Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Goiter atau struma atau gondok adalah suatu keadaan pembesaran kelenjar
tiroid apapun sebabnya. Pembesaran dapat bersifat difus, yang berarti bahwa seluruh
kelenjar tiroid membesar, atau nodusa yang berarti terdapat nodul dalam kelenjar
tiroid. Pembesaran nodusa dapat dibagi lagi menjadi uninodusa bila hanya terdapat
satu nodul dan multi nodus bila terdapat dua atau lebih nodul dalam satu atau kedua
lobus.1
Pembesaran kelenjar tiroid ini ada yang menyebabkan perubahan fungsi pada
tubuh dan ada juga yang tidak mempengaruhi fungsi. Struma merupakan suatu
penyakit yang sering dijumpai sehari-hari, dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang teliti, struma dengan atau tanpa kelainan fungsi metabolisme dapat didiagnosis
secara tepat.
Survey epidemiologi untuk struma endemik sering ditemukan di daerah
pegunungan seperti pegunungan Alpen, Himalaya, Bukit Barisan dan daerah
pegunungan lainnya. Untuk struma toksika prevalensinya 10 kali lebih sering pada
wanita dibanding pria. Pada wanita ditemukan 20-27 kasus dari 1.000 wanita,
sedangkan pria 1-5 dari 1.000 pria. Biasanya penderita struma nodusa tidak
mempumyai keluhan karena tidak mengalami hipo- atau hipertiroidisme. Nodul dapat
tunggal tapi kebanyakan berkembang/berubah menjadi multinoduler tanpa perubahan
fungsi. Sebagian besar penderita dapat hidup dengan struma tanpa keluhan.

BAB II
ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TYROID

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan tiroid, perlu diingat kembali tentang
anatomi tiroid. Anatomi dan fisiologis normal harus diketahui dan diingat kembali
sebelum terjadi perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat berlanjut menjadi suatu
penyakit atau kelainan.
2.1 Anatomi Tiroid
Glandula tyroidea terdiri atas lobus dexter dan lobus sinister yang
dihubungkan oleh isthmus yang sempit . Glandula ini merupakan organ vaskuler yang
dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina pretrachealis fascia profunda.
Selubung ini melekatkan glandula pada laring dan trakea. ini merupakan sisa jaringan
embrional tiroid yang masih tertinggal.
Kelenjar tiroid mempunyai berat sekitar 25 30 gram dan terletak antara
tiroidea dan cincin trakea keenam. Seluruh jaringan tiroid dibungkus oleh suatu
lapisan yang disebut true capsule.

Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari :


.

1) A. Tiroidea superior yang merupakan cabang dari A. Carotis Externa


2) A. Tiroidea Inferior yang merupakan cabang dari A. Subclavia
2

3) A. Tiroidea Ima yang merupakan cabang dari Arcus Aorta

Saraf yang melewati tiroid adalah Nervus Rekurens. Saraf ini terletak di dorsal tiroid
sebelum masuk ke laring.
2.2 Fisiologi Tiroid
Sebagai reaksi terhadap terbentuknya tyroid-stimulating hormone oleh pars
anterior pituitary, hormone thyroxin dan triiodotironin dilepaskan dari

koloid

folikular dn masuk kedalam aliran darah. Hormone tiroid meningkatkan metabolism


di hamper seluruhsel dalam tubuh, meningkatkan konsumsi oksigen dan
meningkatkan produksi panas. Sel sel para folikuler menghasilkan sel tirokalsitonin
yang menurunkan kalsium dalam darah. Kelenjar tiroid merupakan suatu kelenjar
endokrin yang mensekresikan hormon Tiroksin atau T4, triiodotironin atau T3 dan kalsitonin.
Di dalam darah sebagian besar T3 dan T4 terikat oleh protein plasma yaitu albumin, Thyroxin
Binding Pre Albumin (TBPA) dan Thyroxin Binding Globulin (TGB). Sebagian kecil T3 dan
T4 bebas beredar dalam darah dan berperan dalam mengatur sekresi TSH.

