Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling
sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan
mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun
tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan
yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan
diperkirakan cukup banyak, namun angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini
disebabkan antara lain oleh banyak penderita dengan kelainan ringan tidak datang
berobat. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang
kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai
prevalensi dermatitis ini di masyarakat.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopic (Adhi Djuanda, 2005).
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan
melalui kerja kimiawi atau fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi
keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel epidermis. Ada 2 jenis bahan iritan yaitu : iritan
kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan
pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang
paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
1

Berdasarkan beberapa keterangan di atas, maka Penulis tertarik untuk


mempelajari tentang Sistem Integumen. Oleh sebab itu, Penulis menyusun
makalah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DERMATITIS .
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan dermatitis ?
2. Apa sajakah etiologi atau faktor penyebab dari dermatitis ?
3. Bagaimanakah klasifikasi dari dermatitis ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari dermatitis ?
5. Apa sajakah manifestasi klinis dari dermatitis ?
6. Apa sajakah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan terhadap pasien
yang dicurigai dermatitis ?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan dari dermatitis ?
8. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dermatitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang konsep dan askep pada pasien dengan dermatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dermatitis
b. Untuk mengetahui etiologi atau faktor penyebab dari dermatitis
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari dermatitis
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari dermatitis
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari dermatitis
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
terhadap pasien yang dicurigai dermatitis
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari dermatitis
h. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien dengan dermatitis.

BAB II
PEMBAHASAN

I.

Konsep Dermatitis
A. Defenisi
1. Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema,
edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal (Djuanda, Adi, 2007).
2. Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( inflamasi pada kulit ) yang
disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner
dan Suddart, 2000 ).
3. Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang
disertai dengan pengelupasan kulit ari.
4. Menurut Gell dan Coombs dermatitis adalah reaksi hipersensitifitas yang
diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan
epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju
ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan
selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.

5. Diaper dermatitis merupakan kelainan peradangan kulit di daerah yang


tertutup popok yang paling sering diderita oleh bayi atau anak-anak.
(Maya Devita, Dr;2004).
6. Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada
daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka,
kronik dan superfisial, didasari oleh faktor konstitusi.
Jadi, dari beberapa defenisi di atas dapat kelompok II simpulkan bahwa
dermatitis adalah

peradangan pada kulit yang disebabkan oleh berbagai

faktor dan menimbulkan pengelupasan pada kulit.


B. Etiologi
Menurut Arief Mansjoer dalam Kapita selekta : 1998 ; penyebab
dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi (jamur),
selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut
dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh
yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Luar ( eksogen )
Misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ), fisik ( sinar
matahari, suhu ), mikroorganisme ( virus, bakteri dan jamur).
2. Dalam ( endogen )
Misalnya dermatitis atopik
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi
dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya
memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan
meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip
merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang
terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit
yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat
disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya
tidak bagus.
Faktor Predisposisi terjadinya dermatitis terdiri dari :
a. Keringnya kulit.
4

b. Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain.
c. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya
d.
e.
f.
g.
h.

membungkus anak dengan pakaian berlapis.


Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu.
Alergi terhadap debu, serbuk bunga, atau bulu hewan.
Virus dan infeksi lain.
Perjalan ke Negara dengan iklim berbeda.
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan,
misalnya

perbedaan

ketebalan

kulit

di

berbagai

tempat

menyebabkan perbedaan permeabilitas dan usia juga berpengaruh.


Berbagai faktor yang berperan pada timbulnya diaper dermatitis antara
lain : Kontak yang lama dengan popok yang basah. Popok yang basah bila
tidak segera diganti akan membuat kulit bayi lembab. Di dalam urine terdapat
berbagai organisme diantaranya bakterium amoniagenes yang dapat
mengubah urea menjadi amonia. Amonia ini dapat meningkatkan PH pada
permukaan kulit bayi sehingga kulit akan lebih mudah dan lebih sering
diserang oleh kuman dan jamur. Keadaan feses yang banyak mengandung air
dapat menambah kelembapan kulit sehingga mempermudah terjadinya
dermatitis/eksim akibat gesekan.
Gesekan dan iritasi merupakan dua faktor penting, sebagai penyebab
primer maupun sebagai faktor pencetus. Daerah popok adalah daerah yang
sering basah. Ditambah dengan gesekan berulang pada pergerakan badan bayi
akan menambah pula frekuensi kontak antar kulit. Dermatitis oleh karena
iritasi biasanya disebabkan oleh iritasi bahan kimia khususnya oleh kotoran
diare. Enzime-enzim fekal juga meningkatkan permeabilitas dari kulit
terhadap garam empedu yang merupakan bahan iritan yang potensial dalam
feces.
C. Klasifikasi
1. Dermatitis Kontak ( dermatitis venenata )
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan
/substansi yang menempel pada kulit atau respon peradangan kulit akut
atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.

