Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH TUGAS KEHATI

EKOSISTEM PERAIRAN LAUT DANGKAL

DOSEN :SUBARYANTI, Msi, Apt.

NAMA
MAHASISWA
:
SITI MAISAROH
NIM
:
15334718
KELAS
: P2K

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk

memberikan

masukan-masukan

yang

bersifat

membangun

untuk

kesempurnaan makalah ini

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................1
DAFTAR ISI ............................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
MANFAAT PENULISAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5
DEFINISI EKOSISTEM LAUT
PEMBAGIAN EKOSISTEM LAUT
BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................10
KOMPONEN EKOSISTEM LAUT DANGKAL.
RANTAI MAKANAN & ALIRAN ENERGI PADA EKOSISTEM LAUT
DANGKAL
JARINGAN MAKANAN PADA EKOSISTEM LAUT DANGKAL
KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM LAUT DANGKAL
PERMASALAHAN EKOSISTEM LAUT DANGKAL
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 36
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 37

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan
nonhayati yang membentuk sistem ekolog. Ekosistem merupakan suatu interaksi
yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacammacam ekosistem. Salah satunya adalah ekosistem air laut.. Dan dalam makalah
ini, kami akan cantumkan tentang ekosistem air laut. Ekosistem air laut
merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini. Luas ekosistem air laut hampir
lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi. Ekosistem ini biasa juga disebut
dengan Ekosistem Bahari Ekosistem air laut seperti halnya ekosistem air tawar,
pada ekosistem air laut merupakan media internal dan eksternal bagi organisme
yang hidup didalamnya. Air merupakan zat yang mengelilingi seluruh organisme
laut. Air laut sekaligus juga merupakan bagian penyusun atau pembentuk tubuh
tumbuh-tumbuhan dan binatang bianatang laut

(Dr. Abdul Razak, M.Si, dan DR. H. Armin Arief,

M.PH,2006:65)

B.

Rumusan Masalah
Dalam makalah yang kami susun ini, dengan judul Ekosistem Air Laut
Dangkal ada beberapa yang menjadi rumusan masalah diantaranya:

1.
2.
3.
4.

Apa pengertian ekosistem air laut ?


Bagaimana komponen ekosistem air laut dangkal?
Mendeskripsikan pembagian ekosistem air laut ?
Pemasalahan pada ekosistem laut dangkal

C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah maka tentulah memiliki suatu tujuan. Adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1.
2.
3.
4.
D.

Untuk mengetahui pengertian ekosistem air laut


Untuk mengetahui komponen ekosistem air laut
Untuk mengetahui pembagian ekosistem air laut
Untuk mengetahui permasalahan ekosistem laut dangkal
Manfaat Penulisan

Ketika kita menulis makalah maka tentu ada manfaat yang dapat kita ambil,
baik dari penyusun sendiri maupun bagi para pembaca. Adapun beberapa manfaat
yang dapat ambil yaitu dapat mengetahui ilmu tentang ekosistem air laut, baik dari
pengertiann, cici-cirinya, pembagiannya, maupun manfaat dari ekosistem air laut
itu sendiri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI EKOSITEM LAUT
1.1 Pengertian ekosistem laut
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang memiliki ciri-ciri

salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai


55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar.

ekosistem yang memiliki perbedaan suhu bagian atas dan


bawah tinggi. (Batas antara lapisan air yang panas di bagian
atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah
termoklin)

tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

Ekosistem air laut terbagi menjadi:


Laut
Pantai
Estuari (muara)
terumbu karang
1.2. Pembagian Ekosistem Laut
Pembagian daerah ekosistem air laut, berdasarkan kedalamannya:
1. Daerah Litoral/Daerah Pasang Surut
Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan
darat.

Radiasi

matahari,

variasi

temperatur

dan

salinitas

mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini


dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di
daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos,
teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.
2. Daerah Neritik

Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih


dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini
dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah
plankton, nekton, neston dan bentos.
3. Daerah Batial atau Daerah Remang-remang:
Kedalamannya antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen.
Hewannya berupa nekton.
4. Daerah Abisal:
Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari
2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat
produsen.

Gambar 1.1. Pembagian laut berdasarkan kedalamannya beserta


hewan-hewan yang menghuninya
sumber: library.thinkquest.org

Gambar 1.2. Pembagian laut berdasarkan kedalamannya


sumber: synergysci0809.wordpress.com

Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut dibedakan menjadi 3


bagian:
a. Daerah fotik: daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya
matahari, kedalaman maksimum 200 m.
b. Daerah twilight: daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan
fotosintesis, kedalaman antara 200 - 2000 m.
c. Daerah afotik: daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi
gelap sepanjang masa.

Gambar 1.3 Pembagian laut berdasarkan intensitas cahaya


Sumber: mrsmacdonald.net
Ekosistem Laut juga meliputi zona litoral (daerah tepi laut), zona laut
dangkal, dan zona pelagik. Zona litoral merupakan zona yang berada di
tepi laut (pantai), tempat bagi kebanyakan ikan dan udang, kepiting
9

untuk membesarkan anak-anaknya, dan biasanya dikelilingi oleh


daratan yang membentuk hutan bakau. Zona laut dangkal yang
merupakan ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang
terdiri dari komunitas yang khusus yang terdiri dari karang batu dan
organisme-organisme lainnya. Terumbu karang didominasi oleh karang
(koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan
kalsium karbonat. Zona pelagik merupakan wilayah laut terbuka yang
terdiri dari 2 wilayah kedalaman yang berbeda, yaitu zona fotik dan
zona afotik.