BAB III
PEMBAHASAN
Definisi
Struma nodusa adalah adalah penyakit jinak umum dari kelenjar tiroid .
Terjadi pembesaran kelenjar tiroid dimana terdapat 1 atau lebih nodul pada salah satu
atau kedua lobus dari kelenjar tiroid. Mendiagnosanya sulit karena pasien sebagian
besar asimtomatik pada tahap awal penyakit . Ketika nodul mulai membesar dan
menimbulkan gejala kompresi yang signifikan harus ditangani sesegera mungkin.
Klasifikasi Struma
Berdasarkan Fisiologisnya1
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Eutiroidisme
Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan
stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar hipofisis
menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacm ini
biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika terjadi
secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.1
b. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kelainan structural atau fungsional kelenjar tiroid sehingga
sintesis hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar untuk
mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormone. Beberapa pasien
hipotiroidisme mempunyai kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai

kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisoop atau akibat destruksi oleh


antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Gejala hipotiroidisme adalah
penambahan berat badan, sensitive terhadap udara dingin, dementia, sulit
berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, dan
menstruasi berlebihan, pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.1
c. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai
respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam
darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon yang
berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi besar. Gejala hipertiroidisme berupa
berat badan menurun, nafsu makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, lebih
suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung berdebar-debar,
tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot (eksoftalmus), diare, haid tidak teratur,
rambut rontok, dan atrofi otot1
Berdasarkan Klinisnya1
Secara klinis pemeriksaan klinis struma toksik dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut.
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma
nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk
anatomi dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak
6

diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang


secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). Struma
diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh
dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering
adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling
banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak
disadari oleh pasien meskipun telah diidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang
terbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut
dan menyebabkan kelenjar tiroid hiperaktif. Meningkatnya kadar hormon tiroid
cenderung menyebabkan peningkatan pembentukan antibodi sedangkan turunnya
konsentrasi hormon tersebut sebagai hasil pengobatan penyakit ini cenderung untuk
menurunkan antibodi tetapi bukan mencegah pembentuknya. Apabila gejala gejala
hipertiroidisme bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi
krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit
dingin, pucat, sulit berbicara dan menelan, koma dan dapat meninggal.1,2
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi struma
diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh
kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma
endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air minumya
kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormon
oleh zat kimia. Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka
7

pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya tiroid
sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada
saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan
kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien mengeluh adanya
gejala mekanis yaitu penekanan pda esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas),
biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan didalam nodul.1
Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain2 :
1. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang
kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah
pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
3. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,
lobak, kacang kedelai).
4. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
5. Pengaruh genetik

Patogenesis

Berbagai faktor diidentifikasi sebagai penyebab terjadinya hipertrofi kelenjar


tiroid termasuk didalamnya defisiensi iodium, goitrogenik glikosida agent ( zat atau
bahan ini dapat memakan sekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung lobak,
kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali,
peradangan atau tumor atau neoplasma.3
Sedangkan secara fisiologis menurut Benhard (1991) kelenjar tiroid dapat
membesar sebagai akibat peningkatan aktivitas kelenjar tiroid sebagai upaya
mengimbangi kebutuhan tubuh yang meningkat pada masa pertumbuhan dan masa
kehamilan. Bahkan dikatakan pada kondisi stress sekalipun kebutuhan tubuh akan
hormon ini cenderung meningkat. Laju metabolisme tubuh pada kondisi-kondisi
diatas meningkat.3
Berdasarkan kejadian atau penyebarannya ada yang disebut Struma Endemis
dan Sporadis. secara sporadis dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar
diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab, maka struma
sporadis banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali dan penggunaan obatobatan anti tiroid, peradangan dan neoplasma. Secara endemis dimana kasus-kasus ini
struma ini dijumpai pada sekelompok orang di suatu daerah tertentu, dihubungkan
dengan penyebab defisiensi iodium.3
Bahan dasar pembentukan hormon-hormon kelenjar tiroid adalah iodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman yang mengandung iodium. Ion iodium (iodida)
darah masuk kedalam kelenjar tiroid secara transport aktif dengan ATP sebagain
sumber energi. selanjutnya sel-sel folikel kelenjar tiroid akan mensintesis
9

Tiroglobulin (sejenis glikoprotein) dan selanjutnya mengalami iodinisasi sehingga


akan terbentuk iodotironin (DIT) dan mono iodotironin (MIT). Proses ini
memerlukan enzim peroksida sebagai katalisator. Proses akhir adalah berupa reaksi
penggabungan. Penggabungan dua molekul DIT akan membentuk tetra iodotironin
tiroxin (T4) dan molekul DIT bergabung dengan MIT menjadi tri iodotironin (T3)
untuk selanjutnya masuk kedalam plasma dan berikatan dengan protein binding
iodine. Reaksi penggabungan ini dirangsang oleh hormon TSH dan dihambat oleh
tiourasil, Tiourea, sulfonamid dan metilkaptoimidazol.3
Melihat proses singkat terbentuknya hormon tiroid maka pemasukan iodium
yang berkurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, bahan atau
zat yang mengandung tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metilkaptoimidazol, glukosil
goitrogenik, gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta faktor pengikat dalam plasma
sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormon tiroid. Bila kadar hormonhormon tiroid kurang makan akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar
tiroid sehingga aktivitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertropi).
Dengan kompensasi ini kadar hormon seimbang kembali.3
Dampak struma terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang
dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ disekitarya. Dibagian posterior medial
kelenjar tiroid terdapat trakea dan esofagus. Struma dapat mengarah kedalam
sehingga mendorong trakea, esofagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan
bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen,