Dermatitis merupakan dermatitis yang disebabkan oleh bahan yang


menempel pada kulit atau dermatitis kontak merupakan respon reaksi
hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi
yang sering bersifat ekzematosa yang disebabkan oleh reaksi kulit
terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik.
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen.
Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan
kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi.
Contohnya sabun cuci/ detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.
Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau
rumput.
Ada 4 bentuk dermatitis kontak, yaitu :
a. Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara
kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa dasar imunologik. Terjadi
sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan
iritan ringan selama waktu yang lama. Dermatitis ini terjadi karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran molekul, daya larut,
konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan, gesekan dan
trauma fisis, suhu serta kelembaban. Faktor individu juga
berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan
ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan
permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah
teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis
kelamin.
b. Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat
kontak kulit dengan bahan alergik ( bahan pelarut, deterjen, minyak
pelumas ). Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 14 hari.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase, yaitu :
1) Fase sensitisasi

Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum


korneum akan ditangkap oleh sel langerhans dengan cara
pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom.
Pada awalnya sel langerhans dalam keadaan istirahat, dan
hanya

berfungsi

sebagai

makrofag

dengan

sedikit

kemampuan menstimulasi sel T. Terjadinya sensitisasi


kontak tergantung pada sinyal iritan yang dapat berasal dari
alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah
terhadap respon iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit
yang meradang. Jadi sinyal bahaya yang menyebabkan
sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik sendiri
melainkan dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan
mengurangi iritasi akan menurunkan potensi sensitisasi.
2) Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi
pada pajanan ulang alergen (hapten), hapten akan ditangkap
sel langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen,
diikat oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan
kulit.

Selanjutnya

kompleks

HLA-DR-antigen

akan

dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik


di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi proses
aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-48
jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi dan
infiltrat perivaskuler pada dermis, edema intrasel, biasanya
terlihat pada permukaan dorsal tangan.
c. Dermatitis kontak fototoksik
Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe

iritan

tetapi

memerlukan kombinasi sinar matahari dan bahan kimia yang


merusak epidermis kulit. Gambaran klinis yang terjadi serupa
dengan dermatitis iritan.
d. Dermatitis kontak fotoalergik

Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan cahaya


disamping

kontak

alergen

untuk

menimbulkan

reaktivitas

imunologik. Gambaran klinis serupa dengan dermatitis iritan.


Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No

Aspek

Dermatitis kontak iritan

Dermatitis kontak alergik

.
1.
2.
3.
4.

Penyebab
Permulaan
Penderita
Lesi

5.

Uji

Iritan primer
Pada kontak pertama
Semua orang
Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
Sesudah ditempel 24 jam,

Alergen kontak S. sensitizer


Pada kontak ulang
Hanya orang yang alergik
Batas tidak begitu jelas
Eritema kurang jelas
Bila sesudah 24 jam bahan

Tempel

bila iritan di angkat reaksi allergen di angkat, reaksi


akan segera

menetap

atau

meluas

berhenti.

2. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal,
dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut.
Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya
dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
Manifestasi klinik dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam
keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan dan banyak kerak. Pada
bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang yang
lebih tua dan remaja, lesi tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki,
8

di belakang lutut dan lipat siku. Gejala terbesar adalah pruritus hebat
menyebabkan berulangnya peradangan dan pembentukan lesi yang
merupakan keluahan utama mencari bantuan.
3. Dermatitis Seborrheic / Seboroik
Dermatitis seboroik adalah golongan kelainan kulit yang didasari
oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada
muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar
leher, alis mata dan di belakang telinga. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan
stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema merupakan
penyakit yang umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari
kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala,
muka, dan telinga. Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah
presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa
sekurangkurangnya 50% pasien HIV terkena dematitis seboroik.
Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah
dermatitis seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik
sama dengan ketombe.
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik
yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit
ini dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan
maupun dewasa. Cradle cap dikaitkan dengan peningkatan produksi
sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah
dan badan. Jamur Pityrosporum ovale kemungkinan merupakan faktor
penyebab. Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan
penyakit ini dengan mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora
normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metaboliknya yang
masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur itu sendiri melalui
aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor genetik dan
9

lingkungan diperkirakan juga dapat mempengaruhi onset dan derajat


penyakit.
Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pada remaja dan dewasa
Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai
skuama berminyak ringan pada kulit kepala dengan eritema dan
skuama pada lipatan nasolabial atau pada belakang telinga. Skuama
muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan peningkatan
kelenjar sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, daerah
lipatan tubuh dan daerah infra mamae), kadang-kadang bagian
sentral wajah dapat terlibat.
Bentuk awalnya kecil,

papul-papul

follikular

dan

perifollikular coklat kemerah-merahan dengan skuama berminyak.


Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk daun bunga
atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis). Pada masa
remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp
scaling (ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada
saat stres atau kekurangan tidur.
b. Pada bayi
Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal,
berminyak pada verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak
menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak-anak atau
dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan
dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi
warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan
berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran.
Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering
terlibat disertai dengan eksudat seperti keju yang bermanifestasi
sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general. Dermatitis
seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan
biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan
defisiensi sistem imun yang menderita dermatitis seboroik general
sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiners disese).

10

Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus


dievaluasi sistem imunnya.
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga :
1) Seboroik kepala
2) Seboroik muka
3) Seboroik badan dan sela-sela

4. Neurodermatitis Sirkumskripta / Liken Simpleks Kronikus Vidal


Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit
tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai
kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang
karena berbagai ransangan pruritogenik (Adi Djuanda, 2005).
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan
tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
5. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis

sekunder

akibat

insufisiensi

kronik

vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah. Yang muncul dengan adanya


varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna
menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul
ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan
kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
6. Dermatitis Medikamentosa
Adalah kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang
digunakan untuk ruam kulit karena pemakaian internal obat-obatan atau
medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat timbul mendadak, ruam
dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan
atau tanpa vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama
pada bibir, glans penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat11

obatan yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal.
Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal dan suhu badan
meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya
bisa mengenai seluruh tubuh.
7. Dermatitis

numularis

(Dermatitis

Diskoid

Neurodermatitis

Numularis)
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi
berukuran sebesar uang logam, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa
papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah, dan umumnya
berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat
gatal, lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel ( 0,3 1.0 cm )
kemudian membesar dengan cara berkonploensi atau meluas kesamping.
Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam ( koin ),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah lesi dapat 1
dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran
bervariasi mulai dari miliar numular.
D. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan
melalui kerja kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk,
denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya
ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel epidermis. Ada 2 jenis bahan
iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan
lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan,
gesekan, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan
dengan gejala diatas dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi
kulit, erupsi dan gatal. Selain itu, dapat menimbulkan gangguan intergritas
kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel kecil, kulit kering,
pecah-pecah dan kulit bersisik.
12

