Manajemennn Puskesmas
Manajemennn Puskesmas
puskesmas
Memiliki tujuan yang dicapai
Tiap pelayanan kesehatan memiliki produk yang beragam yang pada tujuan pokoknya
adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat atau person
d. Lingkup program
Lingkup pelayanan kesehatan meliputi kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan
kesehatan, pencengah penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau
e.
daerah wabah, lingkungan kotor, dekat pembuangan air limbah, atau sampah dan
lain-lain. Lingkungan ini jelas dapat mempengaruhi kebutuhan dasar manusia
dalam bentuk kebutuhan keamanan dan keselamatan dari bahaya yang dapat
ditimbulkannya.
Lingkungan psikologis artinya keadaan yang menjadikan terganggunya psikologis
pada seseorang seperti lingkungan yang kurang aman yang mengakibatkan
kecemasan dan ketakutan akan bahaya yang ditimbulkannya.
Lingkungan sosial dalam hal ini adalah masyarakat yang luas serta budaya yang
ada juga dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang serta adanya kehidupan
spiritual juga mempengaruhi perkembangan seseorang dalam kehidupan beragama
serta meningkatkan keyakinan.
Bidan sebagai anggota dari komunitas dan pelaksana pelayanan kepada komunitas
harus mempunyai pengetahuan yang luas dan dalam tentang serta unit dasarnya,
membantu meningkatkan dan mempertahankan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat serta memberi motivasi untuk mencapai tingkat kesehatan yang setinggitingginya.
b. Perilaku
Pengertian
Perilaku merupakan hasil dari pengalaman serta interaksi manusia dalam
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan.
Perilaku manusia besifat holistik atau menyeluruh (IBI).
Perilaku adalah apa yang dikerjakan seseorang, baik diamati secara langsung atau
tidak secara langsung (Notoatmodjo, 1996).
Bentuk Perilaku
1) Bentuk pasif
Bentuk pasif (respon internal), yaitu respon yang terjadi dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa
tablet penambah darah itu sangat dibutuhkan saat kehamilan, meskipun ibu
tersebut tidak meminum tablet penambah darah secara rutin. Dari contoh ini
terlihat bahwa ibu tersebut telah tahu guna tablet penambah darah meskipun
dirinya sendiri belum melakukan secara nyata dengan meminum rutin tablet
penambah darah. Oleh sebab itu jenis perilaku ini disebut covert behaviour
(perilaku terselubung).
2) Bentuk aktif
Bentuk aktif yaitu jika perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Misalnyaibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Karena perilaku
ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.
Keturunan
Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat
dilahirkan dari ibu yang sehat. Hal ini menyangkut dari persiapan wanita sebelum
perkawinan, masa kehamilan, masa kelahiran dan nifas. Walaupun kehamilan,
kelahiran dan nifas adalah proses yang fisiologis bisa menjadi patologis. Hal ini akan
berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya. Misalnya saja adanya faktor
keturunan kembar pada seorang ibu hamil. Kehamilan kembar tentunya memiliki
resiko yang lebih besar daripada kehamilan normal dengan satu janin. Begitu pula
adanya faktor keturunan yang dilihat dari faktor golongan darah maupun faktor
rhesus darah. Oleh karena itu layanan pra perkawinan, kehamilan, kelahiran dan nifas
adalah sangat penting dan mempunyai keterkaitan satu sama lain yang tak dapat
dipisahkan.
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang
mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik,
respon terhadap beberapa penyakit (Hidayat, 2004).
Cakupan penduduk miskin dan kebocoran ke penduduk yang tidak miskin. Di negaranegara berpendapatan menengah, seperti Thailand dan Chile, cakupan dari sistem ini
termasuk tinggi. Namun, di kedua negara ini, penduduk dengan tingkat pendatapan yang
berhak untuk memperoleh fasilitas tersebut ditetapkan terlalu tinggi, sehingga terjadi
kebocoran yang cukup besar, dimana subsidi menguntungkan penduduk yang mampu.
