KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

KERETA API INDONESIA

1. Pengantar
Jawa Timur
Jml penduduk = 36,5 jt, dengan konsentrasi terbesar di
Wil.Gerbangkertosusila 10 juta, Malang Raya 3,2 juta, Madiun dan
sekitarnya 3 juta, Kediri dan sekitarnya 4 juta.
PDRB = Rp. 341,77 T (ADHB), dg konsentrasi tertinggi di
Gerbangkertsusila 40 %.
Fungsi Jatim, dg pusatnya di Surabaya Raya, merupakan pusat dan pintu
gerbang ekonomi KTI dan kegiatan eksport import, membawa
konsekwensi pada kegiatan di Wilayah Surabaya Raya sangat dinamis.

Menurut beberapa penelitian, jumlah kommuter ke Kota Surabaya setiap

hari sekitar 1,2 juta orang, yg konsekwensinya adalah tingginya
kepadatan lalu lintas pd gerbang masuk Kota Surabaya, terutama dari
arah Selatan (Jl. A. Yani) barat (jl.Sepanjang, Mastrip) & dari arah Gresik.

2. Gambaran Umum Transportasi Jawa Timur

Panjang jalan:
Jalan Nasional 1.889,21 Km, Jalan Propinsi 1.439,18 km., Jalan Kabupaten 21.887,46
Km, jalan Kota 931,44 km, total 25147,29 km. Pertambahan panjang jalan diperkirakan
hanya sekitar 1 %/th.
Jumlah kendaraan:
Mobil Penumpang 678.887 Unit, Bus 13.546 kendaraan barang 281.823 Unit, sepeda
motor 4.450.938 unit, dg laju pertumbuhan jml kendaraan sekitar 8,5 % pertahun,
sedangkan pertumbuhan jumlah sepeda motor dalam 5 th terakhir mencapai 20 %/th.
Sedangkan di Kota Surabaya, jumlah mobil penumpang 204.313 unit, bus 1.060 unit,
MPU 11.931 unit, mobil barang 79.725 unit, sepeda motor 800.008 unit & mobil khusus
92 unit.
Ketimpangan perkembangan panjang jalan yang sangat rendah di satu sisi dg jumlah
kendaraan yg sangat tinggi di sisi lain menyebabkan kepadatan lalu lintas semakin
tinggi dan pada akhirnya menyebabkan kemacetan.
V/C Ratio Koridor Surabaya Sidoarjo pada Jl. A Yani mencapai 1, Surabaya
Lamongan mencapai 0,6 di ruas Jl. Raya Gresik Lamongan, dan Jl.Tandes Sby V/CR
0,9. Pada Koridor Surabaya Mojokerto pada Jl. Gilang Krian V/C R 0,7 serta Koridor
Kab. Malang Kota Malang pada Jl. Sby Malang V/C R 0,92 dan Jl. Malang
Kepanjen 0,56

Kereta Api
Panjang rel KA, aktif = 986,307 km, mati = 509,474 km
Perlintasan sebidang = 1.431, dg perincian: dijaga : 350, tidak dijaga : 1.048,
liar : 33. Perlintasan sebidang merupakan sumber utama kecelakaan lalu
lintas, terutama karena tidak disiplinnya pemakai jalan.
Perkembangan jumlah penumpang dr/ke Kota Surabaya mencapai 5.225.809
orang (th.2004), dg perincian sbb:

Stasiun Gubeng 2.145.835 org

Stasiun Pasarturi 924.310 org
Stasiun Wonokromo 823.857 org
Stasiun Semut 1.331.807 org

Permasalahan
1. Kemacetan pada wilayah perkotaan (terutama Kota Surabaya) dan pada
jalan-jalan utama antar kota.
2. Rendahnya perkembangan panjang jalan dan pelebaran jalan (terutama
sulit/mahalnya harga lahan) dan kualitas jalan yang cenderung menurun,
karena terbatasnya dana pemeliharaan.
3. Pengendalian angkutan barang yang masih sangat terbatas.

4. Rendahnya kualitas pelayanan angkutan umum, sehingga preferensi

masyarakat terhadap angkutan umum menjadi rendah.
5. Tingginys arus kommuter ke wilayah kota Metropolitan, antara lain
Surabaya Raya, Malang Raya, Madiun, Kediri belum diimbangi dengan
pelayanan angkutan umum kommuter yang memadai.
6. Kereta Api: banyaknya persimpangan sebidang sbg sumber utama
kecelakaan, single track sehingga menyulitkan upaya utk mempertinggi
intensitas pelayanan, sebagian besar prasarana dan sarana berusia tua,
serta rendahnya kualitas pelayanan.

