Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Arsitektur merupakan tempat bernaung dari yang paling sederhana hingga yang paling
rumit. Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia. Ruang merupakan element yang paling
berperan penting dalam tercapainya bangunan arsitektur. Arsitektur juga merupakan
lingkungan binaan (built environment) dan Lingkungan buatan (built environment)
mempunyai bermacam-macam kegunaan, yaitu, melindungi manusia dan kegiatan kegiatannya serta harta miliknya dari elemen-elemen, dari musuh-musuh berupa manusia dan
hewan, dan dari kekuatan-kekuatan adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan
aman yang berpenduduk dalam suatu dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan identitas
social dan menunjukan status, dan sebagainya.
Tradisional sangat erat kaitannya dengan tradisi. Tradisi merupakan suatu tindakan dan
kelakuan sekelompok orang dengan wujud suatu benda atau tindak laku sebagai unsur
kebudayaan yang dituangkan melalui fikiran dan imaginasi serta diteruskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya yang didalamnya memuat suatu norma, nilai, harapan dan cita-cita
tanpa ada batas waktu yang membatasi. Dari tradisi ini memunculkan suatu konsep bangunan
yang dikenal dengan konsep tradisional. Tradisional merupakan sikap mental dalam
merespon berbagai persoalan dalam masyarakat. Konsep tradisional berkaitan dengan suatu
rancangan bangunan yang bentuk atau pola tata ruangnya mengadopsi budaya dari daerah itu
sendiri baik dari aktifitas masyarakatnya maupaun dari mata pencaharian mereka. Dari buada
tersebut muncullah sebuah karya arsitektur tradisional yang dapat memenuhui kebutuhan
penggunanya. Sebuah karya arsitektur tradisional suatu wilayah memiliki ciri khas tersendiri
dalam segi arsitekturnya yang mengespresikan aktifitas dan matapencaharian masyarakat
disana atau mengespresikan identitas budaya mereka. Oleh karna itu, arsitektur tradisional
penting untuk menunjukkan keberadaan komunitas, bangsa atau etnik, budaya lokal, atau
tradisi setempat.
Setiap daerah pasti memiliki gaya arsitektur tradisionalnya masing-masing. Arsitektur
tradisionalnya itu yang akan mencermikan suatu daerah atau sebagai ciri utama daerah
tersebut. Indonesia terdiri dari banyak daerah yang di masing-masing daerah tersebut
memiliki gaya arsitektur tradisionalnya sendiri dengan keunikannya masing-masing.
1

Arsitektur tradisonal biasanya menggunakan bahan-bahan material yang bersifat tradisonal


atau bahan yang mudah di cari di daerahnya. Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh
para ahli dan juga artikel tentang pembahasan pembahasan arsitektur local yang terdapat di
media internet, arsitektur local tidak hanya di ekspresikan dari bagian kulit luarnya saja,
namum banyak hal lain yang bias mengespresikan arsitektur local tersebut mulai dari
lingkungan, elemen-elemen bangunan, atau melalui prinsip eklektik dengan mengambil
unsur-unsur yang dianggap penting dari unsur bangunan tradisi lokal.
Dewasa ini banyak skali arsitektur local yang seiring perkembangan jaman
mengalami perubahan perubahan dikarenakan sudah mulai berkembangnya teknologi dan
bahan yang mempermudah suatu pembangunan sebuah arsitektur local. Perubahan yang
sering terjadi yaitu dari segi fungsi maupun bentuk arsitektur bangunan tersebut. Hal ini di
karenakan keinginan seseorang mengikuti perkembangan jaman dan ingin mengikuti masa
kekinian. Maka dari itu masyarakat ingin memberikan sentuhan atau suasana baru di dalam
rumahnya tersebut. Karena itu mulai lah bermunculan gaya/ bentuk bentuk rumah tradisional
yang mengambil gaya kekinian namun tidak merubah struktur awal yang ditinggalkan oleh
nenek moyang mereka.
Untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan arsitektur tradisional suatu daerah di
Indonesia maka perlu adanya pembahasan tentang arsitektur tradisional masa ini. Terkait
tentang bahasan ini daerah yang akan digunakan di dalam bahasan adalah rumah tradisonal
daerah Aceh (Rumoh Aceh) dan rumah tradisonal Sumatra Barat (rumah Gadang).
Pembahasan ini akam membahas tentang gaya arsitekturnya mulai dari denah, struktur,
hingga material yang merupakan ciri khas daerah tersebut tekait dengan kebudayaan mereka
dan bagaimana perkembangan arsitekturnya dimasa kini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari makalah Arsitektur Indonesia ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan rumah tradisional di daerah Aceh?
2. Bagaimana arsitektur masa kini bangunan tradisional di Aceh?
3. Bagaimana perkembangan rumah tradisional di daerah Sumatra Barat?
4. Bagaimana arsitektur masa kini bangunan tradisional di Sumatra Barat?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan dari makalah Arsitektur Indonesia ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan rumah tradisonal di Aceh
2. Untuk mengetahui arsitektur masa kini yang mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi pada bangunan Tradisonal Aceh
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan rumah tradisonal di Sumatra Barat
4. Untuk mengetahui arsitektur masa kini yang mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi pada bangunan Tradisonal Sumatra Barat

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat dalam penulisan makalah Arsitektur Indonesia ini adalah :
1. Mahasiswa mengerti dan memahami perkembangan arsitektur rumah tradisional
daerah Aceh dan Sumatra Barat.
2. Mahasiswa memahami bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada arsitektur
tradisonal Aceh dan Sumatra Barat hingga ke masa kini.