Biaya administratif. Hampir tidak ada informasi yang tersedia mengenai biaya
pengelolaan fasilitas tersebut. Hal ini membuat penilaian dari efisiensi pencapaian
sasaran menjadi sulit untuk dilakukan.
Kebijakan nasional dalam pembebasan dan keringanan biaya. Semua negara, kecuali
Kamboja, memiliki kebijakan pembebasan dan keringanan biaya untuk beberapa kategori
jasa kesehatan untuk semua penduduk. Pada saat yang sama, kebanyakan negara tersebut
memiliki masalah dalam kriteria penduduk yang berhak menggunakan fasilitas ini,
terutama dalam membedakan antara penduduk miskin dan penduduk tidak miskin.
Sebagai contoh, di Kenya, sebuah kebijakan nasional mewajibkan penyedia jasa
membebaskan biaya kepada yang disebut dengan fakir miskin, namun kurangnya
pedoman di tiap fasilitas penyedia, membuat mereka harus mendefinikan sendiri yang
disebut sebagai pasien fa- kir miskin. Membuat definisi yang jelas dari target penerima
jasa ini adalah penting. Identifikasi kriteria juga harus dapat dengan mudah dilakukan dan
diverifikasi.
Melawan stigma. Di kebanyakan kasus yang diulas, penduduk miskin seringkali tidak
mengajukan permohonan pembebasan biaya karena malu dengan keadaan mereka.
Pelamar fasilitas tersebut di klinik umum yang besar di Kamboja misalnya, harus
menghadapi uji-kepemilikan di ruang tunggu. Rasa malu seringkali berujung pada
mundurnya pelamar dari pendaftaran.
Menentukan yang berhak mendapatkan fasilitas. Tidak ada jawaban yang bulat untuk
menjawab siapa yang harus bertanggung jawab terhadap proses pembebasan biaya.
Meskipun begitu, bagi pihak yang menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan
fasilitas ini harus tahu dengan baik kriteria seleksi, dilatih dengan baik, dan sepenuhnya
tahu mengenai kendala yang dihadapi dalam proses penerapannya.
Biaya akses. Membebaskan kelompok miskin dari pembayaran mungkin tidak cukup
untuk mempromosikan perawatan kesehatan. Penduduk miskin seringkali harus
mengatasi biaya akses dari pelayanan kesehatan diluar biaya pemakaian, seperti
transportasi, penginapan, dan makanan termasuk opportunity-cost (biaya yang timbul
akibat tidak bekerja untuk mendapatkan jasa kesehatan). Health Equity Fund yang
dimiliki Kamboja tidak hanya membebaskan biaya perawatan kesehatan bagi penduduk
miskin, tetapi juga biaya transportasi dan makanan mereka yang berkaitan dengan
perawatan kesehatan.
Memperbarui biaya atas jasa kesehatan dan batas pendapatan bagi penerima fasilitas.
Biaya atas jasa kesehatan dan batas pendapatan yang layak menerima fasilitas ini harus
disesuaikan secara periodik untuk menjamin fasilitas ini hanya memberikan kemudahan
bagi yang berhak menerimanya. Jika tidak, negara- negara bersangkutan dapat secara
tidak sadar menghambat akses terhadap pelayanan kesehatan atau mendorong penyedia
jasa untuk menaikkan sendiri biaya mereka. Contohnya, jika kelayakan diberikan
berdasarkan nilai konstan kelompok pendapatan nominal, inflasi mengakibatkan semakin
sedikitnya orang-orang yang berhak untuk memperoleh bantuan.
Aspek institusional. Penyedia jasa membutuhkan pedoman yang tertulis dengan jelas
bagaimana pembebasan dan keringan biaya berjalan, dengan fleksibilitas untuk adanya
variasi regional atau lokal jika diperlukan. Kejelasan semacam itu pada umumnya tidak
ditemukan di negara-negara yang ditinjau. Selain itu, staf yang bertanggung jawab
mengelola sistem tersebut tidak memiliki pengetahuan dan pelatihan yang memadai.