1. Dermatitis Kontak
a. Dermatitis Kontak Iritan : Kulit berkontak dengan zat iritan dalam
waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas.
Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit
menebal disebut skin hardering.
b. Dermatitis Kontak Alergik : Batas tak tegas. Proses yang
mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah
terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi
sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.
3. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa
skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk
dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial
belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat
bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama
kering dikenal sebagai dandruff (ketombe) dan bila basah disebut
pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga
memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing
(varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah
edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa
kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan
timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi
hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila
berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba
kaku, warna kulit lebih hitam.
WOC Dermatitis
Bahan iritan kimiawi dan fisik

Kerusakan sel

Dikonsumsi atau
kontak langsung

13

Anti gen (Ag)

Kelainan kulit

Lapisan tanduk rusak

Iritan kontak dengan


Antigen (Ag)

Sel penyampai Ag

Sel T
Denaturasi keratin

Menyingkirkan
lemak lapisan tanduk

Oleh sel plasma dan basofil


membentuk Ab IgE

Memacu proses
degranulasi

Mengubah daya
ikat air kulit

Pelepasan mediator
kimia berlebihan

Merusak lapisan
dermis

Reaksi peradangan

Gg. Integritas
kulit

Pelepasan
limfokin

Lepas makrofag

Kerusakan
jaringan
Kelembapan kulit
menurun

Gatal dan rubor


Kulit mengering

Lapisan epidermis
terbuka, invasi bakteri

Pelepasan toksin
bakteri

Resiko infeksi

DERMATITIS
Perubahan warna
kulit
Reaksi menggaruk
berlebih
Gg. Citra tubuh
(diri)
Gg. Rasa nyaman
nyeri

E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang
akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit
dan genitalia eksterna.

14

Kelainan bergantung pada keparahan dermatitis, yaitu :


1. Fase Akut
Terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas,
ruam kulit, eritema, edema, sedang pada yang berat dapat disertai pula
vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi, keluhan
subyektif berupa gatal.
2. Fase Sub Akut
Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada
maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini akan
terlihat eritema, edema ringan/ berkurang, vesikula, eksudat mengering
menjadi krusta dan pembentukan papul-papul.
3. Fase Kronis
Lesi

cenderung

simetris,

batasnya

kabur,

papula,

skuama,

hiperpigmentasi, terlihat pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi,


krusta serta eritema ringan.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium
kronis.
Gejala dermatitis seroboik pada bayi, yaitu :
a. Di area kepala (bagian depan dan samping) ditandai : krusta tebal,
pecah-pecah, berwarna kekuningan dan berminyak. Tanda ini disebut
cradle cap karena bentuknya yang mirip topi menutupi kulit kepala.
b. Di bagian tubuh yang lain, ditandai : ruam berwarna kemerahan,
merah kekuningan, dengan krusta berminyak yang menutupi
permukaannya.
Gejala dermatitis seroboik pada dewasa, yaitu :
a. Keluhan gatal

15

b. Peradangan pada area seboroik dengan gambaran berbagai bentuk


lesi, berwarna kemerahan atau kekuningan disertai dengan adanya
skuama, krusta, basah berminyak, dan bisa juga kering.
c. Residif (mudah kambuh) dan bersifat kronis. Diduga behubungan
dengan faktor stres, kelelahan, sinar matahari dan iklim.
F. Komplikasi
1. Infeksi bakteri.
Gejalanya
berupa

bintik-bintik

yang

mengeluarkan

nanah.

Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita mengalami


demam dan lesu.
2. Infeksi saluran nafas atas
3. Bronkitis
G. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik)
1. Tes Tempel Terbuka.
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang
telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu
dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen
yang menguap.
2. Tes Tempel Tertutup.
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam
plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut
diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan
atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
3. Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai
fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen.
Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo.
Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam
ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar
ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari
efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi

16

dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa
menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini
sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila
masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel
merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak
perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam
obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak
24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan
kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang
umumnya telah disediakan oleh International Contact dermatitis risert
group, unit uji tempel dan penderita maka dengan mudah dilihat
perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil
yang didapat dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila
gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil
ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka
penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup
dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak
negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya
dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah
mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu. Tes in vitro
menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun
hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
Pemeriksaan Penunjang Dermatitis Seboroik :
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik
adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga
ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis.
Gambaran histopatologi tergantung dari stadium penyakit. Gambaran
histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik berupa hiperkeratosis,
akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis. Dibedakan dengan psoriasis

17

yang memiliki akantosis yang regular, rete ridges yang tipis, eksositosis,
parakeratosis dan tidak dijumpai spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada
kedua jenis penyakit.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara
lain:
1. Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan
tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
2. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.
3. Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki
karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar kolesterol,
trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar squalene, asam lemak
bebas dan wax ester.
H. Penatalaksanaan / Pengobatan
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak
alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini
mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel
T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul
CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan
fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T,
dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini
meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak
dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah
hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara
tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu
diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan
erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet

18

Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak


melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya
fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen
yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor.
Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan
sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi
penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA)
dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan
histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan
jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui
mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel
Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi
tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan
sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin

topikal

menghambat

elisitasi

dari

hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya


memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi
atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut

dapat

diberikan

antibiotika

(misalnya

gentamisin)

dan

antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.


