Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Zat psikoaktif sering disebut juga sebagai NAPZA (Narkotika, Psikotropika,
dan Zat Adiktif lainnya) yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan
perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran. Pada satu sisi zat psikoaktif merupakan
obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, di sisi lain dapat menimbulkan
ketergantungan apabila dipergunakan tanpa adanya pengendalian. Apabila zat-zat
psikoaktif atau NAPZA tersebut masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan
mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosial, karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap zat tersebut.
Penyalahgunaan zat psikoaktif adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis zat
psikoaktif secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.1,2,3,4
B. Epidemiologi
Berdasarkan perkiraan jumlah pengguna per provinsi, didapatkan semua
provinsi di Pulau Jawa secara absolut memiliki jumlah penyalahguna yang terbanyak
dibandingkan provinsi-provinsi di luar Jawa, kecuali Sumatera Utara. Hal ini
disebabkan jumlah populasi penduduk yang lebih besar dibandingkan kota-kota di
luar Jawa. Namun, apabila distandarisasi dengan angka prevalensi, tidak demikian.
Angka prevalensi dihitung dengan membagi jumlah penyalahguna (absolut) dengan
angka jumlah penduduk per tiap provinsi. Dalam grafik terlihat, provinsi DKI Jakarta
(4,73%) memiliki angka prevalensi yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya,
diikuti oleh Kalimantan Timur (3,07%) dan Kepulauan Riau (2,94%). Sebagai catatan,
provinsi Kalimantan Timur telah dipecah menjadi 2 bagian, yaitu Kalimantan Timur
dan Kalimantan Utara. Secara angka absolut propinsi yang terendah adalah Irian Jaya
Barat, sedangkan angka prevalensi terendah adalah Papua (1,23%). Hal yang patut
dicermati di provinsi Papua adalah jumlah penyalahguna dan angka prevalensinya
semakin meningkat tajam sebab tingkat peredaran narkoba jenis ganja yang masuk

dari perbatasan Papua Nugini semakin marak.Apalagi harganya jauh lebih murah
dibandingkan jenis shabu.1,10
Gambar 1. Estimasi angka absolut dan angka prevalensi penyalahguna narkoba per
provinsi tahun 201410

Sebagian besar responden penyalahguna adalah laki-laki (91%), dengan pola


sebaran relatif sama di semua wilayah survei. Di DIY, Maluku, Sumut, Sumsel, NTB,
Sultra dan Papua, provorsi lelakinya lebih banyak lagi mencapai 95%. Di Sulut dan
Kepri persentase responden perempuan lebih banyak (15%) dibanding provinsi lain.
Dari responden perempuan ditemukan ada 6% yang sedang hamil terutama pada
pecandu suntik (9%). Rentang usia responden antara 11 sampai 66 tahun, dengan
rerata usia berkisar 26-27 tahun. Rerata usia kelompok teratur dan pecandu non suntik
hampir sama yaitu 26 tahun, sedangkan pada kelompok pecandu suntik sedikit lebih
tua (32 tahun). Sekitar dua pertiga dari responden berpendidikan tinggi, yaitu minimal
SMA/MA sederajat. Responden di Kalbar, Maluku, DIY, Jatim, Bali dan NTB yang
telah menamatkan SMA/MA sederajat mencapai 70%. Bahkan di Jabar, NTB, Sutra
dan Papua responden yang telah menamatkan Akademi/perguruan tinggi lebih dari
15%, sedangkan di Lampung paling tinggi (25%). Di sebagian besar provinsi, lebih
dari dua pertiga berstatus belum menikah. Responden yang belum menikah paling
banyak di DIY (85%). Di Bali proporsinya agak berbeda dengan provinsi lainnya,
dimana sekitar separuhnya belum menikah dan hampir separuh lainnya berstatus
menikah. Di kelompok pecandu suntik polanya agak berbeda dengan kelompok

lainnya, yaitu mereka yang sudah menikah (40%), cerai (10%), dan sisanya belum
menikah.1,10
Gambar 2. Karakteristik penyalahguna menurut kategori kelompok penyalahguna
narkoba10

C. Penggolongan zat-zat psikoaktif


1. Narkotika
Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika,
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.7
Narkotika dibedakan kedalam golongan-golongan :7
Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi
sangat tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain,
ganja).
Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan

ilmu

pengetahuan

serta

mempunyai

potensi

tinggi

mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin,petidin)


Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I, yaitu:
-

Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain


Ganja atau kanabis, marijuana, hashis
Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

2. Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, yang
dimaksud dengan psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.7
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut:7
Psikotropika Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

(Contoh : ekstasi, shabu, LSD)


Psikotropika Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : amfetamin,

metilfenidat atau ritalin)


Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai

potensi

sedang

mengakibatkan

sindroma

ketergantungan

(Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).


