Anda di halaman 1dari 7

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKEBUNAN

Dasar Hukum PBB Sektor Perkebunan


PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-31/PJ/2014
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERKEBUNAN

Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2015

Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER64/PJ/2010 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkebunan, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkebunan adalah Pajak Bumi dan Bangunan yang dikenakan
atas bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan.
Objek pajak PBB Perkebunan adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan
Kegiatan usaha perkebunan sebagaimana dimaksud adalah:
a) usaha budidaya tanaman perkebunan yang diberikan Izin
Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B); dan
b) usaha budidaya tanaman perkebunan yang terintegrasi
dengan usaha pengolahan hasil perkebunan yang
diberikan Izin Usaha Perkebunan (IUP).
Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan yang
dimaksud adalah :
a) wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan
yang mempunyai hak guna usaha atau yang sedang dalam
proses mendapatkan hak guna usaha; dan
b) wilayah di luar hak guna usaha atau yang sedang dalam
proses mendapatkan hak guna usaha yang merupakan satu
kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan.

Wilayah di luar hak guna usaha atau yang sedang dalam proses mendapatkan hak guna usaha
yang merupakan satu kesatuan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b, merupakan wilayah yang secara fisik tidak terpisahkan dengan
areal yang dikenakan PBB Perkebunan.
Wilayah yang sedang dalam proses mendapatkan hak guna usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) meliputi:
a) wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan yang hak guna usahanya
sedang dalam proses perpanjangan; dan
b) wilayah yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan dan telah memiliki izin usaha
perkebunan yang hak guna usahanya wajib diselesaikan.
Bumi yang dimaksud sebagai Objek Pajak PBB Perkebunan ialah

a. areal yang dikenakan PBB Perkebunan, berupa:


1) Areal Produktif;
2) Areal Belum Produktif, meliputi areal:
a) yang belum diolah;
b) yang sudah diolah tetapi belum ditanami; dan
c) pembibitan,
3) Areal Tidak Produktif;
4) Areal Pengaman; dan
5) Areal Emplasemen;
areal yang tidak dikenakan PBB Perkebunan, berupa Areal Lainnya
Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) merupakan konstruksi
teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.

Areal Produktif adalah areal yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan yang telah ditanami tanaman perkebunan.
Areal Belum Produktif adalah areal yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan yang belum ditanami tanaman perkebunan meliputi areal yang belum
diolah, areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami, dan areal pembibitan.
Areal Tidak Produktif adalah areal yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan yang tidak dapat diusahakan untuk kegiatan usaha perkebunan.

Areal Pengaman adalah areal yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan yang dimanfaatkan sebagai pendukung dan pengaman kegiatan usaha
perkebunan.
Areal Emplasemen adalah areal yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan yang diatasnya dimanfaatkan untuk bangunan dan/ atau pekarangan serta
fasilitas penunjangnya.
Areal Lainnya adalah areal yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan yang tidak dikenakan PBB Perkebunan sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 .
Log Ponds yaitu areal perairan didalam hutan yang digunakan untuk tempat penimbunan kayu.
Log Yards yaitu areal daratan didalam hutan yang digunakan untuk penimbunan kayu.

Subjek Pajak PBB Perkebunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/ atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh
manfaat atas bangunan, atas objek pajak PBB Perkebunan.
Dasar Pengenaan PBB Perkebunan adalah NJOP.

NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil penjumlahan antara NJOP
bumi dan NJOP bangunan.
NJOP bumi merupakan hasil perkalian antara total luas areal objek pajak yang dikenakan
dengan NJOP bumi per meter persegi.
NJOP bumi per meter persegi merupakan hasil konversi nilai bumi per meter persegi ke
dalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai klasifikasi NJOP bumi.
NJOP bangunan merupakan hasil perkalian antara total luas bangunan dengan NJOP
bangunan per meter persegi.
NJOP bangunan per meter persegi merupakan hasil konversi nilai bangunan per meter
persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP bangunan
Nilai bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) merupakan
hasil pembagian antara total nilai bumi dengan total luas areal objek pajak yang
dikenakan PBB Perkebunan.
Total nilai bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jumlah dari perkalian
luas masing-masing areal objek pajak yang dikenakan PBB Perkebunan dengan nilai
bumi per meter persegi masing-masing areal objek pajak dimaksud.

