Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu antara lain untuk mengetahui pengaruh
perbedaan bahan pengikat susu skim dan tepung terigu terhadap cooking loos,
tekstur, kenampakan irisan, kenampakan permukaan dan warna sosis yang
dihasilkan.
tulang
sedikit demi sedikit pada daging yang telah halus dan diaduk hingga merata.
Tambahkan tepung tapioka sambil terus diaduk.Kemudian berturut -turut
masukkan lada halus, dan bahan bahan lainnya yang telah dihaluskan
sebelumnya, lalu diaduk sampai homogen. Masukkan bongkahan-bongkahan es
batu pada saat pencampuran semua bahannya, sehingga diperoleh sosis dengan
elastisitas yang baik. Dalam pembuatan sosis ini, perlu sekali menggunakan food
processor atau mesin pengaduk lainnya.Karena dalam pembuatannya, adonan
sosis perlu diaduk secara cepat agar dapat menghasilkan adonan yang homogen,
sehingga dapat menjadi sosis yang memiliki kualitas yang baik pula. Adonan yang
telah siap dimasukkan ke dalam stufferlalu isikan ke dalam cashing atau bahan
pembungkus sosis dengan cara menekan. Usahakan tidak terdapat rongga-rongga
udara di dalam cashing tersebut.Pengurangan rongga udara dapat dilakukan
dengan menusuk bagian yang mengandung udara dengan jarum steril agar adonan
dapat memadat dalam chasing.Tentukan ukuran panjang sosis yaitu kira-kira 1015cm, kemudian ikat dengan tali, biarkan sampai beberapa ikatan.
2.4 Fungsi Bahan Tambahan
a. Bahan Pengikat
Bahan pengikat pada sosis berfungsi untuk menarik air, memberi warna khas,
membentuk tekstur yang padat, memperbaiki stabilitas emulsi, menurunkan
penyusutan waktu pemasakan, memperbaiki cita rasa dan sifat irisan. Binder
(bahan pengikat) akan berikatan dengan air membentuk masa, memperkuat
kemampuan emulsifier daging sehingga emulsi semakin stabil ( koswara, 2009).
Binder merupakan bahan non daging yang ditambahkan ke dalam emulsi
sosis dengan tujuan untuk menaikkan daya ikat protein terhadap air dan lemak
sehingga emulsi sosis menjadi stabil. Binder diambil dari bahan yang
mengandung protein tinggi, seperti sodium kaseinat, gluten, putih telur, susu skim,
tepung kedelai, konsentrat protein kedelai (Widjanarko, dkk., 2012).
Bahan
adalah
larut dalam air dingin, tetapi granula pati dapat mengembang dalam air panas.
Suhu gelatinisasi dipengaruhi oleh ukuran
granula pati dan konsentrasi pati. Semakin besar ukuran granula pati, maka pati
akan lebih mudah dan lebih banyak menyerap air. Semakin kental larutan, maka
suhu semakin lambat tercapai (Purnamasari, dkk., 2010).
c. Susu skim
Susu skim merupakan susu yang telah diambil lemak susunya, baik sebagian
maupun seluruhnya. Zat gizi dalam susu skim masih lengkap kecuali lemak. Susu
skim dapat digunakan oleh orang yang menginginkan nilai kalori rendah. Susu
skim hanya mengandung 55% dari seluruh energi susu. Jumlah susu skim yang
ditambahkan dalam pembuatan sosis adalah 6% (Mega, 2010). Susu skim dalam
adonan nugget berfungsi sebagai pengemulsi dan juga dapat meningkatkan daya
ikat air. Hal tersebut dikarenakan susu skim memiliki kandungan protein tinggi
(37,4%), tetapi harga dari susu skim relatif mahal sehingga perlu untuk
disubstitusi dengan bahan lain yang kandungan proteinnya hampir sama dengan
susu skim tetapi harganya lebih murah ( Suryaningsih, dkk. 2015).
d. Minyak nabati
Untuk membentuk adonan yang stabil ditambahkan lemak, baik lemak nabati
maupun hewani. Selain itu penambahan minyak nabati bertujuan untuk
memperoleh produk sosis yang kompak, tekstur empuk, rasa serta aroma sosis
yang lebih baik. Jumlah lemak yang ditambahkan berkisar 5-25%. penambahan
lemak yang terlalu sedikit menghasilkan sosis yang keras dan kering, dan jika
terlalu banyak menghasilkan sosis yang lunak dan keriput (Mayasari, 2010).