Diseminasi dari fasilitas yang telah ada. Penduduk miskin harus tahu bahwa mereka
berhak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan secara gratis atau subsidi, dan pengelola
harus tahu siapa yang diberikan keringanan. Penduduk juga harus diinformasikan
mengenai adanya mekanisme semacam ini. Mekanisme diseminasi harus dibuat khusus
sesuai dengan karakteristik penduduk miskin, seperti fakta mereka tinggal jauh dari
pusat-pusat kota, memiliki akses yang minim terhadap informasi, berpendidikan rendah,
dan bekerja dengan jam kerja yang panjang.
Kesimpulan
Beberapa negara telah menerapkan pendekatan yang berbeda untuk pemberian
keringanan dan pembebasan biaya. Negara-negara yang secara hati-hati merancang programnya,
seperti Indonesia dan Thailand, memiliki tingkat keberhasilan yang besar dalam hal tingkat
pemberian manfaat, dibandingkan dengan negara-negara yang melakukan improvisasi dalam
pendekatannya, seperti Ghana, Kenya, dan Zimbabwe. Kunci keberhasilan sistem ini adalah
pendanaan yang memadai. Sistem yang diterapkan oleh Indonesia, Thailand, dan Kamboja, lebih
sukses dalam memberikan kompensasi ke penyedia jasa untuk pendapatan mereka yang hilang
karena harus menyediakan fasilitas tersebut, dibandingkan dengan misalnya Kenya, dimana
penyedia harus menyediakan sendiri dana untuk fasilitas tadi.
Kunci keberhasilan lainnya termasuk penyebaran informasi yang luas dari pemberian
keringanan dan pembebasan biaya kepada penerima potensial, dukungan dana untuk pasien tidak
mampu dan biaya diluar biaya kesehatan untuk mendapatkan perawatan kesehatan, serta kriteria
yang jelas dari siapa yang berhak menerima keringanan.
Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi untuk mencari keuntungan sering dijadikan
alasan mengapa Masalahan Kesehatan Masyakat belum juda bisa terataso. Meskipun
saat in pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan
namun masih ada perilaku petugas kesehatan yang menyimpang dari tujuan awal
keberadaannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semoga suatu saat
Pelayanan Kesehatan lebih maksimal dan Masalah kesehatan masyarakat bisa teratasi.
Ringkasan:
Kesehatan Masyarakat adalah kondisi mental, fisik, sosial suatu kelompok yang
terhindar dari bibit penyakit,
Siklus pemecahan masalah merupakan proses yang terus menerus yang ditujukan
untuk proses perbaikan pelayanan kesehatan secara berkelanjutan dengan emlibatkan
semua komponen masyarakat.
A. Identikisai Masalah Kesehatan Masyarakat
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang terjadi dan apa yang dikehendaki.
Rumusan suatu masalah harus obyektif tepat dan jelas berdasarkan ukuran yang
diambil serta bisa diukur.
a. Analisis kesenjangan (Gap Analysis)
Mengidentifikasi masalah kesehatan dapat menggunakan data primer maupun
data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan survey langsung ke
masyarakat wilayah tertentu dengan menggunakan instrument yang telah
dirancang sebelumnya. Dan dengan menggunakan alat-alata dokumentasi
misalnya kamera atau video shooting. Dengan data primer kita akan
mendapatkan informasi permasalahan kesehatan yang aktual (real time) dan
sesungguhnya (obyektif) tanpa rekayasa.
Bila menggunakan data sekunder, dengan menggunakan data yang telah ada
dalam laporan bulanan yang ada di Puskesmas. Identifikasi masalah berdasar
gap (kesenjangan) dari apa yang seharusnya (berdasar target, cakupan,
idealnya) dan kondisi sebenarnya.
b. Analisis Sistem (System Analysis)
Mengidentifikasi masalah kesehatan dengan pendekatan system yaitu
menjelaskan hubungan masalah tersebut dengan factor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Apakah masalah itu terjadi pada sisi input proses- output
outcome - impact (masukan - proses- keluaran sementara- akhir) - dampak)
Besar masalah kesehatan masyarakat yang ada, besar masalah dapat dilihat dari
berapa banyak orang dalam suatu populasi dalam wilayah dan periode tertentu
menderita atau terkena dampak dari penyakit atau suatu aktivitas yang merugikan.
