1 = 500 . 3
V1
= N2 . V2
500 . V1
= 250 . 3
V1
= N2 . V2
250 . V1
= 125 . 3
V1
50
Lampiran 10. Hasil GC-MS Kandungan Kimia Penyusun Minyak Atsiri Buah
Bawang Hutan dari Metode Destilasi Uap Air
No.
Spesifikasi Senyawa
1.
Unknown
Waktu Retensi : 4.15
Quality : Rumus Senyawa : Berat Molekul : -
2.
Unknown
Waktu Retensi : 4.83
Quality : Rumus Senyawa : Berat Molekul : -
3.
Ethyl acetate
Waktu Retensi : 4.91
Quality : 91
Rumus Senyawa : C4H8O2
Berat Molekul : 88.12
Spektrometri Massa
4.
1,1 Diethoxyethane
Waktu Retensi : 6.46
Quality : 90
Rumus Senyawa : C6H14O2
Berat Molekul : 118.174
O
51
5.
3-methyl,2-Pentanone
Waktu Retensi : 7.03
Quality : 72
Rumus Senyawa : C5H10O
Berat Molekul : 86.073
O
6.
Butanoic acid
Waktu Retensi : 8.26
Quality : 94
Rumus Senyawa : C4H8O2
Berat Molekul : 88.052
O
OH
7.
2-Hexanol
Waktu Retensi : 8.36
Quality : 78
Rumus Senyawa : C6H14O
Berat Molekul : 102.104
OH
Unknown
Waktu Retensi : 9.15
Quality : Rumus Senyawa : Berat Molekul : -
9.
p-Xylene
Waktu Retensi : 11.00
Quality : 97
Rumus Senyawa : C8H10
Berat Molekul : 106.078
52
10.
11.
3-methyl-3-Heptanol
Waktu Retensi : 14.46
Quality : 78
Rumus Senyawa : C7H16O
Berat Molekul : 116.12
OH
12.
1-Ethyl-2-methyl benzene
Waktu Retensi : 15.74
Quality : 94
Rumus Senyawa : C9H12
Berat Molekul : 120.094
13.
1,2,3-Trimethyl benzene
Waktu Retensi : 16.16
Quality : 97
Rumus Senyawa : C9H12
Berat Molekul : 120.094
53
14.
S-Methyl methanethiosulphinate
Waktu Retensi : 17.04
Quality : 97
Rumus Senyawa : C2H6OS2
Berat Molekul : 109.986
O
S
S
15.
Dimethoxysulfone
Waktu Retensi : 23.30
Quality : 97
Rumus Senyawa : C2H6O4S
Berat Molekul : 125.999
O
S
H3CO
16.
OCH3
S
S
17.
Unknown
Waktu Retensi : 34.98
Quality : Rumus Senyawa : Berat Molekul : -
54
Lampiran 11. Hasil GC-MS Kandungan Kimia Penyusun Minyak Atsiri Buah
Bawang Hutan dari Metode Enfleurasi
No.
Spesifikasi Senyawa
Spektrometri Massa
1.
Ethanol
Waktu Retensi : 4.06
Quality : 78
Rumus Senyawa : C2H6O
Berat Molekul : 40.068
OH
2.
Ethyl acetate
Waktu Retensi : 4.83
Quality : 87
Rumus Senyawa : C4H8O2
Berat Molekul : 88.12
O
3.
1-Butanol
Waktu Retensi : 5.41
Quality : 91
Rumus Senyawa : C4H10O
Berat Molekul : 74.073
OH
4.
2,3 - Butanediol
Waktu Retensi : 8.62
Quality : 80
Rumus Senyawa : C4H10O2
Berat Molekul : 90.068
OH
HO
55
5.
Unknown
Waktu Retensi : 9.12
Quality : Rumus Senyawa : Berat Molekul : -
6.
2-methyl-2,4-Pentanediol
Waktu Retensi : 14.00
Quality : 90
Rumus Senyawa : C6H14O2
Berat Molekul : 118.099
OH
HO
7.
1,1-oxybis-2-Propanol
Waktu Retensi : 20.01
Quality : 90
Rumus Senyawa : C6H14O3
Berat Molekul : 134.094
HO
OH
O
8.
Diethyl malonate
Waktu Retensi : 22.35
Quality : 81
Rumus Senyawa : C5H8O4
Berat Molekul : 132.042
O
9.
Dihydro myrcenol
Waktu Retensi : 22.48
Quality : 78
Rumus Senyawa : C10H20O
Berat Molekul : 156.151
HO
56
10.
