PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan Semester
V Fakultas Teknik Prodi Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2015 / 2016
Disusun Oleh :
: 10070113090
Kelas : B
2.1
PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan atau Konferensi Earth Summit atau United
Nation Conference on Environment and Development yang disingkat UNCED, KTT
Rio dan Konferensi
Rio,
merupakan
salah
satu
konferensi
yang
utama
yang
diadakan di Rio de
Principles dan
Konvensi
Perubahan
Iklim
(Climate
change)
dan
keanekaragaman hayati. Hasil utamanya, yaitu sebuah program aksi yang menyeluruh dan
luas yang menuntut adanya cara-cara baru dalam melaksanakan pembangunan sehingga pada
abad 21 di seluruh dunia pembangunan akan bersifat berkelanjutan.
Sumber: cendananews.com
Foto 1
Acara KTT Bumi
Jargon Think Globally, Act Locally, yang menjadi tema KTT Bumi di Rio de
Janeiro pada bulan Juni 1992 silam, segera menjadi jargon populer untuk mengekspresikan
kehendak berlaku ramah terhadap lingkungan. Kita tahu bersama, isu lingkungan hidup
semakin hari semakin menjadi isu yang sangat penting untuk ditangani bersama, baik oleh
Negara-negara maju maupun Negara-negara berkembang atau Negara-negara Dunia Ketiga.
Singkatnya merupakan keniscayaan bagi Utara dan Selatan. Kita tahu juga, persoalan
lingkungan, meski telah ditempuh beragam upaya perawatan dan pencegahan dari kerusakan
dan pencemaran, tidak semakin membaik. Penanganan dan perbaikan pun belum sebanding
dengan peningkatan persoalan lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan dan bumi,
sebagaimana sama-sama kita tahu dan kita rasakan, diperparah dengan terjadinya fenomena
perubahan iklim (climate change).
Kondisi persoalan lingkungan yang tidak semakin membaik itulah, sebagai
contohnya, yang juga mendasari diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi tentang
Pembangunan Berkelanjutan, yang telah berlangsung pada tanggal 13-22 Juni 2012 di Rio de
Janeiro, Brasil yang lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Bagi Indonesia, menyepakati
dokumen The Future We Want, sebagaimana tercermin dalam KTT Bumi tersebut, menjadi
arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan
nasional. Dokumen itu memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang
diharapkan oleh dunia.
Sumber: iesr.co.id
Foto 2
Simbol KTT Bumi
adalah tidak adanya mekanisme evaluasi akan apa saja hal-hal yang sudah dicapai negara
maju dalam pemenuhan janji-janji tersebut dari 1992 sampai sekarang.
Sumber: iesr.co.id
Foto 3
Delegasi KTT Bumi
(common but
differented responsibilities).
b.
menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir sampai pada tingkat yang dapat
mencegah campur tangan manusia yang berbahaya yang berkaitan dengan system iklim
c.
2.2
Kyoto Protocol
Pencapaian yang berhasil dicapai adalah Konvensi Perubahan Iklim yang pada
akhirnya menghasilkan Protokol Kyoto. Salah satu perjanjian lain yang dicapai adalah bagi
negara peserta untuk tidak melakukan kegiatan apapun di tanah adat yang tidak sesuai
dengan adat istiadat atau dapat menyebabkan degradasi lingkungan.
Protokol Kyoto (Kyoto Protocol) adalah sebuah perjanjian internasional yang
dimaksudkan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh industri dunia,
yang harus dicapai pada tahun 2012. Idealnya, hasil dari Protokol Kyoto adalah terjadinya
pengurangan emisi gas di bawah level yang terukur pada tahun 1990.
Perjanjian tersebut juga mencakup negara berkembang, dimana industrialisasi
sedang berkembang pesat dan karena itu menghasilkan sejumlah besar gas rumah kaca. Asal
mula Protokol Kyoto dapat dilacak pada Konferensi Iklim Dunia pertama yang
diselenggarakan pada tahun 1979.
Konferensi ini diadakan untuk mengatasi masalah yang dipicu aktivitas manusia
terhadap perubahan iklim. Sebagai hasil, peserta konferensi sepakat memberikan komitmen
lebih banyak untuk melakukan penelitian dan aksi untuk mengatasi masalah ini. Tonggak
penting berikutnya adalah diadakannya United Nations Framework Convention on Climate
Change (UNFCCC) pada tahun 1992.
UNFCCC merupakan respon terhadap lebih dari 10 tahun diskusi dan penelitian
tentang perubahan iklim. Menurut ketentuan UNFCCC, negara-negara peserta sepakat untuk
mengumpulkan dan berbagi informasi tentang emisi gas rumah kaca. Negara anggota
konvensi juga diminta mengurangi emisi yang harus dicapai pada tahun 2000, serta
berpartisipasi dalam rencana aksi global untuk mencegah peningkatan emisi gas rumah kaca.