BAB II
Arsitektur Rumoh Aceh di Nanggro Aceh Darussalam dan Rumah Gadang di Sumatra
Barat

2.1 Perkembangan Rumah Tradisional Aceh (Rumoh Aceh)

Gambar 2.1 Rumoh Aceh masa lampau


Sumber : www.google.com

Aceh merupakan daerah yang terkenal dengan daerah rawan gempa. Jaman dahulu
masyarakat aceh sudah mempertimbangkan hal tersebut untuk menagnti sipasi gempa dalam
rancangan bangunannya. Maka munculah Rumoh Aceh ini yang berbentuk rumah panggunga
dengan bahan kayu dan tidak permanen. Bangunan ini dirancang untuk mengantisipasi dan
menahan bila sewaktu-waktu terjadinya gempa. Bentuk persegi empat dan memanjang kearah
timur ke barat konon hal itu dipilih untuk memudahkan penentuan arah kiblat. Dalam
perkembangannya, masyarakat Aceh memiliki anggapan bahwa dalam pembuatan Rumoh
Aceh memiliki garis imajiner antara rumah dan Kabah (Motif Keagamaan), tetapi sebelum
Islam masuk ke Aceh, arah rumah tradisional Aceh memang sudah demikian. Kecenderungan
ini nampaknya merupakan bentuk penyikapan masyarakat Aceh terhadap arah angin yang
bertiup di daerah Aceh, yaitu dari arah timur ke barat atau sebaliknya. Arah rumah
menghadap ke utara-selatan dimaksudkan agar sinar matahari lebih mudah masuk kekamarkamar, baik yang berada di sisi timur ataupun di sisi barat. Setelah Islam masuk ke Aceh,
arah Rumoh Aceh mendapatkan justifikasi keagamaan. Nilai religiusitas juga dapat dilihat
pada jumlah ruang yang selalu ganjil, jumlah anak tangga yang selalu ganjil, dan keberadaan
4

gentong air untuk membasuh kaki setiap kali hendak masuk Rumoh Aceh. Masa lampau
mayoritas warga disana rata rata tinggal di rumah tradisonal yang terbuat dari kayu dan
berataokan rumbia. Status social berkecukupan terlihat dari rumah tradisonal yang mereka
tepati memiliki ukiran ukuran dan ornament lain yang membuat bangunan mereka berkesan
mewah, sedangkan bagi warga yang hidup pas-pasan cukup membangun rumah mereja tanpa
adanya ukiran dan ornament.
Seiring berkembangnya jaman, saat ini pembangunan rumah aceh sudah tidak terjangau
lagi dalam segi biaya, itu dikarenakan susahnya mencari kayu membuat harga kayu
meningkat dan harganya pun meninggkat hingga duakali lipat. Karena mahalnya biaya
pembuatan dan perwatan dari rumo Aceh itu sediri lambat lain semakin sedikit orang Aceh
yang membangun rumah tradisonalnya. Akibatnya jumlah rumoh aceh yang dulunya banyak
dan tersebar di berbagai penjuru di aceh sekarang sudah semakin sedikit.setelah
ditemukannya bahan-bahan yang lebih efisien baik dalam harga dan perawatan masyarakat
lebih memilih membangunan bangunan masa kini yaitu rumah modern dengan bahan-bahan
yang serba kekinian. Struktur yang dipergunakan tidak lagi kayu karena melihat harga atau
jumlah kayu yang semkain langka dan susah untuk dicari, tetapi struktur rumah warga Aceh
ini dominan menggunakan beton dengan pertimbangan pengadaan lebih mudah dari pada
bahan-bahan tradisonal yang mulai langka tersebut. Namun tidak sedikit masyarakat yang
karena kecintaannya terhadap arsitektur Rumoh Aceh membuat Rumoh Aceh yang di
tempelkan padaa rumah beton mereka.

2.2 Arsitektur masa kini bangunan tradisonal Aceh ( Rumoh Aceh)


Rumah aceh memiliki gaya arsitekturnya tersendiri demi memenuhi kebutuhan
penghuninya. Arsitektur tradisonal aceh mengalami beberapa perubahan peruhanan sesuai
dengan kebutuhan akan runag penggunanya. Tetapi tidak merubah bentuk maupun struktur
awal yang di tinggalkan oleh nenek moyang mereka. Masa kini kebutuhan akan ruang sudah
mulai meningkat akibat ditemukannya teknologi- teknologi baru yang sekaligus menjadi
kebutuhan pokok manusia. Hal tersebut berpengaruh terhadap ruang setiap bangunan. Akibat
hal tersebut maka terjadi lah perubahan-perubahan hingga masa ini.
2.2.1 Arsitektur Rumoh Aceh masa kini yang terkait dengan penambahan ruang-ruang
akibat kebutuhan kini yang semakin meningkat :