3. Kebijakan Pengembangan
Angkutan Kereta Api
Menyikapi permasalahan utama transportasi kota, yaitu:
Kemacetan lalu lintas,
Rendahnya kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum,
Tingginya tingkat polusi
Perkembangan volume pergerakan yg terus meningkat

Maka diperlukan KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM MASSAL

Memanfaatkan infrastruktur yang ada, karena disadari pembangunan
infrastruktur sangat mahal
Mampu mengatasi/mengurangi kemacetan lalu lintas yang sudah sangat parah

Mampu memberikan pelayanan secara massal

Manajemen yang efektif dan efisien
Dapat diintegrasikan dengan moda lain
Oleh karena itu alternatif yang paling rasional adalah moda KERETA API

DIREKTORAT
JENDERAL
PERKERETAAPIAN
SEKRETARIAT
DIREKTORAT
JENDERAL

DASAR HUKUM :
PERPRES No. 9 Tahun 2005
Tentang Kedudukan, Fungsi,
Susunan OTK Kementerian negara
RI
PERPRES No. 10 Tahun 2005
Tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Kementerian
Negara RI

DIREKTORAT
LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN KERETA API

3
4

KABAG

DIREKTORAT
TEKNIK PRASARANA

1
3

DIREKTORAT
KESELAMATAN DAN
TEKNIK SARANA

1
3

KASUBDIT

KASUBDIT

3
4

KASUBDIT

VISI dan MISI

DIREKTORAT JENDERAL
PERKERETAAPIAN
VISI

MEWUJUDKAN PELAYANAN ANGKUTAN PENUMPANG DAN

BARANG SECARA MASSAL YANG MEMILIKI NILAI TAMBAH,
BERDAYA SAING, HANDAL, AMAN, SELAMAT, TERPERCAYA
SERTA TERJANGKAU.

MISI
MENINGKATKAN PERAN KERETA API SEBAGAI

ANGKUTAN PUBLIK.
MENINGKATKAN PERAN KERETA API SEBAGAI
TULANG
PUNGGUNG ANGKUTAN MASAL BAIK
UNTUK BARANG MAUPUN PENUMPANG.
MENINGKATKAN KERETA API SEBAGAI PELOPOR
TERCIPTANYA ANGKUTAN TERPADU.

GRAND STRATEGY PENANGANAN PERKERETAAPIAN INDONESIA

KEBIJAKAN
STRATEGI

MENINGKATKAN PERAN KERETA API SEBAGAI

ANGKUTAN
MASSAL

MELIBATKAN PERAN SWASTA DAN OTDA (POLICY REFORM)

POTENSI PASAR
1. PENUMPANG
a. PERKOTAAN
JABODETABEK
BANDUNG
SURABAYA
b. ANTARKOTA
JARAK JAUH
JARAK SEDANG
LOKAL
2. BARANG
a. BBM
b. BATU BARA
c. KERTAS
d. PULP
e. SEMEN
f. BAJA
g. CPO
h. PUPUK

1.

a. PENINGKATAN KESELAMATAN DAN

PELAYANAN
1) PENYEHATAN DAN KELAIKAN
SARANA
2) PENYEHATAN DAN KELAIKAN
PRASARANA
3) PENYEHATAN DAN SERTIFIKASI
SUMBER DAYA MANUSIA
4) PENINGKATAN KESELAMATAN DI JPL

KONDISI PERKERETAAPIAN INDONESIA

1. POTENSI
a. PRASARANA/KAPASITAS LINTAS
b. SARANA (LOK, KRT, KRL, KRD, GERBONG)
c. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

b. PENINGKATAN UTILITAS
1) EFISIENSI OPERASI MAKSIMALISASI
DAYA TARIK LOK
2) OPTIMALISASI ARMADA
MAXIMALISASI KM LOK,
KM KERETA, KM GERBONG

2. PRESTASI (2005)
a. PNP : 150 JUTA ORANG
PNP KM : 14,16 M ORG KM
b. BRG : 17,4 JUTA TON
VOL KM : 4,59 M TON KM
c. PENDAPATAN : Rp2,480 TRILYUN
3. MASALAH
a. SERING TERJADI KECELAKAAN
b. KUALITAS PELAYANAN RENDAH
c. SHARE KA MASIH RENDAH: PNP 7,3%, BRG 0,6%
d. WAKTU TEMPUH LAMA
e. JUMLAH KERETA API EKONOMI MENURUN
f. JUMLAH ARMADA TERBATAS DAN SUDAH TUA
g. BELUM TERPADU DG MODA TRANSPORTASI LAIN
h. UU No.13 BLM AKOMODATIF (OTDA & PERAN SWASTA)
i. PT. KAI SEBAGAI BADAN PENYELENGGARA TUNGGAL

SASARAN
1.

2.

JANGKA PENDEK / MENENGAH

a. KESELAMATAN
b. PELAYANAN
c. KETEPATAN WAKTU

d.
e.
f.

KAPASITAS ANGKUT
AKSESIBILITAS
KETERPADUAN INTRA
DAN ANTAR MODA

JANGKA PANJANG
a. HIGH SPEED TRAIN UNTUK KA PENUMPANG
JAK SB : 3 JAM
JAK BD : 1 JAM
b. KEMAMPUAN ANGKUT KA BARANG TINGGI
(TEKANAN GANDAR 22 TON)

PENINGKATAN

c. PENINGKATAN KAPASITAS LINTAS

1) POS BLOK
2) PARSIAL DOUBLE TRACK
2.