Contoh SOAL!
PT. EGP, sebuah perkebunan sawit di Kalimantan Selatan pada tahun 2011 telah
menyampaikan SPOP dengan rincian data sebagai berikut :
Tanah
1) Area kebun
a. Tanaman usia 2 tahun, dengan luas 300 Ha, NJOP per m2 Rp 1.710,00
Standar Investasi Tanaman Rp 2.866.000,00 per Ha
b. Tanaman sudah menghasilkan, dengan luas 200 Ha, NJOP per m2 Rp 1.710,00
Standar Investasi Tanaman Rp 5.784.000,00 per Ha
2) Area Implasemen
a. Kantor, luas 1 Ha, NJOP Rp 14.100,00 per m2
b. Gudang, luas 2 Ha, NJOP kelas 147
c. Pabrik, luas 2 Ha, NJOP Rp 9.900,00 per m2
d. Mess karyawan, luas 2 Ha, NJOP per m2 Rp 14.100,00

1)
2)
3)
4)

Bangunan
Kantor 800 m2, kelas 072
Gudang 1.200 m2, NJOP Rp 505.000,00 per m2
Pabrik 4.500 m2, kelas 084
Mess karyawan 2.000 m2, kelas 072
Hitung PBB perkebunan tersebut, NJOPTKP Rp 12.000.000,00.
Hitung PBB terutang!

Jawaban :
Tanah
1) Area kebun
a. Tanaman usia 2 th
SIT
b. Tanaman menghasilkan
SIT
2) Area implasemen
a. Kantor
b. Gudang
c. Pabrik

= 3000.000 x Rp 1.700,00
= 300 x Rp 2.866.000,00
= 2000.000 x Rp 1.700,00
= 200 x Rp 5.784.000,00

= Rp 5.100.000.000
= Rp
859.000.000
= Rp 3.400.000.000
= Rp 1.156.800.000

= 10.000 x Rp 14.000,00
= 20.000 x Rp 10.000,00
= 20.000 x Rp 10.000,00

= Rp
= Rp
= Rp

140.000.000
200.000.000
200.000.000

d. Mess karyawan
NJOP tanah

1)
2)
3)
4)

= 20.000 x Rp 14.000,00

= Rp
280.000.000+
= Rp 11.336.000.000

Bangunan
Kantor
= 800 x Rp 700.000,00
= Rp
Gudang
= 1.200 x Rp 505.000,00
= Rp
Pabrik
= 4.500 xRp365.000,00
= Rp
Mess karyawan
= 1.000 x Rp 700.000,00
= Rp
NJOP bangunan
= Rp
NJOP gabungan
= Rp
NJOPTKP
= Rp
NJOPKP
= Rp
PBB terutang pusat
= 0,5% x 40% x Rp 14.833.100.000,00 = Rp
PBB terutang yang dibayar
= Rp
PBB terutang daerah
= 0,3% x Rp 14.833.100.000,00
= Rp
PBB terutang yang dibayar
= Rp

560.000.000
606.000.000
1.642.500.000
700.000.000+
3.508.500.000
14.845.100.000
12.000.000
14. 833.100.000
29.666.200
29.666.200
44.499.300
44.499.300

MEKANISME PEMBAYARAN
Berikut ini adalah mekanisme pembayaran PBB :

Setiap pembayaran pajak PBB harus dibukukan di Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara.

Sebagai upaya untuk memudahkan ataupun melancarkan pembayaran PBB maka Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara membuka rekening pada Bank Persepsi.

