LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika SMP
Salah satu aktivitas yang tidak pernah lepas dari kehidupan
manusia adalah belajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
mendefinisikan belajar sebagai berubahnya tingkah laku atau tanggapan
disebabkan oleh pengalaman. Kegiatan belajar meliputi segala aktivitas
yang menyebabkan seseorang mengalami perubahan berdasarkan yang
dialaminya. Perubahan yang terjadidapat berupa perubahan tingkah laku
atau sudut pandang.
Menurut Oemar Hamalik (2011: 27) belajar adalah modifikasi
atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman. Belajar dalam hal
ini dipandang sebagai suatu proses, suatu kegiatan, bukan suatu hasil.
Sejalan dengan hal tersebut, Gagne (1979: 43) mengatakan bahwa
belajar dapat didefinisikan sebagai seperangkat proses kognitif yang
menjadikan suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih pada kegiatan
mengalami.
Hal ini sesuai dengan definisi yang diungkapkan oleh Sardiman
A.M. (2011: 20) bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya
17
individu
mengkonstruksi
pengetahuannya
dengan
18
19
kemampuan-kemampuan
dan
membentuk
pengertian-pengertian.
Siswa
diberikan
pengalaman
lebih
kepada
bagaimana
20
siswa
membangun
dan
beberapa
definisi
yang
diuraikan,
dapat
untuk
memfasilitasi
kegiatan
pemecahan
masalah,
sistematis,
dan
membentuk
21
pribadi
siswa
dengan
mengkondisikan
siswa
agar
memperoleh
pengalaman
belajar
matematika.
2. Karakteristik Siswa SMP
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget (Oakley, 2004:
16), setiap individu akan melalui 4 tahapan perkembangan yang terdiri dari
tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap pra-operasional (2-7 tahun), tahap
operasional konkret (7-12 tahun), dan tahap operasional formal (12 tahun
ke atas). Sesuai dengan tahapan tersebut, siswa SMP yang berusia antara
12-14 tahun berada padatahap operasional formal. Pada tahap ini siswa
sudah mampu bernalar dan menggunakan hubungan antara objek-objek
dalam kehidupan sehari-hari untuk dikaitkan dengan suatu persoalan
matematika (Erman Suherman,dkk, 2001:43). Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan
oleh
Oakley
(2004:
22)
yang
menyatakan
systematic
problem
solving
merupakan
22
kemampuan
23
24
25
yang
dirancang
dan
dikembangkan
untuk
26
adanya
permasalahan,
siswa
belajar
untuk
mencari
fasilitator
yang
27
28
Perilaku Guru
yang
menghubungkan/memfokuskan
akan
siswa
terhadap
dilakukan
masalah.
dan
Dalam
29
30
pembelajaran
dengan
model
PBL
dalam
31
32
j. PBL juga diakhiri dengan evaluasi dan review pengalaman siswa dan
proses belajar.
Berbagai penjelasan dan karakteristik yang ada dalam PBL di atas
dapat diilustrasikan dalam tahapan pembelajaran seperti Gambar 1 (Tan,
2003:35).
Pada tahapan meeting the problem, siswa diberikan permasalahan
unstructured
real-world
problem
yang
mengarah
pada
kegiatan
menganalisis
masalah,
menghasilkan
ide-ide
dan
33
problem
Self-directed
learning
Problem analysis
and learning
issues
Self-directed
learning
Discovery and
reporting
Self-directed
learning
Solution
presentation and
refelection
Self-directed
learning
Overview,
integration and
evaluation
Gambar 1.
Skema Proses Problem-Based Learning
yang dibutuhkan.
Melalui
kerja
sama
dengan
teman
34
35
problem
based
learning
mengorganisasi
hipotesis
dan
membuat
prediksi,
36
37
dengan
belajar
dalam
kelompok,
pada
model
38
39
Problem
Based
Learning
dalam
Pembelajaran
40
2.
3.
4.
5.
