Disusun oleh:
Kelompok 4/Perikanan B
Zelikha Sukma Pangestu
Rifqy Gilang Pratama
Sofie Saraswati
Gulam Banthani
Moch. Iqbal Fernanda
Siti Aliyah
M. Rakhman Firdaus
230110130066
230110130080
230110130105
230110130111
230110130132
230110130144
230110130182
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Bab
II
III
IV
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................
iii
DAFTAR GAMBAR........................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................
PENDAHULUANi
1.1. Latar Belakang..........................................................
1.2. Tujuan Praktikum......................................................
1.3. Manfaat Praktikum ...................................................
1
1
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Bahan Baku Pakan Ikan.................
2.1.1 Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Basal..................
2.1.2 Bahan Pakan Ikan Sumber Protein Suplemen...........
2.1.3 Bahan Pakan Ikan Tambahan (Feed Additive)..........
2.2 Uji Bulky Bahan Pakan.............................................
2.3 Uji Stabilitas .............................................................
2
5
5
5
8
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum..............
3.2 Alat dan Bahan..........................................................
3.2.1 Alat- alat....................................................................
3.2.2 Bahan- bahan.............................................................
3.3 Prosedur Kerja...........................................................
9
9
9
9
10
13
15
23
23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................
LAMPIRAN......................................................................
24
26
DAFTAR TABEL
No
Judul
Halaman
.
1
Alat
digunakan
dan
fungsinya.....................................
Bahan
yang
digunakan
dan
10
3
4
5
fungsinya..................................
Hasil identifikasi bahan pakan.............................................
Hasil pengamatan dedak......................................................
Hasil pengamatan pelet........................................................
13
14
14
yang
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
.
1
Tabel
2
3
Hewani...................................................
Tabel Bahan Baku Nabati.....................................................
Tabel
Bahan
Baku
Limbah
Industri
3
4
5
Pertanian......................
Diagram Alir Prosedur
Baku
11
5
6
Pelet.........
Diagram Alir Prosedur Uji Sifat Bulky................................
Diagram Alir Prosedur Stabilitas Pakan...............................
11
12
Bahan
Identifikasi
Baku
Bahan
DAFTAR LAMPIRAN
No
.
1
Judul
Bahan
Halaman
baku
pelet..................................................................
27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pakan ikan menjadi salah satu permasalahan dikalangan pembudidaya. Hal
1.3
Tujuan Prakikum
Tujuan praktikum sebagai berikut:
a. Untuk mengenidentifikasi secara organoleptik bahan baku pelet
b. Untuk menguji sifat bulky dari bahan baku pelet, dan
c. Untuk menguji sabilitas bahan baku pelet.
Manfaat praktikum
Mahasiswa dapat mengidentifikasi secara organoleptik bahan pakan,
menguji sifat bulky bahan baku pelet, dan menguji stabilitas bahan baku pelet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
bahan baku yang disusun secara khusus berdasarkan komposisi yang dibutuhkan
untuk digunakan sebagai pakan (Afrianto dkk., 2005). Berdasarkan tingkat
kebutuhannya, maka pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok (Afrianto
dkk., 2005):
1. Pakan tambahan
Ikan sudah mendapat pakan dari alam, namum jumlahnya belum mencukupi
untuk tumbuh dengan baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai bahan
tambahan.
2. Pakan suplemen
Pakan yang sengaja dibuat untuk menambah nutrisi tertentu yang tidak mampu
disediakan pakan alami.
3. Pakan Utama
Pakan yang sengaja dibuat untik menggantikan sebagian besar atau keseluuhan
pakan alami.
Berdasarkan klasifikasi pakan buatan tersebut, hal yang sangat penting
dalam pembuatan pakan yaitu bahan baku pakan ikan. Bahan baku pakan ikan
buatan merupakan bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hassil industri
yang mengandung gizi dan layak digunakan sebagai pakan. Beberapa persyaratan
dalam pemilihan bahan baku pakan (Afrianto dkk .,2005)
1. Nilai gizi
Kandungan gizi pakan buatan dapat disesuaikan merut kebutuhan.