PENGEMBANGAN AKSESIBILITAS
a. KERETA API PERKOTAAN
b. MENGAKTIFKAN LINTAS CABANG
c. MENGHIDUPKAN LINTAS MATI
d. KETERPADUAN INTRA DAN ANTAR MODA

3.

PEMBANGUNAN
a. KECEPATAN 250 KM/JAM
b. BEBAN GANDAR:
KA PENUMPANG 18 TON
KA BARANG 22 TON
c. GAUGE (LEBAR SPOOR) : 1.435 MM
d. JAWA : PENUMPANG
e. LUAR JAWA : BARANG

CATATAN : BACA DARI PUSAT KE KIRI TERUS SEARAH JARUM JAM

SASARAN, STRATEGI DAN TAKTIS OPERASIONAL

N
o

1.

2.

SASARAN

STRATEGI

TAKTIS OPERASIONAL

MENGURANGI
BEBAN JALAN RAYA,
PENINGKATAN
EFISIENSI
TRANSPORTASI DAN
MEMBERIKAN
KEMUDAHAN

PENINGKATAN SHARE
KERETA API TERHADAP
ANGKUTAN PENUMPANG
DAN BARANG

1. MENGHIDUPKAN JALUR- JALUR

MENINGKATKAN
KAPASITAS ANGKUT

1.MENINGKATKAN KAPASITAS

1. PEMBUATAN JALUR GANDA PARSIAL

LINTAS
2.MENAMBAH ARMADA

2. MENGOPTIMALKAN DAYA TARIK

1.MENINGKATKAN PERAN

SWASTA
2.PEMERINTAH SEBAGAI
FASILITATOR DAN
REGULATOR

MELIBATKAN PERAN SWASTA PADA

KORIDOR KORIDOR YANG
PROVITABLE DAN BELUM MAMPU
DITANGANI OLEH PEMERINTAH DAN
BUMN

MULTI OPERATOR

REVISI UU NO. 13

PERAN SWASTA

MENGHILANGKAN
MONOPOLI

MENUJU PELABUHAN
2. MENGHUBUNGKAN JALUR KERETA
API KE PUSATPUSAT INDUSTRI
3. MENGHUBUNGKAN PUSAT KOTA KE
BANDARA
4. PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU
5. MEMBANGUN DRY PORT

LOKOMOTIF
3. PENINGKATAN UTILITAS SARANA

BEBERAPA KEUNGGULAN MODA

TRANSPORTASI KA
MAMPU MENGANGKUT DALAM JUMLAH
BESAR DAN MASSAL DALAM SATUAN
WAKTU
HEMAT ENERGI
HEMAT PENGGUNAAN LAHAN
RAMAH LINGKUNGAN
TINGKAT KESELAMATAN TINGGI
ADAPTIF TERHADAP PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI

PERBANDINGAN KONSUMSI BBM

ANTAR MODA TRANSPORTASI

MODA TRANSPORTASI

KERETA API
BUS
PESAWAT TERBANG
KAPAL LAUT
SEPEDA MOTOR

KAPASITAS
ANGKUT
(ORANG)

KONSUMSI
BBM/KM
(LITER/KM)

KONSUMSI
BBM/KM/ORANG
(L/KM/ORG)

1.500

0,002

40

0,5

0,0125

500

40

0,05

1.500

10

0,006

0,08

0,04

PERTIMBANGAN LINGKUNGAN
(TOTAL BEBAN BIAYA POLUSI DI SWEDIA)

POLLUTANT

POLLUTION
CHARGES

MODA
ANGKUTAN

TOTAL POLLUTION
CHARGES

SULFUR (SO2)

US $ 5,25 / KG ANGKUTAN
JALAN RAYA

US $ 16.300 JUTA

NITROGEN
OXIDES (NOX)

US $ 7,00 / KG MARITIM

US $ 2.600 JUTA

HYDROCARBON
(HC)

US $ 3,50 / KG PENERBANGAN

US $

900 JUTA

CARBON DIOXIDE US $ 0,04 / KG PERKERETA(CO2)