Psikotropika Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan
(Contoh

diazepam,

bromazepam,

Fenobarbital,

klonazepam,

klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu
- Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo
dan lain-lain
- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
3. Zat Adiktif Lain
Yang dimaksud disini adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar
yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :7
Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari
dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan

narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh


manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
- Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson
House, Johny Walker, Kamput.)
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan penggunaan zat psikoaktif di
masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus
menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering
menjadi pintu masuk penyalahgunaan zat psikoaktif lain yang lebih berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan zat psikoaktif dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :7
1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis zat psikoaktif yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.
Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya
tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin,
heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik, dan tranquilizer (anti cemas)
dan lain-lain.
2. Golongan Stimulan(Upper)
Adalah jenis zat psikoaktif yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi),
Kafein dalam kopi, Nikotin dalam tembakau, Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis zat psikoaktif yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang
berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan
dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.
D. Penyebab

Penyebab penyalahgunaan zat psikoaktif sangat kompleks akibat interaksi


antara faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya
zat (NAPZA). Tidak terdapat adanya penyebab tunggal (single cause). Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan penggunaan zat psikoaktif adalah
sebagai berikut :3,4,7,13
1. Faktor individu
Kebanyakan penyalahgunaan zat psikoaktif dimulai atau terdapat pada masa
remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik
maupun

sosial

yang

pesat

merupakan

individu

yang

rentan

untuk

menyalahgunakan zat psikoaktif. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu


mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna zat psikoaktif.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
- Cenderung membrontak dan menolak otoritas
- Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti :
-

depresi,cemas, psikotik, keperibadian dissosial.


Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku
Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan memiliki

citra diri negatif (low self-esteem)


Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif
Mudah murung,pemalu, pendiam
Mudah merasa bosan dan jenuh
Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran
Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
Keinginan untuk mengikuti mode,karena dianggap sebagai lambang

keperkasaan dan kehidupan modern.


Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang jantan
Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit
mengambil keputusan untuk menolak tawaran penggunaan zat psikoaktif

dengan tegas
Kemampuan komunikasi rendah
Melarikan diri sesuatu (kebosanan,kegagalan,

mampuan, kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain)


Putus sekolah
Kurang menghayati iman kepercayaannya

kekecewaan,ketidak

Faktor-faktor individu lainnya adalah sikap positif, sifat mudah terpengaruh,


kurangnya pemahaman terhadap agama, pencarian sensasi atau kebutuhan tinggi
terhadap ekcitment. Beberapa pengaruh adanya zat psikoaktif terhadap perilaku
penyalahgunaan di kalangan remaja adalah sebagai berikut:1

a.

Ingin menikmati yang cepat (praktis)


Pada awalnya orang memakai zat psikoaktif karena mengharapkan kenikmatan
misalnya, nikmat bebas dari rasa kesal, kecewa, stres, takut, frustrasi. Takala
mulai mencoba, perasaan nikmat tersebut tidak datang yang datang justru

b.

perasaan berdebar, kepala berat, dan mual.


Ketidaktahuan
Pemakai zat psikoaktif yang berakibat buruk terjadi karena kebodohan
pemakainya sediri, dasar dari seluruh alasan penyebab peyalahgunaan zat
psikoaktif adalah ketidaktahuan. Ketidaktahuan tersebut menyangkut banyak
hal, misalnya tidak tahu apa itu zat psikoaktif atau tidak mengenali zat
psikoaktif, tidak tahu bentuknya, tidak tahu akibatnya terhadap fisik, mental,
moral, masa depan, dan terhadap kehidupan akhirat, tidak paham akibatnya

c.

terhadap diri sendiri, keluarga masyarakat, dan bangsa.


