Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

PEMBERDAYAAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT


Dosen Pengampu : Alia Fajarwati, S.Si., M. IDEA

ANALISA GENDER DALAM PEMBANGUNAN

Disusun oleh :
-

Rosyida Rahmawati
Galuh Suryaningrum P.
Rizka Kurnia H.
Andi Sasha D.
Friska Okta M.
Tegar Prajna P.
Anindhita Irsalina
Imas Midita P.
Achlul Sita Dania
Fathi Almirhea
Angela Gerda P.

(14/364984/GE/07761)
(14/366165/GE/07866)
(14/364970/GE/07760)
(14/364996/GE/07767)
(14/366219/GE/07877)
(14/366241/GE/07879)
(14/365956/GE/07859)
(14/366167/GE/07868)
(14/368536/GE/07911)
(14/364998/GE/07768)
(14/368672/GE/07918)

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

ANALISA GENDER DALAM PEMBANGUNAN


1. Definisi Gender
John M. Echols & Hassan Sadhily mengemukakan kata gender berasal
dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (Rahmawati, 2004: 19). Secara
umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Gender diartikan sebagai
konstruksi sosiokultural yang membedakan karakteristik maskulin dan feminim.
Moore (Abdullah, 2003: 19) mengemukakan bahwa gender berbeda dari seks dan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Istilah gender
dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan
perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan (ciptaan Tuhan)
dan bentukan budaya (konstruksi sosial). Gender adalah perbedaan peran, fungsi,
dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil
konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Selain itu, istilah gender merujuk pada karakteristik dan ciri-ciri sosial
yang diasosiasikan pada laki-laki dan perempuan. Karakteristik dan ciri yang
diasosiasikan tidak hanya didasarkan pada perbedaan biologis, melainkan juga
pada interpretasi sosial dan cultural tentang apa artinya menjadi laki-laki atau
perempuan (Rahmawati, 2004: 19).
Fakih (2006: 71) mengemukakan bahwa gender merupakan suatu sifat
yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan
secara sosial maupun kultural. Perubahan cirri dan sifat-sifat yang terjadi dari
waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat lainnya disebut konsep gender.
Santrock (2003: 365) mengemukakan bahwa istilah gender dan seks memiliki
perbedaan dari segi dimensi. Isilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi
biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada
dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan.
2. Urgensi Analisa Gender Dalam Pembangunan
Dalam pembahasan soal gender, praktisi pembangunan dan aktivis
gerakan sosial memperhatikan kesenjangan yang ada di antara laki-laki dan
perempuan dalam hal hak-hak, tanggung jawab, akses dan penguasaan terhadap
sumber daya alam serta pengambilan keputusan dalam keluarga, di komunitas dan
di tingkat nasional. Laki-laki dan perempuan seringkali memiliki perbedaan dalam

prioritas, hambatan dan pilihan terkait dengan pembangunan serta dapat


mempengaruhi dan dipengaruhi secara berbeda oleh proyek-proyek pembangunan
dan penanganan kampanye. Untuk meningkatkan efektivitas, pertimbanganpertimbangan tersebut perlu disikapi dalam semua perencanaan dan penanganan
program dan kampanye. Jika pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak disikapi
secara serius dan memadai, tindakan-tindakan tersebut tidak saja hanya akan
menghasilkan inefisiensi serta tidak berkelanjutan, tetapi juga dapat memperburuk
kondisi ketidaksetaraan yang ada. Memahami isu gender dapat memungkinkan
proyek untuk memperhatikan persoalan gender dan membangun kapasitas untuk
menghadapi dampak-dampak ketidaksetaraan dan untuk memastikan adanya
keberlanjutan.
Ketika berbicara mengenai kesetaraan gender, maka hal ini menyangkut
kesamaan antara laki-laki dan perempuan di muka hukum serta kesetaraan
peluang, termasuk peluang untuk mengemukakan pendapat. Seringkali, hal
kesetaraan gender adalah mengenai pemberian peluang yang lebih baik kepada
perempuan dalam semua hal tersebut.
Hak-hak perempuan dilindungi oleh banyak instrumen dan hukum
internasional. Paling terkenal di antaranya adalah Konvensi Penghapusan segala
bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW, 1979) sebuah Traktat PBB
yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1979 dan pada awalnya
ditandatangani oleh 64 negara di bulan Juli tahun berikutnya. Sebuah protokol
opsional

