Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, ada beberapa persiapan yang perlu diperhatikan
yang meliputi persiapan administrasi dan persiapan alat ukur. Adapun persiapan
administrasi, peneliti mengurus izin kepada perusahaan security guard yang berada di
daerah Jakarta Timur.
Responden penelitian adalah anggota security yang berada di daerah Jakarta
Timur. Setelah mendapatkan izin penelitian, maka peneliti menggandakan kuesioner
sebanyak 300 eksemplar yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing, kemudian kuesioner tersebut akan dimintakan responnya kepada
anggota security guard di daerah Jakarta Timur.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai karena data responden yang
didapatkan digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas, kemudian digunakan juga
untuk analisis hasil penelitian. Proses pengambilan data dilakukan pada hari jumat,
tanggal 7 Agustus 2015 pada pukul 14.00 17.00 WIB, dimana para responden
sedang mengadakan acara RAKER yang bertempat di Villa Ratu - Sukabumi.
Kuesioner langsung dibagikan kepada anggota security yang hadir dan dibantu oleh
salah satu komandan sebagai panitia acara. Setelah acara selesai, kuesioner
dikumpulkan kembali di satu tempat. Dari 300 kuesioner yang disebar, semua
terkumpul kembali yaitu sebanyak 300 eksemplar.

C. Analisis Data dan Hasil Penelitian


Pada bagian ini disajikan hasil uji diskriminasi aitem dan reliabilitas, deskripsi
kategori responden pada variabel, deskripsi kategori responden pada setiap indikator
variabel, dan deskripsi data identitas responden yang meliputi usia, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, masa kerja, dan tempat bekerja.
1. Uji Diskriminasi Aitem dan Reliabilitas
Pada skala keterikatan kerja ini, uji validitas dilakukan dengan
menggunakan teknik item total correlation dan carl pearson, yaitu dengan
mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total item. Menurut Azwar
(1996), koefesien validitas hanya mempunyai makna apabila mempunyai
harga yang positif. Semakin tinggi suatu koefesien validitas atau semakin
mendekati angka rxy = 1,00 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya,
tetapi dalam kenyataannya suatu koefesien valid tidak pernah mencapai
angka maksimal atau mendekati 1,00. Kesepakatan umum menyatakan
bahwa koefesien validitas dapat dianggap memuaskan apabila melebihi rxy
= 0,30 sehingga item-item yang mempunyai total korelasi lebih dari 0,30
dianggap valid.
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach. Menurut Azwar
(1996), tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan oleh suatu
angka yang disebut koefesien reliabilitas. Koefesien yang tinggi ditunjukkan
dengan nilai rxy mendekati 1,00. Kesepakatan umum menyatakan yang
dianggap cukup memuaskan jika

0,70. Pengujian

validitas dan

reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi


16.0 for windows.
Pada penelitian ini, skala keterikatan kerja dari 20 aitem yang digunakan,
6 aitem memiliki daya diskriminasi yang kurang baik. Korelasi aitem total
bergerak antara 0,305 sampai 0,605. Sedangkan untuk uji reliabilitas pada
skala keterikatan kerja dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha
Cronbach. Adapun sebaran aitem dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.
Sebaran Aitem dengan Daya Diskriminasi Baik pada Skala Keterikatan
Kerja
Nomor Aitem
No

Karakteristik

Favorable

Unfavorabl
e

Total

Vigor

1, 4, 12, 17

8*, 15*

Dedication

5, 7, 10, 13*, 18

2*

Absorption

3, 6, 9, 11, 14*, 19, 20

16*

14

14

Total

Keterangan: * adalah aitem yang memiliki daya diskriminasi kurang baik


Untuk mengetahui konsistensi skala keterikatan kerja, maka dilakukan uji
reliabilitas. Dari hasil uji reliabilitas alat ukur tersebut, diperoleh nilai
reliabilitas sebesar 0,832. Hal ini berarti koefisien reliabilitas pada skala
keterikatan kerja menunjukan adanya konsistensi dan stabilitas nilai yang
tinggi.
Tabel 4. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

N of Items

.832

14

2. Deskripsi Kategori Responden Pada Variabel


Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian dapat diuraikan mengenai
kategorisasi variabel penelitian. Kategorisasi variabel yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan pada perbandingan mean hipotetik dan mean empirik.

Menurut Azwar (2012), harga atau nilai mean hipotetik dapat dianggap sebagai
mean populasi yang diartikan sebagai kategori tertentu pada kondisi kelompok
responden pada variabel yang diteliti.
Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik pada variabel keterikatan
kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.
Mean Empirik, Mean Hipotetik, Dan Standar Deviasi Skala Keterikatan
Kerja
Skala
Keterikatan Kerja