5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus)
dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi
sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa
merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan
mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan
efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin
makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi

19

0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat


0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat
0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan
adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik
dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara
oral.
6. Antihistamin
Maksud pemberian

antihistamin

adalah

untuk

memperoleh

efek

sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat


pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A,
bradikinin dan asetilkolin.
Penatalaksanaan Dermatitis Seboroik :
Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan
dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai usia
pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan
menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama
dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan
mengurangi eritema dan gatal.
Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai terapi:
a. Skuama dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus untuk bayi,
pembersihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-5% dalam
minyak zaitun ataupun pelarut air,
b. Pengkompresan kulit kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama
yang tebal),
c. Pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam
bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari,
d. Penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi,
e. Perawatan kulit kepala bayi lainnya yang cocok menggunakan emolien,
krim ataupun pasta lembut. Bila ada infeksi sekunder khususnya yang
disebabkan oleh staphylococcus, dapat diberikan anti biotik oral.

20

Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama dan


penggunaan steroid telah memberikan efek samping yang merugikan,
pertimbangan menggunakan obat-obatan lain yang efektif terus dilakukan.
Beberapa preparat seperti tacrolimus, pimecrolimus dan inhibitor calcineurin
yang efektif pada pengobatan dermatitis atopik, ternyata juga efektif
diberikan untuk mengatasi penyakit dengan inflamasi lainnya, termasuk
dermatitis seboroik.(10,13) Sementara metronidazole, dilaporkan cukup
efektif dalam terapi dermatitis seboroik sebagai pengganti ketokonazole.
Penatalaksanaan Deaper Dermatitis :
1. Bersihkan segera daerah yang tertutup popok dengan lembut setiap kali
bayi kencing atau mengeluarkan kotoran menggunakan air / minyak
mineral. Bilas dan keringkan dengan sebaik-baiknya. Pada tindakan
pembersihan penting diusahakan menghindari penggosokan/penggesekan.
2. Oleskan krem pelindung. Jangan memakai bedak selama gatal belum
sembuh.
3. Buka popok bayi sesering mungkin sampai kulit sembuh sekitar satu
minggu (paparan udara langsung akan membantu mengeringkan dan
menyembuhkan kulit yang gatal).\Periksa ke dokter bila gatal menetap
sampai 10 hari atau lebih, tambah berat atau timbul lecet-lecet.
(Infokes.com,Oktober 2000).
4. Metode Perawatan Perianal. Keberadaan dan kesehatan bayi yang baik
adalah tujuan yang paling penting dari orang tua. Metode perawatan
perianal pada bayi adalah sebagai berikut:
a. Perawatan perianal dengan baby oil
b. Sering-seringlah mengganti popok. Jangan biarkan popok yang sudah
basah karena menampung banyak urin berlama-lama dipakai bayi.
Kontak yang lama antara urin atau tinja dengan kulit bayi dapat
menimbulkan ruam popok.
c. Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok
(bokong, paha, selangkangan, dan daerah genital bayi) secara perlahan
dengan handuk bersih. Usahakan menghindari menggosok-gosok
dengan keras daerah tersebut.

21

d. Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama


beberapa saat. Tindakan ini mungkin berguna menjaga daerah popok
tetap kering dan bersih.
e. Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan popok
dapat merangsang ruam popok. Jika hal itu terjadi, gantilah popok
merk lain yang lebih cocok.
f. Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali,
cucilah popok kain tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak
terlalu keras. Hindari memakai pelembut, karena pewangi dalam
pelembut tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Pastikan untuk
membilas popok dengan baik agar deterjen tidak tertinggal di dalam
popok.
g. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara
popok dengan kulit bayi.
Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Dan Kontak Alergik :
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak
alergik yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien
untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap
penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal
dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti
dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang
panjang, penggunaan deterjen.
2. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
3. Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
22

bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnya adalah :
a. Kortikosteroid
b. Radiasi ultraviolet
c. Siklosporin A
d. Antibiotika dan antimikotika
e. Imunosupresif topical
Pengobatan sistemik :
Antihistamin, Kortikosteroid, Siklosporin, Pentoksifilin, FK 506
(Takrolimus), Ca++ antagonis, Derivat vitamin D3 (ex :
kalsitriol), SDZ ASM 981.
4. Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah yang
kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui seganai
penyebab dari dermatitis atau berapa persentase dari klien dermatitis yang
mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada penyakit dermatitis
adalah diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein).
Tujuan diet dermatitis :
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa menimbulkan gejala
alergi, meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi
serangan.
b. Mencapai status gizi yang optimal.
Syarat diet dermatitis :
a. Tinggi Energi, protein, mineral dan vitamin sesuai dengan
kebutuhan.
b. Tidak menggunakan bahan makanan yg disangka menimbulkan
alergi.
Bahan makanan yang dapat menimbulkan alergi :
a. Sumber zat tenaga : beras, gandum, cantel, havemut, jagung,
kentang, lombok, terong .
b. Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun,
itik, burung dara dan telurnya, ikan tawar, ikan laut, cumi,
kerang, keong, kepiting, rajungan, udang, belut, kura-kura,
penyu, telur penyu, ular , kacang tanah, kacang polong, kedelai
dan hasil olahan.
23

c. Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang merah bawang


putih, labu, ragi, semangka, kurma, peterseli, brocoli, lobak, kol,
anggur, apel, murbei, stroberi, kayu manis, kakao, coklat.
II.