Sumber: indianeer.co.id
Foto 4
Simbol Kyoto Protokol
Perjanjian ini tidak mengikat secara hukum, tetapi banyak negara melihat bahwa
kesepakatan
tersebut
merupakan
langkah
penting
sehingga
berkomitmen
untuk
perubahan iklim adalah masalah serius, Protokol Kyoto tetap menjumpai tantangan serius
dari sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.
Sumber: indianeer.co.id
Foto 5
Jargon Kyoto Protokol
Pada tahun 2007, Senat Amerika Serikat menolak meratifikasi Protokol Kyoto,
terutama dalam klausul mengenai tingkat emisi yang diperbolehkan untuk negara-negara
berkembang seperti China.
Penentang Protokol Kyoto mengemukakan berbagai alasan seperti kekhawatiran
akan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan bahwa ketentuan dalam protokol dianggap
terlalu mengikat.
Target penurunan emisi dikenal dengan nama quantified emission limitation and
reducation commitment (QELROs) merupakan pokok permasalahan dalam seluruh urusan
Protokol Kyoto dengan memiliki implikasi serta mengikat secara hukum, adanya periode
komitmen, digunakannya rosot (sink) untuk mencapai target, adanya jatah emisi setiap pihak
di Annex I, dan dimasukannya enam jenis gas rumah kaca seperti CO2, CH4, N2O, HFC,
PFC dan SF6 (basket of gases) dan disertakan dengan CO2.
Protokol Kyoto adalah protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim atau yang dikenal sebagai UNFCCC. UNFCCC ini diadopsi pada
Pertemuan Bumi di Rio de Jenerio pada 1992. Semua pihak dalam UNFCCC dapat menanda
tangani atau meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak diperbolehkan. Protokol
Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak Konvensi UNFCCC pada 1997 di Kyoto,
Jepang.
Pada saat pemberlakuan persetujuan pada Februari 2005, ia telah diratifikasi oleh
141 negara, yang mewakili 61% dari seluruh emisi. Negara-negara tidak perlu menanda
tangani persetujuan tersebut agar dapat meratifikasinya: penanda tanganan hanyalah aksi
simbolis saja. Daftar terbaru para pihak yang telah meratifikasinya ada di sini.
Menurut syarat-syarat persetujuan protokol, ia mulai berlaku "pada hari ke-90
setelah tanggal saat di mana tidak kurang dari 55 Pihak Konvensi, termasuk Pihak-pihak
dalam Annex I yang bertanggung jawab kepada setidaknya 55 persen dari seluruh emisi
karbon dioksida pada 1990 dari Pihak-pihak dalam Annex I, telah memberikan alat ratifikasi
mereka, penerimaan, persetujuan atau pemasukan." Dari kedua syarat tersebut, bagian "55
pihak" dicapai pada 23 Mei 2002 ketika Islandia meratifikasi. Ratifikasi oleh Rusia pada 18
November 2004 memenuhi syarat "55 persen" dan menyebabkan pesetujuan itu mulai
berlaku pada 16 Februari 2005.
Syukurlah para ahli lingkungan hidup telah sejak lama memperkirakan tragedi
global warming ini. Di Stockholm pada Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup
Manusia (Human Environmental) tahun 1972, masyarakat internasional bertemu pertama
kalinya untuk membahas situasi lingkungan hidup secara global. Pada peringatan kedua
puluh tahun pertemuan Stockholm tersebut, digelarlah konferensi bumi di Rio de Jainero
tahun 1992. Di konferensi ini ditandatanganilah Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim
(UNFCCC). UNFCC memiliki tujuan utama berupa menstabilkan konsentrasi gas rumah
kaca di atmosfer hingga berada di tingkat aman.
UNFCCC mengatur lebih lanjut ketentuan yang mengikat mengenai perubahan iklim
ini. Desember 1997 di Kyoto, Protokol Kyoto ditandatangani oleh 84 negara dan tetap
terbuka untuk ditandatangani/diaksesi sampai Maret 1999 oleh negara-negara lain di Markas
Besar PBB, New York. Protokol ini berkomitmen bagi 38 negara industri untuk memotong
emisi GRK mereka antara tahun 2008 sampai 2012 menjadi 5,2% di bawah tingkat GRK
mereka di tahun 1990.
Ada tiga mekanisme yang diatur di Protokol Kyoto ini yaitu berupa joint
implementation;
Clean
Development
Mechanism;
dan
Emission
Trading.
Joint
Implementation (implementasi bersama) adalah kerja sama antar negara maju untuk
mengurangi
emisi
GRK
mereka.
Clean
Development
Mechanisme
(Mekanisme
Penmbangunan Bersih) adalah win-win solution antara negara maju dan negara berkembang,
di mana negara maju berinvestasi di negara berkembang dalam proyek yang dapat
megurangi emisi GRK dengan imbalan sertifikat pengurangan emisi (CER) bagi negara maju
tersebut. Emission Trading (Perdagangan emisi) adalah perdangan emisi antar negara maju.
DAFTAR PUSTAKA