PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling
sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan
mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun
tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan
yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan
diperkirakan cukup banyak, namun angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini
disebabkan antara lain oleh banyak penderita dengan kelainan ringan tidak datang
berobat. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang
kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai
prevalensi dermatitis ini di masyarakat.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopic (Adhi Djuanda, 2005).
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan
melalui kerja kimiawi atau fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi
keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Keadaan ini akan merusak sel epidermis. Ada 2 jenis bahan iritan yaitu : iritan
kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan
pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang
paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
1
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Konsep Dermatitis
A. Defenisi
1. Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema,
edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal (Djuanda, Adi, 2007).
2. Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( inflamasi pada kulit ) yang
disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner
dan Suddart, 2000 ).
3. Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang
disertai dengan pengelupasan kulit ari.
4. Menurut Gell dan Coombs dermatitis adalah reaksi hipersensitifitas yang
diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan
epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju
ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan
selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.
b. Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain.
c. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya
d.
e.
f.
g.
h.
perbedaan
ketebalan
kulit
di
berbagai
tempat
berfungsi
sebagai
makrofag
dengan
sedikit
Selanjutnya
kompleks
HLA-DR-antigen
akan
iritan
tetapi
kontak
alergen
untuk
menimbulkan
reaktivitas
Aspek
.
1.
2.
3.
4.
Penyebab
Permulaan
Penderita
Lesi
5.
Uji
Iritan primer
Pada kontak pertama
Semua orang
Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
Sesudah ditempel 24 jam,
Tempel
menetap
atau
meluas
berhenti.
2. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal,
dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut.
Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya
dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
Manifestasi klinik dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam
keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan dan banyak kerak. Pada
bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang yang
lebih tua dan remaja, lesi tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki,
8
di belakang lutut dan lipat siku. Gejala terbesar adalah pruritus hebat
menyebabkan berulangnya peradangan dan pembentukan lesi yang
merupakan keluahan utama mencari bantuan.
3. Dermatitis Seborrheic / Seboroik
Dermatitis seboroik adalah golongan kelainan kulit yang didasari
oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada
muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar
leher, alis mata dan di belakang telinga. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan
stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema merupakan
penyakit yang umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari
kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang menutup daerah inflamasi pada kulit kepala,
muka, dan telinga. Daerah lain yang jarang terkena, seperti daerah
presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan data bahwa
sekurangkurangnya 50% pasien HIV terkena dematitis seboroik.
Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah
dermatitis seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik
sama dengan ketombe.
Dermatitis seboroik adalah dermatosis papuloskuamosa kronik
yang biasanya mudah ditemukan pada tempat-tempat seboroik. Penyakit
ini dapat menyerang anak-anak paling sering pada usia di bawah 6 bulan
maupun dewasa. Cradle cap dikaitkan dengan peningkatan produksi
sebum pada kulit kepala dan folikel sebasea terutama pada daerah wajah
dan badan. Jamur Pityrosporum ovale kemungkinan merupakan faktor
penyebab. Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan
penyakit ini dengan mikroorganisme tersebut yang juga merupakan flora
normal kulit manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat produk metaboliknya yang
masuk ke dalam epidermis maupun karena jamur itu sendiri melalui
aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Akan tetapi, faktor genetik dan
9
papul-papul
follikular
dan
10
sekunder
akibat
insufisiensi
kronik
obatan yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal.
Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal dan suhu badan
meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya
bisa mengenai seluruh tubuh.
7. Dermatitis
numularis
(Dermatitis
Diskoid
Neurodermatitis
Numularis)
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi
berukuran sebesar uang logam, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa
papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah, dan umumnya
berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat
gatal, lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel ( 0,3 1.0 cm )
kemudian membesar dengan cara berkonploensi atau meluas kesamping.
Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam ( koin ),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah lesi dapat 1
dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran
bervariasi mulai dari miliar numular.
D. Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan
melalui kerja kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk,
denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya
ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel epidermis. Ada 2 jenis bahan
iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan
lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan,
gesekan, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan
dengan gejala diatas dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi
kulit, erupsi dan gatal. Selain itu, dapat menimbulkan gangguan intergritas
kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel kecil, kulit kering,
pecah-pecah dan kulit bersisik.
12
1. Dermatitis Kontak
a. Dermatitis Kontak Iritan : Kulit berkontak dengan zat iritan dalam
waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas.
Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit
menebal disebut skin hardering.
b. Dermatitis Kontak Alergik : Batas tak tegas. Proses yang
mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah
terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi
sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.
3. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa
skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk
dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial
belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat
bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama
kering dikenal sebagai dandruff (ketombe) dan bila basah disebut
pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga
memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing
(varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah
edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa
kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan
timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi
hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila
berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba
kaku, warna kulit lebih hitam.
WOC Dermatitis
Bahan iritan kimiawi dan fisik
Kerusakan sel
Dikonsumsi atau
kontak langsung
13
Kelainan kulit
Sel penyampai Ag
Sel T
Denaturasi keratin
Menyingkirkan
lemak lapisan tanduk
Memacu proses
degranulasi
Mengubah daya
ikat air kulit
Pelepasan mediator
kimia berlebihan
Merusak lapisan
dermis
Reaksi peradangan
Gg. Integritas
kulit
Pelepasan
limfokin
Lepas makrofag
Kerusakan
jaringan
Kelembapan kulit
menurun
Lapisan epidermis
terbuka, invasi bakteri
Pelepasan toksin
bakteri
Resiko infeksi
DERMATITIS
Perubahan warna
kulit
Reaksi menggaruk
berlebih
Gg. Citra tubuh
(diri)
Gg. Rasa nyaman
nyeri
E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang
akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit
dan genitalia eksterna.
14
cenderung
simetris,
batasnya
kabur,
papula,
skuama,
15
bintik-bintik
yang
mengeluarkan
nanah.
16
dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa
menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini
sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila
masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel
merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak
perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam
obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak
24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan
kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang
umumnya telah disediakan oleh International Contact dermatitis risert
group, unit uji tempel dan penderita maka dengan mudah dilihat
perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil
yang didapat dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila
gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil
ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka
penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup
dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak
negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya
dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah
mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu. Tes in vitro
menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun
hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
Pemeriksaan Penunjang Dermatitis Seboroik :
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik
adalah pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga
ditemukan pada penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis.
Gambaran histopatologi tergantung dari stadium penyakit. Gambaran
histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik berupa hiperkeratosis,
akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis. Dibedakan dengan psoriasis
17
yang memiliki akantosis yang regular, rete ridges yang tipis, eksositosis,
parakeratosis dan tidak dijumpai spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada
kedua jenis penyakit.
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara
lain:
1. Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan
tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
2. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.
3. Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki
karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar kolesterol,
trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar squalene, asam lemak
bebas dan wax ester.
H. Penatalaksanaan / Pengobatan
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak
alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini
mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel
T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul
CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan
fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T,
dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini
meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak
dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah
hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara
tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu
diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan
erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
18
topikal
menghambat
elisitasi
dari
dapat
diberikan
antibiotika
(misalnya
gentamisin)
dan
19
antihistamin
adalah
untuk
memperoleh
efek
20
21
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnya adalah :
a. Kortikosteroid
b. Radiasi ultraviolet
c. Siklosporin A
d. Antibiotika dan antimikotika
e. Imunosupresif topical
Pengobatan sistemik :
Antihistamin, Kortikosteroid, Siklosporin, Pentoksifilin, FK 506
(Takrolimus), Ca++ antagonis, Derivat vitamin D3 (ex :
kalsitriol), SDZ ASM 981.
4. Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah yang
kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui seganai
penyebab dari dermatitis atau berapa persentase dari klien dermatitis yang
mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada penyakit dermatitis
adalah diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein).