Gambar 1.4. Pembagian Ekosistem Laut

10

11

Gambar 1.5. Ilustrasi rantai makanan di laut

12

BAB III
PEMBAHASAN
KOMPONEN EKOSISTEM LAUT DANGKAL
2.1. Susunan Sifat Air Laut
Suhu Air Laut

Suhu air laut pada Perairan Indonesia yang terletak di daerah tropik, maka hampir
sepanjang tahun suhu lapisan permukaan air lautnya tinggi, berkisar 26 C - 30
C. Perubahan temperatur (amplitudo) air laut, kecil karena air laut lambat menjadi
panas dan lambat menjadi dingin. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Air laut selalu bergerak sehingga panas yang diterimanya
dijalarkan dan disebar kemana-mana.
2. Permukaan air laut bertindak sebagai cermin sehingga panas
matahari yang diterimanya dipantulkan kembali. Sedangkan
panas yang diterima air sebagian digunakan untuk penguapan.
3. Pada malam lambat menjadi dingin karena:
- Uap air di atas permukaan air laut yang telah menjadi dingin
menghalangi pelepasan panas.
- Permukaan air laut yang mengkilat menghalangi pelepasan
panas.

Suhu air laut makin ke dalam makin turun temperaturnya, pada kedalaman lebih
kurang 4.000 meter, temperaturnya antara 1 C - 2 C.
Kadar Garam Air Laut (Salinitas)

Kadar garam air laut (Salinitas) adalah banyaknya garam (dalam gram) yang
terdapat pada 1 kilogram air laut. Kadar garam tersebut dinyatakan dalam persen
(%)

atau

permil

(0/00).

13

Tinggi rendahnya kadar garam pada air laut sangat tergantung kepada banyak
sedikitnya :
1. Penguapan
2. Sungai yang bermuara ke laut tersebut
3. Curah hujan
4. Pemasukan air dari samudera di sekitarnya.
5. Air yang berasal dari gletser
Kepadatan

Kepadatan air laut adalah 1,026 - 1,028. Jika dibandingkan dengan air murni, air
laut memiliki kepadatan yang lebih besar karena mengandung banyak garamgaraman.
Tekanan

Tekanan air laut tidak sama besarnya pada kedalaman yang berbeda, makin dalam
tingkat kedalaman laut maka makin besar tekanannya. Tekanan udara tiap m
permukaan air laut sebesar 10.000 kilogram harus diperhitungkan sebagai faktor
penghitung dalam mengukur tekanan air laut. Berat untuk 1 meter air laut lebih
kurang 1150 kilogram. Jadi tekanan air laut pada kedalaman 100 meter adalah:
100 x 1150 kg + 10.000 kg = 125.000 kg/m
2.2. Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang berkadar garam
tinggi
Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang
lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu
mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan
hewan tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis
jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Cara ikan
beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah:
- banyak minum

14

- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus


- sedikit mengeluarkan urine
- pengeluaran air terjadi secara osmosis
- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang

2.3. Komunitas di Dalam Ekosistem Air Laut


Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4,
yaitu:
a. Produsen
Terdiri dari fitoplankton dan ganggang laut lainnya
b. Konsumen
Terdiri dari berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan
ditemukan di dalam ekosistem laut.
c. Zooplankton
Terdiri atas bakteri dan hewan hewan pemakan bangkai atau
sampah

Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal
merupakan daerah gelap sepanjang masa.

Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada


produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja.
Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.
2.4. Komponen Ekosistem Laut dangkal
Nekton

Kata nekton" diberikan oleh Ernst Haeckel tahun 1890 yang


berasal dari kata Yunani (Greek) yang artinya berenang ("the
15

swimming")
functional

yang

meliputi

morphology

physiology).

Ilmunya

of

disebut

(biofluidynamics,
fluid

biomechanics,

locomotion,

Nektology.

locomotor

Orangnya

disebut

Nektologist.

Kategori nekton:
Krill (udang kecil)
Small fish
Whales (paus)
Tuna

Ikan (fish) adalah vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)


yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Jumlah spesies >
27,000di seluruh dunia. Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai
dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout
infantfishyang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada
beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan",
seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya
tidak tergolong sebagai ikan.

1.

Distribusi Ikan :
Geologis (400-500 juta tahun lalu,era Paleozoikum periode

Ordovician)
2. Geografis
3.

Ekologis (berdasarkan toleransi terhadap faktor Lingkungan dan

lokasi dlm perairan)

Sundaland/Paparan Sunda :

1. Sumatera : 270 spesies/30 endemik; Cyprinidae 107 spesies/15


endemik)
2. Borneo (Kalimantan, Serawak/Sabah, Brunai) 394 spesies/149
endemik;

Cyprinidae 138 spesies/46 endemik

16

3. Jawa : 132 spesies/12 endemik; Cyprinidae 44 spesies/6 endemik

Wallace/Sulawesi : 68 spesies/52 endemik (Umum ikan sidat

(Angguila,sp), belosoh (Gobiidae dan Eleotridae)

Paparan Sahul/ New Guinea

Region 1: RAJA AMPAT ISLANDS


Region 2: VOGELKOP AND BOMBERAI PENINSULAS
Region 3: NORTH COAST RANGES AND VALLEYS
Region 4: CENTRAL MOUNTAIN RANGES
Region 5: SOUTHERN COASTAL LOWLANDS
Region 6: PAPUAN PENINSULA

