Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bank Syariah dan Lembaga Keuangan Syariah lainnya dalam melayani
produk pembiayaan, mayoritas masih terfokus pada produk-produk
murabahah (prinsip jual beli). Pembiayaan ijarah memiliki kesamaan dengan
pembiayaan murabahah karena termasuk dalam katagori natural certainty
contracts dan pada dasarnya adalah kontrak jual beli.
Perbedaan antara ijarah dan murabahah terletak pada objek transaksi yang
diperjual belikan yaitu dalam pembiayaan murabahah yang menjadi objek
transaksi adalah barang, seperti tanah, rumah, mobil dan sebagainya,
sedangkan dalam pembiayan ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik
manfaat atas barang maupun manfaat atas tenaga kerja, sehingga dengan
skim ijarah, bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya dapat
melayani nasabah yang membutuhkan jasa.
Bentuk pembiayaan ijarah merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika
kebutuhan pembiayaan investor untuk membeli aset terpenuhi dan investor
hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang
cukup besar untuk membeli aset tersebut.
Secara umum timbulnya ijarah disebabkan oleh adanya kebutuhan akan
barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan
keuangan.
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan
perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama
saja dengan prinsip jual beli tapi perbedaannya terletak pada objek
transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya barang, sedangkan pada
ijarah objek transaksinya adalah barang dan jasa.

B. TUJUAN
1. Makalah ini merupakan pemenuhan salah satu tugas dari matakuliah
Akuntansi Syariah.
2. Makalah ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan
tentang Akuntansi Ijarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI IJARAH
Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan, yaitu akad yang dilakukan atas dasar
suatu manfaat dengan imbalan jasa[1].
Menurut Sayyid Sabiq, Ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil
manfaat dengan jalan penggantian[2].
Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat yaitu
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan
tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada
penyewa.
Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu [3]:
1. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang
mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah
yang dibayarkan disebut ujrah.
2. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada
orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan
leasing (sewa) pada bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee)
disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mujir/muajir
dan biaya sewa disebut ujrah.
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan
syariah, sementara ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk
investasi atau pembiayaan di perbankan syariah

B. DASAR IJARAH
Ijarah sebagai suatu transaksi yang sifatnya saling tolong menolong
mempunyai landasan yang kuat dalam al-Quran dan Hadits. Konsep ini
mulai dikembangkan pada masa Khlaifah Umar bin Khathab yaitu ketika
adanya sistem bagian tanah dan adanya langkah revolusioner dari Khalifah
Umar yang melarang pemberian tanah bagi kaum muslim di wilayah yang
ditaklukkan. Dan sebagai langkah alternatif adalah membudidayakan tanah
berdasarkan pembayaran kharaj dan jizyah.
Adapun yang menjadi dasar hukum ijarah adalah [4]:
1. Al-Qur'an surat al-Zukhruf : 32
Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagaian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagaian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik daripada apa yang
mereka kumpulkan .
1. Al-Quran surat al-Baqarah : 233 :
Artinya : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.
c. Al-Quran surat al-Qashash : 26 :
Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Hai ayahku! Ambilah
ia sebagai orang yang bekerja pada (kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya.
1. Hadis riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi Muhammad
saw. Bersabada :
Artinya : Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.
1. Hadis riwayat Abd.Razaq dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad
saw. Bersabada :

Artinya : Barangsiapa yang mempekerjakan pekerja, beritahukanlah


upahnya.
1. Hadis riwayat Abu Dawud dari Saad bin Abi Waqqash, bahwa Nabi
Muhammad saw. Bersabada :
Artinya : Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil
pertaniannya, maka Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan
memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.
1. Hadis riwayat Tirmizi dari Amr bin Auf, bahwa Nabi Muhammad saw.
Bersabada :
Artinya : Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram,
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
1. Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.
2. Kaidah fiqh
Artinya : Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalilyang mengharamkannya.
1. Kaidah fiqh
Artinya : Menghindarkan mafsadat (kerusakan/bahaya) harus didahulukan
atas mendatangkan kemaslahatan.
C. RUKUN DAN SYARAT IJARAH
1. Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah :
a. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang menyewa
aset dan mujir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang
menyewakan aset.
b. Objek akad, yaitu majur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga
sewa).
c. Sighat yaitu ijab dan qabu

2. Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum


Islam, sebagai berikut :
a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan
tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua
belah pihak.
b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung
jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat
memberi manfaat kepada penyewa.
c. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti
memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak
dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.
d. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang
ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset
akan dijual harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSN-MUI/IV2000 tanggal
13 April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan :
1. Rukun dan Syarat Ijarah :
a. Pernyataan ijab dan qabul.
b. Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) : terdiri atas pemberi sewa
(lessor, pemilik aset, Lembaga Keuangan Syariah) dan penyewa
(Lessee, pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan aset,
nasabah).
c. Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan
aset.
d. Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak
yang harus dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai
ganti dari sewa dan bukan aset itu sendiri.
e. Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak
yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang
equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik aset (lembaga
keuangan syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa
(nasabah).
f. Ketentuan Objek Ijarah :
1) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan
atau jasa.
2) Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan
dalam kontrak.

3) Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.


4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai
dengan syariah.
5) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa
untuk menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan
6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas,
termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan
spesifikasi atau identifikasi fisik.
7) Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah
kepada lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran
manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli
dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.
8) Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari
jenis yang sama dengan obyek kontrak.
9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat
diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
g. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Nasabah dalam
Pembiayaan Ijarah :
Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemberi sewa :
1. Menyediakan aset yang disewakan.
2. Menanggung biaya pemeliharaan aset.
3. Penjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan.
Kewajiban nasabah sebagai penyewa :
1. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang
disewa serta menggunakannya sesuai dengan kontrak.
2. Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan (materiil)

Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dan penggunaan
yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam
menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
D. IJARAH MUNTAHIA BI AL-TAMIK
Al-Bai wa al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan rangkaian dua buah
akad, yakni akad al-bai dan akad al-ijarah muntahia bi al-tamlik. Al-bai
merupakan akad jual beli, sedangkan al-ijarah muntahia bi al-tamlik
merupakan kombinasi sewa menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah di akhir
masa sewa.

Ijarah muntahia bi al-tamlik adalah transaksi sewa dengan perjanjian untuk


menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi
ini diakhiri dengan kepemilikan objek sewa.
Dalam ijarah muntahia bi al-tamlik, pemindahan hak milik barang terjadi
dengan salah satu dari dua cara berikut ini :
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang
disewaakan tersebut pada akhir masa sewa.
Adapun bentuk alih kepemilikan ijarah muntahia bi al-tamlik antara lain :
1. Hibah di akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa aset
dihibahkan kepada penyewa.
2. Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode
sewa aset dibeli oleh penyewa dengan harga yang berlaku pada saat
itu.
3. Harga ekuivalent dalam periode sewa, yaitu ketika membeli aset dalam
periode sewa sebelum kontrak sewa berakhir dengan harga ekuivalen.
4. Bertahap selama periode sewa, yaitu ketika alih kepemilikan dilakukan
bertahap dengan pembayaran cicilan selama periode sewa.
E. ALUR TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT
Transaksi dilakukan dengan alur sebagai berikut:
1. Pertama, nasabah mengajukan permohonan ijarah dengan mengisi
formulir permohonan. Berbagai informasi yang diberikan selanjutnya
deverifikasi kebenarannya dan dianalisis kelayakannya oleh bank
syariah.
2. Kedua, sebagaimana

difatwakan

oleh

DSN,

bank

selanjutnya

menyediakan objek sewa yang akan digunakan nasabah.


3. Ketiga, nasabah menggunakan barang atau jasa yang disewakan
sebagaimana yang disepakati dalam kontrak.
4. Keempat, nasabah menyewa membayar fee sewa kepada bank syariah
sesuai dengan kesepakatan akad sewa.

5. Kelima, pada transaksi IMBT, setelah masa ijarh selesai, bank sebagai
pemilik barang dapat melakukan pengalihan hak milik kepada penyewa.
ALUR TRANSAKSI IJARAH DAN IMBT