2. Mudah dicerna
Bahan baku pakan buatan hendaklah mudah dicerna oleh ikan agar nilai
efisiensi pakannya cukup tinggi.
hewan atau bagian tubuh hewan. Bahan baku hewan ini merupakan
sumber protein yang relatif lebih mudah dicerna dan kandungan asam
aminonya lebih lengkap dibandingkan dengan bahan baku nabati.
Beberapa macam bahan baku hewani yang basa digunakan dalam
pembuatan pakan ikan antara lain : tepung ikan, silase ikan, tepung udang,
tepung cumi- cumi, tepung cacing tanah, tepung benawa/ kepiting, tepung
darah, tepung tulang, tepung hatio, tepung artemia (Ohio 2012).
11.
12.
16.
yang berasal dari limbah pertanian baik hewani maupun nabati. Beberapa
macam bahan limbah pertanian yang sering digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pakan ikan antara lain: tepung kepala udang, tepung anak
ayam, tepung darah, tepung tulang, ampas tahu, bungkil kelapa, dedak
halus, isi perut hewan mamalia (Ohio 2012).
19.
20.
karena tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh ikan maka dalam pembuatan
pakan harus ditambahkan. Jumlah pemberian vitamin dan mineral dalam
pakan buatan berkisar antara 25%. Vitamin dan mineral untuk membuat
pakan ikan dapat dibuat sendiri yang disebut vitamin premix atau
membelinya di toko. Vitamin dan mineral dijual di toko penggunaannya
sebenarnya untuk ternak tetapi dapat juga digunakan untuk ikan. Merek
dagang vitamin dan mineral tersebut antara lain Aquamix, Rajamix, P fizer
Premix A, P frizer Premix B, Top Mix, dan Rhodiamix 273 (Ohio 2012)
b.
Antioksidan
29.
buatan berfungsi untuk menarik air, memberikan warna yang khas dan
memperbaiki tekstur produk. Jenis bahan pengikat yang dapat digunakan
antara lain agar-agar, gelatin, tepung kanji, tepung terigu, tepung maizena,
Carboxymethy Cellulose (CMC), karageenan, dan asam alginat. Jumlah
penggunaan bahan pengikat ini berkisar antara 510% (Ohio 2012)
d.
oleh ikan untuk pertumbuhannya dan tidak dapat diproduksi oleh ikan.
Asam amino ini dapat diperoleh dari hasil perombakan protein. Protein
tersebut diperoleh dari sumber bahan baku hewani dan nabati. Tetapi ada
sumber bahan baku yang kandungan asam aminonya tidak mencukupi.
Oleh karena itu, bisa ditambahkan asam amino buatan/ sintetik ke dalam
makanan ikan. Jenis asam amino essensial tersebut arginine, histidine,
isoleucine, lysine, methionine, phenylalanine, threonine, tryptophan,
valine, dan leucine (Ohio 2012).
e.
Pigmen
32.
buatan yang peruntukkannya untuk pakan ikan hias, di mana pada ikan
hias yang dinikmati adalah keindahan warna tubuhnya sehingga dengan
menambahkan pigmen tertentu ke dalam pakan buatan akan memunculkan
warna tubuh ikan hias yang indah sesuai dengan keinginan pembudidaya.
Jenis pigmen yang ada dapat diperoleh dari bahan-bahan alami atau
sintetik seperti pigmen karoten, astaxantin, dan sebagainya. Dosis
pemberian pigmen dalam komposisi pakan biasanya berkisar antara 5
10%.
f.
Antibiotik
33.
Attractants
34.
mengenai identifikasi bahan baku pelet, uji bulky dan uji stabilitas pakan emulsi
(Tabel 1).
53.
56.
59.
62.
65.
68.
71.
74.
52.