10

nutrisi serta cairan dan elektrolit. penekanan pada pitasuara akan menyebabkan suara
menjadi serak atau parau.4
Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat
simetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. tentu dampaknya
lebih ke arah estetika atau kecantikan. perubahan bentuk leher dapat mempengaruhi
rasa aman dan konsep diri klien.4
Gejala Klinik
Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal1 :
-

Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa

soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.


Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin, nodul

hangat, dan nodul panas.


Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan kosmetik

atau ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan
struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada
esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas). Gejala penekanan ini data juga oleh
tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras. Biasanya tidak disertai rasa nyeri
kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.1,3
Struma nodosa memiliki beberapa stadium , yaitu 3:
a. Derajat 0

: tidak teraba pada pemeriksaan

b. Derajat I

: teraba pada pemeriksaan, terlihat jika kepala ditegakkan

11

c. Derajat II

: mudah terlihat pada posisi kepala normal

d. Derajat III : terlihat pada jarak jauh.

Picture . Physical examination was signicant for giant cervical swelling.

Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara


parau. Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher
sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar
getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau
penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma
tiroid pada cranium.3
Pemeriksaan penunjang meliputi3
1. Pemeriksaan sidik tiroid3
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi, dan
yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien
diberi Nal peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi

12

yodium radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3
bentuk :
-

Nodul dingin bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan

sekitarnya. Hal ini menunjukkan sekitarnya.


Nodul panas bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya.

Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebih.


Nodul hangat bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya.Ini

berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.


2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)3
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk
kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak.
Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG :
3.

Kista
Adenoma
Karsinoma
Tiroiditis
Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)3

Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap cairan
secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul. Dilakukan khusus pada
keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak
nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian
pemeriksaan ini dapat memberika hasil negatif palsu karena lokasi biopsi
kurang tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik
atau positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.

13

Termografi3

4.

Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat


dengan memakai Dynamic Telethermography. Pemeriksaan ini dilakukan
khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut
panas apabila perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9 o C dan dingin apabila
<>o C. Pada penelitian Alves didapatkan bahwa pada yang ganas semua
hasilnya panas. Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibanding
dengan pemeriksaan lain.
Petanda Tumor3

5.

Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum.
Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak rataa-rata 323
ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.2
Penatalaksanaan
Konsevatif
Struma yang eutiroid jinak tidak membutuhkan terapi. Efektifitas terapi dengan
hormon tiroid pada struma jinak masih dipertanyakan. Struma yang besar dan dengan
komplikasi membutuhkan terapi medis dan operasi. Struma yang ganas juga
membutuhkan terapi medis dan operasi.3.4
-

ukuran dari tiroid yang eutiroid jinak bisa dikecilkan dengan terapi supresi
levothyroxine. Pasien diawasi untuk menjaga kadar TSH di serum tetap
rendah tetapi tetap bisa terdeteksi untuk menghindari hipertiroid, aritmia

14

jantung, dan osteoporosis. Beberapa ahli menyarankan terapi supresif ini


sebagai terapi tetap. Pasien dengan tiroiditis Hashimoto berespon lebih
-

baik pada terapi ini.


Terapi pada hipotiroid atau hipertiriod seringnya adalah mengurangi

ukurannya
Penggantian hormon tiroid sering diperlukan setelah terapi operasi dan
radiasi. Penggunaan iodium radioaktif pada struma nontoksik masih
dipertanyakan2

Pada struma toksik bisa diberikan3:

PTU 100-200 mg ( gol thiouracil)


Diberikan 3x sehari tiap 8 jam sampai tercapai euthyroid, dilanjutkan dosis
maintenan 5mg selama 12-18 bulan
Efek samping :
-

Penderita resisten
Leukopeni, urtikaria, demam, anemia (penekanan sumsum tlg)
Tidak dipakai pada struma retrosternal karena menyebabkan vaskularisasi
bertambah Kelenjar membesar menimbulkan penekanan.