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin
(laki-laki dan wanita. Pada dermatitis kontak wanita dua kali lipat dari
pada laki-laki.),umur (orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda, namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada
anak-anak), alamat,suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan,
pekerjaan,tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis biasanya pasien mengeluh kulitnya terasa gatal
serta nyeri. Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke
tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama.
Pada

beberapa

kasus

dematitis

kontak

timbul

Lesi

kulit

( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah,
edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST
pada setiap keluhan klien .
1) Provocative/palliative.
a) Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahanbahan tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit.
b) Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau
bertambah berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak
maka keluhan yang dirasakan akan berkurang.
2) Quality/quantity
a)
Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, dan didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan
merasakan gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan
tertentu yang dapat menyebabkan keluhan.

24

b)

Sejauh mana sakit dirasakan


Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai
berat. Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit,

konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit.


3) Region/radiation
a)
Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab .
b)
Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari
manis, tempat cedera, dibalik perhiasan.
4) Severitty scale
a)
Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan
penyakit.
b)
Seberapa jauh skala ringan/berat.
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.
5) Timing
Kapan mulai terjadi, kapan sering terjadi, apakah terjadinya
mendadak atau perlahan-lahan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat sekarang menjelaskan tentang perjalanan penyakit yang
dialami pasien dari rumah sampai dengan masuk ke Rumah Sakit
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah
pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
d. Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis.
Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat
berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopic.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien :
1) Kesadaran : Composmetis
2) Tanda-tanda vital:
a) Tekanan darah (120/80 mmHg) : Normal
b) Pernafasan (15-24x/mnt)
: Normal
c) Nadi (60-100x/mnt)
: Normal
o
d) Suhu (36-37 C)
: Meningkat
b. Head To Toe
1) Kepala
25

Kulit kepala bersih, bulat sempurna, warna rambut normal, tidak


ada benjolan atau lesi.
a)
Kulit
Adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan
kekakuan kulit.
Pemeriksaan kulit meliputi pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
i. Inspeksi
1) Higiene kulit
Penilaian atas kebersihan yang merupakan petunjuk
umum atas kesehatan seseorang.
2) Makula
Suatu bercak yang nampak berwarna kemerahan,
permukaan kulit datar dan ukurannya kueang dari 1
cm, misalnya pada morbili atau campak.
3) Eritema
Suatu bercak kemerahan yang ukurannya lebih besar
dari makula, misalnya: crysipelas.
4) Papula
Suatu lesi kulit yang menonjol lebih tinggi daripada
sekitarnya, misalnya gigitan.
5) Vesikula
Suatu tonjolan kecil kurang dari 1 cm, berisi cairan
yang jernih, misalnya cacar air , herpes simpleks. Jika
tonjolannya besar-besar lebih dari 1 cm disebut bula,
misalnya luka bakar.
6) Pustula
Suatu tonjolan berisi cairan nanah, misalnya impetigo,
jerawat, infeksi kuman staphilococcus (bisul ).
7) Ulkus
Suatu lesi yang terbuka yang diakibatkan pecahnya
vesikula dan pustula.
8) Crusta
Cairan tubuh yang mengering bisa dari serum, nanah,
darah dsb.
9) Eksoriasis
Pengelupasan epidermis pada luka lecet atau abrasi.
10) Fisurre

26

Retak / pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk


celah

retakan.

Hal

ini

diakibatkan

penurunan

elastisitas jaringan kulit.


11) Cicatrix
Pembentukan jaringan ikat pada kulit sesudah
penyembuhan luka. Hal ini bisa karena bakat
( mempunyai kecenderungan untuk itu) ada pula yang
spesifik, yaitu cicatrix bekas irisan kulit pada
seseorang mofinis dan bekas suntikan BCG.
12) Petekie
Ada bercak pendarahan yang terbatas dan terletak di
epidermis kulit berukuran kurang dari 1 cm.
13) Hematoma
Pendarahan di bawah kulit yang umumnya berukuran
lebih besar dan berwarna merah, biru, ungu sampai
biru.
14) Naevus pigmentosus
Andeng- andeng atau tahi lalat, hiperpigmentasi pada
suatu daerah kulit dengan batas tegas.
15) Hiperpigmentasi
Suatu daerah di kulit yang lebih tua warnanya dari
kulit sekitarnya.
16) Vitiligo/hipopigmentasi
Daerah kulit yang tidak berpigmen/ kurang pigmen
daripada kulit sekitarnya.
17) Tatttoo
Hiperpigmentasi buatan dengan masukan zat warna.
18) Hemangioma
Suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluhpembuluh darah setempat yang biasanya kongenital.
19) Spider naevi
Suatu pelebaran pembuluh- pembuluh darah arteriola
di kulit yang khas bentuk dan arah aliran darahnya
( keluar) misalnya pada penderita sirosis hepatis.
20) Lichenifikasi
Penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
21) Striae

27

Suatu garis- garis putih kulit yang bisa ditemui pada


kulit perut wanita hamil, orang- orang yang sangat
gemuk ( daerah gluteal, lipat bahu, ketiak ini karena
regangan kulit yang melebihi ekstisitisitasnya).
22) Mongolian spot
Suatu bercak kebiruan yang sering didapat di daerah
gluteal sampai lumbal, bayi-bayi dari ras oriental,
Indian, Amerika, dan Negro.
23) Uremie frost
Bedak ureum, salju ureum di kulit merupakan kristal
halus ureum yang terjadi akibat menguapnya keringat
pasien uremia sehingga di kulit tertinggal bedak
ureum.
24) Anemi
Pucat bisa dilihat dari telapak tangan mulosa bibir,
konjungtiva, warna dasar kuku karena kurangnya Hb.
25) Cyanosis
Tampak kulit warna kebiruan akibat jumlah reduced
Hb melebihi kadar 5 % akibat kegagalan transport
oksigen atau menumpuknya CO2 di jaringan.
26) Ikterus
Warna kuning- kuning kehijauan yang bisa tampak di
kulit, telapak tangan, dan sklera mata karena bilirubin
yang tinggi pada penyakit-penyakit hati.
ii. Palpasi
Pada palpasi pertama dirasakan kehangatan kulit ( dingin,
hangat, deman ) kemudian kelembabannya, psien
dehidrasi terasa kering dan pasien hipertiroidisme
berkeringat terlalu banyak.
a) Tekstur kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada
kulit normal. Teraba ksar pada defisiensi vitamin A,
hipotitoid, terlalu sering mandi, banyak ketombe,
diaper-rash (di selangkangan bayi ) akibat popok
bayi.