APIAN

US $

60 JUTA

PANGSA PASAR ANGKUTAN PENUMPANG DAN

BARANG DI INDONESIA TAHUN 2005

Sumber: Departemen Perhubungan RI

JARINGAN KERETA API DI INDONESIA

JARINGAN JALAN REL

DI PULAU JAWA, MADURA DAN SUMATERA
SUMATERA
JARINGAN
JALAN REL
EKSISTING DI
JAWA, MADURA
DAN SUMATERA

= 483 KM
= 169 KM
= 643 KM

JABAR
JATENG
JATIM

= 1.004 KM
= 1.011 KM
= 997 KM

JABAR

= 410 KM

SUMBAR = 80 KM

JATENG

= 585 KM

SUMSEL = 4 KM

JATIM &
MADURA

= 615 KM

BEROPERASI
4.360 KM

LINTAS UTAMA
2.966 KM

JAWA

TIDAK
BEROPERASI
2.122 KM

SUMUT
SUMBAR
SUMSEL

LINTAS CABANG
19 KM

6.482 KM

LINTAS UTAMA
1.329 KM

SUMATERA
512 KM
JAWA DAN MADURA
1.060 KM

LINTAS CABANG
46 KM
SUMUT

= 428 KM

PERLU PEMIKIRAN MENGHIDUPKAN LINTAS YANG SUDAH TIDAK BEROPERASI

UNTUK MENDUKUNG ANGKUTAN LOKAL DENGAN MELIBATKAN PEMDA ATAU
SWASTA
FEASIBILITY STUDY DIKERJAKAN OLEH PEMDA SETEMPAT DENGAN DANA APBD
UNTUK PERCEPATANNYA PERLU PENGENALAN LIGHT TRAIN ATAU RAIL BUS AGAR
INVESTASI MURAH DAN BIAYA MAINTENANCE RINGAN

PENINGKATAN PERAN SWASTA

POKOK PIKIRAN RUU TENTANG PERAN SWASTA :
1.

KETERBUKAAN DALAM PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN

2.

PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN, BAIK PENYELENGGARAAN SARANA, PRASARANA

ATAUPUN PENYELENGGARAAN SARANA DAN PRASARANA PERKERETAAPIAN ADALAH
TERBUKA, DALAM ARTI PERKERETAAPIAN DAPAT DISELENGGARAKAN OLEH BADAN USAHA
YANG BERBENTUK BADAN HUKUM (BUMN, BUMS, BUMD, PEMERINTAH MAUPUN
PEMERINTAH DAERAH),
ANTI MONOPOLI
MEMPERHATIKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG ANTI MONOPOLI,
PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DAPAT DILAKSANAKAN OLEH BADAN USAHA YANG
BERBENTUK BADAN HUKUM (BUMN, BUMS, BUMD, PEMERINTAH MAUPUN PEMERINTAH
DAERAH),

3.

PERAN SERTA SWASTA DAN MASYARAKAT

PEMERINTAH MENDORONG PERANSERTA SWASTA, MASYARAKAT DAN PEMDA DALAM
PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN, KECUALI APABILA SWASTA DAN MASYARAKAT
TIDAK MAMPU UNTUK MELAKSANAKANNYA, MAKA AKAN DIAMBIL ALIH OLEH PEMERINTAH (
DIKAITKAN DENGAN PERPRES NO. 67 TAHUN 2005 ).

4.

OTONOMI DAERAH
PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN HARUS MEMPERHATIKAN OTONOMI DAERAH

 MENEKAN KECELAKAAN DI JALUR BEBAS

MENEKAN KECELAKAAN DI STASIUN/EMPLASMEN

MENEKAN KECELAKAAN DI PERLINTASAN

PENINGKATAN KESELAMATAN
KERETA API
SASARAN

KEBIJAKAN

MENEKAN
KECELAKAAN DI
JALUR BEBAS DAN
EMPLASMEN

PENGKETATAN
TERHADAP
KELAIKAN
PRASARANA DAN
SARANA SERTA
SERTIFIKASI
TENAGA
OPERATOR

STRATEGI

UPAYA

SECARA BERTAHAP

PENINGKATAN

MENERAPKAN/
PENGKETATAN
TERHADAP GO & NO
GO ITEM
KELAIKAN
PRASARANA
KELAIKAN SARANA
SERTIFIKAT KEMAMPUAN TENAGA
OPERATOR

PERAWATAN
PRASARANA DAN
SARANA DENGAN
MENGGALAKKAN
PENGGUNAAN CEK LIST
PENERAPAN PERAWATAN
DENGAN CHANGE UNIT
SYSTEM
PENINGKATAN TENAGA
PERAWATAN DAN
TENAGA OPERATOR
MELALUI PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN

PENINGKATAN KESELAMATAN
DI JALAN PERLINTASAN
PERATURAN-PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN
PERLINTASAN TAK SEBIDANG
Keputusan Menteri Menteri Perhubungan No. KM.53 Tahun
2000 Tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan antara
Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain.
SKB antara Departemen Perhubungan dan Departemen
No. KM.87 Tahun 2004 Tentang Perencanaan,
Dalam Negeri
No. 247 Tahun 2004
Pembangunan, Pengadaan , Pengoperasian, Pemeliharaan
dan Penghapusan Perlintasan Sebidang antara Jalur Kereta
Api dengan Jalan.

Peraturan Dirjen Perhubungan Darat No. SK 770/KA.401/

DRJD/2005 Tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang
Antara Jalan dengan Jalur Kereta Api.