4. membayar sewa
pada bank
2. membeli
barang/jasa
dari pemasok

3. menggunakan
objek ijarah

5. mengalihkan hak
milik barang
ijarah pada akhir
masa sewa (khusus

1. Negosiasi dan akad ijarah


Bank Syariah sebagai pemberi sewa barang dan jasa

Nasabah sebagai pen

OBJEK IJARAH

F. IJARAH DAN LEASING


Ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi
pemindahan kepemilikan, sehingga banyak yang menyamakan ijarah dengan
leasing. Hal ini terjadi karena kedua istilah itu sama-sama mengacu hal ihwal
sewa menyewa. Akan tetapi walaupun ada persamaan antara ijarah dengan
leasing, terdapat beberapa karakteristik yang membedakannya, antara lain :
a. Objek
Objek yang disewakan dalam leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa
barang saja, terbatas pada manfaat barang saja, tidak berlaku untuk manfaat
tenaga kerja. Sedangkan objek yang disewakan dalam ijarah bisa berupa
barang dan jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk mendapatkan
manfaat barang disebut sewa menyewa dan untuk mendapatkan manfaat
tenaga kerja/jasa disebut upah mengupah. Objek yang disewakan dalam
ijarah adalah manfaat barang dan manfaat tenaga kerja.
Dengan demikian, bila dilihat dari segi objeknya, ijarah mempunyai cakupan
yang lebiah luas daripada leasing.
b. Metode Pembayaran
Dari segi metode pembayaran, leasing hanya memiliki satu metode
pembayaran yaitu yang bersifat not contingent to formance artinya
pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa.
Pembayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang
pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to
formance) dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja
objek yang disewa (not contingent to formance). Ijarah yang pembayarannya
tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah, gaji, sewa.
Sedangkan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek
yang disewa disebut jualah atau success fee.
c. Pemindahan Kepemilikan (Transfer of Title)
Dari aspek perpindahan kepemilikan dalam leasing dikenal dua jenis yaitu
operating lease dimana tidak terjadi pemindahan kepemilikan baik di awal
maupun di akhir periode sewa dan financial lease.

Ijarah sama seperti operating lease yakni tidak ada transfer of title baik di awal
maupun di akhir periode, namun pada akhir sewa dapat dijual barang yang
disewakan kepada nasabah yang dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah
muntahia bi al-tamlik. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
Prinsip pokok (standar) minimal pembiayaan ijarah yang harus dipenuhi adalah
sebagai berikut :
1. Dalam akad ijarah, fisik dari komoditas yang disewakan tetap dalam
kepemilikan yang menyewakan dan hanya manfaatnya yang dialihkan
kepada penyewa. Sesuatu yang tidak dapat digunakan tanpa
mengkonsumsinya tidak dapat disewakan, seperti uang, makanan, bahan
bakar dan sebagainya. Hanya aset-aset yang dimiliki oleh yang
menyewakan dapat disewakan, kecuali diperbolehkan sub-lease
(menyewakan kembali aset objek sewa yang disewa) dalam perjanjian
yang dizinkan oleh yang menyewakan.
2. Sampai waktu ketika aset objek sewa dikirim kepada penyewa, biaya sewa
belum bisa digunakan.
3. Selama periode sewa, yang menyewakan harus tetap menguasai objek
sewa dan menanggung semua resiko dan hasil dari kepemilikan. Namun
demikian, jika terjadi kerusakan atau kehilangan aset objek sewa karena
kesalahan atau kelalaian penyewa, konsekwensinya ditanggung oleh
penyewa.
4. Asuransi/Takaful dari objek sewa harus atas nama orang yang
menyewakan dan biaya asuransi juga ditanggung oleh yang menyewakan.
5. Sewa dapat diakhiri sebelum waktunya, tetapi hanya dengan persetujuan
kedua belah pihak.
6. Masing-masing pihak yang membuat janji untuk membeli/menjual aset
objek sewa dengan berakhirnya jangka waktu sewa atau lebih awal dengan
harga dan ketentuan yang disepakati bersama dengan catatan bahwa
perjanjian sewa tidak mensyaratkan penjualan.
7. Besarnya biaya sewa harus disepakati di awal dalam bentuk yang jelas,
baik untuk masa sewa penuh atau untuk periode tertentu dalam bentuk
absolut.
8. Penetapan biaya sewa saja tidak dibolehkan kecuali pada nilai par.
9. Kontrak sewa dapat dianggap berakhir jika aset objek sewa tidak lagi
memberikan manfaatnya.

