PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gout arthritis adalah suatu inflamasi pada sendi yang dipicu oleh
reaksi inflamasi akibat akumulasi kristal urat dalam sendi.1
Penyakit gout arthritis adalah suatu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan, ditandai dengan penumpukan kristal monosodium
urat (MSU) di dalam ataupun sekitar persendian. MSU berasal dari
metabolisme purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan kristal
adalah hiperurisemia saturasi jaringan tubuh teradap urat. Apabila kadar asam
urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang saturasi
jaringan tubuh, penyakit arthtritis gout ini akan bermanifestasi berupa
penumpukan kristal MSU secara mikroskopis maupun makroskopis berupa
tophi.2
Hiperurisemia umumnya sebagai akibat dari berkurangnya ekskresi
asam urat oleh ginjal ataupun mungkin hasil dari produksi yang berlebihan. 2
Hal ini terkait dengan sejumlah penyakit penyerta seperti penyakit ginjal
kronis, obesitas, diabetes dan penyakit kardiovaskular.1
Prevalensi gout meningkat di seluruh dunia. Gout merupakan salah
satu penyakit inflamasi sendi yang paling umum dijumpai pada orang dewasa
di Amerika Serikat yaitu sekitar 3,9% (8,3 juta) dan sekitar 1,4% pada orang
dewasa di Inggris.3,5 WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia
mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71%
nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual
bebas.4
Gejala dari gout berupa serangan nyeri sendi akut, biasanya menyerang
satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa
tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Sekitar 8590% penderita yang mengalami serangan pertama, biasanya nyeri sendi
mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara ruas tulang telapak
kaki dengan jari kaki, diketahui bahwa pada 60% (516 orang) mengalami
serangan gout akut pertama kali pada salah satu jempol kaki, dan menyerang
kedua jempol pada 5% penderita. 6
Patogenesis gout hingga saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan
tepat, namun beberapa obat-obatan untuk gout sudah tersedia namun dalam
prakteknya masih sering terjadi mis-managed dalam pemberian obat sebagai
terapi oleh tenaga medis.3 Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai
penanganan gout pada fase akut maupun kronis berdasarkan pertimbangan
farmakologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gout arthritis merupakan gangguan heterogen yang disebabkan oleh
hiperurisemia, umumnya sebagai akibat dari menurunnya ekskresi asam
urat oleh ginjal atau hasil dari produksi asam urat yang berlebih. 2 Gejala
dari penyakit ini merupakan akibat dari reaksi inflamasi akibat akumulasi
kristal urat dalam sendi.1 Hal ini ditandai oleh konsentrasi serum asam urat
yang tinggi, dengan serangan arthritis akut berulang yang terkait dengan
kristal monosodium urate (MSU) di cairan sinovial, mungkin juga disertai
tophi typically painless nodular deposit dari kristal MSU pada jaringan di
dalam dan sekitar sendi. Gejala ini terjadi ketika kelebihan asam urat,
dimana ekskresi lebih rendah dibandingkan overproduksi dan diendapkan
dalam ruang sendi.7
B. Epidemiologi
Gout lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan rasio
20:1, dengan puncak insidensi pada usia lebih dari 40 tahun. Risiko
meningkat untuk penyakit gout pada wanita pasca menopause. 1 Data dari
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) pada
2007-2008 menunjukkan bahwa prevalensi gout terus meningkat di
Amerika Serikat, kemungkinan terkait dengan peningkatan frekuensi
adipositas dan hipertensi. Secara keseluruhan, sekitar 75% dari 8,3 juta
orang dengan gout adalah laki-laki.2
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit asam urat di golongkan menjadi
dua, yaitu :
1. Gout Primer
Penyebabnya kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini
diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal
mengandung
benda-benda
keton
dengan baik.
(hasil
buangan
tahun
1977, American
College
of
Rheumatology
(ACR)
pertama
Serangan unilateral yang melibatkan sendi tarsal
Diduga tophus
Hiperurisemia
Pembengkakan asimetris dalam sendi (radiografi)
Kista subkortikal tanpa erosi (radiografi)
mentolerir
dengan
OAINS
konvensional
dapat
diberikan
celecoxib dengan dosis awal 800 mg, diikuti dosis 400 mg pada
hari pertama dan 400 mg setiap 2 hari sekali selama 1 minggu.12
AINS merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan gagal
jantung, penyakit gastrointestinal, insufisiensi ginjal dan pasien
pada terapi antikoagulan.11,13
b) Kolkisin
Kolkisin merupakan antimitosis yang mencegah kristal MSU
menjadi deposit di dalam sendi. Kolkisin juga bekerja mencegah
fagositosis kristal MSU yang berkontribusi pada proses inflamasi.
