Anda di halaman 1dari 3

Paradoks Pemikiran Pemuda Islam

Oleh: Bora Alviolesa


Segala puji bagi Allah, Yang telah menciptakan dan menyempurnakan
ciptaan-Nya, Yang telah menetapkan takdir dan mencurahkan hidayah
kepada hamba-hamba-Nya. Salawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi dan Rasul akhir zaman, yang menunjukkan jalan yang lurus kepada
umatnya sehingga meninggalkan mereka di atas ajaran yang putih bersih
dan terang benderang yang malamnya bagaikan siangnya, tiada yang
menyimpang

darinya

kecuali

Fenomena Mahasiswa di

zaman

orang

yang

kekinian

binasa. Amma

sudah

berubah

badu.

signifikan.

Paradigma Modernisasi dan globalisasi telah membuat mahasiswa semakin


ter-ninabobok-an dengan gaya hidup hedonis.
Kita akan mengulang kembali mengenal apa itu gaya hidup hedonis,
menurut susianto (kasali,2000) gaya hidup hedonis adalah pola hidup yang
mengarahkan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih
banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang
pada keramaian kota, senang membeli barang-barang mahal (branded)
untuk memenuhi hasratnya, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Fenomena mahasiswa sekarang cenderung lekat dengan teori sosial
konformitas (social conformity) yang menempatkan mahasiswa pada bentuk
pengaruh sosial dimana individu (mahasiswa) mengubah sikap dan/atau
perilakunya untuk mengikuti notma kelompok atau sosial. Conformity akan
mengakibatkan suatu perubahan sikap dan perilaku mahasiswa dalam
rangka

menyesuaikan

diri

dengan

keadaan

sosial

disekitarnya,

efek

modernisasi dan globalisasi mampu menarik para mahasiswa lepas dari iklim
intelektualitasnya. Sesungguhnya modernisasi dan globalisasi tidak selalu
memberikan efek gaya hidup hedonis, namun kecenderungan selalu
memobilisasi efek hedonis.

Kita semua pasti setuju bahwa eksistensi mahasiswa yang dikenal


dengan intelektualitasnya dapat merubah ummat menjadi lebih baik. Bangkit
dari

kesadaran

inilah

maka

setiap

organisasi

kepemudaan

maupun

kemahasiswaan yang berafiliasi dakwah memiliki peluang besar untuk


membangun norma sosial yang positif dalam bingkai modernisasi dan
globalisasi tentu konsekuensinya adalah mampu merumuskan pola terbaik
dan relevan dengan zaman dalam melakukan peran dakwahnya dikalangan
pemuda dan mahasiswa. Bukanlah suatu yang asing jika para pemuda islam
hadir bersatu untuk merumuskan pola-pola dakwah yang sejalan dengan
tantangan zaman. Dengan terus menjunjung tinggi nilai dasar islam sebagai
strategi fundamental perjuangannya yaitu dakwah (menyeru, mengajak)
Islam, amar maruf nahi munkar dengan pemuda dan mahasiswa sebagai
medan juangnya.
Perkembangan dalam proses tazkiyatun nafs (pensucian diri) diera
modernisasi

dan

globalisasi

menuntut

pola-pola

baru

meski

tetap

berpedoman pada garis besar perjuangan islam, Filosofis perkaderan yang


dilakukan oleh Rasul, yakni penanaman nilai-nilai Islam secara kaffah,
mengubah

kesadaran

sehingga

timbul

kesadaran al

syaksiyah

faal

fadli (hablum minallah dan hablum ninanas). Proses tersebut merupakan


kristalisasi diri sehingga terbentuknya pemuda Islam yang teguh, Maka dari
itu merumuskan sebuah pola gerakan dakwah baru tentu haruslah parsial
dengan tujuan dakwah, agar para pemuda islam mampu mereduksi
pengaruh negatif tantangan zaman dan membangun ideologi islam yang
kokoh, orientasi visi dan misi yang rahmatan lilalamin, pengembangan
wawasan, hingga proses terpenting yaitu akhlaq al-karimah. Semoga
gerakan dakwah dari berbagai organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan
terutama

angkatan

muda

muhammadiyah

terus

berkobar

membakar

semangat juang dalam dakwah dan perkaderan persyarikatan, teruslah


berkarya, dan teruslah berkreasi.

Anda mungkin juga menyukai