TINJAUAN PUSTAKA
Simmental,
Sapi
Limousin
dan
Sapi
Frisian
Holstein
(FH)
(Djarijah, 2002).
Sapi Aberden Angus adalah sapi pedaging yang berasal dari
Skotlandia. Memiliki ciri-ciri warna hitam, warna putih pada bagian pusar,
tidak bertanduk, badan lebar, padat, leher dan kaki pendek. Sapi Aberden
Angus bobot badan jantan dewasa rata-rata 900 kg, sedangkan betina dewasa
700 kg (Blakely dan Bade,1985).
Sapi Brangus merupakan hasil persilangan antara sapi Brahman dan
Aberden Angus, dengan memiliki 5/8 darah Aberden Angus dan 3/8 darah
sapi Brahman. Warna hitam kelam dan ada juga merah, bertanduk, tubuh
lebih padat dari brahman, tahan panas dan gigitan serangga, adaptasi pakan
baik, produksi daging baik. Sapi Brangus mampu beradaptasi terhadap udara
panas dan tahan terhadap beberapa penyakit (Blakely dan Bade,1985).
Sapi Limosin (Limousin) adalah sapi pedaging dengan postur besar,
panjang, padat dan kompak. Menjadi salah satu primadona sapi pedaging
karena selain ketahanan hidup tinggi, sapi Limosin memiliki kenaikan berat
badan/hari (ADG) sangat bagus dengan konsekuensi kebutuhan pakan yang
3
C. Manajemen Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal ternak selama dirawat oleh
pemiliknya. Tujuan pembuatan kandang pada dasarnya untuk melindungi sapi
dari gangguan luar yang dapat mengganggu dan merugikan sapi itu sendiri.
Gangguan itu dapat berupa terik matahari, hujan, angin kencang dan virus
yang dapat mengganggu keselamatan ternak sapi. Dalam penggemukan sapi
potong, kandang berfungsi sebagai tempat untuk menampung ternak dan
semua elemen penunjangnya (Sarwono dan Arianto, 2002).
Menurut Siregar (2003), bahwa dengan kandang, pengamanan
terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Kandang yang dibangun harus dapat
menunjang peternak, baik dalam segi ekonomis maupun segi kemudahan
dalam pelayanan. Harapan dengan adanya bangunan kandang ini sapi tidak
berkeliaran disembarang tempat dan kotorannya dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin (Sugeng, 2003).
Bahan bangunan kandang harus memperhatikan segi ekonomis, tahan
lama dan tidak menimbulkan refleksi panas sehingga dapat berpengaruh
terhadap ternak yang dipelihara, kerangka kandang bisa menggunakan bambu
petung, kayu beton atau baja. Atap kandang yang paling baik adalah genteng
karena tidak menimbulkan panas dan dapat mengalirkan udara dari celahcelah genteng. Dinding kandang setengah tembok supaya lebih tahan lama,
ketinggian dinding disesuaikan dengan kondisi iklim setempat, bisa
menggunakan bambu, kayu, atau bata. Daerah dingin dan banyak angin maka
dinding kandang dibuat penuh/ tertutup tetapi harus tetap ada ventilasi,
sedangkan untuk daerah panas dibuat setengah dinding atau terbuka. Lantai
kandang sebaiknya menggunakan semen dibuat kasar sehingga kuat dan tahan
lama. Lantai kandang dibuat miring ke belakang sebesar 5-10 cm
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2001).
Konstruksi kandang dirancang sesuai keadaan iklim setempat, jenis
ternak, dan tujuan pemeliharaan sapi itu sendiri. Dalam merancang kandang
ternak yang penting untuk diperhatikan adalah tinggi bangunan, kedudukan
atap dan bayangan atap, serta lantai kandang (Sarwono dan Arianto, 2002).
10
Tinja atau feses ternak dapat dikelola dengan baik untuk tujuan yang
bermanfaat misal untuk pembuatan pupuk, pakan ikan serta dapat pula
dimanfaatkan sebagai energi biogas. Biogas adalah campuran gas-gas yang
dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam
keadaan tanpa oksigen. Campuran gas yang dihasilkan dari proses fermentasi
tersebut adalah methan, karbondioksida, nitrogen, karbon monoksida,
oksigen, propan, hidrogen sulfida dan sebagainya (Paryanto, 2008).
Pupuk kandang terdiri dari jerami yang tercecer, tinja, dan urine. Sifat
dari bahan-bahan ini tergantung pada binatangnya dan cara memberinya
makanan. Dengan bobot 500 kg sapi menghasilkan tinja dan air kencing
sebanyak 13,5 ton setahun, yaitu 70% tinja dan 30% air kencing. Pupuk
kandang sapi mengandung 0,45% nitrogen, 0,35% asam fosfor (P2O5) dan
0,07% kalium (K2O). Pupuk kandang dari berbagai jenis ternak sangat
berbeda susunan tergantung kadar nutrisi yang dikonsumsi, demikian pula
banyaknya (Sudono, 2003).
Teknik pembuatan pupuk cair adalah menampung urine ternak
sebanyak 800 liter. Masukkan Rumino Bacillus dan azotobacter ke dalamnya.
Aduk dengan kayu atau bambu hingga ke dua bioaktivator larut. Tutup
permukaan bak dengan triplek atau plastik. Diamkan selama 7 hari. Hari ke-8,
aduk lagi urine beberapa putaran. Pengadukan dimaksudkan untuk
menguapkan ammonia karena bersifat racun bagi tanaman. Urine yang telah
difermentasi siap digunakan atau disimpan dalam wadah (Setiawan, 2010).
Setiawan (2008), menyatakan bahwa biogas (gas bio) merupakan gas
yang ditimbulkan jika bahan bahan organik, seperti kotoran hewan, kotoran
manusia, atau sampah, direndam di dalam air dan disimpan di dalam tempat
tertutup atau anaerob. Simamora, S et al. (2006), menyatakan bahwa proses
terjadinya biogas adalah fermentasi anaerob bahan organik yang dilakukan
oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas yang mudah terbakar
(flammable). Secara kimia, reaksi yang terjadi pada pembuatan biogas cukup
panjang dan rumit, meliputi tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap
metanogenik.
11
dan
pengeluaran,
tempat
penampungan
gas,
dan
12