54. Alat
57. Topl
es
60. Sarin
gan
ayak
an
63. Send
ok
66. Gela
s
ukur
69. Timb
anga
n
72. Beak
er
glass
75. Peng
garis
77.
3.1.2 Bahan-bahan
78.
mengenai identifikasi bahan baku pelet, uji bulky dan ui stabilitas pakan (Tabel 2).
79.
80.
81.
82.
10
10
84.
87.
89. Sebagai
bahan uji
90.
93.
96.
99.
100. Tepung
tulang
102.
6.
103. Wheat
pollard
105.
7.
106.
Dedak
108.
8.
109.
Tepung sagu
111.
9.
112.
Tepung susu
114.
10.
115. Tepung
tapioka
117.
11.
118.
Tepung grit
120.
12.
121.
Minyak ikan
123.
13.
124.
Lemna
126.
14.
127.
Pelet
92. Sebagai
bahan uji
95. Sebagai
bahan uji
98. Sebagai
bahan uji
101. Sebag
ai bahan
uji
104. Sebag
ai bahan
uji
107. Sebag
ai bahan
uji
110. Sebag
ai bahan
uji
113. Sebag
ai bahan
uji
116. Sebag
ai bahan
uji
119. Sebag
ai bahan
uji
122. Sebag
ai bahan
uji
125. Sebag
ai bahan
uji
128. Sebag
ai bahan
uji
129.
3.3 Prosedur Kerja
11
130.
bahan baku pelet, uji bulky dan ui stabilitas pakan ini yaitu :
3.3.1 Prosedur Kerja Identifikasi Bahan Baku Pelet
1. Sampel bahan diambil dengan sendok plastik sebagai wadah pengamatan
dari wadah/toples.
2. Pengamatan dilakukan secara fisik yang meliputi pengelihatan, perabaan
dan penciuman bahan baku tersebut.
3. Pengelihatan : dilihat karakter warna dan bentuk bahan pakan, warna,
dan bentuk bias menunjukan asal bahan dan cara pengolahan.
4. Perabaan : diamati tekstur bahan dengan meraba sampel oleh telunjuk
tangan, apakah cair, padat, butiran, halus, kasar, dan lengket. Diraba
dengan ujung jari bagaimana tekstur bahan tersebut.
5. Penciuman : sampel diangkat ke atas tangan lalu dikibas-kibaskan sedikit
agar aroma khas dapat teridentifikasi apakah berasal dari hewani atau
nabati.
6. Penyaringan : diambil sampel kedalam saringan halus dan kasar.
Homogenitas bahan dan tingkat kehalusan bahan tresebut diamati. Hal ini
berguna untuk memilih bahan pembuatan pelet ikan sesuai ukuran
(Gambar 4).
131.
132.
Diambil sampel dengan sendok
133.
Dilakukan pengamatan secara fisik
134.
135.
Penglihatan
138.
Perabaan
Penyaringan
136. Penciuman
137.
Gambar 4. Diagram Alir Prosedur Identifikasi Bahan Baku Pelet
3
4
12
142.
143.
1. Diambil gelas ukur dan dimasukkan air kedalam gelas ukur sampai
3
4
bagian.
2. Ditimbang bahan uji pelet sebanyak 30 gram dan diletakan di dalam
saringan/ayakan.
3. Saringan yang berisi pelet dimasukan kedalam beaker glass yang telah
terisi air hingga pelet terendam air.
4. Diamati perubahan karakteristik pelet selama 5 menit, 10 menit, dan 15
menit.
5. Pelet dikeringkan dengan cara dijemur.
6. Dihitung nilai stabilitas pakannya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
152.
Sp ( )=
y 0 y 1
x 100
y0
153. Keterangan :
154.
Sp = stabilitas pakan (%)
13
155.
156.
157.
158.Diambil beaker glass dan dimasukan air kedalam beaker glass
159. Ditimbang bahan uji pelet sebanyak 30 gram dan diletakan di
dalam saringan/ayakan
160.