10. Denda dapat disepakati ab intio dalam perjanjian sewa untuk


keterlambatan pembayaran biaya sewa oleh penyewa.
Apabila terjadi transaksi penjualan dan penyewaan kembali dilakukan secara
ijarah berdasarkan nilai pasar yang wajar, perbedaan tersebut harus dialokasikan
selama masa ijarah.
Apabila transaksi penjualan dalam penyewaan kembali yang menimbulkan ijarah
wa iqtina yang berarti menyewa dan setelah itu diakuisi oleh penyewa, maka bank
harus mengalokasikan keuntungan atau kerugian yang timbul dari penjualan aset
kepada nasabah dan menyewakan kembali selama jangka waktu sewa.
G. AKUNTANSI IJARAH DAN IMBT
Akuntasi untuk Pemberi Sewa (Mujir) [10]

1. Biaya Perolehan, untuk objek ijarah baik asset berwujud maupun tidak
berwujud, diakui saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. Asset
tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis
masa depan dari asset tersebut.
b. Biaya perolehannya dapat diukur secara andal.
Jurnal :
Dr. Aset Ijarah

xxx

Kr. Kas/Utang

xxx

2. Penyusutan jika asset ijarah tersebut dapat disusutkan/dimortisasi maka


penyusutan atas amortisasinya diperlakukan sama untuk asset sejenis
selama umur manfaatnya (umur ekonomisnya), jika asset ijarah untuk akad
sejenis IMBT maka masa manfaat yang digunakan untuk menghitung
penyusutan adalah periode akad IMBT.
Jurnal :
Dr. Biaya Penyusutan
Kr. Akumulasi Penyusutan

xxx
xxx

3. Pendapatan Sewa, diakui pada saat manfaat atas asset telah diarahkan
kepada penyewa pada akhir periode pelaporan. Jika manfaat telah
diserahkan tapi perusahaan belum menerima uang, maka akan diakui

sebagai piutang pendapatan sewa dan diukur sebesar nilai yang dapat
direalisasikan.
Jurnal :
Dr, Kas/Piutang Sewa

xxx

Kr. Pendapatan Sewa

xxx

ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD IJARAH


KASUS IJARAH
Transaksi (dalam ribuan
Rupiah)

Pemberi Sewa

Tgl. 2 Januari 2007

Saat pembelian asset dari PT B :

Pemberi sewa dan penyewa


menandatangani akad ijarah atas
mobil
selama
3
tahun.
Disepakati bahwa pembayaran
dilakukan setiap bulan sebesar
Rp. 12.500,-

Asset Ijarah
Kas

Penyewa

150.000,150.000,-

Pemberian sewa membeli mobil


yang
disewakan
sebesar
Rp.150.000,Saat menerima pendapatan dari
penyewa :
Kas

12.000,-

Pendapatan sewa 1.500,-

Beaban sewa
Kas

12.500,12.500,-

Transaksi
Rupiah)

(dalam

ribuan

Pemberi Sewa

Setiap penerimaan pendapatan


sewa pada awal bulan

Kas

Pada akhir periode dilakukan


alokasi untuk beben depresiasi
selama 5 tahun sesuai masa
manfaat mobil dengan metode
garis lurus.

Kas

Penyajian pada akhir tahun


pertama untuk asset ijarah

Asset ijarah

Pada saat akhir kontrak asset


iajarah dikembalikan kepada
pemberi
sewa,
sehingga
dibuatkan ayat jurnal reklasi
kasi

Asset nonkas

Penyewa

12.500,-

Pendapatan sewa

Baban sewa

1.500,-

30.000,-

Akumulasi penyusutan 30.000,-

150.000,-

Akum, penyusutan

(Eks Ijarah)
Asset ijarah

30.000,-

150.000,150.000,-

Kas

12.500,12.500,-

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan, yaitu akad yang dilakukan atas dasar
suatu manfaat dengan imbalan jasa
Menurut Sayyid Sabiq, Ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil
manfaat dengan jalan penggantian
Ijarah sebagai suatu transaksi yang sifatnya saling tolong menolong
mempunyai landasan yang kuat dalam al-Quran dan Hadits. Konsep ini

mulai dikembangkan pada masa Khlaifah Umar bin Khathab yaitu ketika
adanya sistem bagian tanah dan adanya langkah revolusioner dari Khalifah
Umar yang melarang pemberian tanah bagi kaum muslim di wilayah yang
ditaklukkan. Dan sebagai langkah alternatif adalah membudidayakan tanah
berdasarkan pembayaran kharaj dan jizyah.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber sumber

yang

lebih

banyak

yang

tentunya

dapat

di

pertanggung jawabkan.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan
dan memakluminya, karena penulis adalah hamba Allah yang
tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa

Anda mungkin juga menyukai