-Terpinolene
Waktu Retensi : 23.99
Quality : 87
Rumus Senyawa : C10H16
Berat Molekul : 136.125
11.
-Citronellol
Waktu Retensi : 29.57
Quality : 98
Rumus Senyawa : C10H20O
Berat Molekul : 156.151
HO
12.
1-methyl-4-(methylethyl)-1,3Cyclohexadiene
Waktu Retensi : 35.36
Quality : 95
Rumus Senyawa : C10H16
Berat Molekul : 136.125
13.
Coumarine
Waktu Retensi : 35.83
Quality : 93
Rumus Senyawa : C9H6O2
Berat Molekul : 146.037
57
14.
Thiosulfuric acid
Waktu Retensi : 36.23
Quality : 86
Rumus Senyawa : H2S2O
Berat Molekul : 256
S
OH
S
15.
OH
Hexadecanoic acid
Waktu Retensi : 36.23
Quality : 93
Rumus Senyawa : C16H32O2
Berat Molekul : 256.24
O
OH
16.
Diethyl phthalate
Waktu Retensi : 39.20
Quality : 97
Rumus Senyawa : C12H14O4
Berat Molekul : 222.237
O
O
58
Lampiran 12. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kandungan Minyak Atsiri Hasil
Destilasi Uap Air dari Buah Bawang Hutan terhadap Tiga Bakteri Gram Positif
dan Tiga Bakteri Gram Negatif
Gambar 16. Tabung uji berisi Bakteri S.aureus sebelum (kiri atau A) dan setelah
(kanan atau B) di inkubasi
Gambar 17. Tabung uji berisi Bakteri B.cereus sebelum (kiri atau A) dan setelah
(kanan atau B) di inkubasi
Gambar 18. Tabung uji berisi Bakteri B.subtilis sebelum (kiri atau A) dan setelah
(kanan atau B) di inkubasi
59
(lanjutan)
Gambar 19. Tabung uji berisi Bakteri E.coli sebelum (kiri atau A) dan setelah
(kanan atau B) di inkubasi
Gambar 20. Tabung uji berisi Bakteri S.typhimorium sebelum (kiri atau A) dan
setelah (kanan atau B) di inkubasi
Gambar 21. Tabung uji berisi Bakteri P.aeruginosa sebelum (kiri atau A) dan
setelah (kanan atau B) di inkubasi
60
Gambar 22. Tabung Uji Kontrol berisi kontrol medium, kontrol ekstrak dan
kontrol bakteri sebelum di inkubasi
Gambar 23. Tabung Uji Kontrol berisi kontrol bakteri setelah diinkubasi
Gambar 24. Tabung Uji Kontrol Ekstrak (kiri) dan Kontrol Medium (kanan)
setelah diinkubasi
61
Lampiran 13. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kandungan Minyak Atsiri Hasil
Enfleurasi dari Buah Bawang Hutan terhadap Tiga Bakteri Gram Positif dan Tiga
Bakteri Gram Negatif
Gambar 25. Tabung uji berisi Bakteri S.aureus sebelum (kiri atau A) dan setelah
(kanan atau B) di inkubasi
Gambar 26. Tabung uji berisi Bakteri B.cereus sebelum (kiri atau A) dan setelah
(kanan atau B) di inkubasi
Gambar 27. Tabung uji berisi Bakteri B.subtilis sebelum (kiri atau A) dan setelah
(kanan atau B) di inkubasi
62
(lanjutan)
Gambar 28. Tabung uji berisi Bakteri E.coli sebelum (kiri atau A) dan setelah
(kanan atau B) di inkubasi
Gambar 29. Tabung uji berisi Bakteri S.typhimorium sebelum (kiri atau A) dan
setelah (kanan atau B) di inkubasi
Gambar 30. Tabung uji berisi Bakteri P.aeruginosa sebelum (kiri atau A) dan
setelah (kanan atau B) di inkubasi
63
Gambar 31. Tabung Uji Kontrol berisi kontrol ekstrak dan kontrol bakteri
sebelum di inkubasi
Gambar 32. Tabung Uji Kontrol berisi kontrol ekstrak dan kontrol bakteri setelah
di inkubasi
64
Lampiran 14. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kandungan Minyak Atsiri Hasil
Destilasi Uap Air dari Buah Bawang Hutan terhadap Tiga Bakteri Gram Positif
dan Tiga Bakteri Gram Negatif setelah Dikultur pada Media Agar
250 ppm
500 ppm
125 ppm
1000
ppm
S.A
2000
ppm
Gambar 33. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Staphylococcus aureus
1000
ppm
2000
ppm
500 ppm
B.