Dimasukan pelet ke saringan kedalam beaker glass yang telah terisi
161.
air hingga pelet terendam air
162.
163.Diamati perubahan karakteristik pelet selama 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit
164.
165.
Dikeringkan pelet dengan cara dijemur sampai kering dan dihitung
nilai stabilitas
166. pakannya
167.
169.
168. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
170.
4.1
Hasil
171.
4.1.1
172.
174.
175.
B
177.
176.
A
182.
W
183.
be
178.
Ket
e
r
a
n
a
g
a
n
Pengamatan
184.
T
185.
A
187.
188.
T
189.
H
190.
C
191.
Gr
192.
K
193.
B
195.
196.
T
197.
N
198.
C
199.
Gr
200.
k
201.
K
203.
204.
T
205.
N
206.
K
207.
Gr
208.
K
209.
K
212.
T
213.
H
214.
C
215.
Cr
216.
H
217.
K
211.
13
186.
194.
Supl
e
m
e
n
202.
Supl
e
m
e
n
210.
Bas
a
l
218.
Supl
e
m
e
n
226.
Fee
d
219.
220.
T
221.
H
222.
P
223.
gra
224.
K
225.
K
227.
228.
W
229.
N
230.
C
231.
Cr
232.
A
233.
K
235.
236.
D
237.
N
238.
C
239.
cru
240.
h
241.
K
243.
244.
T
245.
N
246.
p
247.
po
248.
H
249.
K
251.
252.
T
253.
H
254.
p
255.
po
256.
h
257.
K
259.
260.
T
261.
N
262.
P
263.
po
264.
h
265.
K
267.
268.
T
269.
H
270.
C
271.
gra
272.
k
273.
K
14
a
d
d
i
t
i
v
e
234.
Bas
a
l
242.
Bas
a
l
250.
Bas
a
l
258.
Supl
e
m
e
n
266.
Bas
a
l
274.
Fee
d
a
d
d
i
t
i
v
e
282.
Fee
d
275.
276.
M
277.
H
278.
K
279.
Ka
280.
P
281.
K
283.
284.
L
285.
N
286.
H
287.
gra
288.
K
289.
K
291.
292.
15
a
d
d
i
t
i
v
e
290.
Supl
e
m
e
n
14
293.
4.1.2
Uji Bulky
294. Berdasarkan prakikum uji bulky, berikut hasil praktikum uji bulky
disajikan pada tabel 4.
295. Tabel 4. Hasil Pengamatan Dedak Padi
296. Waktu
297. Keadaan Dedak yang Diamati
299. Tenggel
300. Terapun
pengamata
am (cm)
g (cm)
n
301. 5 menit
302. 1,5
303. 4,2
304. 10
305. 2
306. 3,7
menit
307. 15
308. 2,5
309. 3,5
menit
310.
311.
4.1.3
Uji Stabilitas
322.
323. Perhiutngan Uji Stabilitas :
324. Uji stabilitas bahan pakan dapat dihitung dengan
rumus sebagai brikut:
325.
SP % =
B . aB . k
B.a
15
326.
327.
328. Keterangan:
329. SP % = Stabilitas Pelet
330. B.a = Berat awal pelet sebelum direndam
331. B.k = Berat kering setelah direndam kemudian
dijemur
332.
B . aB . k
100 %
333. SP % =
B.a
30 gram22,33
30 gram
334.
335.
= 25,57 %
336.
100 %
337.
338.
4.2
Pembahasan
339.
4.2.1
340.
tepung grit, minyak ikan, tepung susu, tepung daging, dan tepung
tulang.
341.