disusun kemudian untuk mengatur mekanisme pertanggunggugatan

negara-negara terhadap traktat. Sejak itu ada beberapa deklarasi internasional dan
perjanjian yang telah digunakan sebagai standar untuk mengukur kemajuan dalam
urusan perempuan. Termasuk di antaranya Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi
(1995) serta Tujuan Pembangunan Milenum/MDGs (2001) yang memuat
pertimbangan-pertimbangan gender pada hampir setengah dari keseluruhan
klausal. MDGs bersifat saling menguatkan, yaitu kemajuan pada satu tujuan
mempengaruhi kemajuan dalam tujuan lain. Namun, tujuan ketiga berbicara
secara khusus tentang kesetaraan gender. Target Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) yang melanjutkannya akan diadopsi pada tahun 2015 sebagai bagian dari
Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang luas, mencakup pencapaian 'kesetaraan

gender dan menguatkan semua perempuan dan gadis' sebagaimana tercantum


dalam Tujuan 5.
Analisis gender dalam suatu perencanaan pembangunan penting
dilakukan karena untuk menjamin pelaksanaan pembangunan yang lebih fokus,
berkesinambungan, berkeadilan, dan mencapai tingkat kemungkinan keberhasilan
yang tinggi dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan aspirasi, dan
permasalahan target sasaran. Perencanaan yang mempertimbangkan analisis
gender dilakukan dalam upaya memperkecil kesenjangan gender yang terjadi di
berbaga bidang pembangunan dan untuk menuju ke kesetaraan. Dengan demikian,
tujuannya adalah tersusunnya rencana kebijakan/program/kegiatan pembangunan
yang memperhatikan gender di berbagai bidang pembangunan dan disetiap
tingkatan pemerintah (GAP, 2007).
MengintegrasiKan gender dalam pembangunan merupakan kebutuhan
untuk mendorong terwujudnya kualitas hidup manusia yang lebih baik. Hal ini
menjadi kebijakan pemerintah Indonesia melalui INPRES No. 9/2000 tentang
Pengarusutamaan Gender (PUG). PUG menurut INPRES tersebut merupakan
suatu strategi untuk mencapai kesetaraan gender melalui kebijakan publik. PUG
merupakan suatu pendekatan untuk mengembangkan kebijakan yang memasukkan
pengalaman-pengalaman dan permasalahan yang dihadapi perempuan dan lakilaki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan
program dalam bidang-bidang politik, ekonomi, dan kemasyarakatan. PUG
bertujuan untuk memastikan perempuan dan laki-laki menikmati manfaat
pembangunan secara adil dan merata. Penerapan PUG di berbagai bidang dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan, sekaligus menjamin mutu
kehidupan seluruh anggota masyarakat (Leimona, dkk. 2007).

3. Manfaat Analisa Gender


Beberapa manfaat analisa gender antara lain sebagai berikut :
a. Membantu menentukan alokasi sumberdaya ekonomis antara laki-laki
dan perempuan
b. Membantu perencana proyek untuk lebih efisien dan meningkatan
produktivitas secara keseluruhan

c. Menunjukkan bahwa terdapat suatu investasi secara ekonomi yang


dilakukan oleh perempuan dan laki-laki secara rasional.
d. Membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan
memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh.
e. Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan
efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal.
Sedangkan menurut Puspitawati (2012), manfaat analisa gender antara lain,
yaitu :
a. Mampu memberikan gambaran akan kondisi dan kedudukan laki-laki
serta perempuan dalam menjalankan fungsi domestik (keluarga) maupun
publik.
b. Mengurangi adanya kesenjangan yang terjadi di lingkungan masyarakat
sehingga tercapai persamaan kedudukan dan peranan laki-laki serta
perempuan.
c. Membuka wawasan dalam memahami suatu kesenjangan gender di
daerah pada berbagai bidang dengan cara menggunakan analisis baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
d. Memberikan gambaran secara garis besat atau bahkan secara detail
mengenai detail keadaan secara obyektif dan sesuai dengan kebenaran
yang ada serta dapat dimengerti secara universal oleh berbagai pihak.
e. Menentukan akar permasalahan yang melatarbelakangi masalah
kesenjangan gender dan sekaligus dapat menemukan solusi yang tepat
sasaran sesuai dengan tingkat permasalahannya.
4. Studi Kasus Tentang Analisa Gender Dalam Suatu Program atau Studi
Pemberdayaan Masyarakat
Dirangkum dari Buku Best Practice Kota-Kota : Jilid 8
UPAYA KOTA SURABAYA MEMBANGUN KESETARAAN GENDER
UNTUK TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Situasi Sebelum Inisiatif
Sebagai kota besar kedua di Indonesia, Kota Surabaya memiliki berbagai
masalah sosial salah satunya masalah-masalah yang terkait dengan peran
perempuan. Para perempuan di kota ini masih kesulitan dalam memperoleh akses
pada sumber dana, perdagangan manusia, dan kekerasan dalam rumah tangga.