Ketersediaan sumber daya, sumber daya yang dimaksud bisa beberapa hal antara lain
tenaga atau petugas kesehatan, kader, jumantik, dana, teknologi (alat atau obat,
metode), sarana prasaran.
Ada beberapa teknik atau pendekatan yang dapat digunakan untuk membantu dalam
memilih prioritas masalah secara sederhana, antara lain adalah: histogram, pareto
diagram, MCUA, delbecq, Delphi, hanlon, voting atau voting terbobot, dsb.
Contoh: penggunaan matriks MCUA
Tata cara penggunaan matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah kesehatan
masyarakat dilakukan dengan langkah langkah sbb:
1. Menetapkan kriteria
2. Melakukan pembobotan kriteria
3. Membuat skor masing masing kriteria terhadap masing masing masalah
4. Mengalikan nilai skor dengan bobot (5x bobot)
5. Pemberian skor dan bobot tidak mencapai konsensus
C. Perumusan Masalah Kesehatan Masyarakat
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menguraikan gejala gejala dan penyebab
penyebab masalah. Teknik yang dapat digunakan antara lain adalah brain storming dan
diagram sebab akibat (fishbone diagram, why why diagram, mind map, dst).
Langkah yang dapat dilakukan untuk mencari penyebab masalah kesehatan
masyarakat agar sistematis antara lain:
a. Lakukanlah brainstorming agar didapatkan penyebab atau faktor risiko dari
masalah kesehatan yang ada secara komprehensif.
b. Pilihlah penyebab utama atau faktor risiko dengan melibatkan peserta
termasuk jika terkait dengan bidang atau sektor lain.
c. Jika menggunakan pendekatan analisis fishbone maka letakkan masalah
pada kepala dan penyebab atau faktor risiko pada duri durinya.
d. Cocokkan penyebab atau faktor risiko tersebut dengan masalah kesehatan
yang ada apakah relevan atau tidak.
A. Analisis Penyebab dari Masalah Kesehatan Masyarakat
Menguraikan gejala-gejala dan penyebab-penyebab masalah dengan menggunakan
data-data yang mendukung (jelas, akurat, dan terperinci). Teknik yang dapat digunakan
adalah brainstorming dan diagram sebab akibat (fishbone diagram, why-why diagram,
mind map dll).
B. Prioritasi Penyebab Utama atau Faktor Risiko dalam Masalah Kesehatan
Masyarakat
Perlu adanya penetapan dari berbagai penyebab masalah kesehatan masyarakat
maupun faktor risiko untuk menghindari meloncat/mengalih dalam solusi yang
sesungguhnya tidak menyelesaikan masalah pokoknya. Metode yang digunakan antara
lain dengan voting terbobot, matrika MCUA.
Tiap alternatif yang ada dapat diperhitungkan hal-hal berikut untuk memilihnya:
masalah.
Efektivitas: Sejauh mana alternatif dapat menghasilkan output yang
diharapkan.
Relative Cost: biaya yang dikeluarkan
Technical Feasibility: apakah alternatif layak dan dapat dijalankan secara
teknis
Personil: tersedianya sumber daya manusia yang melaksanakan
alternatif
Keuntungan: penjelasan keuntungan alternatif
Kerugian: penjelasan kerugian yang ditimbulkan dari alternatif
G. Kelayakan Implementasi Solusi
Dalam merencanakan implementasi dari solusi terpilih, jika dikaitkan dengan potensi
(sumber daya) yang ada untuk kelayakan, maka bisa menggunakan metode analisis
medan daya (force field analysis). Analisis ini menggunakan kekuatan dan
penghambat dari solusi yang akan dipilih. Dalam pendekatan appreciaitive inquiry,
maka akan lebih baik jika banyak hal-hal positif yang bisa mendorong untuk
terlaksananya solusi tersebut.
H. Perencanaan Pelaksanaan Solusi
Dalam penyusunan rencana perlu diperhatikan unsur-unsur dari analisis situasi atau
review ini dapat berupa tinjauan sebelum memulai suatu rencana (review before
take off) atau tinjauan tentang pelaksanaan sebelumnya (review of performance).
