Farmaologi
Farmaologi
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Obat-obat yang berkerja pada sistem saraf pusat (SSP) merupakan salah satu obat
yang pertama ditemukan manusia primitif dan masih digunakan secara luas sebagai zat
farmakologi sampai sekarang. Disamping penggunaannya dalam terapi, obat-obat SSP
dipakai walaupun tanpa resep untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang.
Cara kerja berbagai obat pada SSP tidak selalu dapat dijelaskan. Walaupun
demikian,dalam 30 tahun terakhir, banyak kemajuaan yang diperoleh dalam bidang
metodologi farmakologi SSP. Saat ini telah dapat diteliti cara kerja suatu obat pada sel-sel
tertentu atau bahkan pada kanal ion tunggal didalam sinaps. Informasi yang diperoleh
dalam studi studi semacam ini merupakan dasar dari sejumlah perkembangan yang utama
dalam penelitian SSP.
Pertama, telah jelas bahwa hampir semua obat SSP, bekerja pada reseptor khusus
yang mengatur transmisi sinaps. Sejumlah kecil obat seperti anastesi umum dan alkhol
dapat bekerja secara non spesifik pada membran (meskipun perkecualian ini tidak
sepenuhnya diterima), tetapi bahkan kerja yang tidak diperantarai oleh reseptor inipun
akan menghasilkan perubahan dalam transmisi sinaps yang dapat dibuktikan.
Kedua, obat-obatan merupakan salah satu alat terpenting untuk mempelajari
seluruh aspek fisiologi SSP, mulai dari terjadinya bangkitan sampai penyimpanan memori
jangka panjang.
Ketiga, penguraian kerja obat-obat yang efikasi klinisnya diketahui telah
menghasilkan beberapa hipotesis yang sangat berguna berkaitan dengan berbagai
mekanisme penyakit. Misalnya, informasi tentang kerja obat antipsikotik pada reseptor
dopamin memberikan dasar hipotesis yang penting mengenai patofisiologi skizoprenia.
1)
2)
3)
4)
5)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
Hipnotik dan sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan syaraf
pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan yaitu
menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya
kesadaran, keadaan anestesia, koma dan mati.
Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan
respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik
menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang
menyerupai tidur fisiologis.
Efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan obat lain
yang tidak termasuk obat golongan depresab SSP. Walaupun obat tersebut
memperkuat penekanan SSP, secara tersendiri obat tersebut memperlihatkan efek
yang lebih spesifik pada dosis yang jauh lebih kecil daripada dosis yang
dibutuhkan untuk mendepresi SSP secara umum.
2)
3)
2.3
BENZODIAZEPIN
Pengertian dan Sejarah
Benzodiazepin adalah sekelompok obat golongan psikotropika yang mempunyai
efek antiansietas atau dikenal sebagai minor tranquilizer, dan psikoleptika. Benzodiazepin
memiliki lima efek farmakologi sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi
otot melalui medula spinalis, dan amnesia retrograde.
Benzodiazepin dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1940-an dengan
derivat pertama kali yang dipasarkan adalah klordiazepoksid (semula dinamakan
methaminodiazepokside) pada tahun 1960, kemudian dilakukan biotransformasi menjadi
diazepam (1963), nitrazepam (1965), oksazepam (1966), medazepam (1971), lorazepam
(1972), klorazepat (1973), flurazepam (1974), temazepam (1977), triazolam dan
clobazam (1979), ketazolam (1980), lormetazepam (1981), flunirazepam, bromazepam,
prazepam (1982), dan alprazolam (1983).
Golongan Benzodiazepin menggantikan penggunaan golongan Barbiturat yang
mulai ditinggalkan, Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat
toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah, margin dosis aman yang lebar, dan
tidak menginduksi enzim mikrosom di hati. Benzodiazepin telah banyak digunakan
sebagai pengganti barbiturat sebagai premedikasi dan menimbulkan sedasi pada pasien
dalam monitorng anestesi.
Penggolongan Benzodiazepin
Long acting.
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif
(sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi
oksazepam yang dikonjugasi menjadi glukoronida tak aktif.
2)
Short acting
Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak
diperpanjang. Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada
penggunaan berulang.
3)
Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari 5,5 jam. Efek
abstinensia lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini. Selain sisa metabolit aktif
menentukan untuk perpanjangan waktu kerja, afinitas terhadap reseptor juga sangant
menentukan lamanya efek yang terjadi saat penggunaan
Rumus Kimia Benzodiazepin
Benzodiazepin adalah obat hipnotik-sedatif terpenting. Semua struktur yang ada pada
benzodiazepine menunjukkan 1,4-benzodiazepin. Kebanyakan mengandung gugusan
karboksamid dalam dalam struktur cincin heterosiklik beranggota 7. Substituen pada
posisi 7 ini sangat penting dalam aktivitas hipnotik-sedatif.
Mekanisme Kerja Golongan Benzodiazepin
Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid
(GABA) sebagai neurotransmitter penghambat di otak. Benzodiazepine tidak
mengaktifkan reseptor GABA A melainkan meningkatkan kepekaan reseptor GABA A
terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi
hiperpolarisasi sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak
dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan GABA, yang mengikat pada alpha sub-unit,
tetapi meningkatkan frekuensi pembukaan saluran yang mengarah ke peningkatan
konduktansi ion klorida dan penghambatan potensial aksi. Hal ini menghasilkan efek
anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde, potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot
skeletal.
Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan
efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi
otot, dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada
jaringan perifer : vasodilatasi koroner (setelah pemberian dosis terapi golongan
benzodiazepine tertentu secara iv), dan blokade neuromuskular (yang hanya terjadi pada
pemberian dosis tinggi).
Farmakokinetik
Sifat
fisikokimia
dan
farmakokinetik
benzodiazepine
sangat
mempengaruhi
Cara Pemberian
Dosis
Oral
Oral
Oral
Oral, intramuscular, intravena,
rectal
Oral
Oral
Oral
Oral, intramuscular, intravena,
intramuscular, intravena
Oral
Oral
Oral
Oral
5 10 ; 3-4x/hari
1,0 2,0
15,0 30,0
2,0 4,0
15,0 30,0 ; 3- 4x/hari
7,5 15,0
0,75 30,0
0,125 0,25
BARBITURAT
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik
dan sedative. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik,
barbiturate telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman,
pengecualian fenobarbital yang memiliki anti konvulsi yang masih sama banyak
digunakan.
Secara kimia, barbiturate merupakan derivate asam barbiturate. Asam barbiturate
(2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum
dengan asam malonat.
Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai,
mulai dari sedasi, hypnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antisietas barbiturate
berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturate dapat
dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur
fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anastesi umumnya diperlihatkan
oleh golongan tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum. Untuk efek
antikonvulsi umumnya diberikan oleh barbiturate yang mengandung substitusi 5- fenil
misalnya fenobarbital. Fase tidur REM dipersingkat. Barbiturat sedikit menyebabkan
sikap masa bodoh terhadap rangsangan luar.
Nama Obat
Amobarbital
Aprobarbital
Butabarbital
Pentobarbital
Sekobarbital
Fenobarbital
2.5
Bentuk Sediaan
Kapsul,tablet,injeksi,bubuk
Eliksir
Kapsul,tablet,eliksir
Kapsul,eliksir,injeksi,supositoria
Kapsul,tablet,injeksi
Kapsul,tablet, eliksir,injeksi
LAIN - LAIN
1)
Propofol
ekstrahepatik. Metabolism hepatic lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan inaktivasi
obat dan terlarut air sementara metabolism asam glukoronat diekskresikan melalui ginjal.
Propofol membentuk 4-hydroxypropofol oleh sitokrom P450. Propofol yang berkonjugasi
dengan sulfat dan glukoronide menjadi tidak aktif dan bentuk 4 hydroxypropofol yang
memiliki 1/3 efek hipnotik. Kurang dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin.
