A. Pengetian
Pankreas adalah organ pipih yang terletak di belakang dan sedikit di
bawah lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki dua fungsi: fungsi
endokrin dan fungsi eksokrin. Bagian eksokrin dari pangkreas berfungsi
sebagai sel asinar pankreas, memproduksi cairan pankreas yang
disekresi melalui duktus pankreas ke dalam usus halus. Sel endokrin
dapat ditemukan dalam pulau-pulau Langerhans, yaitu kumpulan kecil sel
yang tersebar di seluruh organ. Ada empat jenis sel penghasil hormon
a
b
c
pankreatitis akut ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai dengan
1901
dan
mula-mula
dianggap
sebagai
sebab
utama
ductus
mengalami pankreatitis akut akibat infeksi HIV itu sendiri, akibat infeksi
oportunistik terkait, atau akibat terapi antiretrovirus. Pada pasien yang
terinfeksi HIV, pankreatitis pernah dilaporkan berkaitan dengan
penyalahgunaan
Pneumocystis
obat
jiroveci
intravena,
dan
terapi
pentamidin,
Mycobacterium
infeksi
avium-intracellulare
retroperitoneum
kadang-kadang
dapat
menyebabkan
dapat
menyebabkan
kalsium
mengendap
di
ductus
bebas
yang
dihasilkan
melalui
kerja
lipase
pankreas
edema
ekstraselular,
disertai
sebaran
sel-sel
leukosit
polimorfonuklear (PMN). Saluran pankreas dapat terisi dengan bahanbahan purulen. Tidak didapatkan destruksi asinus. Meskipun bentuk ini
dianggap sebagai bentuk pankreatitis yang lebih ringan, namun pasien
berada dalam keadaan sakit yang akut dan berisiko mengalami syok,
gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit dan sepsis.
b. Pankreatitis akut tipe nekrosis hemoragik,
Secara makroskopik tampak nekrosis jaringan pankreas disertai
dengan perdarahan dan inflamasi. Tanda utama adalah adanya nekrosis
lemak pada jaringan-jaringan di tepi pankreas, nekrosis parenkim dan
pembuluh-pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan dan
dapat mengisi ruangan retroperitoneal. Bila penyakit berlanjut, dapat
timbul abses atau daerah-daerah nekrosis yang berdinding, yang subur
untuk timbulnya bakteri sehingga dapat menimbulkan abses yang
purulen. Gambaran mikroskopis adalah adanya nekrosis lemak dan
jaringan pankreas, kantong-kantong infiltrat yang meradang dan berdarah
ditemukan tersebar pada jaringan yang rusak dan mati. Pembuluhpembuluh darah di dalam dan di sekitar daerah yang nekrotik
menunjukkan kerusakan mulai dari inflamasi peri vaskular, vaskulitis yang
nyata sampai nekrosis dan trombosis pembuluh-pembuluh darah.
D. Manifestasi klinis
Nyeri
pankreas
dan
obstruksi
duktus
pankreatikus
juga
turut
Lipase
Autodigesti
Nekrosis pankreas
Adapun mekanisme yang memulai aktivasi enzim antara lain adalah
refluks isi duodenum dan refluks cairan empedu, akticasi sistem
komplemen, stimulasi, sekresi enzim yang berlebihan. Isis duodenum
merupakan campuran enzim pankreas yang aktif, asam empedu,
lisolesitin dan lemak yang telah mengalami emulsifikasi; semuanya ini
mampu manginduksi pankreatitis akut. Asam empedu mempunyai efek
detergen pada sel pankreas, meningkatkan aktivasi lipase dan fosfolipase
A, memecah lesitin menjadi lisolesitin dan asam lemak dan menginduksi
spontan sejumlah kecil proenzim pankreas yang lain. Selanjutnya perfusi
asam empedu ke dalam duktus pankreatikus yang utama menambah
permeabilitas sehingga mengakibatkan perubahan struktural yang jelas.
Perfusi 16,16 dimetil prostaglandin E2 mengubah penemuan histologik
pankrataitis tipe edema ke tipe hemoragik.
Asam empedu
CAIRAN EMPEDU
lesitin
Aktivasi fosfolipase
Substrat untuk pembentukan
Lisolesitin oleh fosfolipase A
Efek detergen
Proses koagulasi
sel-sel asini
duodenum.
Tripsin
sendiri
normalnya
diaktifkan
oleh
intraseluler
yang
salah
arah
dan
pengendapan
F. Pemeriksaan penunjang
pankreas/inflamasi.
Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim
lebih lama.
Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakit bilier.
Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas
nekrosis pankreas).
Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;
hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis,
insufisiensi ginjal.
Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen
menurun
karena
perdarahan.
Ht
biasanya
meningkat
(kerusakan glomerolus).
Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal
pencernaan lemak dan protein (Dongoes, 2000).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pankreatitis
akut
bersifat
simtomatik
dan
Respiratorius.
Perawatan
respiratorius
yang
agresif
yang rendah lemak dan protein dimulai secara bertahap. Kafein dan
alkohol tidak boleh terdapat dalam makanan pasien.
6. Pertimbangan Geriatri. Pankreatitis akut dapat mengenai segala usia;
meskipun demikian, angka mortalitas pankreatitis akut meningkat
bersamaan dengan pertambahan usia.
7. Tindakan bedah
Tindakan segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya tidak dilakukan,
kecuali pada kasus-kasus berat di mana terdapat:
1. Perburukan sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari terapi
intensif.
2. Pada kasus pankreatitis hemoragik nekrosis yang disertai dengan rejatan
yang sukar diatasi.
3. Timbulnya sepsis.
4. Gangguan fungsi ginjal yang progresif.
5. Tanda-tanda peritonitis.
6. Bendungan dari infeksi saluran empedu.
7. Perdarahan intestinal yang berat.
Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit berjalan
beberapa waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan intensif)
bilamana timbul penyulit seperti pembentukan pseudokista atau abses,
pembentukan fistel, ileus karena obstruksi pada duodenum atau kolon,
pada perdarahan hebat retroperitoneal atau intestinal.
H.
Komplikasi
Timbulnya Diabetes Mellitus
Tetani hebat
Efusi pleura (khususnya pada hemitoraks kiri)
Abses pankreas atau psedokista
Akibat lanut pankreatitis akut adalah di pankreas terbentuk pseudokista,
yang terisi dengan enzim pankreas, cairan dan jaringan sisa, yang
membesar seperti balon. Bila pesudokista berkembang menjadi lebih
I.
1. Anamnesa.
-Biodata
pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan. Dimana beberapa
faktor tersebut dapat menempatkan klien pada resiko pada pankreatitis
akut.
-Keluhan utama
nyeri hampir selalu merupakan keluhan yang diberikan oleh pasien dan
nyeri dapat terjadi di epigastrium, abdomen bawah atau terlokalisir pada
daerah torasika posterior dan lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau
biasanya menetap dan tidak bersifat kram (Sabiston, 1994).
-Riwayat penyakit sekarang
riwayat kesehatan juga mencakup pengkajian yang tetap tentang nyeri,
lokasi, durasi, faktor-faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan
makanan, postur, minum alkohol, anoreksia, dan intoleransi makanan
(Hudak dan Gallo, 1996).
-Riwayat penyakit lalu
Kaji
apakah
pernah
mendapat
intervensi
pembedahan
seperti
menderita
masalah
medis
lain
yang
menyebabkan
pankreatitis meliputi :
- ulkus peptikum
- gagal ginjal
- vaskular disorder
- hypoparathyroidism
- hyperlipidemia
Kaji apakah klien pernah mengidap infeksi virus dan buat catatan obatobatan yang pernah digunakan (Donna D, 1995).
-Riwayat kesehatan keluarga
kaji
riwayat
keluarga
yang
mengkonsumsi
alkohol,
mengidap
kehilangan
pekerjaan
yang
berkontribusi
terhadap
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan penurunan tekanan
darah (Donna D, 1995). Demam merupakan gejala yang umum
biasanya (dari 39 C). demam berkepanjangan dapat menandakan
adanya komplikasi gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis,
kolesistitis atau absese intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
Sistem gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga terdapat
distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising
usus menurun atau hilang karena efek proses peradangan dan
aktivitas
enzim
pada
motilitas
usus.
Hal
ini
memperberat
dengan
keterkaitan
dengan
gangguan
perdarahan
komplikasi
pulmonal
yang
berhubungan
dengan
pneumonia,
gagal
nafas
akut
dan
sindroma
distress
dapat
diakibatkan
oleh
hipoperfusi
dan
aktivasi
infeksi
berhubungan
dengan
imobilisasi,
proses
inflamasi,
akumulasi cairan
f.
Daftar Pustaka
Davey, P., 2006, At A Glance: Medicine, Penerbit Erlangga, Jakarta
McPhee, S.J., 2011, Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Mitchell, R.N., et al., 2006, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Nurman, A., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, ed. IV, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
Price, S.A., & Wilson, L.M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta