Disusun oleh :
-
Rosyida Rahmawati
Galuh Suryaningrum P.
Rizka Kurnia H.
Andi Sasha D.
Friska Okta M.
Tegar Prajna P.
Anindhita Irsalina
Imas Midita P.
Achlul Sita Dania
Fathi Almirhea
Angela Gerda P.
(14/364984/GE/07761)
(14/366165/GE/07866)
(14/364970/GE/07760)
(14/364996/GE/07767)
(14/366219/GE/07877)
(14/366241/GE/07879)
(14/365956/GE/07859)
(14/366167/GE/07868)
(14/368536/GE/07911)
(14/364998/GE/07768)
(14/368672/GE/07918)
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
negara-negara terhadap traktat. Sejak itu ada beberapa deklarasi internasional dan
perjanjian yang telah digunakan sebagai standar untuk mengukur kemajuan dalam
urusan perempuan. Termasuk di antaranya Deklarasi Beijing dan Landasan Aksi
(1995) serta Tujuan Pembangunan Milenum/MDGs (2001) yang memuat
pertimbangan-pertimbangan gender pada hampir setengah dari keseluruhan
klausal. MDGs bersifat saling menguatkan, yaitu kemajuan pada satu tujuan
mempengaruhi kemajuan dalam tujuan lain. Namun, tujuan ketiga berbicara
secara khusus tentang kesetaraan gender. Target Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) yang melanjutkannya akan diadopsi pada tahun 2015 sebagai bagian dari
Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang luas, mencakup pencapaian 'kesetaraan
gender
Kota
Surabaya
ikut
Keberlanjutan
Program-program ini cukup terjamin keberlanjutannya karena telah
tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Surabaya yang diatur melalui Perda No. 18 Tahun 2012.
Keberadaan Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Kota Surabaya sebagai
pelaku utama pelaksanaan program PUG di Kota Surabaya ditetapkan dalam
Keputusan Walikota Surabaya No. 188.45/27/436.1.2/2011, Perda Perlindungan
anak No. 6 tahun 2011 dan Perda No. 8 Tahun 2012 tentang Perlindungan
Perempuan. Dukungan DPRD dalam pembuatan perda sangat dirasakan penting,
karena tanpa perda tersebut maka program tidak memiliki kepastian untuk
keberlanjutannya. Program ini juga dianggap mampu memberikan dampak positif
bagi kemajuan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam bidang ekonomi
(UKM). Hal ini tentunya akan membuat program dianggap menarik dan penting
untuk terus dilakukan dan dikembangkan.
Pelajaran Yang Dapat Diambil
Kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan dicapai dengan cara
meningkatkan peran dan pemberdayaan perempuan. Ragam kegiatan dan program
harus dibuat untuk terus menyadarkan masyarakat bahwa kaum perempuan harus
diberdayakan dengan baik. Pengemasan program dibuat dengan menarik sehingga
dapat diterima oleh masyarakat. Untuk melaksanakan program-program
kesetaraan gender, Pemerintah Kota Surabaya selalu melibatkan seluruh
pemangku kepentingan untuk memastikan program yang diusung mendapat
dukungan dan diketahui oleh masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. _____. [http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/gender-dan-pem
bangunan-konsep-konsep-dasar.] Diakses oleh Fathi Almirhea pada Minggu 8
Mei 2016
Fakih, M. (2006). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gender Analysis Pathway (GAP), diterbitkan oleh Bappenas dan Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan, tahun 2007.
Leimona, Beria, dkk. 2013. Gender dalam Skema Imbal Jasa Lingkungan: Studi
Kasus di Singkarak, Sumberjaya dan Sesaot. Bogor: Pusat Kajian Gender dan
Anak LPPM IPB.
Puspitawati, Herien. 2012. Gender dan Keluarga : Konsep dan Realita di
Indonesia. Bogor: PT IPB Press.
Rahmawati, A. 2004. Persepsi Remaja tentang Konsep Maskulin dan Feminim
Dilihat dari Beberapa Latar Belakangnya. Skripsi pada Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta: Erlangga.
Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York:
Rinehart & Winston.