cereus
250 ppm
125 ppm
Gambar 34. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Bacillus cereus
65
(lanjutan)
2000
ppm
B.
subtilis
1000
ppm
125 ppm
500 ppm
250 ppm
Gambar 35. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Bacillus subtilis
125 ppm
e. coli
250 ppm
2000
ppm
500 ppm
1000
ppm
Gambar 36. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Escherichia coli
66
(lanjutan)
2000
ppm
s. typhi
1000
ppm
125 ppm
500 ppm
250 ppm
Gambar 37. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Salmonella typhimurium
250 ppm
500 ppm
125 ppm
1000
ppm
P.aeru
2000
ppm
Gambar 38. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa
67
Lampiran 15. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Kandungan Minyak Atsiri Hasil
Enfleurasi dari Buah Bawang Hutan terhadap Tiga Bakteri Gram Positif dan Tiga
Bakteri Gram Negatif setelah Dikultur pada Media Agar
250 ppm
125 ppm
500 ppm
S.A
1000
ppm
2000
ppm
Gambar 39. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Staphylococcus aureus
1000
ppm
2000
ppm
500 ppm
B. cereus
250 ppm
125 ppm
Gambar 40. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Bacillus cereus
68
(lanjutan)
2000
ppm
B.
subtilis
1000
ppm
125 ppm
500 ppm
250 ppm
Gambar 41. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Bacillus subtilis
500
ppm
1000
ppm
250
ppm
2000
ppm
125
ppm
E.coli
Gambar 42. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Escherichia coli
69
(lanjutan)
250 ppm
500 ppm
125 ppm
1000
ppm
2000
ppm
s.typhi
Gambar 43. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Salmonella typhimurium
p.aeru
125 ppm
250 ppm
2000
ppm
1000
ppm
500 ppm
Gambar 44. Hasil uji aktivitas antibakteri kandungan minyak atsiri buah bawang
hutan terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa
70
Absorban
0.000
2. Staphylococcus aureus
No. Konsentrasi
Tabung
1.
125 ppm
1
2
2.
250 ppm
1
2
3.
500 ppm
1
2
4.
1000 ppm
1
2
5.
2000 ppm
1
2
Absorban
1.272
1.329
1.291
1.327
1.006
1.139
1.115
1.095
1.005
1.044
Rata-rata absorban
1.3005
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
1.217
1.599
0.901
0.999
1.253
0.973
1.125
1.235
0.888
1.081
Rata-rata absorban
1.408
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
1.352
1.288
1.338
1.347
1.001
1.173
1.176
1.030
0.966
0.902
Rata-rata absorban
1.320
3. Bacillus cereus
No. Konsentrasi
1.
125 ppm
2.
250 ppm
3.
500 ppm
4.
1000 ppm
5.
2000 ppm
4. Bacillus subtilis
No. Konsentrasi
1.
125 ppm
2.
250 ppm
3.
500 ppm
4.
1000 ppm
5.
2000 ppm
1.309
1.0725
1.105
1.0245
0.950
1.113
1.130
0.9845
1.3425
1.087
1.103
0.934
71
5. Escherichia coli
No. Konsentrasi
1.
125 ppm
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
1.336
1.377
1.388
1.285
1.318
1.330
1.327
1.227
1.144
1.152
Rata-rata absorban
1.3565
6. Pseudomonas aeruginosa
No. Konsentrasi
Tabung
1.
125 ppm
1
2
2.
250 ppm
1
2
3.
500 ppm
1
2
4.
1000 ppm
1
2
5.
2000 ppm
1
2
Absorban
1.204
1.065
1.120
1.269
1.195
1.165
1.209
1.262
0.828
0.996
Rata-rata absorban
1.1345
7. Salmonella typhimorium
No. Konsentrasi
Tabung
1.
125 ppm
1
2
2.
250 ppm
1
2
3.
500 ppm
1
2
4.
1000 ppm
1
2
5.
2000 ppm
1
2
Absorban
1.237
1.342
1.309
1.326
1.090
1.108
1.230
1.018
1.094
0.912
Rata-rata absorban
1.2395
2.
250 ppm
3.
500 ppm
4.
1000 ppm
5.
2000 ppm
1.3365
1.324
1.277
1.148
1.1945
1.180
1.2355
0.912
1.3175
1.099
1.124
1.003
72
Absorban
0.000
2. Staphylococcus aureus
No. Konsentrasi
Tabung
1.
125 ppm
1
2
2.
250 ppm
1
2
3.
500 ppm
1
2
4.
1000 ppm
1
2
5.