Gambar 2.2 Rumoh Aceh awal


Sumber : www.google.com

Gambar 2.3 Rumoh Aceh masa kini


Sumber : www.google.com

Rumah adat Aceh Darussalam yang terkenal dengan nama Rumoh Aceh, dari waktu
ke waktu sudah jarang ditemukan kembali. Rumaoh aceh ini cenderung makin ditinggalkan
oleh masyarakat aceh karena mulai berkembangnya arsitektur modern atau kontemporer yang
lebih menarik. Biaya pembuatan rumoh Aceh sangatlah mahal karena sebagian besar
bahannya adalah kayu-kayu pilihan. Kebanyakan arsitektur di aceh mengambil gaya
arsitektur masa kini selain biaya pembuatan bangunan yang sama bentuk dari gaya arsitektur
modern lebih berkesan mewah dan lebih permanen dibandingkan rumah tradisional itu
sendiri. Masyarakat yang berduit pada daerah ini lebih menyayangi bentuk rumah yang
bergaya perpaduan arsitektur modern dengan arsitektur Eropa kuni, misalnya pintu dan
jendela dibuat bergaya Spanyol.
Rumoh Aceh yang asli makin langka. Yang masih bertahan mungkin beberpa Rumoh
Aceh peninggalan keluarga Raja-raja Aceh, orang-orang kaya atau para Ulee Balang. Di
Gampong , Rumoh Aceh, boleh dikata tak ada lagi. Rumah-rumah baru yang tumbuh di
berbagai Gampong dan kota, adalah rumah biasa diatas tanah. Kalaupun ada rumah
panggung, bentuknya tidak legi seperti bentuk asli Rumoh Aceh. Sebagian besar orang aceh
tidak lagi menyikai bentuk atau fasad dari rumoh aceh itu sendiri namun di beberapa tempat
seperti kantor-kantor pemerintah, perbankan, di berbagai kota di Aceh mengkombinasikan
bangunan baru yang bertingkat dengan gaya bagian-bagian tertentu dari Rumoh Aceh,
misalnya bagian atap, teras, dan konstruksi tiang- tiang yang bulat.
Rumoh aceh tidak banyak mengalami perubahan melainkan jumlah atau minat
masyarakatnya saja yang masih kurang untuk menjaga kelestarian bangunan ini. Dalam segi
bahan dimasa kini akibat perkembangan jaman bahan-bahan material pembentuk sudah mulai
modern banyak masyarakat disana yang mencintai arsitektur bangunan Rumoh Aceh ini
mengkombinasikan bahan material yang digunakan untuk membuat bangunan ini. Kombinasi
bahan yang kini terjadi yaitu akibat mahalnya kayu yang digunakan pada pembuatahn Rumoh
aceh ini maka material kayu diminimalisir dengan penggunaan beton yang nantinya
dimanupilasi dengan dilapisi kayu pada bagian luarnya. Hal ini sering terjadi akibat
semangkin langkanya kayu yang digunakan.meterial penutup atap tidak mengalami
perubahan yaitu tetap menggunakan daun rumbia dan daun enau. Reng yang biasanya
menggunakan bamboo sekarang ada pada beberaapa bangunan rumoh aceh yang
menggunkan bahan kayu dengan pertimbangan bamboo mudah rapuh dan perlu perhatian

khusus atau diganti tiap tahunnya oleh karna itu demi perawatan yang mudah reng tersebut
digantikan oleh bahan kayu karna lebih efisien dan tahan lama.
Penggunanan ukiran yang mencirikan rumah aceh jarang dipergunakan oleh orang
yang memiliki ekonomi kurang tetapi tetap memunculkan sedikit ukiran dan warna yang
menjadi ciir khas dari bangunan Rumoh Aceh itu sendiri.
Rumoh aceh memiliki 3 bagian yaitu baguan bawah, bagian tengah dan bagian atas
dengan memiliki fungsi terseniri di masing masing bagiannya. Perubahan yang terjadi
akibat seiring berkembangnya zaman dan sedang terjadi saat ini yaitu pada:
A. Bagian Bawah Rumoh Aceh
Pada bagian bawah Rumoh Aceh ini awalnya difungsika sebagai kadang
hewan ternah seperti ayam, kambing dan juga sebagai tempat penyimpanan padi. Kini
fungsi tersebut berubah bagian bawah ini tidak lagi sebagai area yang kotor atau najis
melainkan sebagai area yang bersih yang digunakan sebagai tempat bersosialisai
bermain anak-anak atau tempat berdagang. Bagian bawah ini merupakan ruangnan
yang bersifat terbuka dan tidak terhalang apapun. Tuntuan fungsi membuat
penambahan panteue/kursi panjang pada setiap bangunan rumoh aceh di khususkan
untuk masyarakat berinteraksi antar tetangga.bertambahnya kebutuhan akan ruang
mengakibatkan perubahan pola ruang pada beberapa bangunan Rumoh aceh ini. Hal
ini disebabakan oleh faktor ekonomi, seperti kebutuhan akan ruang untuk menunjang
ekonomi

penghuni, serta adanya fungsi sebagai gudang penyimpanan peralatan

bertani. Penambahan ruang pada area bawah dengan pertimbangan untuk menghemat
pembangunan ruang, karena hanya cukup dengan menyekat keempat sisi ruang saja.
Terlihat dengan adanya konsep etika bertetangga, dimana adanya perubahan pada
ruang bawah tetap memperhatikan akses tetangga ke ruang bawah, sehingga letak
ruang tambahan cenderung berada pada sisi yang jauh dari letak rumah tetangga, yaitu
berada pada sisi belakang.