Selain
dapat
dikelompokkan
berdasarkan
asalnya,
identifikasi bahan baku pakan dapat diuji secara fisik yaitu dilihat dari
organoleptik bahan baku pakan tersebut. Sehingga dapat diketahui
16
bahan baku tersebut mempunyai kualitas yang baik atau tidak. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa bahan baku pakan sesuai dengan
asalnya memiliki bentuk, aroma, tekstur, dan warna yang berbeda satu
sama lain. Hal tersebut sesuai dengan bahan asalnya. Pada tabel 1,
hampir semua bahan baku pakan buatan memiliki aroma yang khas
dan adapula yang menyengat, dengan demikian dapat memicu ikan
untuk dapat memakan pakan buatan tersebut. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Murdinah et al. (1999) yang menyatakan bahwa
pakan buatan yang berkualitas baik mempunyai aroma yang khas yang
disukai oleh ikan, serta mempunyai ukuran partikel yang halus dan
seragam serta homogenitas yang tinggi. Tekstur pada bahan baku
pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Hal tersebut
dikarenakan tekstur berpengaruh terhadap stabilitas pakan. Hal ini
didukung oleh Murdinah (1989) beberapa faktor yang mempengaruhi
stabilitas pakan salah satunya yaitu kehalusan bahan baku pakan.
342.
memiliki bentuk yang beragam. Bahan baku pakan dapat digolongkan menjaddi 3
golongan sesuai dengan bentuknya. Berdasarkan tabel 1 bentuk bahan baku pakan
dapat digolongkan menjadi butiran, tepung dan caran. Golongan butiran yaitu
termasuk granula dan Crumbel. Perbedaan keduanya yaitu terletak pada ukuran
dari butiran, yang termasuk kedaalam crumble yaitu bahan pakan yang memiliki
ukuran butiran-butiran yag sangat kecil. Sedangkan yang termasuk kedalam
granula memiliki ukuran yang lebih besar darpada crumble. Bentuk bahan baku
pakan yang termasuk kedalam granula diantaranya : tepung ikan, tepung bungkil
kedelai, tepung jagung, tepung tulang, tepung grit, dan lemna. Bentuk crumble
diantaranya : tepung dagung Wheat pollard, dan dedak. Bentuk powder atau
tepung diantaranya : tepung sagu, tapioka, dan tepung susu. Bentuk cair yaitu
minyak ikan. Sesuai dengan pendapat Murtidjo (2003) bahwa bahn pakan terbagi
menjadi beberapa bentuk yaitu butiran, tepung dan cair.
343.
kandungan proteinnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bahan pakan yang
17
termasuk suplemen, basal, atau feed additive. Berdasarkan hasil pengamatan, yang
termasuk kedalah bahan baku protein suplemen diantaranya, tepung ikan, tepung
bungkil kedelai, tepung daging, tepung susu, dan Lemna. Bahan baku pakan
tersebut dikatakan sebagai protein suplemen karena mengandung protein lebih
dari 20 % (Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan 2015). Bahan baku pakan
yang tergolong sumber protein basal diantaranya, tepung jagung, Wheat pollard,
dedak, tepung sagu, dan tepung tapioka. Bahan baku yang tergolong basal akrena
bahan baku tersebut mengandung protein kurang dari 20 % (Pusat Pendidikan
Kelautan dan Perikanan 2015).
344.
additive yaitu bahan baku pakan atau bahan tambahan pakan yang sengaja
ditambahkan keddalam formulasi pakan untuk melengkapi nutrisi pada pakan
(Ohio 2012). Golongan feed additive diantaranya tepung tulang dan tepung grit
yang berfungsi sebagai sumber bahan baku yang kaya akan mineral Ca,serta
minya ikan sebagai feed additive untuk sumber lemak pada pakan ikan.
345.
346.
347.