Tujuan diet dermatitis :
a. Memberikan makanan secukupnya tanpa menimbulkan gejala
alergi, meringankan intensitas serangan, mengurangi frekuensi
serangan.
b. Mencapai status gizi yang optimal.
Syarat diet dermatitis :
a. Tinggi Energi, protein, mineral dan vitamin sesuai dengan
kebutuhan.
b. Tidak menggunakan bahan makanan yg disangka menimbulkan
alergi.
Bahan makanan yang dapat menimbulkan alergi :
a. Sumber zat tenaga : beras, gandum, cantel, havemut, jagung,
kentang, lombok, terong .
b. Sumber zat pembangun : daging sapi, susu sapi, ayam, kalkun,
itik, burung dara dan telurnya, ikan tawar, ikan laut, cumi,
kerang, keong, kepiting, rajungan, udang, belut, kura-kura,
penyu, telur penyu, ular , kacang tanah, kacang polong, kedelai
dan hasil olahan.
23
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin
(laki-laki dan wanita. Pada dermatitis kontak wanita dua kali lipat dari
pada laki-laki.),umur (orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda, namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada
anak-anak), alamat,suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan,
pekerjaan,tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis biasanya pasien mengeluh kulitnya terasa gatal
serta nyeri. Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke
tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama.
Pada
beberapa
kasus
dematitis
kontak
timbul
Lesi
kulit
( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah,
edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST
pada setiap keluhan klien .
1) Provocative/palliative.
a) Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahanbahan tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit.
b) Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau
bertambah berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak
maka keluhan yang dirasakan akan berkurang.
2) Quality/quantity
a)
Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, dan didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan
merasakan gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan
tertentu yang dapat menyebabkan keluhan.
24
b)
26
retakan.
Hal
ini
diakibatkan
penurunan
27
28
lambat
kembali
ke
keadaan
semula
konjungtiva
sclera,
pupil,
reflek
cahaya,
fungsi
penglihatan.
3) Hidung
Kebersihan hidung, pernafasan hidung, polip hidung, adanya
deviasi septum.
4) Mulut
Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak ada
perdarahan pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang
menempel pada sela-sela gigi.
5) Telinga
Simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan tidak ada
cairan yang keluar, serta pendengaran baik/ tidak tuli.
6) Leher
Tidak ada benjolan
7) Thorax/ dada :
a) Pemeriksaan paru :
Inspeksi :tidak menggunakan otok bantu (sternokloidomasteu
deus dan trapezius)
Palpasi
: ekspansi dan taktil fremitus normal.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi
: Suara nafas normal
b) Pemeriksaan jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi
: Denyut apeks/iktus kordis
Perkusi : Batas jantung kanan atas: SIC II LPS dextra
normal
Batas jantung kanan bawah : SIC V LPS dextra normal
Batas jantung kiri atas: SIC II LMC sinistra normal
Batas jantung kiri bawah: SIC VI LAA sinistra normal
29
termasuk
dalam
30
memutuskan
untuk
menjalani
Analisa Data
No
1
Symtom
Etiologi
Problem
DS
Adanya vesikel
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
papula, garukan
untuk tidur
berulang.
d. Lesi
DS
Adanya lesi,
Kerusakan
perubahan
integritas kulit
gatal
pigmentasi,
31
DO
penebalan
epidermis dan
kekakuan kulit.
garukan tangan
DO
Penampakan
kulit Ganguan
citra
tubuh
keadaannya.
DS
Pasien terlihat tidak percaya
4
diri.
DS
Lesi,
a. Pasien mengatakan
bercak
Resiko infeksi
kulit.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan agen cedera fisik,
adanya vesikel atau bula, erosi, papula, garukan berulang.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
3. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan Lesi, bercak bercak merah pada
kulit.