28

b) Turgor dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan.


Bila

lambat

kembali

ke

keadaan

semula

menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi.


c) Krepitasi teraba ada gelembung-gelembung udara di
bawah kulit akibat fraktura tulang-tulang iga atau
trauma leher yang menusuk kulit sehingga udara
paru-paru bisa berada di bawah kulit dada.
d) Edema adalah terkumpulnya cairan tubuh di jaringan
tubuh lebih daripada jumlah semestinya.
2) Mata
Periksa

konjungtiva

sclera,

pupil,

reflek

cahaya,

fungsi

penglihatan.
3) Hidung
Kebersihan hidung, pernafasan hidung, polip hidung, adanya
deviasi septum.
4) Mulut
Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak ada
perdarahan pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang
menempel pada sela-sela gigi.
5) Telinga
Simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan tidak ada
cairan yang keluar, serta pendengaran baik/ tidak tuli.
6) Leher
Tidak ada benjolan
7) Thorax/ dada :
a) Pemeriksaan paru :
Inspeksi :tidak menggunakan otok bantu (sternokloidomasteu
deus dan trapezius)
Palpasi
: ekspansi dan taktil fremitus normal.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi
: Suara nafas normal
b) Pemeriksaan jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Denyut apeks/iktus kordis
Perkusi : Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra
normal
Batas jantung kanan bawah : SIC V LPS dextra normal
Batas jantung kiri atas: SIC II LMC sinistra normal
Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra normal

29

Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal, tidak ada bunyi jantung


tambahan, dan tidak ada murmur.
8) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
: bentuk simetris
Auskultasi
: Bising usus normal.
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi
: timpani.
9) Pemeriksaan muskuloskeletal : Tonus otot buruk.
10) Pemeriksaan Ekstermitas : turgor kulit buruk ( kembali > 2 detik)
4. Pola kebiasaan
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan
perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Adanya penurunan nafsu makan yang
c. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan
pada kebiasaan BAB dan BAK.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pada Pola aktivitas klien dengan dermatitis mengalami keletihan, dan
kelemahan dalam melakukan aktivitas gangguan karena adanya dispnea
yang dialami.
e. Pola istirahat tidur
Gangguan yang terjadi pada pasien salah satunya adalah gangguan pola
tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi semi fowler. Sedangkan pada
pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat karena untuk
mengurangi adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas yang berlebih.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif
untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi
(Body Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri).
g. Pola Reproduksi dan Seksual
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan.
h. Pola Mekanisme Koping
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
kesehatannya,

termasuk

dalam

pengobatan yang intensif.


i. Pola nilai dan kepercayaan

30

memutuskan

untuk

menjalani

Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah


yang baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan
akan mengganggu kebiasaan ibadahnya.
j. Pola Peran dan Hubungan
Pasien bertingkah laku biasa / normal dengan keluarganya sebelum
sakit. Saat sakit pasien terlihat sensitive dan dan pasif.
k. Hubungan dengan masyarakat
Hubungan pasien dengan masyarakat buruk akibat citra tubuh menurun.

Analisa Data
No
1

Symtom

Etiologi

Problem

DS

Adanya vesikel

Gangguan rasa

a. Pasien mengatakan nyeri

atau bula, erosi,

nyaman (nyeri)

b. Pasien mengatakan susah

papula, garukan

untuk tidur

berulang.

c. Pasien mengeluh rasa


gatal pada pinggang
belakang
DO
a. Adanya vesikel atau bula,
erosi, papula, garukan
berulang.
b. Iritasi
c. Meradang pada kulit
2

d. Lesi
DS

Adanya lesi,

Kerusakan

Pasien mengatakan gatal-

perubahan

integritas kulit

gatal

pigmentasi,
31

DO

penebalan

Adanya lesi, vesikel atau

epidermis dan

bula, erosi, papula dan bekas

kekakuan kulit.

garukan tangan
DO

Penampakan

kulit Ganguan

Pasien mengatakan malu pada yang tidak baik

citra

tubuh

keadaannya.
DS
Pasien terlihat tidak percaya
4

diri.
DS

Lesi,

a. Pasien mengatakan

bercak merah pada

kurang nafsu makan

bercak

Resiko infeksi

kulit.

b. Pasien mengatakan tidak


cukup pengetahuan dalam
menghindari paparan
pathogen
DO
a. Adanya lesi, vesikel atau
bula, erosi, papula dan
bekas garukan tangan
b. Kulit tidak utuh
c. Trauma

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan agen cedera fisik,
adanya vesikel atau bula, erosi, papula, garukan berulang.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
3. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan Lesi, bercak bercak merah pada
kulit.
32

33

C. Intevensi
No
1

Diagnosa
Gangguan rasa

NOC
Tingkat kenyamanan
Pengendalian nyeri
nyaman (nyeri)
Tingkat nyeri
berhubungan dengan Tujuan
Seteleh dilakukan
agen cedera fisik,
perawatan 2x24 jam maka
adanya vesikel atau
diharapkan pasien dapat
bula, erosi, papula,
mengontrol nyeri.
garukan berulang.
Kriteria Hasil
1. Melaporkan

