Anda di halaman 1dari 6

Definisi Miastenia Gravis

Miastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai dengan kelelahan
dan kelemahan abnormal pada otot yang bekerja dibawah kesadaran (volunter).
Penyakit ini menyerang sistem saraf perifer. Penyakit ini timbul karena adanya
gangguan dari synaptic transmission atau pada neuromuscular junction.
Gangguan tersebut akan mempengaruhi transmisi neuromuscular pada otot
tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran seseorang (volunter).
Tanda dan Gejala
1.
2.
3.
4.
5.

Ptosis (Dropping eyes), satu atau keduanya


Diplopia (Double vision)
Kesulitan berbicara (Disatria)
Kesulitan dalam mengunyah dan menelan (Disfagia)
Kesulitan dalam menegakkan penyebab dari kelemahan leher

Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis

Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin,


status.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menyebabkan klien miastenia gravis
minta pertolongan kesehatan sesuai kondisi dari adanya :
- Penurunan atau kelemahan otot-otot dengan manifestasi diplopia
(penglihatan ganda)
- Ptosis ( jatuhnya kelopak mata) merupakan keluhan utama dari
90% klien miestenia gravis
- Disfonia (gangguan suara),
- Disfagia (masalah menelan) dan menguyah makanan. Pada
kondisi berat keluhan utama biasanya adalah ketidak mampuan
menutup rahang,
- Ketidakmampuan batuk efektif, dan dispenia.
-

3. Riwayat kesehatan masa kini


Bisa dikaji dengan melihat kondisi klien, seperti :
- Klien tidak mampu menutup mulut yang dinamakan sebagi tanda

rahang menggantung
Suara klien parau, suara abnormal atau suara nasal.

- Adanya batuk yang lemah akibat otot pernapasan yang lemah


4. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit yang


memperberat kondisi miastenia grafis seperti hipertensi dan
diabetes militus.

5. Riwayat Kesehatan keluarga

Kaji kemungkinan dari generasi terdahulu


persamaan dengan keluhan klien saat ini.

yang

mempunyai

6. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Klien miastenia gravis sering mengalami gangguan emosi dan


kelemahan otot apabila mereka berada dalam keadan tegang.

Adanya kelemahan pada kelopak mata (ptosis), dilopia, dan


kerusakan dalam komunikasi verbal menyebabkan klien sering
mengalami gangguan citra diri.
Pemeriksaan Fisik

A. Seperti telah disebutkan sebelumnya, miastenia gravis diduga


merupakan gangguan autoimun yang merusak fungsi reseptor
asetilkolin dan mengurangi efisiensi hubungan neuromuskular.
Keadaan ini sering bermanifestasi sebagai penyakit yang
berkembang progresif lambat. Tetapi penyakit ini dapat tetap
terlokalisasi pada sekelompok otot tertentu saja. Karena
perjalanan penyakitnya sangat berbeda pada masing-masisng
klien, maka prognosisnya sulit ditentukan
B1 (breathing)
Inspeksi apakah klien mengalami kemampuan atau
penurunan batuk efektif, produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, Dispnea, resiko terjadi
aspirasi dan gagal pernafasan akut dan peningkatan
frekuensi pernafasan sering didapatkan pada klien yang
disertai
adanya
kelemahan
otot-otot
pernapasan.
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi dan stridor
pada klien menandakan adanya akumulasi sekret pada
jalan napas dan penurunan kemampuan otot-otot
pernapasan.
B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler terutama dilakukan
untuk memantau perkembangan status kardiovaskuler,
terutama denyut nadi dan tekanan darah yang secara
progresif akan berubah sesuai dengan kondisi tidak
membaikya status pernapasan,Hipotensi / hipertensi,
takikardi / bradikardi
B3(brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem
lainnya. Kelemahan otot ektraokular yang menyebabkan
palsi ocular, jatuhnya kelopak mata atau dislopia
intermien, bicara klien mungkin disatrik.
B4 (bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan
berkurangnya volume output urine,ini berhubungan
dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung
ke ginjal. Pemeriksaan lainnya berhubungan dengan

B.
C.

D.

E.

F.

Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine,


hilangnya sensasi saat berkemih.
B5 (bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan
produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien
miastenia gravis menurun karena ketidakmampuan
menelan maknan sekunder dari kelemahan otot-otot
menelan.pemeriksaan
lainnya
berhubungan
dengan
kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus turun.
B6 (bone)
Adanya kelemahan otot-otot volunter memberikan
hambatan pada mobilitas dan mengganggu aktifitas
perawatan diri. Pemeriksaan lainnya berhubungan dengan
Gangguan aktifitas/ mobilitas fisik, kelemahan otot yang
berlebihan.
Tingkat Kesadaran
Biasanya pada kondisi awal kesadaran klien masih baik
Fungsi serebral
Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
nilai gaya bicara dan observasi ekspresi wajah, aktifitas motorik
yang mengalami perubhan seperti adanya gangguan perilaku,
alam perasaan, dan persepsi.
Pemeriksaan syaraf cranial
Saraf I : Biasanya pada klien epilepsi tidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan
Saraf II : Penurunan pada tes ketajaman penglihatan, klien sering
mengeluh adanya penglihatan ganda
Saraf III, IV dan VI : Sering didaptkan adanya ptosis. Adanya
oftalmoglegia (dapat dilihat pada gambar 8-5), mimik dari
pseudointernuklear oftalmoglegia akibat gangguan motorik pada
saraf VI
Saraf V : Didapatkan adanya paralisis pada otot wajah akibat
kelumpuhan pada otot-otot wajah.
SarafVII : Persepsi pengecapan teganggu akibat adanya
gangguan motorik lidah/triple-furrowed lidah
Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi
Saraf IX dan X : Ketidakmampuan dalam menelan
Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternoklidomastoideus dan
trapezius
Saraf XII : Lidah tidak simetris, adanya deviasi pada satu sisi
akibat kelemahan otot motorik pada lidah/triple-furrowed lidah
Sistem motorik
Karakteristik utama miastenia gravis adalah kelemahan dari
sistem motorik. Adanya kelemahan umum pada otot-otot rangka
memberikan manifestasi pada hambatan mobilitas dan
intoleransi aktivitas klien.
Pemeriksaan refleks

Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon,


ligamentum, atau periosteum derajat refleks pada respon
normal.
G. Sistem sensorik
Pemeriksaan sensorik pada epilepsi biasanya didapatkan
perasaan raba normal, perasaan suhu normal, tidak ada
perasaan abnormal di permukaan tubuh.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
2. Gangguan aktifitas hidup sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan fisik

umum, keletihan
Diagnosa lain yang mungkin antara lain :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan peningkatan

produksi mokus dan penurunan kemampuan batuk efektif


2. Resiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan penurunan kontrol tersedak dan
3.
4.
5.

6.

batuk efektif
Gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan otot-otot volunter
Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan disfonia, gangguan
pengucapan kata, gangguan neuromuskular, hilangnya kontrol tonus otot fasial atau
oral
Gangguan citra diri yang berhubungan dengan adanya ptosis, ketidakmampuan
komunikasi verbal

Intervensi Keperawatan

Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan intervensi pola pernafasan klien kembali
efektif
Kriteria hasil: irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam bahasa normal, bunyi napas
terdengar jelas, respirator terpasang dengan optimal
Intervensi
Kaji kemampuan ventilasi

Rasional
Untuk klien dengan penurunan kapasitas
ventilasi, perawat mengkaji frekuensi
pernafasan, kedalaman, dan bunyi
nafas,pantau hasil tes paru-paru(volume
tidal, kapasitas vital, kekuatan ispirasi),
dengan interval yang sering dalam
mendeteksi masalah paru-paru,

sebelumperubahan kadar gas darah arteri


Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman

dan sebelum tampak gejala klinik


Dengan mengkaji kwalitas, frekuensi, dan

pernapasan, laporkan setiap perubahan yang

kedalaman pernafasan, kita dapat

terjadi

mengetahui sejauh mana perubahan kondisi

Baringkan klien dalam posisi yang nyaman

klien
Penurunan diagfragma memperluas daerah

dan dalam posisi duduk


Observasi tanda-tanda vital(nadi,RR)

dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal


Peningkatan RR dan takikardi merupakan

Lakukan auskultasi suara napas tiap2-4 jam

indikasi adanya penurunan fungsi paru


Auskultasi dapat menentukn kelainan suara
napaspda bagian paru-paru
Kemungkinan akibat dari berkurangnya atau
tidak berfungsinya lobus, segmen, dan salah
satu dari paru-paru
Pada daerah kolaps paru suara bernafas
tidak terdengar tetapi bila hanya sebagian
yang klolaps suara pernafasan tidak
terdengar dengan jelas
Hal tersebut dapat menentukan fungsi paru
yang baik dan tidak adanya atelektasis paru

Bantu dan ajarkan klien untuh batukdan

Menekan darah yang nyeri ketika batuk dan

napas dalam yang efektif

napas dalam,. Penekanan otot otot serda


abdomen membuat batek lebih efekti paru

Gangguan aktivitas hidup sehari-hari yang berhubungan dengan kelemahan fisik


umum, keletihan.
Tujuan: infeksi bronkhopulmonal dpat dikendalikan untuk menghilangkan edema inflamsi
dan memungkinkan penyembuhan aksi siliaris normal. Infeksi pernapasan minor yang tidak
memberikan dampak pada individu yang memiliki paru-paru normal, dapat berbahaya bagi
klien dengan PPOM
Intervensi
Kaji kemampuan klien dalam melakukan

Rasional
Menjadi data dasar dalam melakukan

aktifitas
Atur cara beraktifitas klien sesuai

intervensi selanjutnya
Sasaran klien adalah memperbaiki kekuatan

kemampuan

dan daya tahan. Menjdi partisipan dalam


pengobatan, klien harus belajar tentang
fakta-fakta dasar mengenai agen-agen
antikolinesterase-kerja, waktu, penyesuaian
dosis, dan efek toksik. Dan yang penting
pada pengggunaan medikasi dengan tepat

Evaluasi kemampuan aktivitas motorik

waktu adalah ketegasan


Menilai tingkat keberhasilan dari terapi
yang telah diberikan

Anda mungkin juga menyukai