Gambar 2.4 . ruang bawah tanpa mengalami


perubahan pola ruang(asli)

Gambar 2.5 . Perubahan pola ruang Penambahan


dan pemanfaatan ruang bagian bawah

B. Bagian Tengah dan Atas Rumoh Aceh


Pada bagian tengah dan atas Rumoh Aceh ini difungsikan sebagai tempat
segala aktivitas masyarakat Aceh baik yang bersifat privat ataupun bersifat public.
Pada bagian ini, secara umum terdapat tiga ruangan, yaitu: ruang depan, ruang tengah,
dan ruang belakang. Ruang depan (seuramo reungeun). Ruangan ini disebut juga
Seuramou-keu (serambi depan). Disebut ruang atau serambi depan karena di sini
terdapat bungeun atau tangga untuk masuk ke rumah. Pada awalnya akses tangga
utama mberada pada sisi timur bangunan namun tuntunan kebutuhan membuat aturan
ini dapat bergeser sesuai kebutuhan penggunanya seperti yang terjadi pada beberapa
rumah yang memiliki pertimbangan disesuaikan dengan kondisi rumah saudara yang
bedekatan dan penghuni cenderung menghabiskan waktu banyak dirumah saudaranya
membuat akses tangga berubah sesuai letak dari rumah saudaranya tersebut. Pada
9

masa kini ruangan yang sering kali berubah-ubah adalah ruangan seuramoe likot,
ruangan ini merupakan ruang perempuan yang dfungsikan sebagai area memasak dan
ruang interaksi penghuni dengan tetangga wanitanya. Ruangan ini terletak pada area
belakang sehingga privasi lebih terjaga. Masa kini perubahan pola ruang rentan terjadi
pada ruangan seuramoe likot ini dengan adanya penambahan ruang di susunan atas
Rumoh Aceh dan disusunan bawah Rumoh Aceh yang dipengaruhi akn privasi
sesorang tersebut.

Gambar 2.6 Penambahan ruang di susunan atas dan bawah belakang Rumoh Aceh
Sumber : www.google.com

10

2.2.2 Arsitektur Rumoh Aceh masa kini yang terkait dengan ditemukanya teknologi
teknologi baru :

Gambar 2.7 . Rumoh Aceh masa kini terkait dengan tenologi bahan
Sumber : www. google.com

Terkait ditemukannya teknologi baru yang bersifat kekinian rumoh aceh tidak
lagi memiliki texture kayu yang bersifat alami. Kayu kayu pembentuk ruang ini
berubah dikarenakan keinginan masyarakat intuk mempercantik bangunan mereka
dengan bermain warna menggunakan bahan modern yaitu cat/plitur. Tidak jarangan
Rumoh Aceh sekarang ini memiliki corak atau warna yang beragam sesuai dengan
kreteria dari pemiliknya. Orang aceh dominan menggunakan cat pada bangunannya
dengan menggunakan warna hitam karena lebih berkesan kuat dan kokoh.
Ukiran ukiran sekarang mulai diperlihatkan. Dimana warna bias
membedakan mana bidang yang bertexture dan mana yang berbidang datar. Ukiran
mereka dominan menggunakan warna terang seperti mereh, kuning dll. Hal ini
disebabkan warna warna terang dapat memperlihatkan sesuatu yang menarik atau
vocal point yang dimiliki bangunan tersebut

11

Gambar 2.7 . Interior Rumoh Aceh masa kini terkait dengan tenologi bahan
Sumber : www. google.com

Masa kini elemet pembentuk runag dalam pada banguanan Rumoh Aceh ini
tidak lagi alami. kekriatifan dan keinginan masyarakat untuk mencoba inovasi-inovasi
baru membuat ruangan ini berubah dalam segi estetikanya saja namun tidak merubah
struktur inti dan fungsi dari ruangan ini. Dengan menggunakan pewarna buatan ini
ruangan menjadi lebih menarik. Masa kini jarang masyarakat membiarkan alami
warna dinding kayu mereka, tetapi kebanyakan sudah terpengaruh dengan
perkembangan jaman.
2.2.3 Sistem struktur pembentuk bangunan rumah Tradisonal Aceh (Rumoh Aceh) yang
masih diterapkan sampai saat ini.
Atap Rumoh Aceh memiliki kelebihan dalam hal building safety, yaitu terdapat suatu
tali yang mengikat kesatuan atap yang jika diputus tali tersebut maka penutup atap langsung
roboh. System ini dapat diterapkan apabila terjadi kebakaran untu mempermudah proses
evakuasi dan upaya agar api tidak cepat menyebar. Berikut akan dijelaskan bagian-bagian
atap Rumoh Aceh dan konstruksi pembentuk atap.
Dari penjabaran konstruksi dan struktur atap tersebut, maka didapat konsep atap
rumoh aceh sebagai berikut :
Atap rumoh Aceh terdiri dari 3 Bagian utama :
o Struktur Rangka Atap
o Penutup Atap
o Penggabung antara rangka dan penutup.

12

A. Struktur Rangka Atap

Gambar 2.8 Struktur atap Rumoh Aceh


Sumber : www.google.com

Terlihat pada gambar di atas yang menggambarkan bentuk rangka atap dan juga kuda
- kudanya. Struktur rangka atap berfungsi untuk menerima beban dari atap seperti air
hujan, angin, penutup atap, dan beban dari kuda-kuda maupun rangka itu sendiri.
Untuk material dari konstruksi rangka atap ini menggunakan kayu yang kuat, seperti
kayu merbau, dsb.
B. Penutup Atap

Gambar 2.9 Penutup atap Rumoh Aceh Daun Rumbia


Sumber : www.google.com

13

Penutup atap pada rumoh aceh menggunakan material daun rumbia yang
dipilin rapat-rapat, kemudian disusun untuk digabungkan secara berlapis-lapis.
Lapisan kesatuan rumbia ini digabungkan dengan bamboo yang disulam dengan
rotan. Kemudian dikuatkan lagi dengan kayu sebagai reng.