e. Garam
Garam berfungsi untuk memberikan cita rasa, mengawetkan dan melarutkan
protein. Garam dapur dan garam alkali fosfat secara bersama-sama berpengaruh
terhadap pengembangan volume dan daya ikat air dari daging. Garam alkali
polifisfat berfungsi untuk mempertahankan warna, mengurangi penyusutan waktu
pemasakan dan menstabilkan emulsi (Koswara, 2009). Penambahan garam ke
dalam adonan berfungsi untuk melarutkan protein, memberikan cita rasa, dan
serta
mengemulsikan lemak sehingga lebih stabil (Wulandari, 2013). Tak hanya itu
putih telur juga berfungsi sebagai emulgator (Anief, 2000).
h. Tepung terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir
gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue kering, biskuit, mi,
cake, roti, dan lain-lain. Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa
Portugis, trigo, yang berarti gandum. Tepung terigu mengandung banyak zat
pati yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga
mengandung protein yaitu sebesar dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu (Salam, dkk.,
2012)
Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari gliadin
(20-25 %) dan glutenin (35%). Sekitar 30% asam amino gluten adalah hidrofobik
dan asam-asam amino tersebut dapat menyebabkan protein mengumpul melalui
interaksi hidrofobik serta mengikat lemak dan substansi non polar lainnya. Ketika
tepung terigu tercampur dengan air, bagian bagian protein yang mengembang
melakukan interaksi hidrofobik dan reaksi pertukaran sulfydryl-disulfide yang
menghasilkan ikatan seperti polimerpolimer. Polimer-polimer ini berinteraksi
dengan polimer lainnya melalui ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, dan disulfide
cross-linking untuk membentuk seperti lembaran film (sheet-like film) dan
memiliki kemampuan mengikat gas yang terperangkap. Pada pembuatan adonan
yang mengalami pemanasan, gluten memiliki kemampuan sebagai bahan yang
dapat membentuk adhesive (sifat lengket), cohesive mass (bahan-bahan dapat
menjadi padu), films, dan jaringan 3 dimensi. Penggunaan gluten dalam industri
roti untuk memberi kekuatan pada adonan, mampu menyimpan gas, membentuk
struktur, dan penyerapan air. Gluten juga digunakan untuk tujuan formulasi,
binder, dan bahan pengisi (Igoe and Hui, 1996 dalam Fitasari 2009).
i. Es batu
Bahan yang tidak kalah penting dalam pembuatan sosis adalah es atau air es,
menururt Isabel (2011) tekstur dan keempukkan produk akhir dari produksi emulsi
daging dipengaruhi oleh kandungan air yang ditambahkan. Penambahan es batu
bertujuan untuk menjaga suhu adonan agar tidak terlalu panas akibat gaya gesek
yang terjadi selama pengggilingan.Sehingga protein yang ada dalam daging tidak
terdenaturasi. Es pada adonan ini berfungsi untuk mengempukkan sosis, karena
kadar air akan meningkat. Hal ini didukung dengan pernyaataan Soeparno (1994),
fungsi air adalah untuk meningkatkan keempukan dan juice (sari minyak) daging,
melarutkan protein yang mudah larut dalam air, membentuk larutan garam yang
diperlukan untuk melarutkan protein larut garam, berperan sebagai fase kontinue
dari emulsi daging, menjaga temperatur produk serta mempermudah penetrasi
bahan-bahan curing.
2.5 Faktor Penting Dalam Pembuatan Sosis
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kualitas
sosis
menurut
Sutrisno,
Baskom
Panci
Kompor
Sendok
Piring
Gelas kecil
Neraca analitik
Blender
Pisau
Cobek
3.1.2 Bahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Daging ayam
Lada
Pala
Garam
Gula
STTP
Bawang merah
Bawang putih
Minyak goreng
Putih telur
Plastik
Tisuue
Tepung terigu
Susu skim
Tapioka
Air es
b. Persiapan Bumbu
2 g gula, 2 g garam, 5 g bawang merah, 2 g
bawang putih, o,5 g lada, 0,5 g pala, 0,5 g
STTP
Penghalusan
Bumbu halus
2,5 g tapioka, 5 g
tepung terigu
Air dingin
Penambahan
Pelarutan
Daging halus
Penambahan tapiokaterigu
Penambahan
Pengadukan
Pencetakan
Pengujian
Perebusan
warna, tekstur,
kenampakan, cooking loss
(70-80C.