Alasan internal
Adalah ingin tahu, ingin di anggap hebat, rasa setia kawan, rasa kecewa,
frustrasi, dan kesal dapat terjadi karena kekeliruan dalam komunikasi antara :
komunikasi anak dengan orang tua, komunikasi antar anak, komunikasi di
lingkungan eksekutif muda, komunikasi suami istri. Selain itu, ingin menikmati

d.

rasa gembira, tampil lincah, enerjik, dan mengusir rasa sedih dan malas.
Alasan keluarga
Komunikasi yang buruk antar ayah,ibu, dan anak sering kali menciptakan
konflik yang tidak berkesudahan. Penyebab konflik beragam konflik dalam
keluarga solusi yang baik adalah komunikasi yang baik, penuh pengertian
saling menghargai dan menyayangi serta ingin saling menghargai satu sama
lainnya. Konflik dalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa
frustrasi, sehingga terjebak memilih zat psikoaktif sebagai solusi. Biasanya
yang paling rentan terhadap stres adalah anak, kemudian suami, istri sebagai

e.

benteng akhir.
Alasan orang lain
Banyak pengguna zat psikoaktif yang awal dimulai kerena pengaruh dari orang
lain. Bentuk pengaruh orang lain itu dapat bervariasi mulai dari bujuk rayu,
tipu daya, dan sampai paksaan.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik
disekitar

rumah,

sekolah,

teman

sebaya

maupun

masyarakat.

Faktor

keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau
remaja menjadi penyalahguna zat psikoaktif antara lain adalah :
a. Lingkungan Keluarga
- Komunikasi orang tua-anak kurang baik atau efektif
- Hubungan dalam keluarga kurang harmonis atau disfungsi dalam keluarga
- Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi
- Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh
- Orang tua otoriter atau serba melarang
- Orang tua yang serba membolehkan (permisif)
- Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan
- Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah zat psikoaktif
- Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)
- Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga
- Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna zat psikoaktif
b. Lingkungan Sekolah
- Sekolah yang kurang disiplin
- Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual zat psikoaktif
- Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif Adanya murid pengguna zat
psikoaktif
c. Lingkungan Teman Sebaya
- Berteman dengan penyalahguna
- Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar
d. Lingkungan masyarakat/sosial
- Lemahnya penegakan hukum
- Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

3. Faktor zat psikoaktif


a. Mudahnya zat psikoaktif didapat dimana-mana dengan harga terjangkau
b. Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba
c. Khasiat farmakologik zat psikoaktif yang menenangkan, menghilangkan nyeri,
menidurkan, membuat euforia/fly/stone/high/teler dan lain-lain.
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat seseorang kelak
menjadi penyalahguna zat psikoaktif. Akan tetapi makin banyak faktor-faktor diatas,
semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna zat psikoaktif. Faktor
individu,faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya atau pergaulan tidak selalu
sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang menyalahgunakan zat psikoaktif.
Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari keluarga yang
harmonis dan cukup komunikatif menjadi penyalahguna zat psikoaktif.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, adapula yang membagi penyebab


terjadinya penggunaan zat psikoaktif

menjadi faktor kepribadian dan faktor

sosiobudaya.4
1. Faktor kepribadian
Faktor kepribadian seseorang cenderung mempengaruhi apakah ia akan tergantung
pada suatu obat atau tidak. Orang yang merasa tidak mantap serta mempunyai sifat
tergantung dan pasif lebih cenderung menjadi ketergantungan pada obat.1
a. Kondisi kejiwaan
Orang-orang yang cukup mudah tergoda dengan penyalahgunaan zat psikoaktif
adalah para remaja yang jiwa labil, pada masa ini mereka sedang mengalami
perubahan biologis, psikologis maupun sosial.
b. Perasaan
Perasaan rendah diri di dalam pergaulan bermasyarakat, seperti di lingkungan
sekolah, tempat kerja, lingkungan sosial dan sebagainya sehingga tidak dapat
mengatasi perasaan itu, remaja berusaha untuk menutupi kekurangannya agar
dapat