Agar penyusunan rencana pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah
gunakanlah format Plans of Action.
I. Pelaksanaan Kegiatan
Melaksanakan perbaikan atau peningkatan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Yang penting semua langkah pelaksanaan harus sesuai dengan rencana kegiatan
yang telah disepakati dan setelah waktu yang telah ditentukan pelaksanaan tidak
mencapai hasil seperti apa yang telah ditetapkan oleh indikator yang dipilih, maka
langkah pelaksanaan harus dilakukan koreksi seperlunya.
J. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi (monev) adalah kegiatan untuk mengecek, mengawasi, dan
menilai jalannya program mulai dari tahap sosialisasi dan orientasi awal,
perencanaan, pelaksanaan, hingga ke kegiatan penyelesaian. Tujuan dari monev
adalah pengendalian kegiatan program agar mencapai sasaran yang diharapkan
secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat biaya, tepat mutu, dan tepat sasaran. Prinsip
monitoring dan evaluasi : berdasar standar yang diketahui bersama, terbuka, adil,
berorientasi solusi, partisipatif, dan berjenjang.
Lanjut ke konten
Beranda
ALUMNI
PONED
PROFIL PUSKESMAS
Puskesmas Pembantu
VISI,MISI,MOTTO
UGD SUNGKAI
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu
kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi
antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran
masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
3. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah
kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta
lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang
dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
1. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan
Indonesia Sehat 2010.
2. Fungsi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Keuangan
1. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan dengan tugas dan
tanggungjawab masing-masing unit puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria
tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
2. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan.
Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan, maka jabatan Kepala Puskesmas
setingkat dengan eselon III-B.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon III-B,
ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana
di bidang kesehatan kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan
masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.
1. Tata Kerja
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor kecamatan melalui
pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup
UPAYA PENYELENGGARAAN
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1. Upaya Promosi Kesehatan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain
di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan
pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan
pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara
optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan
upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula
ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal
menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggunjawab dan
wajib menyelenggarakannya. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dilengkapi
dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk ini di
puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanaannya
harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang
telah ditetapkan.
Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di puskesmas dapat
dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun
rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di puskesmas hanya dalam rangka
mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau
tenaga spesialis yang bekerja di puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap
fungsional puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki
tenaga medis spesialis, kedudukan dan fungsi puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
1. AZAS PENYELENGGARAAN
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan
azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut
dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan
prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas,
baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan
puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka
Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin
(Tabulin), mobilisasi dana keagamaan
1. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:
1. Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara
lain:
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi
kesehatan, pengobatan
Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan puskesmas menggunakan seluruh dana yang
diperolehnya dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan
operasional puskesmas. Dahulu puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana seperti
ini disebut puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar puskesmas yang
juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya ditanggung oleh
pemerintah, diubah menjadi puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain puskesmas tidak
mungkin sepenuhnya menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni
untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi tanggungjawab
pemerintah.
3. Sumber lain
Pada saat ini puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti:
1. PT ASKES yang peruntukkannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan kepada
para peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada peserta Jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada para
pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. JPSBK/PKPSBBM : Untuk membantu masyarakat miskin, pemerintah mengeluarkan
dana secara langsung ke puskesmas. Pengelolaan dana ini mengacu pada pedoman yang
telah ditetapkan.
Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku, akan terjadi perubahan pada sistem
pembiayaan puskesmas. Sesuai dengan konsep yang telah disusun, direncanakan pada masa yang
akan datang pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat,
sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui sistem Jaminan Kesehatan
Nasional, kecuali untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh pemerintah dalam bentuk
pembayaran premi. Dalam keadaan seperti ini, apabila puskesmas tetap diberikan kesempatan
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka puskesmas akan menerima pembayaran
dalam bentuk kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk itu
puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak
dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak lain tetap
memberikan keuntungan bagi puskesmas. Tetapi apabila puskesmas hanya bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka puskesmas hanya akan menerima dan
mengelola dana yang berasal dari pemerintah.