30 menit)
Pendinginan
Penirisan
Berat
Sebelum Perebusan
Sesudah Perebusan
69,84
69,78
I
II
69,53
67,33
I
Tepung Terigu
II
67,77
4.1.2 Tekstur (Penetrometer)
a. Tekstur Sosis Ayam Dengan Bahan Pengikat Susu Skim
Susu Skim
69,44
67,30
67,57
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Tekstur Sosis Ayam Dengan Bahan Pengikat Susu
Skim
Ulangan
I
II
III
IV
V
185
192
179
448
463
202
202
200
431
440
Bagian Keramik
b
20,5
6,51
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Warna Sosis Ayam dengan Jenis Bahan Pengikat
Susu Skim
Ulangan
I
II
III
IV
V
de
16,0
16,2
18,9
16,8
16,6
Warna
dL
-14,3
-14,4
-17,1
-15,3
-14,5
da
2,1
2,1
2,4
3,3
2,3
db
7,0
7,1
7,6
6,3
7,7
Warna
dL
-14,4
-14,0
-15,7
-14,5
-15,3
de
17,0
16,3
17,7
16,2
17,7
da
2,0
2,0
1,9
2,3
2,1
Kenampakan
Permukaan
Irisan
Ulangan
Berat
db
8,7
8,0
8,0
6,7
8,6
Pengikat
Susu Skim
Tepung
Terigu
I
II
I
II
Sebelum
Sesudah
Perebusan
69,84
69,53
67,33
67,77
Perebusan
69,78
69,44
67,30
67,57
Selisih
Ratarata
0,06
0,09
0,03
0,2
0,075
0,115
Selisih
113
118
113
142
145
126,2
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Tekstur Sosis Ayam Dengan Bahan Pengikat Tepung
Terigu
Ulangan
I
II
III
IV
V
selisih
117
126
130
126
136
127
4.2.3 Warna
a. Sosis Ayam dengan Jenis Bahan Pengikat Susu Skim
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Warna Sosis Ayam dengan Jenis Bahan Pengikat
Susu Skim
Warna
L
a*
b*
c
H
I
73,26867
5,6
27,5
28,06439 101,5101
II
73,12125
5,6
27,6
28,16239 101,4695
III
69,14086
5,9
28,1
28,71271 101,8578
IV
71,79445
6,8
26,8
27,64923 104,2373
V
72,97383
5,8
28,2
28,79028 101,6222
Rata-rata
72,05981
5,94
27,64
28,2758 102,1394
b. Sosis Ayam dengan Jenis Bahan Pengikat Tepung Terigu
Ulangan
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Warna Sosis Ayam dengan Jenis Bahan Pengikat
Tepung Terigu
Ulangan
I
II
III
IV
V
Rata-rata
a*
73,12125
73,71094
71,20477
72,97383
71,79445
72,56105
Warna
b*
5,5
5,5
5,4
5,8
5,6
5,56
c
29,2
28,5
28,5
27,2
29,1
28,5
H
29,71346
29,02585
29,00707
27,81151
29,63393
29,03837
100,667
100,9228
100,7289
102,0372
100,8928
101,0497
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum pembuatan sosis yaitu dengn
melakukan perlakuan pendahuluan. Daging yang digunakan pada praktikum ini
yaitu daging ayam. Daging ayam dilakukan pencacahan agar mudah dalam proses
penggilingan.
Sesudah
dicacah
dilakukan
penggilingan
sampai
lembut
Cooking Loss
0.14
0.12
0.12
0.1
0.08
0.08
0.06
0.04
0.02
0
susu skim
tepung terigu
ikat air pada sosis tepung terigu tersebut rendah sehingga cooking lossnya lebih
tinggi. Selain itu, susu skim juga bersifat sebagai emulsifier yang dapat
mengikat lemak yang terpisah sehingga cooking loss nya rendah.
Soeparno dalam Sofiana ( 2012 ) menyatakan bahwa pada tinggi rendahnya nilai
pH merupakan perwujudan dari titik isoelektrik protein-protein. Nilai pH yang
lebih rendah dari titik isoelektrik protein-protein, maka terdapat ekses muatan
positif yang mengakibatkan penolakan miofilamen dan memberi lebih banyak
ruang untuk molekul-molekul air, sehingga daya mengikat air (DMA) meningkat.
Hal ini sesuai dengan literatur diatas bahwa daya ikat air pada tepung terigu lebih
rendah karena kandungan proteinnya lebih rendah jika dibanding dengan susu
skim. Tepung terigu merupakan hasil ekstraksi dari proses penggilingan gandum
(T. sativum) yang tersusun oleh 67-70 % karbohidrat, 10-14 % protein, dan 1-3 %
lemak (Riganakos and Kontominas dalam Fitasari, 2009). Sedangkan susu skim
memiliki kandungan protein tinggi (37,4%) ( Suryaningsih, dkk. 2015).
3.2.2 Tekstur
Tekstur merupakan parameter yang harus dimiliki oleh sosis yaitu tekstur
yang empuk serta kekenyalan dari sosis tersebut. Dengan tekstur yang baik maka
akan banyak konsumen yang akan mencarinya. Setelah dilakukan praktikum
pembuatan sosis dengan perbedaaan penggunaan bahan pengikat maka dapat
dihasilkan.