Kolkisin efektif diberikan dalam waktu 10 sampai 12 jam sejak
muncul serangan dengan pengobatan hingga menghilangkan
keluhan dalam waktu 2 sampai 3 hari.13
Kolkisin direkomendasikan sebagai pilihan terapi gout akut
jika serangan dimulai dalam waktu 36 jam terakhir. Dosis
rekomendasi terdiri atas dosis muatan sebesar 1,2 mg diikuti
dengan 0,6 mg 1 jam kemudian. Dua belas jam kemudian kolkisin
dapat diberikan dengan dosis 0,6 mg satu hingga dua kali sehari
hingga serangan gout hilang. Di negara dengan ketersediaan
tablet kolkisin 1 atau 0,5 mg maka kolkisin dapat diberikan
sebagai dosis muatan sebesar 1 mg yang diikuti dengan 0,5 mg 1
jam kemudian. Dua belas jam kemudian profilaksis kolkisin
dengan menggunakan dosis 0,5 mg hingga 3 kali sehari sampai
serangan gout hilang.11,12
Kelemahan
utama
dari
kolkisin
adalah
gangguan
diberikan
secara
oral.
Dosis
rekomendasi
untuk
dalam setahun. Para ahli juga menyarankan obat penurun asam urat
sebaiknya tidak diberikan selama serangan akut. Pemberian obat
jangka
panjang
juga
tidak
dianjurkan
untuk
hiperurisemia
BAB III
ILUSTRASI KASUS
I. Identitas Pasien
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. Umur
d. Status
e. Pekerjaan
f. Alamat
II.
: Tn. B
: Laki-laki
: 45 tahun
: Menikah
: Wiraswasta
: Banjarsari, Surakarta
ANAMNESIS
10
a. Keluhan Utama
Bengkak dan nyeri pada persendian
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada persedian dialami
sejak 1 hari yang lalu. Nyeri pada sendi kedua tangan dan lutut,
terutama bila digerakkan. Nyeri sebelumnya ada, tapi keluhan sekarang
dirasakan lebih berat dibandingkan 1 tahun yang lalu. Pada daerah
persendian tangan dan lutut nampak bengkak dan kemerahan sejak 1
hari yang lalu. Riwayat demam ada, dialami 1 hari yang lalu, bersamaan
dengan timbulnya nyeri pada persendian. Saat ini nyeri kepala (-), batuk
(-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati
(-), nyeri pinggang belakang (-), nafsu makan baik. BAB dan BAK
lancar, tidak didapatkan keluhan.
Riwayat asam urat tinggi (+) sejak 1 tahun yang lalu, riwayat
penyakit rematik dan asam urat dalam keluarga (-).
Riwayat penyakit ginjal tidak diketahui, riwayat DM juga tidak
diketahui. Riwayat DM pada keluarga (-). Riwayat hipertensi (-),
riwayat penyakit jantung (-).
Kebiasaan olahraga teratur (-), merokok (+), minum minuman
beralkohol (-), makan sekali tiga hari dengan sayur dan lauk pauk,
pasien sering mengkonsumsi jeroan dan makanan laut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Riwayat keluhan serupa
: (+) 1 tahun yang lalu
- Riwayat alergi
: (-)
- Riwayat penyakit jantung
: (-)
- Riwayat penyakit ginjal
: (-)
- Riwayat hipertensi
: (-)
- Riwayat diabetes mellitus
: (-)
- Riwayat maag
: (-)
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Nampak sakit sedang, gizi lebih
BB = 80kg; TB = 160cm; IMT = 31,25kg/m2 (obesitas I)
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Tanda Vital
:
- Tekanan darah
: 120/80 mmHg
- Suhu
: 37C
11
Nadi
RR
d. Mata
e.
f.
g.
h.
i.
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorak
(-/-),
wheezing (-/-)
j. Abdomen
: Supel, nyeri tekan (-), BU (+) normal
h. Ekstermitas sup/inf: tampak benjolan pada manus dextra sinistra dan
regio genu dextra, teraba hangat (+), hiperemis
(+), nyeri tekan (+), kontraktur digiti I,II,III,IV,V
manus dextra.
IV.
DIAGNOSIS KERJA
Gout Arthritis
V.