Plankton
Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona
pelagic (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton
dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal
makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton
terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun
termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk
melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan
cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus
hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan
banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif
dijalankan di kawasan itu.
Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat
menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton.
17

Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang,
kerang, dan ikan paus.
Neuston
Neuston adalah istilah kolektif untuk organisme yang mengapung di atas air
(epineuston) atau tinggal tepat di bawah permukaan (hyponeuston).. Neustons
terdiri dari beberapa spesies ikan, kumbang, protozoa, bakteri, dan laba laba air. .
Sebuah laba-laba air adalah contoh umum yang melompat melintasi air tegangan
permukaan.
Perifiton
Kompleks biota akuatik sesil terasosiasi dengan detritus, yang menempel pada
substrat terendam; kompleks campuran mikroalga, cyanobacteria, heterotropic
mikroba, protozoa, dan detritus; organisme bentik terkombinasi dengan mikroba
biofilm
Seperti fitoplankton, perifiton dapat ditemukan pada banyak tipe perairan, mulai
dari kolam kecil hingga laut luas; berbagai macam substrat dalam air dengan
keberadaan cahaya dapat mensupport pertumbuhan perifiton
Peran perifiton :
-

Sebagai Produsen primer

Indikator mutu kualitas air

Menjaga kualitas air pada indicator mutu tertentu bagi perairan perikanan
yang terkendali

Dapat digunakan sebagai agen filtrasi dalam produksi akuakultur

2.5. Rantai Makanan dan Aliran Energi pada Ekosistem Laut Dangkal
Dari pemaparan-pemaparan di atas, kita sudah mengetahui
bahwa ekosistem laut dangkal merupakan daerah dimana cahaya
matahari dapat masuk, sehingga, ekosistem ini memiliki potensi

18

fotosintesis yang sangat tinggi. Kita juga sudah mengetahui bahwa di


dalam ekosistem ini terdapat banyak makhluk hidup yang terbagi
menjadi produsen, konsumen (makrokonsumen ataupun detritivor),
dan dekomposer. Dari data-data ini, selanjutnya kita bisa membuat
konsep rantai makanan pada ekosistem laut dangkal dengan produsen
sebagai awalannya (jenis rantai makanan perumput). Rantai makanan
pada ekosistem ini yaitu : produsen ( konsumen I ( konsumen II
( Konsumen III, dst. Gambar piramida makanan dibawah ini akan lebih
memperjelas rantai makanan tersebut.
Gambar 2.5.1
Piramida Makanan
Ekosistem Laut
Dangkal
Sumber :

www.sciencelearn.org.nz
Dari gambar ini, bisa kita jelaskan pula mengenai aliran energi
yang terjadi pada ekosistem laut dangkal. Pertama-tama, produsen,
yaitu phytoplankton, makroalga ataupun tanaman berbunga (seagrass)
membuat zat organik melalui fotosintesis dengan mengambil energi
dari matahari. Lalu, konsumen I yang merupakan herbivora memakan
tumbuhan tersebut, sehingga sesuai dengan hukum kekelan energi
dimana energi tidak bisa dihancurkan maupun diciptakan, namun
hanya bisa diubah menjadi bentuk energi lain, maka energi matahari
pada tumbuhan pastilah akan berpindah ke konsumen I. Tetapi, karena
apapun yang kita makan pasti akan menghasilkan residu, dan kita juga
mengeluarkan energi saat mencerna makanan tersebut, maka tidak
semua energi dari makanan yang kita makan diserap oleh tubuh.
Karena itulah, kira-kira energi yang bisa diserap konsumen dari
makanannya hanya sebesar 10%.
Misalnya energi cahaya matahari yang ditangkap oleh tumbuhan
sebesar 10,000 Kj, maka konsumen I akan mendapat energi kira-kira
sebesar 1000 Kj. Konsumen II akan mendapat energi kira-kira sebesar
100 Kj. Konsumen III akan mendapat energi kira-kira sebesar 10 Kj, dst.
Itulah sebabnya mengapa jumlah rumput laut selalu lebih besar dari

19

konsumen-konsumen diatasnya dan ikan hiu selalu berjumlah lebih


sedikit dibandingkan hewan-hewan mangsa yang berada di taraf trofi
lebih rendah. Tentunya karena rumput laut selalu mendapatkan energi
paling besar dan ikan hiu selalu mendapat energi paling sedikit. Inilah
alasan mengapa piramida makanan selalu berbentuk segitiga, karena
piramida ini juga menunjukkan jumlah. Skema aliran energi bisa dilihat
dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2.5.2. Skema Aliran Energi Pada Ekosistem


Sumber : www.sciencelearn.org.nz
2.6. Jaring-Jaring Makanan Pada Ekosistem Laut Dangkal
Telah kita ketahui bahwa ekosistem laut dangkal merupakan
ekosistem yang terpapar cahaya matahari sehingga ada banyak sekali
produsen yang bisa hidup di area ekosistem ini. Kita juga sudah
mengetahui urutan rantai makanan dan aliran energi di dalam
ekosistem laut dangkal. Sekarang kita bisa memaparkan jaring-jaring
makanan di ekosistem laut dangkal dengan meninjau gambar-gambar
berikut ini.
20

Gambar 2.6 Jaring-Jaring Makanan Ekosistem Laut Dangkal


KEANEKARAGAMAN HAYATI EKOSISTEM LAUT DANGKAL
3.1. Produsen Ekosistem Laut Dangkal
3.1.1. Mikroalga (Phytoplankton)
Tanaman pertama yang muncul di bumi adalah mikroalga dan sampai
sekarang mikroalga masih memenuhi habitat perairan di bumi.
Perairan yang paling banyak diisi oleh mikroalga adalah lautan,
terutama laut dangkal karena adanya cahaya. Di laut dangkal,
mikroalga menjadi salah satu produsen penting bagi kehidupan laut.
Contoh dari mikroalga adalah Chlorella, Crypthecodinium Cohnii dan
Spirulina.