Keterbatasan akses perempuan terhadap sumber dana disebabkan oleh anggapan


bahwa laki-laki pencari nafkah utama padahal di lapangan banyak perempuan
juga yang menjadi tulang punggung keluarga. Akses dan peran perempuan di
sektor ekonomi hanya dipandang dan dinilai sebatas pelengkap saja. Surabaya
menghadapi permasalahan tersebut sejak tahun 2004 dan secara bertahap
melakukan penyelesaian masalah.
Inisiatif
Untuk mewujudkan kualitas hidup yang tinggi dalam keluarga, maka
Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) dan KB Kota Surabaya berinisiatif
untuk membuat program-program yang dapat meningkatkan peran perempuan di
masyarakat. Program-program yang dibuat dan didesain dapat menyentuh
kebutuhan dasar perempuan dari mulai ekonomi, pengakuan peran perempuan
oleh masyarakat dan penyediaan infrastruktur untuk kaum perempuan agar dapat
mengoptimalkan perannya dalam masyarakat. Berangkat dari hal tersebut, sejak
tahun 2010 Kota Surabaya menjalankan tiga program unggulan seperti :
1. Pahlawan Ekonomi
2. Surabaya Gender Award
3. Surabaya Kota Peduli Perempuan.

Strategi Yang Dijalankan


Dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program pengarusutamaan
gender Pemerintah Kota Surabaya didukung oleh akademisi, diantaranya Komisi
Pemberdayaan & Studi Wanita Uniyersitas Airlangga (KPSW Unair). Untuk
program Pengarusutamaan Gender dan Program Peningkatan Kualitas Hidup serta
Perlindungan Perempuan Kota Surabaya menganggarkan 30,3 Miliar Rupiah
setiap tahunnya.
1. Perempuan Pahlawan Ekonomi
Kegiatan ini mengajak kaum perempuan Surabaya untuk lebih kreatif
dengan menghasilkan karya-karya yang layak jual. Dasar pemikiran program ini
yaitu membuat perempuan dapat berperan aktif dalam membantu suami dalam
mencari nafkah untuk keluarga tanpa harus meninggalkan rumah.Program ini
diselenggarakan dengan menggandeng pihak swasta yang bertujuan untuk
mendukung pengembangan potensi komunitas Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) perempuan yang tersebar di Kota Surabaya. Program


Pahlawan Ekonomi dimulai sejak tahun 2010 dan akan berlanjut setiap tahunnya.
Program Pahlawan Ekonomi memberikan dukungan dalam wujud:
Kerjasama melalui kegiatan-kegiatan berusaha di Surabaya;
Membangun kekuatan pemasaran bersama;
Membentuk pemodalan bersama;
Memperkuat akses pasar bersama;
Membangun pola jaringan dan kemampuan manajemen bersama.
Tahapan pelaksanaan Program Pahlawan Ekonomi adalah sebagai berikut:
a. Proses rekrutmen.
Proses perekrutan dimulai sejak dari tingkat RW. Rekrutmen dilakukan
kelompok usaha mikro dan kecil yang memiliki potensi untuk berkembang.
b. Proses seleksi.
Proses seleksi dilakukan di tingkat kelurahan. Pada proses pemilihan
Pahlawan Ekonomi ini, tim seleksi dari Bapemas dan KB Pemerintah Kota
Surabaya bekerja sama dengan tim dari unsur perguruan tinggi dan pihak swasta
melakukan seleksi dimulai dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga tingkat kota.
c. Proses pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pelatihan kepada para perempuan yang yang
membutuhkan tambahan keterampilan, dimana kegiatan ini dilakukan di pusat
perbelanjaan, kantor sponsor ataupun di Bapemas dan KB.
d. Program peluncuran
Agar kegiatan ini diketahui oleh masyarakat secara luas maka diadakan
peluncuran Program Pahlawan Ekonomi dan pengumuman pemenang Pahlawan
Ekonomi yang telah lolos proses seleksi. Pihak swasta memberikan bantuan
dengan menanggung biaya acara peluncuran program, pengumuman pemenang
Pahlawan Ekonomi dan memberikan hadiah kepada pemenang. Pemenang dari
kegiatan Pahlawan Ekonomi mendapat kontrak kerja untuk menyediakan barang
atau jasa tertentu.
e. Roadshow
Roadshow dilakukan untuk memperkenalkan produk usaha kecil dan mikro
yang berkembang di masyarakat, sambil mensosialisasikan secara terus-menerus
program pahlawan ekonomi. Roadshow dilakukan di setiap kecamatan yang ada
di Kota Surabaya.
f. Pasar Rakyat
Kegiatan pasar rakyat memiliki skala lebih besar dari roadshow, dilakukan
dengan kerjasama dengan pengelola pusat perbelanjaan dengan tujuan untuk