MANAJEMEN
PUSKESMAS
1.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknik dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung
jawab terhadap pembangunan kesehatan diwilayah kerja terhadap pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya.
Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh
derajat kesehatan yang optimal.Dengan demikian pembangunan berwawasan kesehatan,pusat
pemberdayaan kesehatan strata pertama.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan
upaya kesehatan pembangunan.Upaya kesehatan wajib merupakan upaya kesehatan yang
dilaksanakan oleh seluruh puskesmas di indonesai.Upaya ini memberikan daya ungkit paling
besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan indexs
pembangunan manusia (IPM),serta merupakan kesepakantan global maupun nasional.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya keseahtan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan pusksemas secara terpadu yaitu azas pertanggungjawaban
wilayah pemberdayaan masyarakat keterpaduab dan rujukan.
Aar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, maka Puskesmas harus melaksanakan
manajemen dengan baik .Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematik untuk menghasilkan iuran Puskesmas secara efektip dan efesien. Manajemen
Puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan,pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan
dan pertanggung jawaban .Seluruh kegiatan diatas merupakan satu keseatuan yang paling
terkait dan berkesinambungan.
Diera desentralisasi dan otonomi daerah,Puskesmas harus di kelola secara lebih
profisional.SDM Puskesmas perlu ditingkatkan kemampuan dalam menerapkan manajeman
Puskesmas tersebut.Salah satu upaya adalah melalui Pelatihan Manajemen
Puskesmas.Sehubungan dengan itu ,perlu dipersiapkan krikulum dan modul Pelatihan
Manajemen Puskesmas.
B. Filosofi
Dalam pelatihan Manajeman Puskesmas menggunakan nilai-nilai dan keyakinan yang
menjiwai, mendasari dan memberikan identitas pada system pelatihan sebagai berikut :
1. Pelatihan menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa, dengan karakteristik :
Pembelajaran pada orang dewasa adalah belajar pada waktu, tempat,dan kecapatn
yang sesuai untuk dirinya.
Setiap orang dewasa memiliki cara gaya belajar tersendiri dalam upaya belajar
secara efektif
Kebutuhan orang untuk belajar adalah karena adanya tuntutan untuk
mengembangkan diri secara profisional.
Proses pembelajaran melalui pelatihan diarahkan kepada upaya perubahan
perilaku dalam diri manusia sebagai diri pribadi dan anggota masyarakat.
Proses pembelajaran orang dewasa melalui pelatihan perlu memperhatikan
penggunaan metode dan teknik yang dapar menciptakan suasana partisipatif.
II . KOMPETENSI
Peserta memiliki kompentensi dalam melaksanakan menajemen Puskesmas meliputi :
1.
2.
3.
4.
Materi
Jam Pelajaran
T
P
PL JM
L
A.
1.
Materi Dasar
Kebijakan dasar pusksesmas dan
penerapanya
B
1
2
3
Materi Inti
Perncanaan Puskesmas
Menelola Lokakarya Mini
Penilaian Kinerja
4
4
4
12
8
8
16
12
12
C
1
2
Materi Penunjang
RTL
BCL
Jumlah
1
1
18
3
3
42
4
4
60
A.
Proses Pembelajaran
Dari gambar di atas dapat disampaikan bahwa Proses pelatihan dilaksanakan melalui
tahapan sebagai berikut :
Dalam
setiap pembahasan materi inti, peserta latih dilibatkan secara aktif sepenuhnya
dalam proses pembelajaran, secara umum sebagai berikut :
a.
d. Setelah semua materi disampaikan, fasilitator dan atau peserta latih dapat
memberikan umpan balik terhadap isi keseluruhan materi.
e.
Sebelum pemberian materi berakhir, fasilitator dan peserta latih dapat membuat
rangkuman dan atau pembulatan.
Secara terinci, akan diuraikan pada modul setiap materi, yaitu pada langkahlangkah.