PENINGKATAN KESELAMATAN
DI JALAN PERLINTASAN
SASARAN
MENEKAN KECELAKAAN
DI JALAN PERLINTASAN

KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN

STRATEGI
BERSAMA DEPT. PU, PEMDA

PERLINTASAN TIDAK
SEBIDANG

PEMBANGUNAN JALAN/
YANG SEJAJAR DENGAN
JALAN KERETA API SEBAGAI
JALAN KOLEKTOR

DAN KERETA API MEMBUAT

INVENTARISASI JALAN
PERLINTASAN YANG PADAT
DAN JUSTIFIKASI TENTANG
PERLUNYA DIBUAT TIDAK
SEBIDANG
MENUTUP JALAN
PERLINTASAN YANG
BERDEKATAN DAN
MENYATUKAN PADA
SUATU TEMPAT TERTENTU
BARU DISILANGKAN
SEHINGGA JUMLAH JALAN
PERLINTASAN BERKURANG
MEMASUKAN JALAN
KOLEKTOR PADA TATRAWIL
DAN TATRALOK

UPAYA
PENDEKATAN PADA POLRI

DAN PU
PENDEKATAN KEPADA
BAPPENAS
PENDEKATAN KEPADA
PEMDA
PENDEKATAN KEPADA PARA
PENGEMBANG
MENYIAPKAN LAHAN LEBIH
KURANG 3 M DI KANAN DAN
KIRI UNTUK PEMBUATAN
JALAN SEJAJAR DENGAN
JALAN KERETA API

UNDERPASS SALAH SATU CONTOH PERLINTASAN TAK SEBIDANG

TELAH DIPROGRAMKAN
SETIAP DAOP MEMBUAT 1
PROTOTYPE

 MENGURANGI BEBAN JALAN RAYA

MENINGKATKAN SHARE TRANSPORTASI KERETA API
YANG MASIH SANGAT RENDAH (0,6%)
TARIF ANGKUTAN BARANG NEGOTIABLE

KEAMANAN TERJAMIN
ARMADA SANGAT TERBATAS (LOKO DAN GERBONG)
PERLU PERCEPATAN TERCIPTANYA INTEGRATED
TRANSPORT

KEBIJAKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA

DENGAN POLA HUBUNGAN ANTARA KOMODITI &
KORIDOR

LINTAS

Jakarta Surabaya (Parsel, Barang bernilai tinggi/ 725

Km)
Cilegon Jakarta - Surabaya (Baja / 842Km)
Gede Bage Tj Priok (Container / 191,30Km)
Cibungur Tj Priok (Container / 99,75 Km)
Cikarang Tj Priok (JABABEKA Container / 51,40Km)

Pasuruan / Bangil Tj Perak (Container / 63 Km)

Cigading Bekasi (Batubara / 144 Km)

Tj Perak Cepu Cilacap ( EXON / 490 Km)

SOLUSI

PRAKIRAA
N BIAYA

Parsial double track

Tegal Pekalongan (62
km)

1,05 T

Memperpanjang jalur
KA sampai JICT/Koja

35, 2 M

Kondisi jalur menuju ke Container

yard di Tj. Perak perlu
ditingaktakan

Perbaikan kondisi jalur

97,6 M

Kekurangan Lok dan Gerbong

Pengadaan Lok dan

Gerbong

32,5 M

Kekurangan lok dan gerbong

Pengadaan Lok dan

Gerbong

220 M

PERMASALAHAN
Kapasitas lintas Tegal -Pekalongan
sudah jenuh
-Jalur baru sampai di

Stasiun Pasoso
-Belum ada terminal peti
kemas di Cikarang

JALUR KE TANJUNG PERAK - SURABAYA

CONTAINER YARD

 PELUANG PASAR SANGAT BAGUS

PEMILIHAN ARMADA YANG EFISIEN DAN
EFEKTIF (KRDE)
PENGATURAN JADWAL HARUS TEPAT
KEMUDAHAN MEMPEROLEH TIKET

MENGUSAHAKAN ON TIME PERFORMANCE

PENINGKATAN PELAYANAN BAIK PADA SET
KEBERANGKATAN, DI ATAS KERETA, DALAM
PERJALANAN, DAN PADA SET TUJUAN

ANGKUTAN PENUMPANG JARAK MENENGAH YANG POTENSIAL

LINTAS
Jakarta Cirebon (226 Km)
Jakarta Bandung (170 Km)

PERMASALAHAN
Kapasitas Jalur di Stasiun
Gambir terbatas

SOLUSI

PRAKIRAAN BIAYA
78 M (4 SET @19,5M)

Pengadaan KRDE

78 M (4 SET @19,5M)

Semarang Tegal (150 Km)

39 M (2 SET @19,5M

Semarang Cepu (139 Km)

39 M (2 SET @19,5M)

Yogyakarta Solo (59 Km) Jumlah armada terbatas

Pengadaan KRDE

78 M (4 SET @19,5M)

Surabaya Malang (88 Km)

39 M (2 SET @19,5M)

Surabaya Kertosono (76 Km)

39 M (2 SET @19,5M)

Semarang Solo (109 Km)

Kondisi Track antara Semarang

Kedung Jati Gundih rusak

Perbaikan kondisi
track

170 MILYAR

 JUMLAH PENGGUNA JASA KERETA API JAUH

KAPASITAS ANGKUT

MELAMPAUI

JUMLAH ARMADA TERBATAS

KAPASITAS LINTAS MENDEKATI JENUH
TARIF KERETA API KELAS EKONOMI SANGAT MURAH
STASIUN MASIH SANGAT TERBUKA ( TIDAK STERIL )
DISIPLIN PENGGUNA JASA KERETA API MASIH KURANG