Gambar 3.1.
Crypthecodinium Cohnii
Sumber :
www.lamolina.net
3.1.2. Makroalga (Seaweed)

21

Makroalga,

atau

yang

biasa

disebut

rumput

laut,

adalah

organisme kingdom protista yang mirip tumbuhan. Lebih khusus lagi,


makroalga adalah alga jenis rhodophyta (alga merah) dan phaeophyta
(alga coklat). Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan yang tidak
berpembuluh. Artinya, mereka tidak punya akar, batang, daun,
ataupun bunga, walaupun mereka memiliki bentuk yang hampir serupa
dengan tanaman berpembuluh.
Berikut ini adalah bagian-bagian tubuh pada makroalga:
Blade Struktur seperti daun yang digunakan untuk menangkap
energi cahaya matahari tempat fotosintesis terjad
Stipe Struktur seperti batang
Float Saluran berisi air yang terletak di pangkal blade yang
berfungsi untuk menjaga blade tetap menghadap ke permukaan air
agar bisa menangkap energi cahaya matahari dengan baik
Holdfast Tidak seperti akar, holdfast tidak menyuplai air dan
nutrisi ke bagian tubuh tumbuhan lain. Holdfast hanya berfungsi
untuk menjaga makroalga tetap di tempatnya sehingga tidak
terhempas oleh ombak.

Gambar 3.2. Anatomi Makroalga


Sumber : www.mbgnet.net

Beberapa spesies dari makroalga adalah Asparagopsis sp, Alaria esculenta,


Ascophyllum nodosum, Fucus serratus, Fucus spiralis, Fucus vesiculosus
Laminaria saccharina, Laminaria hyperborean, Laminaria digitata, Laminaria

22

ochroleuca, Macrocystis pyrifera, Ulva compressa, dan Ulva rigida. Sebagian


besar dari makroalga adalah alga merah dan alga coklat.

Gambar 3.3. Asparogospsis sp.


Sumber : reefkeeping.com

3.1.3. Tumbuhan Berbunga (Seagrass)


Tumbuhan berbunga di ekosistem laut dangkal tidak begitu
banyak diketahui oleh orang-orang, karena mereka mengira semua
tumbuhan

di

dasar

laut adaalah

sejenis makroalga

(seaweed).

Tumbuhan ini sama dengan tumbuhan tingkat tinggi lainnya, yaitu


mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan berbunga di
ekosistem laut dangkal adalah jenis tumbuhan yang sangat unik
karena sudah bisa beradaptasi penuh dengan kondisi perairan laut
yang basah, berarus dan berair asin. Bahkan, keberadaan tumbuhan
tingkat tinggi ini telah memberikan perubahan fisik, kimiawi dan
biologis di ekosistem laut dangkal karena perannya yang amat penting.

23

Tumbuhan ini memiliki beberapa peran bagi kehidupan laut,


bukan hanya laut dangkal, tapi juga laut dalam. Berikut ini adalah
beberapa peran dari tumbuhan berbunga :

Menyediakan sumber karbon bagi makhluk laut lainnya, bukan


hanya yang ada di laut dangkal, tapi juga yang ada di laut

dalam.
Menjaga keseimbangan jaring-jaring makanan di ekosistem

laut dangkal
Memberikan tempat berlindung bagi hewan laut lain dan

menjadi tempat perawatan anak-anak ikan.


Memerangkap nutrisi dan mineral yang ada di laut sehingga
bisa digunakan oleh organisme laut lainnya, seperti detritivor
dan decomposer

24

Gambar 3.4. a. Kuda laut di hamparan Cymodocea nodosa. b.


Sekumpulan ikan zebra di hamparan Posidonia australis. c. Sekumpulan
manatee sedang memakan hamparan Thalassia testudinum. d. Penyu
hijau sedang memakan hamparan T. testudinum
Sumber : feww.files.wordpress.com

3.2. Konsumen Ekosistem Laut Dangkal


3.2.1. Porifera

25

Porifera, yang berarti pembawa pori, adalah hewan multiseluler


berpori

yang

terspesialisasi

amat

sederhana

dengan

karena

sempurna.

sel-sel

Hewan

ini

tubuhnya
hidup

belum
dengan

menempelkan dirinya ke dasar laut yang keras dimana ia bisa


mendapatkan cukup makanan. Porifera hidup dengan mengalirkan air
laut melalui pori-pori tubuhnya. Saat air laut melalui tubuhnya,
makanan dan oksigen yang terkandung di dalam air laut akan diambil
oleh sel-sel tubuhnya. Sel porifera yang khusus untuk menangkap zat
makanan di air laut disebut dengan koanosit.
3.2.2. Cnidaria
Cnidaria