menunjukan

eksistensi

dirinya

melakukannya

dengan

cara

menyalahgunakan narkotika, psykotropika maupun minuman keras sehingga


dapat merasakan memperoleh apa-apa yang diangan-angankan antara lain lebih
aktif, lebih berani dan sebagainya.
c. Emosi
Kelabilan emosi remaja pada masa pubertas dapat mendorong remaja
melakukan kesalahan fatal. Pada masa -masa ini biasanya mereka ingin lepas
dari ikatan aturan-aturan yang di berlakukan oleh orang tuanya. Padahal disisi
lain masih ada ketergantungan sehingga hal itu berakibat timbulnya konflik
pribadi.
d. Mental
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat sera lingkungan tempat ia hidup.
Definisi ini lebih luas dan bersifat umum karena berhubungan dengan
kehidupan manusia pada umumnya. Menurut definisi ini seseorang dikatakan
bermental sehat bila dia menguasai dirinya sehingga terhindar dari tekanantekanan perasaan atau hal-hal yang menyebabkan frustasi.
2. Faktor sosiobudaya
Ada banyak faktor yang berperan dalam inisiasi penggunaan zat psikoatif.
Faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi inisiasi penggunaan zat psikoaktif
pada rokok sangat beragam di berbagai negara, bergantung dari perkembangan dan

kemajuan suatu negara, serta budaya-budaya yang berkembang dalam suatu


daerah. Adapun menurut Jiloha (2009) faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:13
a. Pengaruh orang tua
Orang tua memiliki pengaruh yang penting terhadap anaknya. Anak dari
orangtua yang merokok akan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk
menjadi seorang perokok juga. Orang tua yang melarang merokok dapat
mengurangi keinginan anaknya untuk mencoba meggunakan rokok. Perempuan
akan lebih besar kemungkinannya menjadi seorang perokok apabila kedua
orangtuanya merupakan seorang perokok. Didapatkan adanya hubungan yang
kuat ibu yang merokok dan anak perempuan yang menjadi perokok pula.
Dengan meningkatnya jumlah orangtua yang merokok akan meningkatkan pula
paparan rokok terhadap anak muda. Orang tua yang merokok akan
memudahkan akses bagi anak untuk merokok juga, serta akan lebih sedikit
kemungkinan untuk melarang anaknya untuk merokok.13
b. Struktur keluarga
Tingginya pendidikan dan sosio-ekonomi orang tua memiliki hubungan
yang terbalik dengan penggunaan tembakau dan zat psikoaktif lainnya pada
remaja. Prevalensi merokok umumnya lebih banyak dari keluarga dengan status
sosial-ekonomi rendah di masyarakat. Masalah pernikahan, perceraian orangtua,
dan orangtua tunggal (single parents) juga dihubungkan menjadi penyebab
penggunaan zat psikoaktif diantara para anak remaja. Kurangnya kontrol orang
tua terhadap anak mereka akan mungkin menyebabkan penggunaan zat
psikoaktif.13
Masyarakat dan lingkungan yang memberi kesempatan pemakaian zat
psikoaktif

yaitu adanya situasi yang mendorong diri sendiri untuk

mengggunakan zat psikoaktif dorongan dari luar adalah adanya ajakan, rayuan,
tekanan dan paksaan terhadap seseorang untuk memakai zat psikoaktif.
Kesibukan kedua orang tua maupun keluarga dengan kegiatannya masingmasing, atau dampak perpecahan rumah tangga akibat broken home serta
kurangnya kasih sayang merupakan celah kesempatan para remaja mencari
pelarian dengan cara menyalahgunakan narkotika, psikotropika maupun minuman
keras atau atau obat berbahaya, oleh karna itu kondisi dalam masyarakat juga
mempengaruhi perilaku remaja.13
c. Pengaruh teman
Teman memiliki pengaruh terbesar pada perokok muda. Inisisasi merokok

umumnya terjadi pada kelompok teman yang merokok. Perempuan yang

memiliki teman baik perokok, akan lebih beresiko sembilan kali untuk menjadi
seorang perokok. Teman yang merokok juga dapat memprediksi berlanjutnya
kebiasaan merokok pada remaja yang baru memulai merokok. Penyalahgunaan
kanabis pada populasi didalam sekolah dihubungkan dengan rendahnya
performa dalam menangkap pelajaran dan sekolah dropout. Anak remaja ini
biasanya membentuk kelompok panutan mereka sendiri.13
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan
individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok pergaulan mempunyai
pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorangindividu. Pergaulan
yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang
positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa
kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan halhal yang positif.
Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah
yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. 13