mengembangkan pasar dari para

pelaku UMKM. Peserta Pasar Rakyat

merupakan para pemenang Pahlawan Ekonomi dan kandidat-kandidat terbaik


kecamatan dan kelurahan di seluruh Surabaya.
2. Surabaya Gender Award
Surabaya Gender Award (SGA) merupakan kompetisi yang dibuat oleh
Pemerintah Kota Surabaya untuk ajang sosialisasi sekaligus evaluasi tentang
pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG) di Kota Surabaya. Pemerintah Kota
Surabaya ingin memastikan isu-isu pengarusutamaan gender telah terintegrasi
dalam program-program pembangunan yang dilakukan oleh semua kecamatan
yang ada di wilayahnya. Program ini dimulai sejak tahun 2007 dan tema yang
diusung setiap tahunnya berbeda-beda melihat isu strategis yang berkembang di
masyarakat. Acara ini diikuti oleh semua kecamatan yang berada di Surabaya.
Setiap kelompok peserta harus menyerahkan berkas perencanaan dan form
evaluasi PUG sebagai salah satu persyaratan administratifnya. Bapemas dan KB
sebagai lembaga yang menyelenggarakan kegiatan ini, melakukan evaluasi atas
berkas perencanaan dan pelaksanaan yang telah dilakukan oleh tiap-tiap
kecamatan. Kemudian setiap kecamatan harus mengirimkan tim untuk
berkompetisi melakukan berbagai berbagai perlombaan yang ditetapkan oleh
kepanitiaan SGA.
Agar menarik minat masyarakat maka kegiatan diadakan di taman kota
yang sering dikunjungi mayarakat atau di pusat perbelanjaan. Kegiatan SGA ini
dikemas dalam bentuk kompetisi antar kecamatan dengan format atraktif dan
interaktif. Beberapa lomba di antaranya lomba kuis gender, penampilan kesenian
bertema pengarusutamaan gender, penilaian media sosialisasi terbaik dan kader
gender terbaik. Kompetisi SGA diikuti limas gender sehingga pemahaman
mengenai pengarusutamaan gender tidak hanya dipahami oleh kaum perempuan
namun juga oleh para laki-laki. Kemasan kegiatan ini yang dinilai sebagai salah
satu faktor yang penting karena selain untuk evaluasi, kegiatan ini harus dapat
dipergunakan sebagai kegiatan sosialisasi kepada masyarakat. Acara dibuat
semenarik mungkin dan disampaikan dengan bahasa-bahasa yang mudah
dimengerti dan memasukkan isu-isu keseharian yang dekat dengan kehidupan
masyarakat. Perlombaan pernah diadakan salah satunya dengan mengemas isu