adalah

hewan

multiseluler

yang

termasuk

paling

sederhana. Bentuknya seperti bunga dan memiliki tubuh simetri radial,


maksudnya, ia akan simetris bila dipotong dari arah radial manapun.
Walaupun terlihat sederhana, hewan cnidaria memiliki mulut dan
sistem pencernaan gastrovaskuler di pusat tubuh mereka. Semua
hewan cnidaria memiliki tentakel bersengat yang digunakan untuk
menangkap mangsa. Sengat tersebut disebut juga nematokist yang
mengandung racun yang dapat melumpuhkan mangsa yang terkena
sengatnya.
Cnidaria memiliki 2 macam bentuk, yaitu polip dan medusa. Polip
adalah bentuk dari hewan karang dan anemon. Dicirikan oleh mulut
dan tentakelnya yang menghadap ke atas dan cara hidupnya yang
menyerupai hewan perifiton. Sedangkan medusa adalah bentukan
yang bisa bergerak bebas, sepeti halnya ubur-ubur dan memiliki mulut
serta tentakel yang menghadap ke bawah. Hewan ini bisa memiliki
kedua bentukan polip dan medusa atau hanya polip saja. Spesies dari
jenis ini misalnya aurelia aurita, hydra, anemon, dll.

The two different forms of a Cnidarian body


Gambar 3.5. Dua bentuk cnidaria
Sumber : www.mbgnet.net

26

3.2.3. Moluska
Moluska adalah sejenis hewan yang bertubuh lunak. Karena
tubuhnya yang lunak ini, kebanyakan moluska memiliki cangkang yang
disekresikan oleh lapisan mantel. Banyak moluska memiliki lidah parut
yang disebut dengan radula untuk memarut makanannya. Secara
umum, moluska memiliki 3 bagian tubuh :
1. Bagian kepala yang berisi pusat syaraf dan organ perasa
2. Massa visceral yang berisi organ internal
3. Bagian kaki yang berotot
Berikut ini adalah jenis-jenis dari moluska :

Gastropoda
Gastropoda adalah moluska yang bergerak dengan menggunakan
perutnya. Kelompok ini memenuhi 70% dari keseluruhan spesies

gastropoda. Beberapa spesiesnya adalah


Polyplacophora
Polyplacophora adalah kelas moluska yang memiliki cangkang
dengan delapan lempengan. Contoh dari polyplachopora adalah
chiton. Chiton merupakan hewan bentos yang memakan alga

dengan radula dan gigi-giginya yang kuat.


Bivalvia
Bivalvia adalah kelas moluska yang memiliki cangkang 2 tangkup.
Kebanyakan dari mereka tidak memiliki radula karena mereka
makan dengan cara menyaring air melalui insang mereka untuk

mendapatkan zat organik. Beberapa spesies dari bivalvia adalah


Cephalopoda
Chepalopoda adalah kelas moluska yang memiliki kaki yang
menempel di kepalanya, karena itulah disebut cephalopoda.Sama
seperti moluska lainnya, cephalopoda memiliki mantel, radula,
rongga mantel dan saluran cerna yang belum sempurna. Berbeda
dengan moluska lain, mereka adalah hewan
memakan

ikan,

udang,

kepiting

atau

karnivora yang

cephalopoda

lainnya.

Perbedaan lain cephalopoda dibandingkan moluska lainnya adalah


absennya cangkang luar pada hampir semua cephalopoda (hanya 1
spesies yang memiliki cangkang luar, yaitu nautilus). Tetapi, mereka
memiliki

cangkang

dalam

sebagai

penggantinya.

Contoh

cephalopoda adalah gurita (loligo) dan cumi-cumi (sepia).


3.2.4. Crustacea

27

Crustacea

adalah

hewan

yang

memiliki

eksoskeleton.

Kebanyakan dari mereka adalah hewan akuatik, bernapas dengan


insang dan hidup di laut. Crustacea memiliki 2 pasang antena untuk
merasa dan mencium. Mereka juga memiliki tubuh yang bersegmen
dan banyak dari mereka yang memiliki capit untuk menangkap
makanan. Ada beberapa jenis crustacean yang amat kecil sehingga
digolongkan sebagai zooplankton. Berikut ini adalah beberapa jenis
crustacean :
Lobster
Semua lobster tinggal di air. Namun, mereka
tidak berenang, melainkan berjalan di dasar
lautan.

Mereka

aktif

di

malam

hari

dan

merupakan salah satu karnivora ekosistem laut


dangkal.
Gambar
3.6 Lobster
Sumber :
www.mbgnet.net
Kepiting
Kepiting memiliki 8 kaki jalan dan 2 kaki
capit. Mereka juga termasuk hewan bentos
dan karnovora ekosistem laut.

Gambar 3.7 Kepiting


Sumber : www.mbgnet.net
Udang
Udang memiliki kaki untuk berjalan maupun
berenang. Mereka memiliki 6 tangan untuk
membantu

mereka

memakan

tumbuhan.

Eksoskeleton mereka tembus cahaya.


Gambar 3.8

28

Udang
Su
mber : www.mbgnet.net

3.2.5. Chordata
3.2.5.1. Chordata Laut Dangkal Temperata
Berikut ini adalah beberapa chordata laut dangkal temperata :
Ikan Hiu Berjemur
Ikan hiu ini adalah ikan terbesar kedua di lautan. Panjangnya bisa
mencapai 10,4 m. Bentuk tubuhnya sama dengan hiu lainnya,
namun bentuk celah insangnya agak jauh lebih besar. Anehnya,
ikan hiu ini memakan planton, tidak seperti ikan hiu lainnya. Cara
makannya pun sama dengan paus biru, yaitu membuka mulutnya
lebar-lebar agar air bisa masuk dalam jumlah besar kemudian ia
menangkap suspensi plankton yang ada di dalam air tersebut.
Sesuai namanya, ikan hiu berjemur suka berenang pelan di
permukaan air.
Gambar 3.9.
Ikan Hiu
Berjemur
Sumber :

www.mbgnet.net

Penguin Raja
Penguin Raja adalah spesies penguin terbesar dalam keluarga
penguin. Penguin ini tak pernah berada di daratan, melainkan
membentuk koloni di atas es di lautan antartika. Makanan penguin
ini adalah ikan dan predator penguin ini adalah ikan hiu.
Gambar 3.10 Penguin Raja
Sumber : www.mbgnet.net

3.2.5.2.