4.2.2
Uji Bulky
18
hal
tersebut
dapat
disebabkan
oleh
perbedaan
bahan.
keefisienan
Tingginya
dalam
kadar
menyusun
air
ransum
dapat
dan
meemngaruhi
dapat
pula
19
akan
semakin
tinggi
pula
kerapatan
tumpukannya.
mengakibatkan
semakin
menurunnya
nilai
kerapatan
yang
dipalsukan
dengan
pencampuran
sekam akan
20
partikel
dedak
padi
tanpa
penambahan
sekam
mm, 0,765 mm, dan 0,861 mm. Dedak padi yang dipalsukan
dengan penambahan sekam memiliki tekstur yang lebih kasar
dibandingkan dedak padi tanpa penambahan sekam, hal tersebut
disebabkan dedak padi umumnya memiliki tekstur yang halus
dan sekam umumnya bertekstur kasar. Dari hasil pengamatan
dedak yang tengggelam berangsur-angsur bertambah sejak
pengamatan 5, 10, dan 15 menit pertama sedangkan dedak yang
tenggelam terus berkurang. Hal ini karena perbedaan ukuran
partikel dedak padi yang dipalsukan dengan sekam padi.
Pengaruh perbedaan ukuran partikel ini berakibat pada sifat fisik
bahan. Menurut Khalil (1999a), ukuran partikel dan kandungan
air berpengaruh nyata terhadap kerapatan tumpukan. Lebih
lanjut
Khalil
(1999a),
menyatakan
bahwa
ukuran
partikel
21
Sesuai
dengan
pendapat
Suadnyana
(1998),
yang
bahan
sedangkan
yang
yang
terapung
tenggelam
hanya
sebesar
0,4
sebesar
cm.
0,3
Dari
cm
hasil
dibandingkan
dengan
sekam,
sehingga
penambahan
nilai
kerapatan
tumpukan
karena
semakin
22
356. Dalam
praktikum
ini
dilakukan
untuk
menguji
dengan
pertama
yang
timbangan
dilakukan
elektrik.
adalah
Sebelum
pelet
dilakukan
didapat hasil
yang
sesuai.
Disediakan wadah
untuk
pelet
diambil
dan
diraba
dengan
tangan.
Terjadi
23
penelitian
Wikantiasi
(2001)
penambahan
tepung
tapioka
mengandung
banyak
pati
dan
pada
saat
pengukusan
merupakan
suatu
teknik
24
Murdinah
(1998),
menyatakan
bahwa
kehalusan
juga
sangat
perlu
diperhatikan,
hal
ini
25
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
382.
6.1
381. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
383.
Feed additive.
Hasil uji sifat bulky menunjukkan bahwa dedak yang diuji mengandung
banyak sekam padi. Hal tersebut dilihat dari ketebalan dedak yang
384.
385.
5.2
Saran
Saran dalam praktikum identifikasi bahan baku pelet yaitu
diadakan uji kimia selain uji fisik pada bahan baku pelet.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
23
393.
394.
DAFTAR PUSTAKA
395.
396.
397.
398.
.
Afrianto, E dkk. 2005. Pakan Ikan. Kanasius. Yogyakarta
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Karamba.
PT> Gramedia. Jakarta
411.
Murdinah. 1989. Studi stabilitas dalam air dan daya pikat pakan udang
bentuk pelet. Jurnal Penelitian Pasca panen perikanan, 15: 29-36.
412.
24
416.
417.
418. Suadnyana, I. W. 1998. Pengaruh kandungan air dan
ukuran partikel terhadap perubahan sifat fisik pakan lokal
sumber protein. Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
419.
Syarifudin, U. H. 2001. Pengaruh penggunaan tepung
gaplek sebagai perekat terhadap uji sifat fisik ransum
broiler bentuk crumble. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
420.
421.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT
Gramedia. Jakarta.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
434.
435.
436.
437.
438.
439.
440.
441.
442.
443.
25
444.
445.
446.
447.
448.
449.
450.
451.
452.
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
478.
479.
480.
481.
482.
483.
484.
485. LAMPIRAN
486.
26
487.
488.
489.
490.
491.
492.
493.
494.
495.
496.
499.
498. Dedak
501.
502. Tepung
jagung
27
505.
507.
508. Grit
511.
510. Tepung
tulang
513.
514. Ltepung
kedelai
517.
518.
519.
520.
521.
522.
523.
524.
525.
28
515.
526.
527.
528.
29