Waktu paruh propofol adalah 0,5-1,5 jam.
2)
Ketamin
Dekstromethorpan
PARALDEHID
Paraldehid merupakan polimer dari asetaldehid. Secara oral, paraldehid
diabsorbsi cepat dan didistribusi secara meluas; tidur dapat dicapai 10 15
menit setelah pemberian dosis hipnotik. Cara pemberiannya oral dan rectal.
Nama dagang Paral untuk pengobatan delirium tremens pada pasien yang
dirawat di rumah sakit; eliminasi lewat metabolisme di hati (75%) dan lewat
pernafasan (25%), gejala toksik meliputi asidosis, hepatitis, dan nefrosis.
5)
KLORALHIDRAT
Kloralhidrat merupakan derivat monohidrat dari kloral. Trokloroetanol
terutama dikonjugasi oleh asam glukuronat dan konjugatnya(asam uroklorat) di
ekskresikan sebagian besar lewat urin. Cara pemberiannya oral, rectal. Cepat
diubah jadi trikloroetanol oleh alcohol dehidrogenase di hati. Penggunaan
kronik menyebabkan kerusakan di hati, gejala putus obatnya berat. Efek
samping dan intoksikasi, kloralhidrat mengiritasi kulit dan mukosa membrane.
Efek iritasi ini menimbulkan rasa tidak enak, nyeri epigantrik, mual, dan
kadang kadang muntah. Efek samping pada SSP meliputi pusing, lesu,
ataksia, dan mimpi buruk. Hang over juga dapat terjadi, keracunan akut obat
ini dapat menyebabkan ikterus. Penghentian mendadak dari penggunaan kronik
dpat mengakibatkan delirium dan bangkitan, yang sering fatal.
6)
ETKLORVINOL
Digunakan sebagai hipnotik jangka pendek, untuk mengatasi insomnia. Secara
oral, diabsorbsi cepat (bekerja dalam waktu 15 -30 menit), kadar puncak dalam
darah dicapai dalam 1- 1,5 jam, dan didistribusi secra meluas. Waktu paruh
eliminasi 10 -20 jm. Sekitar 90% obat dirusak di hati. Etklorfvinol dapat
memacu metabolism hati obat obat seperti antikoagulan oral. Efek samping
yang paling umum adalah aftertaste sperti mint, pusing, mual, mntah,
hipotensi, dan rasa kebal (numbness) di daerah muka. Reaksi idiosinkrasi dpat
merupakan rangsangan ringan hingga sampai kuat, dan hysteria. Reaksi
hipersensitifitas meliputi urikaria. Intoksikasi akut menyerupai barbiturate.
7)
MEPROBAMAT
Obat ini pertama kali diperkenalkan sebagai antiansietas, namun saat ini juga
dipakai sebgai hipnotik sedative, dan digunakan pada pasien insomnia usia
lanjut.
Sifat
farmakologi
obat
ini
dlam
bebrapa
hal
menyerupai
daya
kerjanya
obat-obatan
tersebu
sangatlah
keras,
sehingga
penggunaannyapun harus melalui resep dokter dan harus dalam pengawasan dokter.
Obat-obatan yang dimaksud tersebut jika disalah gunakan akan berpengaruh dan merusak
psikis maupun fisik dari si pemakai dan mengakibatkan ketergantungan, jadi hindari
penyalahgunaan obat-obatan jenis hipnotik sedatif karena termasuk obat-obatan narkotik
atau psikotropik.
DAFTAR PUSTAKA
Harvey, Richard A., Pamela C. Champe. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta:
EGC.
Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.
Syarif, Amir, Ari Estuningtyas, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Windy.2011. MAKALAH FARMAKOLOGI sedatif hipnotik dan psikotropi
file:///I:/windy%20%20MAKALAH%20FARMAKOLOGI%20sedatif%20hipnotik%20dan
%20psikotropi.htm (diakses tanggal 8 maret 2015)