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KERETA API

DI JAWA TIMUR
1. Pengembangan Kommuter pada wilayah metropolitan/perkotaan yang
potensial (SUSI, SULAM, SUMBANG (Sby-Mjkerto-Jmbang, Malang
Raya, Madiun-Ponorogo)
2. Pengembangan Angkutan Kereta Api antar Kota yang kompetitif,
antara Si Cantik (Jmbr-Sby), Madiun-Sby, Sby-Malang-Blitar,
3. Penyambungan Stasiun Gubeng-PasarTuri,

4. Mengaktifkan kembali Jaringan KA sampai Tg.Perak

5. Pembangunan Jaringan baru Waru-Juanda,
6. Pembangunan elevated di Wilayah Surabaya Raya,
7. Peningkatan kualitas pelayanan,
8. Pembangunan double track,
9. Peningkatan kualitas keselamatan dan keamanan lalu lintas.

PETA LINTAS JAWA TERMASUK YANG SUDAH TDK BEROPERASI

3

JARINGAN REL YANG SUDAH TIDAK

BEROPERASI DI JAWA TIMUR DAN MADURA

MADIUN - SLAHUNG

= 62 KM

MOJOKERTO - BANGIL

= 102 KM

LASEM BOJONEGORO
TUBAN JOMBANG
SIDOARJO - TARIK

= 83 KM
= 111 KM
= 22 KM

LUMAJANG - RAMBIPUJI
KLAKAH - PASIRAN
KAMAL - PAMEKASAN

= 60 KM
= 36 KM
= 113 KM

ROGOJAMBI - SRONO

= 13 KM

BANGKALAN TELANG

= 13 KM

JARINGAN REL YANG SUDAH TIDAK BEROPERASI

4. KA Kommuter

Sebagai upaya dalam peningkatan public services kepada masyarakat luas

dengan harga yang lebih terjangkau, aman, dan mudah.

Sebagai solusi yang paling rasional (baik dari aspek teknis, investasi
maupun manajemen) terhadap kebutuhan pelayanan angkutan umum yang
sudah sangat mendesak,

Pelayanan Angkutan Umum tanpa membebani kepadatan lalu lintas jalan

(road way) yg sudah cukup tinggi, bahkan sudah pada tingkat kemacetan yg
cukup parah,

Meningkatkan aksesibilitas dari wilayah hinterland dengan pusat-pusat

kegiatan ekonomi,

Memberikan pilihan baru kepada masyarakat dalam moda angkutan,

Mendorong perkembangan ekonomi, baik pada pusat-pusat kegiatan

ekonomi, sentra-sentra produksi maupun pada kawasan-kawasan baru

Sebagai embrio dalam pengembangan angkutan umum massal di masa

mendatang dalam skala metropolitan.

P.BAWEAN
LAUT JAWA

TUBAN

SURABAYA LAMONGAN

J
A
W
A

U
PULAU MADURA
GRESIK

Babat
LAMONGAN

BOJONEGORO

SURABAYA PASAR TURI

SURABAYA KOTA
SURABAYA GUBENG
SURABAYA WONOKROMO

SBY MJKERTO-JMBANG

T
E
N
G
A
H

SELAT MADURA
SIDOARJO

NGA
WI

Manting
an

MOJOKERTO

Caruban
NGANJUK

JOMBANG
Kertosono

Maospati
MADIUN

LAWANG-MLG-KPANJEN

MAGETAN

Gempol
Bangil

SURABAYA SIDOARJO

SITUBONDO

PASURUAN

Mlandin
gan

PROBOLINGG
O

Pand
aan
Purwos
ari

BONDOWOSO

KEDIRI
Lawang
PONOROGO

MALANG
BLITAR

TRENGGALEK
Kepanjen

Klak
ah
LUMAJANG

Turen

TULUNGAGUNG

BANYUWANGI

Gente
ng

Ketapa
ng

Gilima
nuk
Rogojamp P. BALI
i

Rambi
puji

Puge
r

PACITAN

Meneng

JEM
BER

KETERANGAN

R 50 = 128.500 KM

Benc
uluk

Graja
gan

R 42 = 478.249 KM

R 38 = 63.080 KM

R 38 = 69.584 KM

SAMUDERA INDONESIA
R 33 = 170.518 KM

DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI JAWA TIMUR

LAMONGAN

RENCANA PENGEMBANGAN ANGKUTAN KA PERKOTAAN DI SURABAYA

PASAR GRESIK

KRIAN

SURABAYA LAMONGAN (41 KM)

SURABAYA MOJOKERTO (47 KM)
SURABAYA SIDOARJO BANGIL (47 KM)

RENCANA PEMBANGUNAN KA ULANG ALIK (KOMUTER)