Lugol 5-10 tetes


Diberikan 3x sehari selama 7-10 hari, untuk membantu mengubah tyroksin dan
mengurangi vaskularisasi serta kerapuhan kelenjar tiroid . Dapat digunakan 1021 hari sebelum operasi. Obat ini sekarang tidak terpakai diganti dengan
Propanolol.

15

Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga
sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah
karsinoma tiroid diferensiasi baik (TSH dependence). Terapai supresif ini juga
ditujukan terhadap metastase jauh yang tidak resektabel dan terapi adjuvan pada
karsinoma tiroid diferensiasi baik yang inoperabel.4
Preparat : Thyrax tablet
Dosis : 3x75 Ug/hari p.o
Radioterapi
Menggunakan I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan
obat anti-tiroid dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pasien pada
awal penyakit atau pasien dengan resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien
dengan hipotiroid rekuren. Radioterapi merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil
dan anak-anak.
Radioterapi diberikan pada keganasan tiroid yang3:
1. Inoperabel
2. Kontraindikasi operasi
3. Ada residu tumor setelah operasi
4. Metastase yang non resektabel
Operatif
Pembedahan struma dapat dibagi menjadi bedah diagnostik dan terapeutik.
Bedah diagnostik berupa biopsi insisi atau biopsi eksisi. Bedah terapeutik bersifat
ablatif berupa lobektomi, istmolobektomi, dan tiroidektomi subtotal atau total.
16

Tindakan bedah total dilakukan dengan atau tanpa diseksi leher radikal. Untuk struma
nontoksik dan nonmaligna digunakan enukleasi nodulus yaitu eksisi lokal, lobektomi,
atau tiroidektomi subtotal. Pembedahan total dilakukan untuk karsinoma terbatas, dan
pembedahan radikal dilakukan bila ada kemungkinan penyebaran ke kelenjar limfe
regional. Hemitiroidektomi lobektomi dapat dilakukan pada kelainan unilateral.4
Indikasi Operasi:
1.
-

Pembesaran kelenjar thyroid dengan gejala penekanan berupa :


Gangguan menelan
Gangguan pernafasan
Suara parau

2. Keganasan kelenjar tiroid


3. Struma nodus dan diffusa toxica
4. Kosmetik
Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang terkena.
Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua lobus terkena
dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar getah bening leher
maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher funsional atau deseksi kelenjar leher
radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan luasnya ekstensi di luar
kelenjar getah bening. Adapun jenis tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah 1,4:
a.
b.
c.
d.

Isthmulobectomy , mengangkat isthmus


Lobectomy, mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan
sebagian kiri.

17

e. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal


sinistra dan sebaliknya.
f. RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada
leher sisi yang bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis
eksterna dan interna, m. sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta
kelenjar ludah submandibularis.
Komplikasi
Struma yang tidak tertangani dengan baik, dapat menyebabkan komplikasi berupa5 :
1.
2.

Gangguan menelan atau bernafas


Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga pnyakit jantung

3.

kongestif ( jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh)


Osteoporosis, terjadi peningkatan proses penyerapan tulang sehingga tulang
menjadi rapuh, keropos dan mudah patah

Komplikasi dini pasca operasi5:


1. Perdarahan

Bila darah di botol Redon > 300 ml per 1 jam, perlu dilakukan re-open.
Jika perdarahan arterial, drain Redon kurang cepat menampung perdarahan dan darah
mengumpul pada leher membentuk hematoma dan menekan trakea sehingga
penderita sesak napas.

Lakukan intubasi. Atau tusukkan Medicut no.12 perkutan menembus


membran krikotiroid.

Luka operasi dibuka dan evakuasi bekuan darah

18

Penderita dibawa ke kamar pembedahan untuk dicari sumber perdarahan


dan dihentikan, dipasang drain Redon.
2. Lesi n. laringius superior

Cedera pada cabang eksternus mengakibatkan perubahan tonus suara


penderita, bila berbicara agak lama maka penderita merasa capek dan suara makin
menghilang.

Cedera pada cabang internus mengakibatakan penderita tersedak bila


minum air.
3. Kerusakan n. rekuren

Bila waktu pembedahan kedua syaraf rekuren diidentifikasi maka


kemungkinan paralise akibat kecelakaan dilaporkan hanya 0-0,6%. Gangguan yang
sifatnya transien pada 2-4% dan akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu atau
bulan

Adanya gangguan pada n. rekuren secara awal dapat dilihat dengan


laringoskop direkta pada waktu dilakukan ekstubasi
Komplikasi lanjut pasca operasi5,6:
1. Hipoparatiroidisme

Hipokalsemia transien dapat terjadi 1-2 hari pasca-bedah. Oedema pada


paratiroid

karena

manipulasi

dapat

menambah

terjadinya

hipoparatiroidism transien.