d. Role model
Bintang film dan TV, model fashion dan bintang pop membuat merokok
menjadi terlihat lebih menarik dan anak remaja akan merokok untuk meniru gaya
mereka. Peran mereka meninggalkan dampak yang luar biasa dalam pikiran anak
remaja.13
e. Iklan dan promosi
Iklan merupakan senjata yang efektif dalam mempengaruhi inisiasi para
remaja untuk merokok. Adanya pelarangan iklan diketahui sangat efektif dalam
mengurangi prevalensi merokok pada remaja.13
f. Faktor sosio-ekonomi
Tingginya angka kejadian penyalahgunaan zat psikoaktif didapatkan pada
kelompok dengan pendapatan lebih rendah. Orang yang

berasal dari

sosioekonomi rendah lebih sering akan menjadi perokok daripada yang berasal
dari kelas menengah. Perbedaan bentuk merokok ini mencerminkan perbedaan
kepercayaan

tentang

penggunaan

tembakau

pada

masing-masing

status

sosioekonomi. Di India,umumnya alasan merokok karena mudah didapat, harga


murah dan enak digunakan. Orang dari keluarga dengan pendapatan rendah
biasanya menggunakannya karena murah atau didapat secara ilegal.13
g. Ketersediaan akses
Ketersediaan akses merupakan faktor yang penting dalam menginisiasi
penyalahgunaan zat psikoaktif. Orang yang mudah mengakses obat atau alkohol

karena orangtuanya atau saudaranya yang lebih tua adalah pengguna, akan lebih
mungkin menggunakan obat daripada orang yang orangtuanya atau siapapapun
dalam keluarganya tidak ada sebagai pengguna.13
Kemudahan mendapatkan zat psikoaktif penyebab lain banyaknya orang yang
mengkonsumsi zat psikoaktif adalah karena banyaknya remaja yang mengggunakan

zat psikoaktif, selain itu, ungkapan rasa kasih sayang orangtua terhadap putraputrinya termasuk yang di berikan orang tua terhadap anak-ankanya seperti
memberikan fasilitas dan uang yang berlebih bisa jadi pemicu penyalah-gunakan
uang saku untuk membeli rokok untuk memuaskan segala mencoba ingin tahu
dirinya. Biasanya para remaja mengawalinya dengan merasakan merokok dan
minuman keras, baru kemudian mencoba-coba narkotika dan obat terlarang. 13
h. Pengetahuan, sikap dan kepercayaan
Pengetahuan tentang efek kesehatan yang buruk akibat penggunaan zat

psikoaktif akan dapat mencegah penggunaan obat-obat tersebut. Di India,


beberapa orang percaya bahwa mengkonsumsi alkohol dalam jumlah sedang tidak
mempunyai efek merugikan, selain itu mereka juga percaya bahwa penghentian
penggunaan tembakau dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, serta
menanam kanabis merupakan suatu bentuk penghormatan terhadap tuhan. Dengan
kepercayaan-kepercayaan seperti inilah yang membuat para remaja menggunakan
obat-obat psikoaktif tersebut tanpa rasa bersalah atau ragu. Sikap yang positif
terhadap zat-zat tersebut akan dapat menginisiasi penggunaan obat-obat tersebut
pada remaja.13
Selain itu, Pada masa remaja seseorang lazim mempunyai sifat selalu ingin tahu
segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belum atau kurang diketahui dampak
negatifnya. Bentuk rasa ingin tahu dan ingin mencoba itu misalnya dengan mengenal
narkotika, psikotropika maupun minuman keras atau bahan berbahaya lainnya. Rasa
ingin tahu adalah suatu emosi yang berkaitan dengan perilaku ingin tahu seperti
eksplorasi, investigasi, dan belajar, terbukti dengan pengamatan pada spesies hewan
manusia dan banyak. Istilah ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku itu
sendiri disebabkan oleh emosi rasa ingin tahu. Seperti emosi Rasa ingin tahu
merupakan dorongan untuk tahu hal-hal baru, rasa ingin tahu adalah kekuatan
pendorong utama di balik penelitian ilmiah dan disiplin ilmu lain dari studi manusia. 13

Anda mungkin juga menyukai