32
33
C. Intevensi
No
1
Diagnosa
Gangguan rasa
NOC
Tingkat kenyamanan
Pengendalian nyeri
nyaman (nyeri)
Tingkat nyeri
berhubungan dengan Tujuan
Seteleh dilakukan
agen cedera fisik,
perawatan 2x24 jam maka
adanya vesikel atau
diharapkan pasien dapat
bula, erosi, papula,
mengontrol nyeri.
garukan berulang.
Kriteria Hasil
1. Melaporkan
NIC
Managemen nyeri
Aktivitas Keperawatan
Aktivitas
a. Lakukan pengkajian
nyeri yang
komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
keparahan nyeri, dan
factor prepitasinya
b. Observasi isyarat
psikologis
2. Melaporkan pola tidur
nonverbal
yang baik
3. Mengenali factor
ketidaknyamanan,
penyebab dan
menggunakan tindakan
untuk memodifikasi
berkomunikasi secara
factor tersebu
4. Memperlihatkan teknik
efektif
c. Berikan informasi
34
relaksasi secara
35
36
terburu-buru dengan
sikap yang mendukung,
libatkan pasien dalam
pengambilan keputusan
yang menyangkut
proses keperawatan
Kolaborasi :
Kelola nyeri pasca
bedah
awal
dengan
(misalnya
atau
controlled
patientanalgesia
(PCA).
Aktivitas
a. Menentukan obat apa
yang dibutuhkan, dan
sesuai
37
dengan
resep
Managemen medikasi
sesuai
dengan
protocol
b. Menyesuaikan
keuangan
regimen
dengan
terapeutik
pasien
pengobatan
dari
pengobatan
e. Memantau tanda dan
gejala dari keracunan
obat
Kolaborasi :
Konsultasi dengan tim
kesehatan professional
yang lain untuk
38
meminimalisir jumlah
dan frekuensi dari
kebutuhan obat untuk
efek terapeutik
Pemberian analgesik
Aktivitas
a. Cek order medis dari
obat, dosis, dan
frekuensi sesuai resep
analgesik
b. Cek riwayat alergi
c. Pilih analgetik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgetik ketika
pemberian lebih dari
satu
d. Tentukan pilihan
analgetik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
e. Pilih rute pemberian
39
Keruskan integritas
kulit berhubungan
perubahan
Tujuan :
pigmentasi,
Seteleh dilakukan
Perawatan Luka
prinsip analgesik.
Aktifitas:
a. Kaji lokasi, luas, dan
kedalaman
b. Kaji ada tidaknya
tanda-tanda infeksi
40
penebalan epidermis
luka setempat
dan kekakuan
diharapkan Kerusakan
kulit.
mencatat secara
Kriteria hasil :
teratur perubahan-
c. Membandingkan dan
d. Pertahankan jaringan
minimal
drainase dan
kelembaban yang
c. Pasien/keluarga
berlebihan
menunjukan rutinitas
e. Mengajarkan pasien
prosedur perawatan
optimal
luka
f. Memberikan
pemeliharaan lokasi
IV
g. Menyediakan
pemeliharaan luka
41
korekan sesuai
kebutuhan
h. Memberikan
pemeliharaan kulit
luka bernanah sesuai
kebutuhan
i. Mencukur rambut
sekeliling daerah yang
terluka, jika perlu
j. Mencatat karakteristik
luka
k. Mencatat katakteristik
dari beberapa drainase
Managemen Area
Penekananan
a. Menjauhkan tekanan
pada luka
b. Atur dan ubah posisi
pasien secara sering
42
Kolaborasi
a. Konsultasikan pada
ahli gizi tentang
makanan tinggi
protein, mineral,
kalori, dan vitamin.
b. Gunakan unit TENS
(transcutaneus
electrical nerve
stimulation) untuk
peningkatan proses
3
Citra tubuh
Peningkatan citra
tubuh
penyembuhan.
a. Kaji dan
dokumentasikan
penampakan kulit
perubahan hidup
Harga diri
verbal pasien
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan
persepsi
43
menunjukkan peningkatan
ketidaksukaan
terhadap karakteristik
maksimal.