C. Penggabung
Penggabung disini berupa bubungan ataupun balok nok dan juga tali itu
sendiri. Tali ini apabila diputus maka dapat merobohkan penutup atap.

Gambar 2.10 Penggabungan atap Struktur Kayu + Daun Rumbia


Sumber : www.google.com

Dari penjabaran tersebut, maka untuk membuat atap yang dapat roboh tersebut
terdiri dari 3 bidang.

Bidang kiri penutup atap

Bidang kanan penutup atap

Penggabung antara kedua bidang.


Kedua bidang Penutup atap tersebut digabungkan pada bubungan dengan tali

yang tidak diikat pada bagian atas (hanya sekedar lilitan pada bagian atas) namun
diikat pada bagian yang dapat dijangkau oleh manusia. Untuk struktur atap itu sendiri
(kuda-kuda, dsb) sama sekali tidak dilibatkan dalam perobohan ini mengingat fungsi
struktur yang sangat penting dan menyangkut kekuatan yaitu menahan angin, hujan,
atap, dsb. Jadi dalam membuat atap yang roboh ini ditekankan pada mengolah
penutup atap yang fungsinya untuk melindungi, bukan menahan beban.

14

D. Penerapan Konsep Atap Rumoh Aceh Terhadap Rumah Modern

Gambar 2.11 Penerapan konsep atap Rumoh Aceh pada banguan modern
Sumber : www.google.com

Konsep atap rumoh aceh yang sederhana ternyata juga dapat kita terapkan
pada atap rumah modern saat ini. Namun untuk studi kali ini, atap yang dapat
diterapkan hanya atap pelana dan atap miring, untuk atap limasan masih belum dapat
diterapkan.Penerapannya yaitu dengan membagi atap menjadi 2 Bidang dan 1
penggabung, yaitu :

Bidang 1

= penutup atap sebelah kiri

Bidang 2

= penutup atap sebelah kanan

Penggabung = Bubungan dan usuk

Perbedaan bidang 1 dan 2 pada atap rumah modern dengan rumah aceh yaitu
terletak pada bebannya. Pada rumah aceh beban sangat ringan karena menggunakan
material daun rumbia dan bamboo sebagai penyambungnya. Namun pada atap
modern beban lebih berat karena menggunakan atap genteng dan konstruksi kayu
sebagai reng untuk penyambungnya. Hal ini dapat diantipasi dengan menambah
volume reng pada ujung yang berhubungan langsung dengan bubungan. Jadi beban
kebawah dapat ditarik lebih kuat pada ujung penutup atap. Tali sebagai pengaitnya
pun harus lebih besar dan lebih kuat dibandingkan tali pada atap rumoh aceh. Selain
itu dengan beban yang berat ini justru dapat mempermudah perobohan dikarenakan
gaya tarik kebawah lebih tinggi. Proses penggabungan bidang-bidang pada tumpuan
tersebut dengan melilitkan tali diatas (2 reng paling atas dan bubungan) tanpa adanya
simpul. Kemudian melilitkan tali tersebut pada usuk yang merupakan kesatuan
penutup atap, kemudian disimpul pada bagian bawah yang masih dapat dijangkau
oleh manusia.
15

2.3 Perkembangan Rumah Tradisional Sumatra Barat (Rumah Gadang)


Rumah Gadang merupakan rumah tradisional hasil kebudayaan suku Minangkabau
yang hidup di daerah Bukit Barisan di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera bagian tengah.
Masyarakat Minangkabau sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam takambang
jadi guru, mereka menyelaraskan kehidupan pada susunan alam yang harmonis tetapi juga
dinamis, sehingga kehidupannya menganut teori dialektis, yang mereka sebut bakarano
bakajadian (bersebab dan berakibat) yang menimbulkan berbagai pertentangan dan
keseimbangan. Buah karyanya yang menumental seperti rumah gadang itu pun mengandung
rumusan falsafah itu. Para nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran futuristik alias
jauh maju melampaui zamannya dalam membangun rumah. Konstruksi rumah gadang
ternyata telah dirancang untuk menahan gempuran gempa bumi. Rumah gadang di Sumatera
Barat membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur dan soliditas
saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala richter. Bentuk rumah
gadang membuat Rumah Gadang tetap stabil menerima guncangan dari bumi. Getaran yang
datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi ke semua bangunan. Rumah gadang yang
tidak menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi berupa pasak sebagai sambungan membuat
bangunan memiliki sifat sangat lentur. Selain itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah
tidak pernah menyentuh bumi atau tanah. Tapak tiang dialas dengan batu sandi. Batu ini
berfungsi sebagai peredam getaran gelombang dari tanah, sehingga tidak mempengaruhi
bangunan di atasnya. Kalau ada getaran gempa bumi, Rumah Gadang hanya akan berayun
atau bergoyang mengikuti gelombang yang ditimbulkan getaran tersebut
Hal tersebut mengakibatkan bentuk dari rumah gadang itu menjadi persegi empat yang
tidak simetris yang mengembang ke atas. Atapnya melengkung tajam seperti bentuk tanduk
kerbau, sedangkan lengkung badan rumah Iandai seperti badan kapal. Bentuk badan rumah
gadang yang segi empat yang membesar ke atas (trapesium terbalik) sisinya melengkung
kedalam atau rendah di bagian tengah, secara estetika merupakan komposisi yang dinamis.
Jika dilihat pula dari sebelah sisi bangunan (penampang), maka segi empat yang membesar
ke atas ditutup oleh bentuk segi tiga yang juga sisi segi tiga itu melengkung ke arah dalam,
semuanya membentuk suatu keseimbangan estetika yang sesuai dengan ajaran hidup mereka.
Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah gadangnya
kelihatan serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang bagian puncaknya bergaris lengkung
yang meninggi pada bagian tengahnya serta garis lerengnya melengkung dan mengembang
16