Chordata

Laut

Dangkal Tropis

29

Berikut ini adalah beberapa chordata laut dangkal tropis :


Ikan Marlin Biru
Ikan ini adalah ikan yang sangat besar dengan berat minimal ratarata 180 Kg. Ikan ini memiliki mulut panjang dan bundar yang
digunakan untuk melumpuhkan mangsa. Mereka merupakan salah
satu perenang paling cepat di lautan. Karena, mereka memiliki
tubuh

hidrodinamis

yang

sempurna

dan

ekor

sabit

yang

memberikan pergerakan sempurna. Mereka adalah hewan yang


melakukan migrasi musiman, pergi ke daerah ekuator saat musim
dingin dan kembali lagi saat musim panas.
Gambar
3.11 Ikan
Marlin Biru
Sumber :
www.mbgnet.net

Ikan Badut
Ikan ini adalah ikan yang berukuran kecil dengan panjang kira-kira
sekitar 6 cm. Ikan ini disebut ikan badut karena corak-corak pada
tubuhnya sangat unik menyerupai badut. Ikan ini tinggal diantara
tentakel koloni anemon tanpa harus takut tersengat. Hal ini
dikarenakan tubuh ikan badut terlindngi oleh suatu lapisan yang
melindunginya dari sengatan.

Gambar

3.12

Ikan Badut
Sumber Gambar :
www.mbgnet.net

30

PERMASALAHAN EKOSISTEM LAUT


Ekosistem air laut memiliki luas lebih dari 2/3 permukaan bumi
( + 70 % ). Ekosistem laut memiliki kadar mineral yang tinggi, ion
terbanyak ialah Cl`(55%), namun kadar garam di laut bervariasi, ada
yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah (di laut
beriklim dingin). Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan
iklim, laut menemui masalah-masalah dalam ekosistemnya. Ekosistem
laut semakin lama menemui situasi yang memperihatinkan.
Permasalahan ekosistem laut yang ditemui terdiri dari: hilangnya
ekosistem terumbu karang dan pencemaran laut.
1. Hilangnya Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem di dasar laut tropis


yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3)
khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama
dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska,
krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta
biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk
jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.

31

Veron

(1995)

dan

Wallace

(1998)

mengemukakan

bahwa

ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya


terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan
lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, cahaya, sedimentasi,
dan arus dan gelombang.
1.1Suhu
Perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang
melanda perairan tropis ditahun 1998 telah menyebabkan pemutihan
karang

(coral

bleaching)

yang

diikuti

dengan

kematian

massal

mencapai 90-95%. Suharsono (1999) mencatat selama peristiwa


pemutihan

tersebut,

rata-rata

suhu

permukaan

air

di

perairan

Indonesia adalah 2-3 oC di atas suhu normal. Perkiraan di atas


didasarkan

pada

suatu

penelitian

yang

menyebutkan

bahwa

perubahan suhu alami, baik yang ekstrim (maksimum dan minimum)


maupun secara mendadak, di bawah atau di atas suhu optimumnya
dapat mengurangi pertumbuhan karang bahkan mematikannya.
1.2Salinitas
Perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi terumbu
karang. Hal ini sesuai dengan penjelasan McCook (1999) bahwa curah
hujan yang tinggi dan aliran material permukaan dari daratan
(mainland

run

off)

dapat

membunuh

terumbu

karang

melalui

peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas air laut. Efek


selanjutnya adalah kelebihan zat hara (nutrient overload) berkontribusi
terhadap degradasi terumbu karang melalui peningkatan pertumbuhan
makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.
1.3Cahaya
Bertambahnya volume dan meningkatnya tinggi permukaan air
laut akan memengaruhi kedalaman penetrasi cahaya matahari menjadi
semakin

berkurang.

Cahaya

diperlukan

oleh

alga

simbiotik

32

zooxanthallae dalam proses fotosintesis guna memenuhi kebutuhan


oksigen terumbu karang. Dengan berkurangnya kedalaman penetrasi
cahaya, maka laju fotosintesis akan menurun dan kemampuan karang
untuk menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu akan
menurun pula. Sehingga ekosistem terumbu karang (pada kedalaman
10 meter atau lebih) akan mengalami penurunan produktifitas dengan
cepat dan dapat menyebabkan kematian.
1.4Sedimentasi
Gelombang pasang ataupun tsunami yang diakibatkan oleh
pemanasan global tentu akan mengakibatkan terangkutnya sedimen
dari lautan ke daratan. Peristiwa ini nampaknya membawa sedikit
keuntungan bagi terumbu karang yang masih mampu bertahan hidup
setelah diterpa oleh gelombang dahsyat tersebut. Namun hal tersebut
tak akan berlangsung lama sebab gelombang gelombang pasang
tersebut dalam beberapa waktu kemudian akan kembali ditarik ke laut.
Kekuatan gelombang yang dahsyat tersebut akan membawa berbagai
macam materi dari daratan bersamanya. Sehingga pada saat kembali
ke laut, sebagian materi-materi dari daratan tersebut ada yang
terhenti di daerah pesisir dan lautan dangkal, yang kemudian
meningkatkan jumlah sedimen di daerah tersebut.Jumlah sedimen
yang sangat banyak tersebut akan mengakibatkan tertutupnya polip
karang yang masih hidup sehingga tidak dapat melakukan fotosintesis
ataupun menghasilkan kalsium karbonat sebagai pembentuk terumbu.
Dalam jangka waktu tertentu, ekosistem terumbu karang di daerah
tersebut pun akan segera musnah.
1.5Arus dan Gelombang
Pada dasarnya pertumbuhan terumbu karang yang berada di
daerah