19

Bila timbul gejala klinis seperti parestesi, kram, kejang, perlu diberi terapi
dengan pemberian pelan intravena kalsium glukonat 10 % sebanyak 10
ml, disertai kalsium per-oral. Terjadinya hipoparatiroidism permanen bila
kel. paratiroid terambil sebanyak 2 buah atau lebih, atau terjadi kerusakan
vaskularisasinya. Untuk mencegah hal ini dianjurkan untuk melakukan
autotransplantasi

kel.

paratiroid

pada

m.

sternokleidomastoideus.

Autotransplantasi kel. paratiroid ini memiliki daya hidup yang tinggi


2. Hipotiroidism
Hipotiroidism setelah tiroidektomi total adalah konsekwensi logis yang terjadi
karena penderita tidak lagi memiliki jaringan tiroid sama sekali.
3. Mortalitas
Angka kematian pasca tiroidektomi total yang dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman kurang dari 0,2% dan dalam sejumlah banyak seri yang
dilaporkan angka kematiannya adalah 0%.
4. Perawatan Pasca Bedah
Pascabedah penderita dirawat di ruangan selama 1-2 hari, diobservasi
kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita
seperti perdarahan dan obstruksi jalan nafas.Drain Redon dilepas setelah 24
jam, dan jahitan luka pembedahan diangkat pada hari ke 7.
5. Follow-up
Paska bedah tiroidektomi total karena karsinoma tiroid, 3-4 minggu kemudian
dilakukan pemeriksaan sidikan I131 seluruh tubuh. Bila ada uptake yodium
dilakukan ablasi dengan I131 di Bagian Radionuklir. Bila tidak ada uptake,
diberi terapi hormonal yaitu ekstrak hormon tiroid, dosis 50 mcg/hari dan

20

ditingkatkan sampai pemeriksaan TSH menunjukkan < 0.01. Dosis ini diberikan
seumur hidup.
Jadwal follow-up :
Tahun ke 1
: tiap 3 bulan
Tahun ke 2
: tiap 4 bulan
Tahun ke 3-4
: tiap 6 bulan
Tahun ke 5
: setiap tahun
Hal yang perlu dievaluasi:
Keadaan klinis dan faal tiroid (T3,T4,TSH) setiap kali pasien control
Untuk pasca tiroidektomi total karena karsinoma tiroid, perlu:
Dicari metastase di kelenjar getah bening leher atau metastasis jauh.
Diperiksa hormon tiroglobulin setiap kontrol bila hormon tiroglobulin >

10 ng/l, periksa
Sidikan I131 seluruh tubuh untuk mencari kekambuhan atau metastasis.
DAFTAR PUSTAKA

1. Murtedjo U, Arief I, Sistem Endokrin : Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor


Syamsuhidayat R.Jong WB, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2010 : 807-808.
2. Gardjito, Widjoseno et al (editor). Sistem Endokrin, dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Penerbit EGC. Jakarta,1997 Hal. 925-945.
3. Snell R Glandulae Endocrinae : Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem,EGC,
Jakarta, 2011 : 839-841
4. Z. Bayhan et al.

International Journal of Surgery Case Reports :

Emergency thyroidectomy: Due to acute respiratory failure, 21 juni


2016

diambil

dari

(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-

nd/3.0/)

21

5. Mulinda, James R, MD, FACP, FACE. 4 mei 2016. Goiter. Diambil


darihttp://emedicine.medscape.com/article/120034-overview
6. Wikipedia. 4 Mei 2016. Goitre. Diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Goitre
7. Guidelines for the surgical management of endocrine disease
8. Khawkar AV, AWati SM, Multinodular Goiter : Epidemiologi,etiology,
Phatogenesis,patology.IAIM.2015,152-156
9. Medical

Encyclopedia.

10

Mei

2015.

Giter.

Diambil

darihttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001178.htm
10. Medical

Encyclopedia

Juni

2016.

Struma.

Diambil

dari

struma : http://www.bedahugm.net/Bedah-Tumor/Struma.html
11. Sharma, K Pramod, MD. 7 Juni 2016. Complication of Thyroid Surgery. Diambil
darihttp://emedicine.medscape.com/article/852184-overview

22

Anda mungkin juga menyukai