Apabila wajib pajak telah melunasi kewajiban PBB melalui pemindah bukuan atau
transfer, pengiriman uang melalui bank atau wesel pos, maka pada dokumennya tersebut
disamping mencantumkan nama wajib pajak juga harus mencantumkan nomor seri SPPT.

Apabila wajib membayar langsung ke tempat pembayaran yang telah ditentukan, pada
saat pembayaran cukup menunjukkan SPPT PBB dan kemudian sebagai bukti
pembayarannya wajib pajak akan menerima STTS (Surat Tanda Terima Setoran).

Apabila SPPT tahunan yang bersangkutan belum diterima oleh wajib pajak, maka selama
STTS sudah tersedia di tempat pembayaran wajib pajak dapat membayar PBB dengan
menunjukkan SPPT tahun sebelumnya.

Apabila wajib pajak membayar atau melunasi PBB melalui petugas pemungut pajak,
maka sebagai bukti pembayarannya akan diberikan TTS (TandaTerima Sementara) yang
selanjutnya akan masuk ke dalam Daftar Penerimaan Harian (PDH PBB) oleh petugas
pemungut pajak yang kemudian akan disetorkan ke tempat pembayaran yang telah
ditentukan.

Selanjutnya petugas pemungut pajak akan menyetorkan hasil penerimaan PBB dari wajib
pajak kepada bank atau KPG tempat pembayaran yang ditunjuk sebagaimana tercantum
dalam SPPT /SKP /STP dengan menggunakan DPH dalam rangkap dengan ketentuan
untuk daerah yang tidak sulit sarana dan prasarananya.

Cara mebayar pajak bumi dan bangunan secara online.

Sebelum anda membayar pajak siapkan data-data pendukung pembayaran pajak bumi dan
bangunan seperti nomor objek pajak anda serta tahun pembayaran pajak anda. Setelah
data-data anda siapkan anda dapat pergi ke atm untuk melakukan pembayaran pbb secara
online. Tentukan apakah anda akan menggunakan atm mandiri, atm bca, atau atm bni

Lakukan proses seperti pada penggunaan atm biasanya kemudian ikuti langkah-langkah
dibawah ini:

Cari menu pembayaran kemudian pilih

Cari menu pajak kemudian pilih

Masukan Nomor Objek Pajak Anda

Masukan tahun pembayaran PBB anda

Kemudian akan muncul informasi tentang objek pajak, tagihan dan namanya

Mengecek pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Secara Online lewat atm, jangan
sampai ada kesalahan

Klik bayar

Jangan buang bukti pembayaran karena itu merupakan bukti pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan Secara Online menggunakan atm.

Cara lain membayar pajak bumi dan bangunan.


Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dipilih oleh wajib pajak untuk melakukan
pembayaran PBB :

Melalui bank atau kantor pos dan giro tempat pembayaran yang tercantum dalam SPPT.

Melalui petugas pemungut PBB kelurahan atau desa yang ditunjuk resmi.

Pembayaran PBB juga dapat dilakukan melalui fasilitas pembayaran elektronik yang
disediakan bank seperti ATM, SMS Banking, Phone Banking dan Internet Banking.
Keuntungan pembayaran PBB melalui pembayaran elektronik ini adalah :

Melayani pembayaran PBB atas objek pajak di seluruh Indonesia.

Tidak terikat pada hari kerja dan jam operasional bank untuk pembayaran PBB.

Terhindar dari antrian di bank pada saat pembayaran PBB.

Resi atau struk ATM, print out internet banking ataupun bukti pembayaran (melalui
teller) diperlakukan sebagai pengganti Surat Tanda Terima Setoran (STTS). Apabila tanda
terima pembayaran tersebut rusak atau hilang, wajib pajak dapat meminta surat
keterangan lunas ke KPPBB/KPP Pratama.

Anda mungkin juga menyukai