ke bawah dengan bentuk bersegi tiga pula. Jadi, garis alam Bukit Barisan dan garis rumah
gadang merupakan garis-garis yang berlawanan, tetapi merupakan komposisi yang harmonis
jika dilihat secara estetika. Jika dilihat dan segi fungsinya, garis-garis rumah gadang
menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis. Atapnya yang lancip berguna untuk
membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis itu, sehingga air hujan yang betapa
pun sifat curahannya akan meluncur cepat pada atapnya.
Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek, membebaskannya dan
terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada musim
panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajaran menurut arah mata angin dari utara
ke selatan guna membebaskannya dari panas matahari serta terpaan angin. Jika dilihat secara
keseluruhan, arsitektur rumah gadang itu dibangun menurut syarat-syarat estetika dan fungsi
yang sesuai dengan kodrat atau yang mengandung nilai-nilai kesatuan, kelarasan,
keseimbangan, dan kesetangkupan dalam keutuhannya yang padu.
Seiring berkembangnya jaman banguan tradisonal ini sudah banyak di adopsi oleh
bangunan bangunan pemerintahan. Yang digunakan untuk mencirikan bangunan tradisonal
Sumatra Barat banyak gedung poerkantoran yang mengambil bnetuk dari atap bangunan
rumah gadang ini selian bentuknya yang menarik atap ini dijadikan suatu karakter suatu
daerah yang mencirikan daerah tersebut. Rumah gadang ini masih dapat ditemukan di
beberapa tempat di Sumatra Barat dan tidak terancam punah. Karena jumah bahan pembuatan
rumah gadang seperti kayu masih mudah dicari pada daerah tersebut.

2.4 Arsitektur masa kini bangunan tradisonal Sumatra Barat ( Rumah Gadang )
Rumah gadang mempunyai fungsi sebagai tempat berkumpul atau bermusyawarah oleh
para penduduk di desa tersebut. Rumah Gadang memiliki bentuk atap yang runcing
menjulang tinggi ke langit. Atap ini disebut atap gonjong yang pada akhirnya menginspirasi
masyarakat Minangkabau untuk menerapkannya pada bangunan modern sebagai identitas
budaya mereka, walaupun sebenarnya hal seperti ini masih menjadi perdebatan mengenai
layak atau tidaknya. Terlepas dari semua itu, atap gonjong merupakan hasil dari proses
berarsitektur dan berbudaya masyarakat Minangkabau yang telah mengalami trial and error.

17

Gambar 2.12 bentuk bangunan dan bentuk atap Tradisonal Sumatra Barat (Rumah Gadang)
Sumber : www.google.com

Saat ini telah banyak terjadi perubahan pola ruang luar rumah gadang, karena
kurangnya perhatian dan pengetahuan masyarakat Minang di daerah terhadap pelestarian
rumah adat Minangkabau ini. Perubahan ini disebabkan mulai banyaknya rumah hunian atau
bangunan lain di halaman atau disisi rumah gadang serta mulai berkurangnya taman atau
kebun di halaman rumah gadang. Hal ini berhungunan dengan berubahnya pola ruang luar
rumah Tradisonal Sumatra Barat. Rumah gadang yang mulai ditinggalkan, merupakan awal
dari perubahan pola ruang luar rumah adat di daerah tersebut. Salah satu penyebab itu terjadi
karena munculnya tren kehidupan baru pada masyarakat minang di perkampungan, dengan
mulai terpengaruh gaya hidup orang kota yang cenderung individual dan menggunakan
teknologi modern. Tren tersebut memberikan dampak bagi korelasi negatif terhadap rumah
gadang dengan rumah baru, dimana rumah gadang yang lebih dulu berdiri kini hanya sebagai
hiasan dan saksi bisu berdirinya rumah-rumah baru, tambahnya.
Suatu rumah gadang merupakan sebuah rumah yang memiliki halaman terbuka yang
penting bagi suatu rumah gadang, biasanya sebuah halaman pada rumah gadang merupakan
tempat untuk melangsungkan acara-acara pada sebuah kekerabatan.Elemen-elemen yang
terdapat pada sebuah halaman rumah gadang adalah Rangkiang, Lasuang/alu dan dapur.
18

