Definisi Katarak
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Suzanne & Brenda, tahun 2002 berpendapat bahwa katarak adalah perubahan lensa mata
yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita
tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan
akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap
lensa mata dapat bervariasi.
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia, Word Healt Organization (WHO) saat ini
diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta
orang menderita katarak. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya penyebaran prevalensinya
dinegara berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara.
Di Indonesia jumlah penderita katarak tiap tahun meningkat, bertambah 210.000 orang
pertahun, 16% diantaranya berada pada usia produktif. Angka kejadian katarak dan angka
pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Sebagian besar katarak terjadi
karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada
usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun
menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang
akibat katarak. Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan
suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. Pada stadium dini pembentukan katarak,
protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein
tadi berkoagul;asi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang
dalam keadaan normal seharusnya transparan (Sjamsuhidayat. 2004).
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat
mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara mengangkat lensa
melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan sebagaian besar daya biasnya, dan
harus digantikan dengan lensa konveks berdaya penuh didepan mata, atau sebuah lensa buatan
ditanam didalam mata pada tempat lensa dikeluarkan (Soeparman, dkk. 2001).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya
mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Mansjoer Arif, dkk. 2001: 204)
Katarak merupakan opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. (Suzanne &
Brenda, 2002:227)
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi (Underwood, J. C.
E. 2000).
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh, menyebabkan gangguan pada penglihatan.
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan
rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya. Keadaan ini
memperburuk penglihatan seseorang dan akan menjadi buta jika lewat, atau tidak dirawat
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun. Katarak
sering terjadi secara bilateral, tetapi tiap katarak mengalami kemajuan secara independen
(http://www.Katarak.com/care/Surgery).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa (Sidarta Ilyas, 2005).
B. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari hari atau bila telah menimbulkan penyulit, seperti glaucoma dan
uveitis.
a) Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau fragmentasi lensa
dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen dan penggantian lensa.
b)
Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja atau
keamanan.
Macam-macam pembedahan yang dapat dilakukan antara lain:
c) Fakoemulsifikasi
Merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler cara ini memungkinkan
pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekuensi
tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil yang lebih pendek dan
penurunan insidensi astigmatisme pasca operasi.
d) Pengangkatan lensa
Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan focus mata, maka bila
lensa di angkat, pasien memerlukan koreksi optikal. Koreksi ini dapat dilakukan dengan salah
satu metode dari 3 metode yaitu:
1) Kaca mata apakia : mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun pembesaran 25%
sampai 30% menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer spasial, membuat bendabenda tampakak jauh lebih dekat dari yang sebenarnya.
2)
Lensa kontak : jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia, tidak terjadi pembesaran yang
bermakna (5% sampai 10%), tidak terdapat aberasi sferis, tidak ada penurunan lapang pandangan
dan tak ada kesalahan orientasi spasial.
3) Implan lensa Intraokuler : memberikan alternative bagi lensa apakia yang tebal dan berat, untuk
mengobati penglihatan pasca operasi.
C. Komplikasi
a) Endoftalmitis
b) Edema kornea
c) Distorsi atau terbukanya luka operasi
d) Bilik mata depan dangkal
e) Glaucoma
f)
Uveitis
Ablasio retina
j)
Prolaps vitreous
Resiko Fatal yang akan terjadi b.d kerusakan fungsi sensorik pada penglihatan
dan kemudian kehilangan fitreus, pandangan kabur
2.2.3
1)
Intervensi Keperawatan
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan lapang pandang vitreus,
perdarahan intraokuler, peningkatan tekanan intra okuler.
Tujuan
Intervensi
a.
Kaji kemampuan lapang pandang klien dan resiko terhadap cedera serta kemampuan klien
dalam beraktivitas
b.
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi pasca operasi, nyeri, pembatasan aktifitas,
penampilan, balutan mata.
c.
Berikan posisi yang nyaman pada passion misalnya: posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring
ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Ambulasi dengan bantuan dengan cara anjurkan pada keluarga untuk membantu dalam
pemenuhan activity daily living klien seperti ke kamarmadii, duduk, makan dll.
f.
Berikan tempat tidu yang nyaman pada pasien dan pasang pengaman pada tempat tidur seperti
guling disisi kanan dan kiri klien atau pagar pembatas bed.
Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki
kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
i.
2)
Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :
a.
b.
Observasi ketajaman penglihatan, dan kajia danya masalah dalam penglihatan klien
c.
Orientasikan klien tehadap lingkungan yang mudah dikenal dengan tujuan mempermudah klien
belajar beraktivitas.
d.
e.
Anjurkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
f.
3) Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi, prognosis, pengobatan dan penyakitnya
berhubungan dengan kuraqng informasi dan keterbatasan kognitif.
Tujuan :
Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
a.
Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, dan tingkat pengetahuan klien
dan keluarga tentang katarak.
b.
c.
Berikan penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit katarak dan perawatan klien
dengan katarak dirumah..
d.
e.
Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi,
membongkok pada panggul, dll.
f.
Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur
menggunakan kacamata pelindung.
g.
4)
Ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai
perawatan pasca operatif, pemberian obat.
Tujuan:
Klien pasca operasi tidak mengalami kecemasan akan penyakitnya setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil:
Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk menyampaikan penyebab kecemasannya
d.
Beri penyuluhan klien dan keluarga tentang penyakitnya, pencegahan dan komplikasi pada
pasien katarak.
e.
f.
Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau kurang
pengetahuan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami cedera tak
memahami cara pencegahan cedera
Kriteria hasil:
Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan Tekanan intra okuler, proses inflamasi
pembedahan katarak.
Tujuan:
Diharapkan nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien.
Kriteria hasil:
Rasional: Nafas dalam dan tekhnik relaksasi mengurangi nyeri secara bertahap dan dapat
dilakukan mandiri.
e) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan massase pada area abdomen yang nyeri tapi bukan
area luka operasi.
Rasional: Relaksasi dan pengalihan merupakan rasa mengalihkan rasa nyeri dan menciptakan
f)
kenyamanan klien
Kolaborasi
dengan
tim
medis
dalam
program
therapy
analgetik
Rasional: Program terapi sebagai system kolaboratif dalam menyelesaikan masalah nyeri.
8) Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan personal hygiene klien terpenuhi dan tidak
terjadi deficit perawatan diri pada klien
Kriteria hasil:
Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Personal hygiene terjaga
intervensi
a.
Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala koplikasi yang harus
dilaporkan segera kepada dokter
Rasional: penemuan dan penenganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusaka lebih
lanjut.
b. Beri instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai tehnik yang benar
memberikan obat.
Rasional: pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.
c.