DIAGNOSIS BANDING
1) Gout Arthritis
2) Reumatoid Arthritis
3) Demam reumatik
4) Osteoartritis
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi : -Hb
: 10,5 gr/dL
-Ht
: 31,3 %
-Leukosit : 10,900/mm3
-Trombosit : 173,000/mm3
Kimia Klinik : -Ureum
: 82 mg/dL
-Kreatinin : 2,99mg/dL
-GDS
: 133mg/dL
-Asam Urat: 8,3mg/dL
2) Pemeriksaan EKG
: dalam batas normal
3) Pemeriksaan Radiologis
: plan untuk foto AP genu bilateral, pedis
bilateral, dan manus bilateral.
VII.
TATALAKSANA
A. Terapi Non Farmakologi
12
kegiatan berat
Minum air putih minimal 8 gelas sehari
Mengontrol porsi makan, turunkan berat badan
Hentikan kebiasaan merokok
Kontrol 4 hari lagi jika keluhan masih tetap atau semakin memberat
B. Terapi Farmakologi
1. Naproxen tablet 750 mg diminum awal, dilanjutkan dengan dosis 250
mg diminum per 8 jam (3 kali sehari) selama lima hari
2. Kolkisin tablet 1 mg diikuti pemberian tablet 0,5 mg 1 jam kemudian.
Dua belas jam kemudian menggunakan dosis 0,5 mg hingga 3 kali
sehari sampai serangan gout hilang atau hentikan jika muncul keluhan
mual, muntah, atau diare.
3. Parasetamol tablet 500 mg dapat diminum 1 hingga 4 tablet per hari jika
demam. Hentikan penggunaan jika demam reda.
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Poliklinik Umum
17 Desember 2015
Dokter : dr. Rachmania
R / Naproxen tab mg 500 No. I
1 dd tab I dc
R/ Naproxen tab mg 250 No. XV
3 dd tab I dc
R/ Kolkisin tab mg 0,5 No. XVI
uc
R/ Parasetamol tab mg 500 No. XV
(1-4) p.r.n
Pro
: Tn. B (56 tahun)
Alamat : Banjarsari, Surakarta
dr. Rachmania
13
14
15
C. Parasetamol
Mekanisme
kerja
pada
hipotalamus
untuk
memproduksi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terapi yang diberikan pada gout arthrititis serangan akut dapat diberikan
obat-obat golongan anti inflamasi non steroid, kolkisin atau dengan pemberian
kortikosteroid. First line yang diberikan pada gout serangan akut adalah
OAINS karena efek samping terhadap gastrointestinal-nya lebih rendah
dibandingkan kolkisin yang lebih serang menimbulkan mual, muntah, dan
diare. Pada gout yang melibatkan beberapa persendian, dapat diberikan terapi
kombinasi antara OAINS dengan Kolkisin, Kortikosteroid oral dan Kolkisin
atau dengan pemberian steroid intra-artikular dan Kolkisin atau OAINS.
16
B. SARAN
Edukasi yang dapat disampaikan pada pasien:
-
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Robinson, Philip C. Horsburgh, Simon. Gout: joints and beyond,
epidemiology, clinical features, treatment, and co-morbidities. Maturitas.
2014; (78): 245-51.
2. Ruoff G, MD. The treatment of gout. Supplement to The Journal of
Family Practice. 2012; 61(6): 11-5.
3. Jutkowitz E., Hyon K. Choi., Laura T Pizzi dan Karen M. Kuntz. Costeffectiveness of allopurinol and febuxostat for the management of gout.
Ann Intern Med. 2014; (161): 617-26.
4. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
5. Roddy E., Doherty M. Treatment of hyperuricaemia and gout. Clinical
Medicine. 2013; 4 (13): 400-3.
6. Yatim F. Penyakit Tulang dan Persendian. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Obor
Populer; 2006. hal. 32-51.
7. Mead Tatum, Arabindoo Kavitha, Smith Brianna. Managing gout:
Theres more we can do acute and chronic gout arthritis are increasingly
prevalent, but often poorly managed. The Journal of Family Practice;
2014(63): 707-13.
8. Wortmann RL, Kelley WN. Gout and Hyperuricemia. In : Kelleys
Textbook of Rheumatology 7th ed., Harris Jr.ED et al (Eds.) Elsevier
Saunders, Phil, 2005;1402-29.
9. Wallace SL., Robinson H., Masi AT et al. Preliminary criteria for the
classification of the acute arthritis of primary gout. Arthritis Rheum;
1977(20) :895-900.
10. Suresh
E. Diagnosis and management of gout: a rational
approach.
hyperuricemia.
35(4): 25160.
18
2006;
15. Bieber
19