Kriteria Hasil:
a. Klien mengekspresikan
fisik tertentu
membuat disfungsi
parali social
c. Pantau frekuensi
sementara maupun
d. Identifikasi cara
menetap.
c. Mampu mendiskusikan
mengurangi dampak
kecacatan penampilan
perubahan kinerja
e. Fasilitasi kontak
peran.
d. Berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan
mengalami gangguan
citra tubuh
rencana perawatan
f. Berika dorongan
kepada pasien dan
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan
44
g. Gunakan latihan
pengungkapan diri
dengan
pengungkapan lainya
atas karakteristik fisik
normal lainya
Kolaborasi
Rujuk pasien untuk
mendpatkan terapi fisik
untuk latihan kekuatan
dan fleksibilitas,
membantu berpindah
tempat dan ambulasi, atau
penggunaan prosthesis.
Peningkatan koping
a. Identifikasi
mekanisme coping
yang biasa digunakan
pasien
45
b. Dukung mekanisme
coping yang biasa
digunakan pasien
c. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mengidentifikasi dan
menggunakan
mekanisme coping.
Bantu pasien dan keluarga
untuk secara bertahap
menjadi terbiasa dengan
4
Resiko infeksi
berhubungan dengan
Lesi, bercak bercak
merah pada kulit
1. Status imun
2. Penyembuhan luka :
Perawatan sirkulasi
primer
3. Keparahan infeksi :
sirkulasi perifer
(misalnya, nadi perifer,
edema, pengisian
ulang kapiler, dan suhu
b. Pantau frekuensi dan
Seteleh dilakukan
perawatan 2x24 jam maka
irama jantung
46
c. Pantau
nyeri
mencapai penyembuhan
(misalnya
durasi,
intensitas,
dan
presipitasi
d. Observasi
dada
factor
perubahan
Kriteria hasil
a. Infeksi berkurang
BUN,
dan
kreatinin
setiap hari
f. Pantau intake
meningkat
output
g. Pantau
berat
dan
badan
setiap hari
Kolaborasi :
Pemberian obat
antiplatelet dan
Perlindungan infeksi
dan
gejala
infeksi sistemik
b. Pantau
resiko
47
terjadinya infeksi
c. Pantau
hasil
laboratorium
(hitung
absolute,
kontaminasi
dengan
menugaskan
yang
tidak
perawat
sama
untuk
lain
yang
pasien
ruang
perawatan
pasien
dengan
pasien
terinfeksi
e. Batasi
pengunjung
48
yang
jumlah
bila
diperlukan
Kolaborasi :
Memberikan terapi
antibiotic
49
D. Implementasi
Mengerjakan intervensi diatas
E. Evaluasi (SOAP)
No. Dx
1
Evaluasi
Pasien melaporkan nyeri berkurang :
a. Menggunakan banyak pendekatan untuk mengurangi nyeri
b. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1
c. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.
a. Mempertahankan integritas kulit
b. Tidak ada laserasi
c. Tidak ada tanda tanda cedera termal
d. Tidak ada infeksi
e. Memberikan obat topical yang diprogramkan
rencana
perawatan
a. Tetap bebas dari infeksi
b. Mengungkapakan
tindakan
perawatan
kulit
yang
50
1. BAB III
2. PENUTUP
3.
A. Kesimpulan
4. Menurut Gell dan Coombs dermatitis adalah reaksi hipersensitifitas
yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan
epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke
dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan
selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.
5. Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat
pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan
muka, kronik dan superfisial, didasari oleh faktor konstitusi.
6. Menurut Arief Mansjoer dalam Kapita selekta : 1998 ; penyebab
dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi (jamur),
selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon
tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan
kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
7.
:
1. Luar ( eksogen )
8.
Misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ), fisik
( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( virus, bakteri dan jamur).
3. Dalam ( endogen )
9.
Misalnya dermatitis atopik
10.
B. Saran
11.
makalah ini. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan sekali kritik yang
membangun bagi makalah ini, agar Penulis dapat berbuat lebih baik lagi di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada
khususnya dan Pembaca pada umumnya.
51