NIC
Managemen nyeri

Aktivitas Keperawatan
Aktivitas
a. Lakukan pengkajian
nyeri yang
komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
keparahan nyeri, dan

kesejahteraan fisik dan

factor prepitasinya
b. Observasi isyarat

psikologis
2. Melaporkan pola tidur

nonverbal

yang baik
3. Mengenali factor

ketidaknyamanan,

penyebab dan

khususnya pada mereka

menggunakan tindakan

yang tidak mampu

untuk memodifikasi

berkomunikasi secara

factor tersebu
4. Memperlihatkan teknik

efektif
c. Berikan informasi

34

relaksasi secara

tentang nyeri, seperti

individual yang efektif

penyebab nyeri, berapa


lama akan berlangsung,
dan antisipasi
ketidaknyamanan
akibat prosedur.
d. Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis
(misalnya, umpan balik
biologis, TEENS
(Transkutaneous
Elektrical Nerve
Stimulation), Hipnosis,
relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi
music, distraksi, terapi
aktivitas, akupresur,
kompres hangat atau
dingin, dan masase

35

sebelum, setelahn dan


jika memungkinkan,
selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri;
sebelum nyeri terjadi
atau meningkat; dan
bersama penggunaan
tindakan peredaan nyeri
yang lain.
e. Hadir di dekat pasien
untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman
dan aktivitas lain untuk
membantu relaksasi
meliputi:
Lakukan perubahan
posisi, ganti linen
tempat tidur bila
diperlukan, berikan
perawatan dengan tidak

36

terburu-buru dengan
sikap yang mendukung,
libatkan pasien dalam
pengambilan keputusan
yang menyangkut
proses keperawatan
Kolaborasi :
Kelola nyeri pasca
bedah

awal

dengan

pemberian opiad yang


terjadwal

(misalnya

setiap 4 jan selama 36


jam)

atau

controlled

patientanalgesia

(PCA).
Aktivitas
a. Menentukan obat apa
yang dibutuhkan, dan
sesuai

37

dengan

resep

Managemen medikasi

yang telah ditentukan


atau

sesuai

dengan

protocol
b. Menyesuaikan
keuangan
regimen

dengan
terapeutik

yang akan diberikan


c. Menentukan
kemampuan
dalam

pasien
pengobatan

mandiri secara tepat.


d. Memantau
efek
terapeutik

dari

pengobatan
e. Memantau tanda dan
gejala dari keracunan
obat
Kolaborasi :
Konsultasi dengan tim
kesehatan professional
yang lain untuk

38

meminimalisir jumlah
dan frekuensi dari
kebutuhan obat untuk
efek terapeutik
Pemberian analgesik

Aktivitas
a. Cek order medis dari
obat, dosis, dan
frekuensi sesuai resep
analgesik
b. Cek riwayat alergi
c. Pilih analgetik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgetik ketika
pemberian lebih dari
satu
d. Tentukan pilihan
analgetik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
e. Pilih rute pemberian

39

secara IV, IM untuk


pengobatan nyeri
secara teratur
f. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali
Kolaborasi :
Berkolaborasi dengan
dokter jika obat, dosis,
rute pemberian, atau tanda
perubahan interval,
membuat rekomendasi
spesific berdasar pada
2

Keruskan integritas

Respon alergi setempat

kulit berhubungan

Integritas Jaringan : Kulit

dengan Adanya lesi,

dan Membran Mukosa

perubahan

Tujuan :

pigmentasi,

Seteleh dilakukan

Perawatan Luka

prinsip analgesik.
Aktifitas:
a. Kaji lokasi, luas, dan
kedalaman
b. Kaji ada tidaknya
tanda-tanda infeksi

40

penebalan epidermis

perawatan 2x24 jam maka

luka setempat

dan kekakuan

diharapkan Kerusakan

kulit.

intregitas kulit berkurang

mencatat secara

Kriteria hasil :

teratur perubahan-

c. Membandingkan dan

a. Eritema kelit dan

perubahan pada luka

eritema disekitar luka

d. Pertahankan jaringan

minimal

sekitar terbebas dari

b. Tidak ada lepuh dan

drainase dan

maserasi pada kulit

kelembaban yang

c. Pasien/keluarga

berlebihan

menunjukan rutinitas

e. Mengajarkan pasien

perawatan kulit atau

dan anggota keluarga

perawatan luka yang

prosedur perawatan

optimal

luka
f. Memberikan
pemeliharaan lokasi
IV
g. Menyediakan
pemeliharaan luka

41

korekan sesuai
kebutuhan
h. Memberikan
pemeliharaan kulit
luka bernanah sesuai
kebutuhan
i. Mencukur rambut
sekeliling daerah yang
terluka, jika perlu
j. Mencatat karakteristik
luka
k. Mencatat katakteristik
dari beberapa drainase
Managemen Area
Penekananan

a. Menjauhkan tekanan
pada luka
b. Atur dan ubah posisi
pasien secara sering

42

Kolaborasi
a. Konsultasikan pada
ahli gizi tentang
makanan tinggi
protein, mineral,
kalori, dan vitamin.
b. Gunakan unit TENS
(transcutaneus
electrical nerve
stimulation) untuk
peningkatan proses
3

Ganguan citra tubuh

Citra tubuh

Peningkatan citra

berhubungan dengan Penyesuaian psikososial:

tubuh

penyembuhan.
a. Kaji dan
dokumentasikan

penampakan kulit

perubahan hidup

respon verbal dan non

yang tidak baik


.