berarus

akan

lebih

baik

apabila

dibandingkan

dengan

pertumbuhan terumbu karang yang hidup di perairan tenang. Ini


disebabkan selain gelombang air laut dapat memberikan pasokan
oksigen yang banyak, gelombang juga membawa plankton yang baru

33

untuk koloni karang, serta dapat menghalangi pengendapan pada


koloni karang. Namun apabila pemanasan global terus berlanjut,
keadaan yang menguntungkan tersebut akan berbalik 180 derajat
menjadi kerugian yang sangat besar bagi ekosistem terumbu karang.
Sebab dengan bertambahnya volume lautan, akan mengakibatkan air
laut meluap sehingga terjadilah gelombang pasang yang sangat
dahsyat. Selain itu potensi untuk terjadinya badai akan semakin
meningkat. Badai berkekuatan tinggi ditambah dengan faktor lainnya
yang dapat timbul akibat pemanasan global (semisal pergeseran
lempeng bumi) akan mengakibatkan terjadinya tsunami dengan
kekuatan

penghancur

yang

tak

dapat

dibayangkan.

Munculnya

gelombang pasang maupun tsunami akan merusak kondisi fisik


terumbu karang, bahkan bukan tidak mungkin terumbu karang
tersebut akan hancur dan ikut terseret gelombang. Dengan adanya
peristiwa tersebut, sudah tentu ekosistem terumbu karang akan
semakin berkurang bahkan musnah.
2. Pencemaran Laut

Pada mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya


lautan, maka semua hasil
buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas
manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa
membuat suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar yang
masuk ke dalam lautan akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya
secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka
menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan
penduduk

dunia

dan

makin

meningkatnya

lingkungan

industri

mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang bersifat racun yang


dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dapat dikontrol secara
tepat. Pencemaran laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar
harus ditangani secara sungguh-sungguh. Banyak kecelakaan dilautan
yang menyebabkan tercecernya bahan-bahan yang bersifat racun
dalam jumlah yang sangat besar.
Berikut ini adalah beberapa fakta terhadap pencemaran laut:

34

Pencemaran laut di dunia menyebabkan kerusakan pada

lingkungan dan kehidupan bawah laut.


Pada tahun 2008, para penyelam mengangkat 219.528 lbs
(99.57 ton) sampah dan benda-benda bekas dari 1.000 mil
luas laut - rata-rata 1 penyelam mengangkat 25 ton sampah

dan benda-benda bekas.


Hampir 80% pencemaran laut disebabkan oleh plastik. Di
beberapa daerah di samudra, perbandingan untuk plastik

dan plankton adalah 6:1 (6 banding 1).


Diperkirakan 46.000 potong sampah plastik mengapung di
setiap 1 mil dari samudra 70% dari sampah plastik itu di

perkirakan akhirnya akan tenggelam.


Plastik tidak mudah untuk di uraikan. Saat sampah plastik
masuk ke laut, dibutuhkan bertahun-tahun untuk di uraikan
terurai

secara

perlahan

menjadi

potongan

kecil

yang

akhirnya menjadi debu plastik.


Telah dilaporkan ada lebih dari 260 jenis hewan laut di
seluruh dunia yang terjerat dan memakan sisa-sisa tali

pancing, jala dan sampah-sampah laut lainnya.


Diperkirakan 100.000 mamalia laut termasuk lumba-lumba,
paus,

anjing

laut,

dan

penyu

laut

terancam

dengan

banyaknya sampah dan benda-benda bekas yang masuk ke


laut tiap tahunnya. Dan 86% dari populasi penyu laut terkena
o

dampak buruk dari pencemaran laut.


Lebih dari 1 juta populasi burung

laut

mati

karena

pencemaran laut setiap tahunnya.


Beberapa masalah pencemaran di laut yaitu:
1. Pencemaran minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga
kecelakaan-kecelakaan

yang

mengakibatkan

tercecernya

minyak

dilautan hampir tidak bisa dielakkan. Kapal tanker mengangkut minyak


mentah dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran
minyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak mengapung diatas
permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Contoh kecelakaan kapal :

35

Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967 -> 100.000


burung mati
Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan
dan tumbuh-tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang
mengapung

berbahaya

bagi

kehidupan

burung

laut yang

suka

berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak


sehingga untuk membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya
mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu,
mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme yang
terkena pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik
minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak
secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.
2.

Pencemaran logam berat

Logam-logam

berat

yang

masuk

kedalam

tubuh

hewan

umumnya tidak dikeluarkan lagi dari tubuh mereka. Karena itu logamlogam cenderung untuk menumpuk di dalam tubuhnya. Sebagi
akibatnya logam-logam tersebut akan terus berada di sepanjang rantai
makan. Hal ini disebabkan oleh karena predator pada satu trofik level
makan mangsa mereka dari trofik yang lebih rendah yang telah
tercemar

(ikan

dimakan

oleh

manusia).