2000 ppm
1
2
Absorban
1.357
1.090
1.037
0.986
1.094
1.000
0.998
0.771
0.862
0.698
Rata-rata absorban
1.2235
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
0.850
0.816
0.705
0.764
0.872
0.674
0.760
0.679
0.650
0.724
Rata-rata absorban
0.833
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
1.031
1.385
1.452
1.112
1.436
1.001
0.903
0.991
0.792
0.880
Rata-rata absorban
1.208
3. Bacillus cereus
No. Konsentrasi
1.
125 ppm
2.
250 ppm
3.
500 ppm
4.
1000 ppm
5.
2000 ppm
4. Bacillus subtilis
No. Konsentrasi
1.
125 ppm
2.
250 ppm
3.
500 ppm
4.
1000 ppm
5.
2000 ppm
1.0115
1.047
0.8845
0.780
0.7345
0.773
0.7195
0.687
1.282
1.218
0.947
0.836
73
5. Escherichia coli
No. Konsentrasi
1.
125 ppm
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
1.242
1.342
1.196
1.213
1.313
1.160
1.309
1.052
0.903
1.070
Rata-rata absorban
1.292
6. Pseudomonas aeruginosa
No. Konsentrasi
Tabung
1.
125 ppm
1
2
2.
250 ppm
1
2
3.
500 ppm
1
2
4.
1000 ppm
1
2
5.
2000 ppm
1
2
Absorban
1.307
1.298
1.079
1.082
1.170
1.164
0.701
0.689
0.573
0.574
Rata-rata absorban
1.3025
7. Salmonella typhimorium
No. Konsentrasi
Tabung
1.
125 ppm
1
2
2.
250 ppm
1
2
3.
500 ppm
1
2
4.
1000 ppm
1
2
5.
2000 ppm
1
2
Absorban
1.366
1.062
1.252
1.065
1.004
1.039
0.958
0.941
0.973
0.876
Rata-rata absorban
1.214
2.
250 ppm
3.
500 ppm
4.
1000 ppm
5.
2000 ppm
1.2045
1.2365
1.1805
0.9865
1.0805
1.167
0.695
0.5735
1.1585
1.0215
0.9495
0.9245
74
Absorban
0.000
2. Staphylococcus aureus
No. Konsentrasi
Tabung
1.
0,03125 ppm
1
2
2.
0,0625 ppm
1
2
3.
0,125 ppm
1
2
4.
0,25 ppm
1
2
5.
0,5 ppm
1
2
Absorban
0,326
0,312
0,279
0,401
0,351
0,286
0,128
0,126
0,138
0,157
Rata-rata absorban
0,319
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
0,192
0,190
0,165
0,167
0,152
0,152
0,062
0,090
0,071
0,014
Rata-rata absorban
0,191
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
0,235
0,245
0,134
0,135
0,076
0,078
0,041
0,060
0,008
0,008
Rata-rata absorban
0,240
3. Bacillus cereus
No. Konsentrasi
1.
0,03125 ppm
2.
0,0625 ppm
3.
0,125 ppm
4.
0,25 ppm
5.
0,5 ppm
4. Bacillus subtilis
No. Konsentrasi
1.
0,3125 ppm
2.
0,0625 ppm
3.
0,125 ppm
4.
0,25 ppm
5.
0,5 ppm
0,340
0,3185
0,127
0,1475
0,166
0,152
0,076
0,0425
0,1345
0,077
0.0505
0,008
75
5. Escherichia coli
No. Konsentrasi
1.
0,015 ppm
Tabung
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
Absorban
1,029
1,031
0,920
0,923
0,766
0,809
0,466
0,465
0,167
0,166
Rata-rata absorban
1,0305
6. Pseudomonas aeruginosa
No. Konsentrasi
Tabung
1.
0,125 ppm
1
2
2.
0,25 ppm
1
2
3.
0,5 ppm
1
2
4.
1 ppm
1
2
5.
2 ppm
1
2
Absorban
0,909
1,068
0,831
0,859
0,631
0,575
0,265
0,283
0,098
0,080
Rata-rata absorban
0,9885
7. Salmonella typhimorium
No. Konsentrasi
Tabung
1.
0,0625 ppm
1
2
2.
0,125 ppm
1
2
3.
0,25 ppm
1
2
4.
0,5 ppm
1
2
5.
1 ppm
1
2
Absorban
1,162
1,167
1,031
1,027
0,721
0,728
0,227
0,288
0,114
0,114
Rata-rata absorban
1,1645
2.
0,03 ppm
3.
0,06 ppm
4.
0,12 ppm
5.
0,24 ppm
0,9215
0,7875
0,4655
0,1665
0,845
0,603
0,274
0,089
1,029
0,7245
0,2575
0,114