(NCTM,
2000)
merumuskan
tujua
pembelajaran
41
dan
PBL
memberikan
pengaruh
positif
terhadap
42
pretest siswa sebesar 2,1 sedangkan skor rata-rata post test siswa sebesar
5,8. Selain itu, dari hasil perhitungan uji , -table lebih besar daripada
hal
tersebut,
Hidayat
(2013:112)
menyimpulkan
bahwa
43
PENDAHULUAN
a) Pemberian motivasi
b) Pembagian kelompok
c) Informasi tujuan pembelajaran
KEGIATAN INTI
a) Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada
b)
c)
d)
e)
siswa
Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
PENUTUP
a) Merangkum materi yang telah dipelajari
b) Melaksanakan tes atau pemberian pekerjaan rumah
44
dan
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat,
dan
45
C. Penutup
1. Siswa bersama guru
merangkum materi
pelajaran
2. Siswa menerima
pekerjaan rumah (PR)
baik berupa soal atau
mempelajari materi
selanjutnya
Metode yang digunakan
1. Penyajian masalah
1. Ceramah
2. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Kerja kelompok
(Sumber: Rusmono, 2012:88)
46
kemampuan
siswa
dalam
menginterpretasi
dan
menyatakan:
mathematics
reasoning
assumes
mathematical
guru
dapat
mengetahui
kemampuan
siswa
ketika
47
menulis
dan
berdiskusi,
perlahan-lahan
mereka
belajar
dan
mengevaluasi
48
ide-ide
matematika;
dan
49
melalui
komunikasi
matematis
yaitu
students
can
50
Kemampuan
komunikasi
dalam
matematika
juga
dapat
permasalahan
untuk
didiskusikan
dan
membuat
in quizzes and
examination)
Kuis merupakan cara yang efektif untuk menilai kemampuan
komunikasi matematis siswa secara individu, yang diberikan di
akhir pembelajaran. Pembagian tugas yang akan dikerjakan
diruman (PR) juga merupakan cara yang tepat untuk tujuan
tersebut. Selain itu, setiap satu sampai dua minggu perlu diberikan
51
untuk
mengkombinasikan
dan
mencari
keterkaitan
52
hasil pemikirannya kepada orang lain baik secara lisan atau tulisan,
mereka belajar untuk menjelaskan dan meyakinkan. Dengan demikian,
proses komunikasi akan bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan
pemahamannya mengenai konsep-konsep matematika. Arti pentingnya
komunikasi matematika dalam pembelajaran matematika juga disampaikan
oleh Greenes dan Schulman. Menurut Greenes dan Schulman (1996: 168169) komunikasi matematika mempunyai peranan yang sangat penting,
diantaranya:
a. Kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi
matematika
b. Modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian
dalam eksplorasi dan investigasi matematika
c. Wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk
memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, menilai dan
mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.
d. Bagi guru, komunikasi adalah sarana untuk memperoleh informasi
tentang apa yang diketahui dan dikuasai oleh siswa, sehingga guru
dapat membuat keputusan yang tepat tentang pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa melalui
komunikasi siswa dapat meningkatkan pemahamannya terhadap suatu
materi. Belajar berkomunikasi dalam pembelajaran matematika juga dapat
membantu perkembangan interaksi dan pengungkapan ide-ide matematika
secara benar. Guru juga memperoleh informasi sampai sejauh mana siswa
menguasai atau memahami konsep matematika yang telah diberikan,
sehingga guru dapat mengambil langkah yang tepat dalam pembelajaran.
e. Indikator komunikasi matematika
Kemampuan komunikasi matematika merupakan salah satu tujuan
agar pembelajaran matematika dapat terwujud. Pentingnya komunikasi
53
Kessler
(Elliot,
1996:
220-224),
terdapat
empat
compeence,
discourse
competence,
sociolinguistic
b.
c.
54
adalah
bagaimana
siswa
mengkolaborasikan
gramatical
mengkomunikasikan
ide
matematika
mereka.
Dalam
mengerti
informasi
apa
saja
yang
diperlukan
untuk
Problem
Based
Learning
dengan
Kemampuan
Komunikasi Matematika
Secara umum problem based learning terdiri dari menyajikan
kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
55
merasa
memiliki
peran
dan
tanggung
jawab
untuk
dapat
56
Pada
tahap
ini,
siswa
selalu
diarahkan
untuk
57
disajikan
dalam
bentuk
cerita
agar
siswa
berlatih
untuk
58
59
Adam
&
Hamm
(2010:
59)
menyatakan
bahwa
60
begitu
pentingnya
kemampuan
pemecahan
(1990:
132)
memaparkan
faktor-faktor
yang
dapat
61
dengan
menggunakan
analisis
dan
langkah-langkah
menggunakan
kemampuan
62
pemecahan
masalah
untuk
63
64
65
learning
strategies).
Model
PBL
membantu
siswa
(1999:
123)
mencakup
beberapa
faktor:
kasus-kasus
66
asumsi dan kualitas metode yang digunakan secara ilmiah dalam menguji
suatu
hipotesis.
Kecerdasan
secara
langsung
berkorelasi
dengan
kecerdasan
yang
membantu
untuk
meningkatkan
67
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
pada
materi
persaman
Kompetensi Dasar
Materi
Perbandingan
dan
Skala
meliputi
konsep
dasar
68
untuk memperoleh
mampu
meningkatkan
pengajaran
akan
mati.
masalah dan
69
> 0,5).
Dengan
demikian
sebelum
dilakukan
70
eksperimen
dalamkegiatan
pemecahan
masalah
telah
),
71
72
belajar
mandiri,
hasil
belajar
dan
termasuk
pada
Model
Problem
Based
Learning
(PBL)
Terhadap
matematika
memerlukan
pengetahuan
dan
73
74
Model
Problem
Based
Learning
(PBL)
Terhadap
ini,
kemampuan
komunikasi
matematika
meliputi
pentingnya
kemampuan
komunikasi
dalam
75
Siswa
(LKS).
Dalam
LKS
siswa
diminta
untuk
Model
Problem
Based
Learning
(PBL)
Terhadap
kemampuan
komunikasi,
kemampuan
pemecahan
76
terhadap
kemampuan
komunikasi
matematika
dan
77
78