Metode Pembelajaran
Metode pelatihan ini berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Orientasi pada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang terkait
dengan bidang tugas yang akan dilaksanakan setelah mengikuti pelatihan, memberi
kesempatan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan belajar atas pengalaman
(learning by experience)
2. Peran serta aktif peserta (active learner participatory) sesuai dengan pendekatan
pembelajaran (learning)
3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya komunikasi dari
dan ke berbagai arah.
Oleh karena itu, maka metode yang dapat digunakan selama proses pembelajaran dalam
pelatihan Manajemen Puskesmas ini antara lain adalah :
1. Ceramah singkat dan tanya jawab, terutama untuk hal-hal yang baru
2. Penugasan berupa : diskusi kelompok, latihan dan studi kasus
3. Bermain peran (Role playing)
VI.
Untuk proses pembelajaran dengan metode tersebut di atas memerlukan tempat yang
memiliki kelengkapan sarana dan prasarana penunjang pelatihan. Untuk itu pelatihan ini
dapat dilaksanakan di Bapelkes yang ada di tiap propinsi.
B. Waktu Pelatihan
Pelatihan diselenggarakan selama 6 hari dengan jumlah jam pelatihan 60 Jpl @ 45
menit.
C. Kelengkapan Pelatihan
Untuk menunjang proses pembelajaran selama pelatihan perlu adanya kelengkapan
berupa :
1. Bahan bacaan (referensi) yang berasal dari fasilitator
2. Formulir-formulir yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran
3. Alat bantu belajar berupa LCD, OHP, PC dan Note Book, Whiteboard dan Papan
Plift Chart.
VII.
Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima melalui post test
2. Fasilitator/pelatih :
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator/pelatih dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang
dapat dipahami dan diserap peserta.
3. Penyelenggaraan :
Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan diklat. Obyek evaluasi adalah
pelaksanaan administrasi dan akademi yang meliputi :
VIII.
Tujuan diklat
Pelayanan akomodasi
Pelayanan konsumsi
Pelayanan perpustakaan
SERTIFIKASI
Sertifikasi akan diberikan kepada peserta yang telah mengikuti pelatihan dan memenuhi
ketentuan yang berlaku yaitu :
WAKTU
TPU
: Setelah mengikuti sesi ini diharapkan peserta latih memahami kebijakan dasar
6 Jpl (T 2 ; P 4) @ 45 menit,
Puskesmas serta penerapannya dalam penyelenggaraan Puskesmas
NO
TPK
POKOK BAHASAN/SPB
METODE
ALA
BAN
Setelah mempelajari
materi ini peserta latih
mampu :
1
CTJ, Curah
pendapat
Menjelaskan kedudukan,
organisasi dan tata kerja
Puskesmas
CTJ, Curah
pendapat
CTJ, Curah
pendapat
CTJ, Curah
pendapat
Menjelaskan ruang
lingkup manajemen
Puskesmas
Manajemen Puskesmas
Perencanaan
Pelaksanaan dan pengendalian
Pengawasan dan pertanggung jawaban
CTJ, Curah
pendapat
Menjelaskan pembiayaan
upaya kesehatan di
Puskesmas
CTJ, Curah
pendapat
LCD,
Kompute
White bo
Flipchart
lembar k
peserta
Mengaplikasikan
kebijakan dasar dalam
penyelenggaraan
Puskesmas
Penugasan /
latihan
disco pleno
WAKTU
TPU
TPK
POKOK BAHASAN/SPB
METODE
ALAT
BANTU
CTJ, Curah
pendapat
Nilai-nilai SDM
CTJ, Curah
pendapat,
Disco, Pleno
Kemitraan
CTJ, Curah
pendapat,
Disco, Pleno
CTJ, Curah
pendapat
Disco, Pleno
LCD,
Komputer,
White Board
Flipchart
Gambar
gambar, lem
kerja peserta
: Perencanaan Puskesmas
WAKTU
TPU
: Setelah mengikuti sesi ini peseta mampu menyusun rencana kegiatan tahunan
Puskesmas.
N
O
TPK
Setelah
mengikuti
sesi peserta
mampu:
Mengumpulk
an, mengolah
dan
menganalisis
data
Puskesmas
POKOK BAHASAN /
SUB POKOK
BAHASAN
a.
b.
c.
d.
