Well, kali ini saya mau bercerita tentang pengalaman mengikuti ATLS di RSUD dr. Soetomo
Surabaya. Kursus ATLS ini berlangsung selama 3 hari, dimana selama 3 hari itu kita diajari
ABCDE, bukan membaca alphabet, tetapi Airway Breathing Circulation Disability dan
Exposure/Environment. Selama 3 hari itu kami diajar oleh para instruktur yang ahli di
bidangnya, kebanyakan adalah spesialis bedah dari berbagai senter, ada yang dari Surabaya,
Banjarmasin, Bali, Jakarta, Mataram, dll. Ada juga instruktur seorang spesialis anestesi dari
Surabaya yang nantinya menjadi penguji saya... Lucky me.. :)
Hari pertama dan kedua adalah pembekalan melalui pemberian materi, skill station dan
animal lab. Pemberian materi berlangsung cukup interaktif dan banyak pertanyaan dari para
peserta yang juga alumni berbagai fakultas kedokteran. Bagi yang akan mengikuti ATLS,
saya sarankan untuk membaca terlebih dahulu buku pegangan ATLS supaya saat pemberian
materi lebih mudah memahami, karena slide yang ditampilkan para instruktur sangat singkat.
Untuk skill station dibagi menjadi Airway and Breathing, Circulation, Head and Neck, Spinal
Cord Injury dan Muskuloskeletal. Mungkin untuk para alumni FK Unair, skill station ini
ibarat mereview block course selama satu minggu saat stase Anestesi dulu. Hampir semua
tindakan skill station ini sama dengan block course saat stase Anestesi, hanya beberapa alatalat impor seperti PSAG, Pneumatic Splinting dan Short Spine Board yang merupakan hal
baru. Saat animal lab, kami menggunakan kambing hidup yang teranestesi yang boleh
dijadikan percobaan untuk melakukan tindakan. Setiap kambing ditemani oleh satu orang
instruktur yang membimbing 4 orang peserta. Kami diajarkan melakukan vena seksi,
thoracosintesis, cricothyroidotomy, chest tube insertion, dan diagnostic peritoneal lavage
(DPL).
Naahhh...tibalah hari ketiga, hari dimana materi selama dua hari sebelumnya akan diuji.
Ujian dilakukan dua kali, teori dan skill. Ujian teori berlangsung seperti biasanya, 40 soal
bahasa Inggris dalam bentuk vignet. Jangan khawatir, selama ujian nanti ada daftar kata-kata
sulit dalam bahasa Inggris beserta artinya dalam bahasa Indonesia. Sementara saat ujian skill,
seorang peserta akan diuji oleh seorang penguji dengan pasien yang sudah dipermak
sedemikian rupa menyerupai pasien trauma sungguhan. Pasien tidak hanya tidur di bed tapi
juga berakting kesakitan. Pengalaman saya kemarin, saat dipanggil untuk persiapan ujian,
saya ketar-ketir membayangkan siapa yang akan menjadi penguji saya, dan karena
sebelumnya teman sekelompok saya tampaknya tak ada masalah, harapan saya pun begitu.
Kira-kira lima menit saya menunggu, datanglah sang penguji. Kontan kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah tinggal 3. Yak, saya diuji oleh dr. TS, Sp. An, seorang dokter
sekaligus staf SMF Anestesiologi dan Reanimasi FK Unair/RSUD dr. Soetomo. Beliau
dikenal banyak ilmu, banyak pertanyaan dan banyak hal lain yang bisa bikin otak yang diuji
terbalik antara kanan dan kiri. Bagi alumni FK Unair pasti tahu betapa legendarisnya beliau
di dunia ujian DM. Saya diminta untuk menunggu sebentar. Beberapa saat kemudian, saya
dipanggil beliau. Kemudian beliau menjelaskan kasus yang akan saya hadapi, seorang pria
25 tahun, datang dalam keadaan mabuk dengan luka-luka setelah berkelahi, itu clue nya. Di
ruangan ujian telah siap seorang pasien coba yang telah dipermak, dengan darah di sekujur
tubuh hingga lantai, lebam di muka, sempoyongan dan berteriak-teriak seperti sedang mabuk.
Well, lets do ABCDE...
Kira-kira seperti ini dialog saya dengan penguji. (S: saya; P: penguji) :
S: Pertama kita pakai universal precaution, masker, handscoen ..
P: Ya sudah, anggap sudah lengkap..
S: -sambil memegang pasien- Pak, ayo coba pelan-pelan naik ke tempat tidur. (emangnya
ngantuk? -.- Maksud saya brankar, tapi otak dan mulut sudah tidak sinkron)
S: Kemudian kita evaluasi Airway pasien, pak siapa namanya? (pasien menjawab dengan
jelas namun dengan suara pelan. Dan entah kenapa tangan saya tiba-tiba dalam posisi Jaw
Thrust, mungkin karena dari rumah sudah terpatri, Airway berarti Jaw Thrust dulu.)