Disini

terlihat

bahwa

kandungan konsentrasi logam berat terdapat lebih tinggi pada tubuh


hewan yang letaknya lebih tinggi didalam tropik level. Jadi predator
tingkat tinggi (dengan umur lebih panjang) lebih banyak menumpuk
logam berat. Contoh pencemaran logam berat :
- Minamata Disease (di Jepang) yang disebabkan oleh Hg (merkuri).
Menyebabkan

kelemahan

otot,

kehilangan

penglihatan,

ketidakseimbangan fungsi otot dan kelumpuhan. Selain itu juga


meracuni janin dan merusak sistem syaraf pusat.
- Itai-itai Disease yang disebabkan oleh logam Cd. Menyebabkan
nyeri/ngilu
pada tulang, mempengaruhi kehamilan, lactasi, ketidakseimbangan
internal sekresi, penuaan, dan kekurangan kalsium.

36

Pengaruh Logam Berat Terhadap Ekosistem Laut:


Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik sungai ataupun laut
akan mengalami proses-proses seperti pengendapan, adsorpsi dan
absorpsi oleh organisme-organisme perairan.
Prosi (1979) menyatakan bahwa pemindahan logam berat kedalam
organisme dapat dipengaruhi pula oleh kebiasaan organisme dalam
cara memakan makanannya (feeding habit), yaitu sebagai berikut:
- Phytophagus (misal : Gastropoda, Crustacea)
- Filter feeding (misal : Zooplankton, barnacle, dan bivalva)
- Sediment feeding (misal: Polychaeta dan oligochaeta)
- Detritus feeding (misal : gastropoda, isopoda, dan amphipoda)
- Carnivorous (misal : Zooplakton, Polychaeta, gastropoda,
Crustacea, larva serangga air tawar dan ikan).
Pengaruh logam berat terhadap organisme-organisme tersebut
atas dasar daya racunnya dibagi menjadi 2 yaitu :
- Bersifat lethal atau mematikan -> LC50 (median lethal concentration)
-

Bersifat

sublethal.

Pengaruh

sublethal

dapat

menghambat

pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi; menyebabkan terjadinya


perubahan morfologi; merubah tingkah laku organisme.
3. Sampah
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut
melalui sistem daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini
kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang
tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik,
sehingga akan memperkaya kandungan zat-zat makanan pada suatu
daerah yang tercemar yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih
baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Aktifitas pernafasan dari
organisme

ini

membuat

makin

menipisnya

kandungan

oksigen

khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar


pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup disitu. Pada
keadaan yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu
akan berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar

37

dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat


hidup hanya dari golongan cacing.

Jenis-jenis sampah kebanyakan

termasuk golongan yang mudah hancur dengan cepat, sehingga


pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan suatu masalah
besar diperairan terbuka.
4. Pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat
akumulatif. Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan
dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau organismeorganisme lain yang tidak diingini. Beberapa pestisida yang dipakai
kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia yang disebut
Organochloride, misalnya DDT. Pestisida jenis ini termasuk golongan
yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekulmolekul ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa
tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya
karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus akan
membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai
suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi
organisme hidup didaerah tersebut. Beberapa organisme air termasuk
ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam jaringan
tubuhnya.
5. Limbah industri dan domestik
Limbah adalah limbah cair yang berasal dari masyarakat urban,
termasuk di dalamnya limbah kota (municipal) dan aktivitas industri,
yang masuk ke sistem saluran pembuangan kota. Pada umumnya
limbah domestik mengandung sampah padat (berupa tinja, dan cair
yang berasal dari rumah tangga). Berdasarkan sifat fisik, kimia air
limbah,

tingkah

lakunya

diperairan

dan

pengaruhnya

terhadap

organisme, jenis limbah industri ada 5 :


1.Bahan-bahan organik terlarut: bahan
beracun,tahan urai dan biodegradabel

38

2.Bahan -bahan anorganik : unsur-unsur hara


3.Bahanorganik tidak larut: minyak
4.Bahan-bahan anorganik yang tidak larut. Contohnya logam
berat.
5.Bahan-bahan radioaktif.

39

BAB IV
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini. Luas
ekosistem air laut hampir lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi ( + 70 % ),
karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian
orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan revolusi biru.
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan/laut, pantai, estuari, dan terumbu
karang. Laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat
luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Ekosistem pantai letaknya
berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Estuari (muara)
merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Terumbu karang adalah
sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang
disebut zooxanhellae.

B.

Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya

masih banyak kekurangan dan

kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau


referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.

40

Daftar Pustaka
http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0144%20Bio%203-5e.htm, diakses
tanggal 6 Maret, pukul 20.35
http://damandiri.or.id/ diakses tanggal 6 Maret, pukul 20.04
http://www.mbgnet.net/salt/sandy/indexfr.htm, diakses tanggal 7
Maret, pukul 14.05
http://repository.ui.ac.id/, diakses tanggal 6 Maret, pukul 20.25
http://www.sciencelearn.org./contexts/life_in_the_sea/nz_researc
h/bryozoans_and_ocean_acidification, diakses tanggal 6 Maret,
pukul 21.12
http://www.scribd.com/doc/24004638/PENGARUH-NEGATIFPEMANASAN-GLOBAL-BAGI-KELANGSUNGAN-HIDUP-EKOSISTEMTERUMBU-KARANG, diakses tanggal 6 Maret, pukul 21.36

41

Anda mungkin juga menyukai