GERBANGKERTASUSILA
Ke Pelabuhan
Koridor Surabaya Pasarturi Lamongan
Ke Gresik

Sidotopo
Surabaya
Kota

Gubeng
St. Sidotopo

St. Pasarturi

Sepanjang

Shelter Ngaglik

Waru
Gedangan

Baharan
Krian
Kedinding

St. Gubeng
Tarik
Jombang

Shelter Ngagel

Prambon

Tulangan

Rencana pembangunan jalur KA antara Sby

Pasarturi Gubeng, akan dibangun tahun
2006-2007
Rencana revitalisasi jalur KA antara Sidoarjo
Tarik (akan dibangun pada 2007)

Sidoarjo

Porong

Koridor Sb Sidoarjo

Wonokromo

St. Kota

Peresmian KA Kommuter SUSI,

oleh Presiden tgl 9 Februari 2004

SUSI, Prasarana:
Jumlah Stasiun = 6 dan halte = 8
Panjang lintasan Stasiun Kota s/d Stasiun Sidoarjo : 25, 51km
-. Double track : 7,84 km
-. Single track
: 17,67 km
Perlintasan di jaga PT. KA : 37 buah
Perlintasan di jaga swasta : 13 buah
Alat komunikasi dan persinyalan di stasiun waru
Penambahan Rambu KA 400 buah

Tahap II Th 2004

Tahap II Th 2004
Halte Margorejo

Tahap I Th 2003

Tahap II Th 2004
Halte Kerto Menanggal

Halte Jemur Sari

Halte Pager wojo

Tahap I Th 2003
Halte Sawo Tratap

Tahap II Th 2004

Halte Banjar Kemantren

Tahap I Th 2003
Tahap I Th 2003

Halte Sawo Tratap

Halte Buduran

3 (tiga) Train Set / Rangkaian KA Kommuter, masing masing 4 kereta.

Catatan :
Dioperasikan dengan 8 trip dari Surabaya dan 9
trip dari Sidoarjo, kecepatan rata rata 40 km/jam,
dengan waktu tempuh 1 jam.

Interior KA Kommuter

TEROWONGAN

HALTE NGAGEL

HALTE KERTO MENANGGAL

HALTE MARGOREJO

HALTE BANJAR KEMANTREN

Perkembangan Jumlah penumpang

SUSI, operasi sejak Januari 2004 :

2004 = 1.091.611 org, 3.267 org/hari
2005 = 1.829.518 org, 5.013 org/hari

SULAM, operasi sejak 15 Februari 2006:

Februari = 603 org/hari
Maret

= 687 org/hari

April (s/d tgl 23 April) = 791 org/hari

25,000

JML PENUMPANG

20,000
15,000

SBY - SDA/PR
SDA/PR - SBY

10,000

TOTAL PNP BLN

5,000
0
1

TRIP KA KOMUTER

TRIP 1

TRIP 2

TRIP 3

TRIP 4

TRIP 5

TRIP 6

TRIP 7

TRIP 8

SBY - SDA/PR

3,936

5,050

5,110

6,760

8,561

9,541

13,154

11,155

SDA/PR - SBY

9,006

14,382

10,922

7,177

7,473

6,050

4,972

2,888

1,990

64,860

12,942

19,432

16,032

13,937

16,034

15,591

18,126

14,043

1,990

128,127

RATA 2/HARI KE SDA

127.0

162.9

164.8

218.1

276.2

307.8

424.3

359.8

0.0

2,040.9

RATA 2/HARI KE SBY

290.5

463.9

352.3

231.5

241.1

195.2

160.4

93.2

64.2

2,092.3

RATA 2/HARI TOTAL

417.5

626.8

517.2

449.6

517.2

502.9

584.7

453.0

64.2

4,133.1

KAPASITAS

400

400

400

400

400

400

400

400

400

LF (%) KE SDA

30.4

26.0

31.9

48.5

53.4

61.2

72.6

79.4

0.0

LF (%) KE SBY

72.6

116.0

88.1

57.9

60.3

48.8

40.1

23.3

16.0

TOTAL PNP BLN

TRIP 9

TOTAL
63,267

HALTE
MARGOMULYO
HALTE DEMAK
7 km
2 km

STA. BABAT
69 km

STA.
PUCUK
60 km

STA.
LAMONGAN
41 km

STA.
CERME
19 km

STA.
STA.
STA. TANDES
BENOWO KANDANGAN 5 km
14 km
9 km

Perkiraan jumlah penumpang = 31.654 org/hari

Panjang Lintasan = 41 Km (Sby-Lamngn)
Jumlah Stasiun = 7 stasiun
Rencana tambahan Shelter = 2 unit
Jumlah perlintasan sebidang : 72
a. Dijaga