Rangkiang merupakan suatu bangunan yang terdapat dihalaman sebuah rumah gadang yang
berbentuk bujur sangkar dan diberi atap ijuk bergonjong yang berfungsi sebagai lumbung
tempat penyimpanan padi yang didirikan di depan rumah gadang. Lasuang dan alu
merupakan alat kelengkapan suatu rumah gadang yang biasa digunakan sebagai alat untuk
menumbuk padi. Sedangkan dapur adalah daerah servis pada rumah gadang yang biasanya
juga merupakan bagian dari rumah, tetapi pada sebagian rumah gadang dapur biasanya
terpisah dari rumah gadang.
Masyarakat Sumatra Barat sebagiannya memiliki mata pencaharian sebagai petani
sumbar. Pada masa kini masyarakat lebih memilih rumah mereka yang baru sebagai tempat
menyimpan hasil panen mereka. Karena letak dari rangkiang itu sendiri berada diluar dari
bangunan utama, maka tingkat keamanannya sangat lemah di tambah bangunan Rumah
gadang ini tidak memiliki dinding pembatas /tembok penyengker. Hal ini yang telah terjadi
pada kebanyakan rumah gadang dan berdampak merubah pola ruang luar pada rumah
Tradisonal Sumatra Barat. Berpindahnya tempat menaruh padi membuat rangkiang ini di
biarkan tanpa terawatt dan semakin lama semakin menghilang hingga saat ini. Hal ini
menunjukan masyarakat kurangnya perhatian dan pengetahuan masyarakat akan pelestarian
rumah tradisonal mereka(rumah gadang)

Gambar 2.13 Hilangnya rangking seiring berkembangan jaman


Sumber : www.google.com

Setelah ditemukannya bahan-bahan modern, Hampir semua bangunan tradisonal


Sumatra Barat ini merubah bahan penutup atap mereka menggunakan penutup atap modern.
Atap rumah gadang biasanya terdiri dari ijuk, tetapi pada saat ini penggunaan bahan ijuk ini
sudah marak diganti dengan penggunaan material seng. Dengan pertimbangan material ini
lebih tahan lama dan mudah dalam perawatannya. Selain bahan ini mudah dicari bahan ini
19

lebih efisien dan tidak mudah terbakar. Sebab pengalaman dari masyarakat disana akibat atap
yang runcing atap ini sudah beberapa kali terbakar karena tersambar petir. Karena selain atap
yang runcing atap ini juga menjulang tinggi dan intensitas tersambarnya petir lebih besar.
Maka bahan utama pembentuk mereka berubah menjadi seng yang terbuat dari aluminum dan
tidak mudah terbakar, untuk bangunan-bangunan kantor yang mengadopsi atap rumah gadang
ini lebih memilih menggunakan genteng karna lebih menarik dalam estetika dan mudah
dalam perawatan.

Gambar 2.14 Bahan penutup atap SENG pada Rumah Gadang masa kini akibat modernisasi
Sumber : www.google.com

Gambar 2.15 Bahan penutup atap GENTENG pada Rumah Gadang masa kini akibat modernisasi
Sumber : www.google.com

20

Peranan arsirtektur tradisonal Sumatra Barat terhadap arsitektur masa kini


Masa kini walaupuan arsitektur Rumah gadang sudah mulai ditinggalkan dan mulai
terancam punah akibat hadirnya arsitektur modern yang lebih menjanjikan, pemerintah
padang berusaha melestarikan arsitektur Tradisioalnya ini dengan melakukan berbagai cara
dan juga agar dapat terlihat atau terjamah oleh masyarakat-masyarakat luat yang kurang
mengetahui tentang arsitektur budaya mereka. Sumatra Barat merupakan kota yang sadar
betul mengenai kekayaan budayanya. Maka saat ini banyak bangunan bangunan komersil
yang mengadopsi dari budaya daerahnya, seperti contohnya di sumatrabarat ini bangunan
kantor sudah banyak mengadopsi atap dari rumah Gadang. Atap rumah gadang ini biasanya
digunakan pada bangunan perkantoran karena sesuai dengan fungsinya, rumah gadang
berfungsi sebagai tempat berkumpul, bermusyawarah dan bermufakat antar masyarakatnya.
Hal tersebut sangat cocok untuk mencerminkan sebuah bangunan kantor, maka dari itu kantor
dan pusat pemerintahan di Sumatra Barat lebih banyak mengadopsi bentuk atap Rumah
Gadang. Selain bentuk atap yang unik, bentuk ini dapat mencirikan suatu daerah. Kini,
berbagai bangunan besar yang menjadi titik-titik utama di Kota Sumatra Barat menganut
arsitektur atap bagonjong.

Gambar 2.16 Banguan Kantor Bank yang mengadopsi atap Rumah Gadang
Sumber : www.google.com

21

Di zaman modern kini tak banyak lagi masyarakat yang membangun Rumah Gadang.
Selain terkendala biaya bahan yang mahal, perawatan bangunan kayu dan atap ijuk bukanlah
hal mudah. Atap jenis ini bahkan sangat mudah terbakar. Terkait dengan pengalaman
pengalaman yang terjadi sebelumnya beberapak kali Rumah Gadang mengalami kebakaran
akibat tersamba petir.Pemerintah setempat pun tentu saja tak mau mengambil resiko dengan
membangun kantornya dengan bahan-bahan tersebut. Sudah berkembangnya teknologi di
masa kini, mereka lebih memilih beton dan genteng untuk bagunan kantornya. Namun secara
sadar bentuk atap yang menjadi khas Rumah Bagonjong ini dikombinasikan dengan arsitektu
modern.