P: Mau kamu apakan pasiennya? dia bisa jawab gitu lo...
S: Ohh.. iya dok.. berarti airway clear. Pasang oksigen.
P: pake apa?
S: Masker dok..
P: yang mana?
S: Non Re-breathing mask 10-12 lpm.
P: yang mana itu?
S: (berjalan menuju tempat alat-alat resusitasi dan dengan perasaan senang mengambil
masker non re-breathing. Gini nih, kalau pas bisa jawab. :p )
P: oke, lanjut.
S: kita evaluasi Breathingnya. Look, adakah jejas, gerak dada asimetris?
P: Tidak ada jejas. Kiri sedikit tertinggal.
S: Listen. (karena Airway clear, langsung auskultasi menggunakan stetoskop). Kita lakukan
auskultasi di ICS 3 dan ICS 5 bandingkan kanan dan kiri.
P: kiri vesikuler menurun. Kenapa kamu periksa di ICS 5?
S: mm...rr... (dalam hati: menurut instruktur ATLS begitu dok..)
P: ya sudah lanjut dulu..
S: Feel. Raba gerakan dada.
P: Kiri sedikit tertinggal.
S: perkusi, bandingkan kanan-kiri
P: Kiri hipersonor sedikit
Setelah kurang lebih10 menit berlalu... saya berusaha googling prinsip kerja WSD, dan
banyak jenis WSD yang muncul di Google, satu tabung, dua tabung dan tiga tabung.
Mengingat sedikitnya waktu, saya mempelajari yang dua tabung. Waktu DM dulu pernah
diajarkan yang satu dan dua tabung, dulu saya kurang paham, sekarang sudah lupa. Dengan
seksama saya baca prinsip kerja WSD dua tabung dan mencoba menggambarnya. Dan setelah
merasa siap, saya memberanikan diri untuk kembali masuk.
P: sudah bisa? Coba digambar..
S: (dengan mantap mengambil spidol dan menggambar WSD dua tabung...)
P: hahaha...
S: lah? -.P: -merebut spidol dari tangan saya, dan mulai menggambar WSD satu tabung kemudian dua
tabung, sambil berkomentar- Kamu itu kok bisa lulus anestesi? Siapa dulu yang nguji?
S: (yang lalu biarlah berlalu dok...)
P: kalau hanya udara, gunakan yang satu tabung, tubenya masuk berapa cm?
S: 2 cm dibawah permukaan air dok.
P: kalau ada hematothorax, gunakan yang dua tabung, sehingga cairannya bisa masuk ke
tabung yang kosong, dan udaranya terhisap ke tabung yang berisi air. Ngono lo dul...
makanya berpikir. Agamamu apa?
S: Islam dok
P: kan di Islam dijelaskan, akan tampak tanda-tandaNya bagi orang yang mau berpikir. Kamu
gak mau berpikir...
S: -manggut-manggut sambil tersenyum.P: Ayo lanjut...
S: Setelah terpasang chest tube, kita evaluasi lagi. Look Listen Feel
P: gerak dada simetris, RR: 36, hipersonor
S: (RR nya kok masih cepet ya...ah, lupakan..) sudah membaik kita evaluasi Circulation..
nadi, akral, tensi.
P: nadi 130, akral agak pucat, tensi 90/60
S: pasang double i.v line.
P: apa syarat kanul untuk i.v line?
S: pilih kanul yang terbesar dan pendek dok.
P: terbesar? Berapa yang terbesar?
S: 14 G dok.
P: kalau vena pasien cuma bisa sampe 20 gimana?
S: mm..
P: Pilih yang terbesar yang sesuai dengan vena pasien. Seringkali peserta salah
menerjemahkan...
S: (maksud saya juga begitu kok dok..)
P: oke, sudah terpasang. Kamu kasih cairan apa?
Kemudian saya keluar ruangan dengan langkah gontai dan di luar ruangan disambut dengan
tepukan tangan teman-teman FK Unair. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala dengan
perasaan cemas dan nafsu makan hilang.
Begitulah perjuangan saya saat ujian ATLS. Yang butuh waktu + 1 jam, dimana yang lain
hanya 15-30 menit. Luar biasa sekali, seolah-olah mengulang ujian anestesi saat DM dulu,
tapi ini jauh lebih komplit. Sejatinya, masih banyak hal yang belum saya sampaikan disini,
karena terlalu panjang. Terima kasih untuk dr. TS, Sp. An atas ilmunya yang luar biasa, akan
selalu saya ingat sampai saya tak mampu mengingat lagi. The legend is real.