METODE
ALAT BANTU
Data esensial di
Puskesmas
Metode
pengumpulan data.
Pengolahan Data
Analisis data
Curah Pendapat
CTJ
Diskusi Kelompok
Penugasan Kelompok
Presentasi
Komputer
LCD
OHP
Lembar transparan
Flipcharts
Lembar exercise
Form pengumpulan da
Menetapkan
target
program
Puskesmas
sesuai KWSPM
a.
Kewenangan wajib
Standart Pelayanan
Minimal.
b. Penyesuaian target
program
Curah Pendapat
CTJ
Diskusi Kelompok
Penugasan kelompok
Presentasi
Komputer
LCD
OHP
Lembar transparan
Flipcharts
Menyusun
Rencana
Usulan
Kegiatan
(RUK)
Penyusunan RUK :
a. Identifikasi masalah
b. Menetapkan prioritas
c. Merumuskan
masalah
d. Mencari akar
penyebab
e. Menetapkan cara
pemecahan masalah
f. Penyusun RUK
Curah Pendapat
CTJ
Diskusi Kelompok
Penugasan kelompok
Presentasi
Komputer
LCD
OHP
Lembar transparan
Flipcharts
Lembar exercise
upaya Kesehatan
wajib
g. Menyusun RUK
upaya Kesehatan
pengembangan
4
Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Kegiatan
(RPK)
a.
Langkah-langkah
RPK
b. Menyusun RPK
dalam bentuk
matriks
b.
CTJ
Curah Pendapat
Diskusi Kelompok
Penugasan kelompok
Presentasi
Komputer
LCD
OHP
Lembar transparan
Flipcharts
Lembar exercise
WAKTU
TPU
12 Jpl (4 1, 8 P) @ 45 menit
penggalangan kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sektor melalui
pelaksana Lokakarya Mini Puskesmas agar terlaksana kegiatan Puskesmas
sesuai dengan perencanaan.
NO
TPK
METODE
ALAT BANTU
Menjelaskan Konsep
Lokakarya Mini
Melaksanakan
Lokakarya Mini
Bulanan Puskesmas
Melaksanakan
Lokakarya Mini
Tribulan Lintas Sektor
Curah
pendapat
Ceramah
tanya jawab
Diskusi
Kelompok
Presentasi
Curah
Pendapat
Ceramah
tanya jawab
Role Play
Ceramah
tanya jawab
Curah
Pendapat
Role Play
Komputer
LCD
OHP
Lembar
transparan
Flipcharts
Petunjuk disk
Komputer
LCD
OHP
Lembar
transparan
Flipcharts
Petunjuk Role
Play
Komputer
LCD
OHP
Lembar
transparan
Flipcharts
Lembar Petun
Role Play
WAKTU
TPU
TPK
POKOK BAHASAN /
SPB
METODE
ALAT BANTU
Setelah mengikuti
sesi, peserta
mampu :
1
Menjelaskan
konsep penilaian
kinerja
Puskesmas
Konsep Penilaian
Kinerja Puskesmas :
a. Pengertian
b. Tujuan dan manfaat
c. Ruang Lingkup
Curah Pendapat
CTJ
LCD
Komputer
Papan white board
Flipchart
Menguraikan
langkah-langkah
pelaksanaan
penilaian kinerja
Puskesmas secara
efektif
Langkah-langkah
penilaian kinerja
Puskesmas :
a. Penetapan target
Puskesmas
b. Prosedur penilaian
kinerja Puskesmas
Curah Pendapat
CTJ
Diskusi
Kelompok
Idem
Petunjuk Diskusi Kelompok
Petunjuk n
Mempraktekkan
pelaksanaan
penilaian kinerja
Puskesmas
a.
Curah Pendapat
CTJ
Diskusi
Kelompok
Latihan /
Exercise
Presentasi
Idem
Petunjuk Latihan
Buku Panduan
Laporan Tahun lalu Puskesm
Data Wilayah Kerja
Skenario Disko
b.
c.
Pengumpulan
Data Hasil
Kegiatan
Pengolahan Data
Penyajian hasil,
analisis hasil dan
pemecahannya