Gambar 2.17 Banguan Kantor Dinas Peternakan yang mengadopsi atap Rumah Gadang
Sumber : www.google.com

22

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rumah Adat Tradisional Nanggro Aceh Darussalam ( Rumoh Aceh )
Rumoh aceh merupakan rumah adat yang memiliki bentuk dan pola ruang yang sesuai
dengan kebudayaan mereka. Bentuk bangunan rumoh aceh ini mengambil bentuk persegi
panjang dan memanjang mengarah kearah timur ke barat konon hal itu dipilih untuk
memudahkan penentuan arah kiblat. Bangunan rumoh aceh ini merupakan rumah panggung
dengan struktur kayu mulai dari bagian bawah hingga bagian atas. Pemilihan rumah
panggung ini dikhususan untuk mengantisipasi hal-hal yang bekaitan dengan bencana alam
yang sering terjadi di aceh. Ciri khas dan simbolisasi masih sangat dipertehankan dan tidak
jarang banyak yang menambahkan sombol-sombol lain dalam mempercantik rumah mereka.
Pola ruang rumoh aceh ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian bawah sebagai tempat
bersosialisasi yang bersifat public sedangkan tengah dan atas menjadi bagian yang private
seperti kamar dan ruang berkumpulnya para kelarga, dll.
Perubahan yang terjadi dimasa kini adanya perubahan pada pola ruang awal. Dimana
kebutuhan akan ruang oleh penghuni membuat banyak ruang ruang tambahan yang
difungsikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal itu menyebabkan pergeseran fungsi
dapat terjadi pada bagian-bagian ruang ini. Ditemukannya bahan material modern mengubah
tampilan warna bangunan ini. Sebelumnya bangunan rumoh aceh ini memiliki warna yang
alami, dimana warna dari serat kayu yang dipergunakan untuk pembentuk ruangnya masih
dipertahankan alami. Setelah adanya teknologi dan ilmupengetahuan, cat dipergunakan untuk
mempercantik interior maupun eksterior bangunan mereka. Struktur dan rangka atap awal
masih dipertahankan sampai sekarang.

Rumah Adat tradisional Sumatra Barat (Rumah Gadang)


Rumah gadang merupakan ruamh dengan tampilan fisik yang besar dengan bnetuk
atap menyerupai tanduk kerbau. Rumah gadang ini difungsikan sebgai tempat untuk
berkumpul, bermusyawarat dan bermufakat antar warganya. Namum seiring berkembangnya
jaman rumah gadang ini dikit demi sediki mengalami perubahan dalam segi pola ruang
luarnya. Akibatnya ada beberapa masa bangunan yang harus ada didalam Rumah Tradisonal
23

Sumatra Barat ini menghilang atau tidak difungsikan lagi. Pembanguanan pembangunan
baru yang bersifat modern pada bagian luar bangunan rumah gadang ini juga mempengaruhi
berubahnya pola ruang luar. Ditemukanyan bahan material baru yang lebih efisien
menyebabkan hamper semua bangunan rumah gadang menggunakan penutup atap modern
dan meninggalkan penutup atap yang dulu.
Konsep arsitektur rumah gadang pada masa kini telah jarang untuk ditemukan, hanya
ada beberapa saja di Sumatra Barat dan berpotensi terancam punah. Untuk melestarikan
bangunan tradisional Sumatra Barat ini banyak diterapkan pada bangunan pemerintahan dan
perkantoran yang mengadopsi beberapa bagian dari rumah gadang ini. Yang paling sering
terjadi ada pada bagian atap, karna ciri khas rumah gadang ada pada bentuk atapnya yang
unik dan menarik. sekarang bangunan pemerintahan dan kantor dengan atap ciri khas rumah
gadang yaitu atap uang bergonjong runcing menjulang. Pada bangunan tinggi penggunaan
bahan penutup atap haruslah menggunakan bahan yang modern demi estetika, perawatan dan
keamanan bangunan tersebut. Dengan ini arsitektur Tradisonal Sumatra Barat bisa terlihat di
berbagai penjuru kotanya dan sekaligus sebagai ciri khas dari daerah tersebut.

3.2 Saran
Peran masyarakat sangat diperlukan untuk membantu dalam melestariakan arsitektur
arsitektur yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang kita terdahulu. Walaupun arsitektur
masa kini/modernisasi lebih efisien dan lebih baik dibandingkan arsitektur tradisonal, kita
sebagai pewaris arsitektur budaya seharusnya turut serta melestraikannya. Banyak hal yang
bias dilakukan untuk mencerminkan suatu arsitektur tradisional tersebut dan banyak hal juga
yang bisa diterapkan pada banguanan modern dengan cara mengambil beberapa bagianbagian yang masih mencerminkan banguan tradisioal daerah. Pada perancang atau arsitek
seharusnya lebih menjunjung tinggi arsitektur tradisional yang ada didaerah tersebut, agar
nantinya arsitektur modern yang mulai berkembang di masyarakat tidak dapat merusak citra
dari daerah tersebut. Banguan banguan modern diharapkan dapat mengadopsi sedikit aturan
atau bagian bagian dari rumah tradisioal daerah tersebut.

24

DAFTAR PUSTAKA

http://alampedia.blogspot.com/2014/11/rumoh-aceh-rumah-tradisional-dari-aceh.html
http://mastreano15.blogspot.com/2012/04/rumah-gadang-rumah-adat-minangkabau.html
http://m.melayuonline.com/ind/news/read/13305/minim-perhatian-warga-terhadappelestarian-rumah-gadang
http://dshadows-architecture.blogspot.com/2011/09/rumah-gadang-dalam-asitekturmodern.html
https://yudipangarso.wordpress.com/2011/03/31/tak-ada-lagi-rangkiang-di-rumah-gadang/

25

Anda mungkin juga menyukai