Harga diri

verbal pasien

Tujuan :
Setelah diberikan asuhan

terhadap tubuh pasien


b. Tentukan apakah

keperawatan selama 1x24

persepsi

jam pasien mampu

43

menunjukkan peningkatan

ketidaksukaan

citra tubuh secara

terhadap karakteristik

maksimal.
Kriteria Hasil:
a. Klien mengekspresikan

fisik tertentu
membuat disfungsi
parali social

kosep diri yang positif:


b. Mampu menerima

c. Pantau frekuensi

perubahan konsep diri,

pernyataan kritik diri

sementara maupun

d. Identifikasi cara

menetap.
c. Mampu mendiskusikan

mengurangi dampak
kecacatan penampilan

perubahan kinerja

e. Fasilitasi kontak

peran.
d. Berpartisipasi dalam

dengan individu yang

pengambilan keputusan

mengalami gangguan
citra tubuh

rencana perawatan

f. Berika dorongan
kepada pasien dan
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan

44

g. Gunakan latihan
pengungkapan diri
dengan
pengungkapan lainya
atas karakteristik fisik
normal lainya
Kolaborasi
Rujuk pasien untuk
mendpatkan terapi fisik
untuk latihan kekuatan
dan fleksibilitas,
membantu berpindah
tempat dan ambulasi, atau
penggunaan prosthesis.
Peningkatan koping

a. Identifikasi
mekanisme coping
yang biasa digunakan
pasien

45

b. Dukung mekanisme
coping yang biasa
digunakan pasien
c. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi dan
menggunakan
mekanisme coping.
Bantu pasien dan keluarga
untuk secara bertahap
menjadi terbiasa dengan
4

Resiko infeksi
berhubungan dengan
Lesi, bercak bercak
merah pada kulit

1. Status imun
2. Penyembuhan luka :

Perawatan sirkulasi

perubahan pada tubuhnya


a. Lakukan pengkajian
komprehensif terhadap

primer
3. Keparahan infeksi :

sirkulasi perifer
(misalnya, nadi perifer,

bayi baru lahir


4. Perawatan sirkulasi
Tujuan

edema, pengisian
ulang kapiler, dan suhu
b. Pantau frekuensi dan

Seteleh dilakukan
perawatan 2x24 jam maka

irama jantung

46

diharapkan pasien dapat

c. Pantau

nyeri

mencapai penyembuhan

(misalnya

luka sesuai waktu, bebas

durasi,

drainase purulen atau

intensitas,
dan

presipitasi
d. Observasi

eritema dan demam.

dada
factor

perubahan

segmen ST pada EKG


e. Pantau
elektrolit,

Kriteria hasil
a. Infeksi berkurang

BUN,

b. Daya tahan tubuh

dan

kreatinin

setiap hari
f. Pantau intake

meningkat

output
g. Pantau

berat

dan
badan

setiap hari
Kolaborasi :
Pemberian obat
antiplatelet dan
Perlindungan infeksi

antikoagulan secara tepat.


a. Pantau dan lokalisir
tanda

dan

gejala

infeksi sistemik
b. Pantau
resiko

47

terjadinya infeksi
c. Pantau
hasil
laboratorium

(hitung

darah lengkap, hitung


granulosit,

absolute,

hitung jenis, protein


serum, dan albumin)
d. Lindungi
pasien
terhadap
silang

kontaminasi
dengan

menugaskan
yang

tidak

perawat

sama

untuk

lain

yang

pasien

mengalami infeksi dan


memisahkan

ruang

perawatan

pasien

dengan

pasien

terinfeksi
e. Batasi
pengunjung

48

yang
jumlah
bila

diperlukan
Kolaborasi :
Memberikan terapi
antibiotic

49

D. Implementasi
Mengerjakan intervensi diatas
E. Evaluasi (SOAP)
No. Dx
1

Evaluasi
Pasien melaporkan nyeri berkurang :
a. Menggunakan banyak pendekatan untuk mengurangi nyeri
b. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1
c. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.
a. Mempertahankan integritas kulit
b. Tidak ada laserasi
c. Tidak ada tanda tanda cedera termal
d. Tidak ada infeksi
e. Memberikan obat topical yang diprogramkan

f. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.


a. Pasien mengekspresikan konsep diri yang positif
b. Mampu menerima perubahan konsep diri, sementara maupun
menetap.
c. Mendiskusikan perubahan kinerja peran.
d. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

rencana

perawatan
a. Tetap bebas dari infeksi
b. Mengungkapakan

tindakan

perawatan

kulit

yang

mneingktakan kebersihan dan mencegah kerusakan.


c. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan
d. Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus
dilaporkan ke petugas perawatan kesehatan
e. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( mis :
penggantian balutan, mandi )

50

1. BAB III
2. PENUTUP
3.
A. Kesimpulan
4. Menurut Gell dan Coombs dermatitis adalah reaksi hipersensitifitas
yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan
epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke
dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan
selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.
5. Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat
pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan
muka, kronik dan superfisial, didasari oleh faktor konstitusi.
6. Menurut Arief Mansjoer dalam Kapita selekta : 1998 ; penyebab
dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi (jamur),
selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon
tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan
kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
7.

Penyebab dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

:
1. Luar ( eksogen )
8.
Misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ), fisik
( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( virus, bakteri dan jamur).
3. Dalam ( endogen )
9.
Misalnya dermatitis atopik
10.
B. Saran
11.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada

makalah ini. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan sekali kritik yang
membangun bagi makalah ini, agar Penulis dapat berbuat lebih baik lagi di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada
khususnya dan Pembaca pada umumnya.

51

Anda mungkin juga menyukai