Tekstur
127
126.2
susu skim
tepung terigu
karena
susu
skim
menyumbang
ion
Ca 2+
yang
3.2.3 Warna
Warna merupakan parameter yang langsung dapat dilihat spontan dengan
masyarakat ketika melihat sosis. Warn pada sosis ada yang menggunakan pewarna
makanan ada yang tidak menggunakan pewarna sehingga warnanya murni warna
putih sedangkan jika menggunakan warna biasanya berwarna agak kecoklatan.
Tetapi warna ini juga dipengaruhi oleh jenis bahan pengikat yang digunakan.
Beda pengikat maka warna nya juga berbeda. Berikut merupakan hasil dari
praktikum.
Warna
120
102.13
101.04
100
80
72.56
72.05
60
40
20
0
28.5
27.64
29.03
28.27
5.945.56
L
a
susu skim
tepung terigu
yaitu salah satu jenis bahan pengikat yang digunakan. Jika bahan pengikat
tersebut mengandung pati atau karbohidrat yang tinggi maka warna yang
dihasilkan akan semakin bening atau cerah. Warna didapatkan karena pati pada
bahan pengikat tersebut terjadi proses gelatinisasi yang terjadi pada pati ketika
adonan sosis direbus pada suhu 85-87C selama 60 menit. Menurut Gelang ( 2016
) hal ini bisa terjadi karena pati yang ada pada tapioka dan maizena mampu
menghasilkan gel yang bening sehingga tidak mempengaruhi warna sosis yang
dihasilkan. Gel bening tersebut dihasilkan dari proses gelatinasi. Sehingga
perebusan pada suhu tersebut diatas menyebabkan kedua jenis pati tersebut
mengalami gelatinasi.
Nilai (a) merupakan warna kromatik campuran antara warna merah dan
hijau. Nilai (a) yang semakin tinggi menunjukkan warna sosis semakin merah.
Menurut data yang diperoleh menujukkan bahwa sosis dengan bahan pengikat
susu skim memiliki nilai lebih tinggi dibanding tepung terigu yaitu 5,94 dan 5,54.
Hal ini dikarenakan warna pada susu skim lebih gelap dibanding dengan tepung
terigu. Warna dari susu skim yaitu kuning terang sedangkan tepung terigu
berwarna putih. Selain hal itu juga dikarenakan efek dari perebusan yang
menyebabkan warna agak kemerahan.
Nilai (b) merupakan warna kromatik campuran warna biru dan kuning.
Nilai (b) yang semakin tinggi menunjukkan bahwa warna sosis semakin kuning.
Menurut hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai (b) pada susu skim lebih
rendah dibanding dengan tepung terigu yaitu sebesar 27,64 dan 28,5. Rendahnya
susu kim ini disebabkan karena rendahnya atau tidak adanya kandungan lemak
yang dapat menurunkan nilai (b). Menurut Pujiharo dalam Mega (2010) warna
kuning pada sosis berasal dari lemak daging maupun dari lemak bahan yang
terikat.
Nilai hue merupakan nilai dimana yang menunjukkan bahwa produk
tersebut memiliki nilai merah kekuningan sampai kecoklatan. Dilihat dari grafik
diatas nilai hue sosis dengan bahan pengikat susu skim lebih besar yaitu 102,13
sedangkan pada sosis dengan bahan pengikat tepung terigu sebesar 101,04.
Menurut Retno (2013) menyatakan bahwa semakin kecil nilai derajat Hue maka
semakin mendekati merah keunguan. Sedangkan semakin besar nilai derajat Hue
maka semakin mendekati merah kekuningan. Sehingga sosis dengan bahan
pengikat susu skim memiliki derajat hue yang tinggi hal ini terjadi karena susu
skim dapat megubah warna menjadi agak kecoklatan jika terkene panas karena
susu masih memiliki kandungan gula yang harus membuat perubahan dari derajat
hue.
3.2.4 Kenampakan Irisan
Kenampakan irisan merupakan kenampakan pada sosis yang terlihat ketika
dilakukan pengirisan. Kenampakan yang baik yaitu kenampakan yang halus tidak
banyak berlubangnya. Jika dilihat dari hasil praktikum tersebut menunjukkan
bahwa kenampakan pada sosis yang menggunakan bahan pengikat susu skim
lebih halus atau lebih baik jika dibandingkan dengan sosis dengan bahan pengikat
tepung terigu. Hal ini dikarenakan
3.2.5 Kenampakan Permukaan