gender melalui Ludruk, majalah komunitas, menciptakan lagu, tarian dan


sebagainya.
3. lnisiasi Kota Peduli Perempuan
Dalam strategi pembangunan kedua dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengahnya, Surabaya menetapkan : Peningkatan kualitas hidup dan
perlindungan perempuan dan anak serta kesetaraan gender dimana arah
kebijakannya sebagai berikut : 1. Meningkatkan kelembagaan, koordinasi, dan
jaringan pengarusutamaan gender dan anak. dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi pembangunan di segala bidang, 2. Meningkatkan
pelayanan perlindungan dan pemberdayaan terhadap perempuan dan anak.
Pelaksanaan program ini sudah turun sampai kelurahan dan kecamatan, dimana di
area tersebut telah disediakan pos-pos di mana kaum perempuan bisa mengadukan
atau memperoleh hak-haknya. Selain itu dalam program kesehatan, mulai ibu
hamil, melahirkan, hingga memiliki putra-putrinya sampai usia tiga bulan, dalam
program perlindungan kesehatan pemerintah kota. Selain itu pemerintah kota
membuat ruang-ruang laktasi di area perkantoran setiap SKPD dan mengeluarkan
himbauan kepada pengelola pusat perbelanjaan agar menyediakan ruang laktasi
untuk mempermudah para ibu dalam memberikan air susu kepada putra-putrinya.
Program ini baru diluncurkan pada tahun 2012. Ketiga kegiatan di atas tersebut
secara bersama- sama pada tahun 2012 mendapat anggaran sebesar 4,7 Miliar
Rupiah. Tidak hanya itu, Pemerintah Kota Surabaya melakukan upaya
perlindungan kepada para perempuan korban kekerasan dan korban perdagangan
manusia.
HASIL YANG DICAPAI
Program-program pengarusutamaan

gender

Kota

Surabaya

ikut

mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota ini. Oleh


karena itu kola ini dianugrahi Parahita Ekapraya ini yang merupakan penghargaan
yang khusus diberikan kepada pemerintah daerah, kementerian dan lembaga
pemerintah sebagai wujud apresiasi yang diberikan atas keberhasilannya
menerapkan strategi dalam Program Pengarusutamaan gender, pemberdayaan
perempuan serta pedindungan anak secara maksimal. Penghargaan ini telah
didapatkan Kota Surabaya sebanyak empat kali sejak tahun 2009 hingga 2012.

Keberlanjutan
Program-program ini cukup terjamin keberlanjutannya karena telah
tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Surabaya yang diatur melalui Perda No. 18 Tahun 2012.
Keberadaan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Kota Surabaya sebagai
pelaku utama pelaksanaan program PUG di Kota Surabaya ditetapkan dalam
Keputusan Walikota Surabaya No. 188.45/27/436.1.2/2011, Perda Perlindungan
anak No. 6 tahun 2011 dan Perda No. 8 Tahun 2012 tentang Perlindungan
Perempuan. Dukungan DPRD dalam pembuatan perda sangat dirasakan penting,
karena tanpa perda tersebut maka program tidak memiliki kepastian untuk
keberlanjutannya. Program ini juga dianggap mampu memberikan dampak positif
bagi kemajuan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam bidang ekonomi
(UKM). Hal ini tentunya akan membuat program dianggap menarik dan penting
untuk terus dilakukan dan dikembangkan.
Pelajaran Yang Dapat Diambil
Kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan dicapai dengan cara
meningkatkan peran dan pemberdayaan perempuan. Ragam kegiatan dan program
harus dibuat untuk terus menyadarkan masyarakat bahwa kaum perempuan harus
diberdayakan dengan baik. Pengemasan program dibuat dengan menarik sehingga
dapat diterima oleh masyarakat. Untuk melaksanakan program-program
kesetaraan gender, Pemerintah Kota Surabaya selalu melibatkan seluruh
pemangku kepentingan untuk memastikan program yang diusung mendapat
dukungan dan diketahui oleh masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. _____. [http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/gender-dan-pem
bangunan-konsep-konsep-dasar.] Diakses oleh Fathi Almirhea pada Minggu 8
Mei 2016
Fakih, M. (2006). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gender Analysis Pathway (GAP), diterbitkan oleh Bappenas dan Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan, tahun 2007.
Leimona, Beria, dkk. 2013. Gender dalam Skema Imbal Jasa Lingkungan: Studi
Kasus di Singkarak, Sumberjaya dan Sesaot. Bogor: Pusat Kajian Gender dan
Anak LPPM IPB.
Puspitawati, Herien. 2012. Gender dan Keluarga : Konsep dan Realita di
Indonesia. Bogor: PT IPB Press.
Rahmawati, A. 2004. Persepsi Remaja tentang Konsep Maskulin dan Feminim
Dilihat dari Beberapa Latar Belakangnya. Skripsi pada Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.
Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York:
Rinehart & Winston.

Anda mungkin juga menyukai