: 13

b. Tidak dijaga

: 59

STA. PASAR
TURI 0 km

STA. TANDES

STA. KANDANGAN

STA. CERME

STA. LAMONGAN

STA. BENOWO

STA. BABAT

Penumpang KRD Surabaya Babat Lamongan

Yang banyak berdiri diatas gerbong dengan
frekuenwensi 1 PP perhari

Penumpang KRD Surabaya Babat Lamongan

DARI SURABAYA
Kommuter - 1

Kommuter - 3

Kommuter - 5

Kommuter - 7

DAT

DAT

DAT

Stasiun

DAT

BRK
05:00

Surabaya Pasar Turi

BRK
09:00

BRK
11:45

BRK
14:30

Tandes

05:06

05:07

09:06

09:07

11:53

11:54

14:36

14:37

Kandangan

05:11

05:12

09:11

09:12

11:58

12:04

14:41

14:43

Benowo

05:18

05:34

09:18

09:19

12:10

12:11

14:49

14:50

Cerme

05:40

05:41

09:25

09:26

12:17

12:18

14:56

14:57

Duduk

05:50

06:11

09:35

09:36

12:27

12:31

15:06

15:07

Pandanan

06:16

06:17

09:41

09:42

12:36

12:37

15:12

15:13

Lamongan

06:24

09:49

12:44

15:20

DARI LAMONGAN
Kommuter - 2

Kommuter - 4

Kommuter - 6

Kommuter - 8

DAT

DAT

DAT

DAT

Stasiun
BRK
07:15

Lamongan

BRK
10:36

BRK
13:28

BRK
15:55

Pandanan

07:25

07:26

10:43

10:44

13:35

13:36

16:05

16:06

Duduk

07:31

07:32

10:49

10:50

13:41

13:42

16:11

16:12

Cerme

07:41

07:42

10:59

11:00

13:51

13:53

16:21

16:22

Benowo

07:48

07:49

11:06

11:07

13:59

14:00

16:28

16:29

Kandangan

07:55

07:56

11:13

11:14

14:06

14:07

16:35

16:36

Tandes

08:00

08:01

11:18

11:19

14:11

14:12

16:40

16:41

Surabaya Pasar Turi

08:07

11:25

14:18

16:47

STA.SBY
KOTA 0 km
STA. WONOKROMO
7 km

Perkiraan jumlah penumpang

mencapai 38.125 orang/hari

HALTE KEBONSARI
21 km

STA. SEPANJANG
24 km

STA.
BOHARAN
33 km

STA. MOJOKERTO
57 km

STA.
TARIK
47 km
STA. BANGSAL
52 km

STA.
KRIAN
STA.
KEDINDING 38 km
43 km

HALTE KEMENDUNG/
CITRA HARMONI
29 km

Jumlah perlintasan sebidang : 72

a. Dijaga

: 13

b. Tidak dijaga

: 59

STA. SEPANJANG

STA. KRIAN

HALTE KEMENDUNG

STA. KEDINDING

STA. BOHARAN

STA. MOJOKERTO

Jl. Raya Taman (Surabaya Krian )

Gb. Kondisi Jalan Jalur Tengah yang sejajar

Rel KA (2/2 dua lajur dua arah)

Jl. Raya Taman (Surabaya Krian )

Penumpang KRD Surabaya Jombang

Yang banyak berdiri diatas gerbong dengan
frekuenwensi 1 PP perhari

Potensi bangkitan di sekitar perlintasan

Halte Kebonsari

STASIUN LAWANG : 31,12 KM

HALTE RANDU AGUNG : 33,90 KM

STASIUN SINGOSARI : 39,17 KM

HALTE KARANG LO : 42,03 KM
HALTE POLOWIJEN : 43,87 KM
STASIUN BLIMBING : 44,45 KM
HALTE LOWOKWARU : 47,12 KM
STASIUN MALANG KOTA BARU : 49,23 KM
STASIUN MALANG KOTA LAMA : 51.00 KM

Perkiraan jumlah penumpang

84.000 org/hari

HALTE JANTI GADANG : 52,90 KM

HALTE SATSUIT TUBUN KACUK : 54,56 KM
HALTE SONO TENGAH : 56,55 KM

STASIUN PAKIS AJI : 60,45 KM

HALTE JATI REJOYOSO : 66,01 KM

STASIUN KEPANJEN : 68,10 KM

PANJANG TOTAL LINTASAN : 36,98 KM, PERLU TAMBAHAN HALTE 8 (DELAPAN) UNIT

Lawang

Kepanjen

PENUTUP
Perkembangan Surabaya Raya sebagai kota metropolitan dan
beberapa kota lainnya di Jawa Timur menuntut pelayanan angkutan
umum massal yang layak.
Angkutan umum massal, apapun pilihannya, akan membutuhkan
investasi awal yang SANGAT besar, oleh karena itu Kereta Api
merupakan pilihan yang paling rasional, karena jaringan
infrastrukturnya sudah tersedia sehingga tidak diperlukan investasi
awal.
Kereta Api juga dapat menjadi solusi dalam upaya mengurangi
tingkat kemacetan yang sudah cukup parah.
Peran serta semua pihak tentu sangat diperlukan, baik Pemerintah
Pusat maupun Daerah, terutama terkait dengan penyediaan
infrastruktur dan fasilitas pendukung, integrasi dengan moda
angkutan umum lainnya, khususnya angkutan umum lokal sebagai
feeder.
Dengan pelayanan angkutan umum massal yang layak, murah,
aman dan mudah, maka pada akhirnya Kereta Api akan menjadi
pilihan masyarakat.

DAN