Mean Empirik

Mean Hipotetik

Standar Deviasi

(ME)
68,34

(MH)
49

Mean Hipotetik
11,67

Deskripsi mengenai kategori responden (sangat rendah, rendah, sedang,


tinggi, dan sangat tinggi) pada skala keterikatan kerja dapat diketahui dengan
cara perhitungan berikut ini :
Skor mean empirik pada penelitian ini sebesar 68,34. Jumlah aitem yang
memiliki daya diskriminasi baik pada skala keterikatan kerja sebanyak 14 aitem
dengan menggunakan kriteria 1 sampai dengan 6. Berarti nilai skala terkecil
berjumlah 1 dan terbesar 6. Rentang minimum yaitu nilai terkecil dikalikan
dengan jumlah aitem yang memiliki daya diskriminasi baik (1 x 14 = 14),
kemudian dapat diketahui rentang maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan
dengan aitem yang memiliki daya diskriminasi baik (6 x 14 = 84), sehingga
didapat rentangan antara 14 sampai 84 dengan jarak sebaran 84 14 = 70,
dengan demikian standar deviasinya (SD) sebesar 70 : 6 = 11,67. Nilai 6 didapat
dari kurva persebaran yang terbagi atas 6 wilayah, yaitu 3 daerah positif dan 3
daerah negatif. Setelah mendapatkan nilai standar deviasi, selanjutnya mencari
nilai mean hipotetik (MH) dengan cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah
aitem yang memiliki daya diskriminasi baik (3,5 x 14 = 49). Nilai 3,5 didapat
dari median atau nilai tengah yang digunakan antara 1 sampai 6 yaitu 3,5.

Adapun penggolongan skala keterikatan kerja diperoleh dengan cara


menghitung :
MH - 2SD = 49 2 (11,67) = 25,66
MH 1SD = 49 1 (11,67) = 37,33
MH + 1SD = 49 + 1 (11,67) = 60,67
MH + 2SD = 49 + 2 (11,67) = 72,34
Dibawah ini adalah pengkategorian skala keterikatan kerja :
ME < MH 2SD

= < 25,66

= Sangat Rendah

MH 2SD ME < MH 1SD

= 25,66 37,33 = Rendah

MH 1SD ME < MH + 1SD

= 37,33 60,67 = Sedang

MH + 1SD ME < MH + 2SD

= 60,67 72,34 = Tinggi

ME MH + 2SD

= 72,34

= Sangat Tinggi

Berikut ini adalah kategori keterikatan kerja berdasarkan persebaran skala


keterikatan kerja. Diketahui mean empirik pada skala keterikatan kerja
sebesar 68,34. Berikut gambar daerah persebarannya :
68,34

-2SD
25,66
Sangat Rendah

-1SD
37,33
Rendah

MH
49
Sedang

+1SD
60,67
Tinggi

+2SD
72,34
Sangat Tinggi

Gambar 1. Kategorisasi Skala Keterikatan Kerja


Setelah melihat gambar diatas, dapat diketahui bahwa responden
penelitian memiliki keterikatan kerja yang termasuk dalam kategori tinggi
(MH + 1SD ME < MH + 2SD = 60,67 - 72,34). Hal ini menunjukkan
bahwa responden memiliki keterikatan kerja yang baik.

3. Deskripsi Kategori Responden Pada Setiap Karakteristik Variabel


Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian dapat diuraikan mengenai
kategorisasi karakteristik variabel penelitian. Kategorisasi karakteristik variabel
yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada perbandingan mean
hipotetik dan mean empirik. Menurut Azwar (2012), harga atau nilai mean
hipotetik dapat dianggap sebagai mean populasi yang diartikan sebagai kategori
tertentu pada kondisi kelompok responden pada variabel yang diteliti.
Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik pada karakteristik
keterikatan kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.
Mean Empirik, Mean Hipotetik, Dan Standar Deviasi Karakteristik
Variabel Keterikatan Kerja
Mean Empirik

Mean Hipotetik

Standar Deviasi

Vigor
Dedication

(ME)
19,76
20,08

(MH)
14
14

Mean Hipotetik
3,33
3,33

Absorption

28,50

21

Karakteristik

Deskripsi mengenai kategori responden (sangat rendah, rendah, sedang,


tinggi, dan sangat tinggi) pada karakteristik variabel keterikatan kerja, yaitu
vigor, dedication, dan absorption dapat diketahui dengan cara perhitungan
berikut ini :
a. Vigor
Jumlah aitem yang memiliki daya diskriminasi baik pada karakteristik
vigor sebanyak 4 aitem dengan menggunakan kriteria 1 sampai dengan 6.
Berarti nilai skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar 6. Rentang minimum
yaitu nilai terkecil dikalikan dengan jumlah aitem yang memiliki daya
diskriminasi baik (1 x 4 = 4), kemudian dapat diketahui rentang maksimum

yaitu nilai terbesar dikalikan dengan aitem yang memiliki daya diskriminasi
baik (6 x 4 = 24), sehingga didapat rentangan antara 4 sampai 24 dengan
jarak sebaran 24 4 = 20, dengan demikian standar deviasinya (SD) sebesar
20 : 6 = 3,33. Nilai 6 didapat dari kurva persebaran yang terbagi atas 6
wilayah, yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan
nilai standar deviasi, selanjutnya mencari nilai mean hipotetik (MH) dengan
cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah aitem yang memiliki daya
diskriminasi baik (3,5 x 4 = 14). Nilai 3, didapat dari median atau nilai
tengah yang digunakan antara 1 sampai 6 yaitu 3,5.
Adapun penggolongan vigor diperoleh dengan cara menghitung :
MH - 2SD = 14 2 (3,33) = 7,34
MH 1SD = 14 1 (3,33) = 10,67
MH + 1SD = 14 + 1 (3,33) = 17,33
MH + 2SD = 14 + 2 (3,33) = 20,66
Dibawah ini adalah pengkategorian vigor :
ME < MH 2SD

= < 7,34

= Sangat Rendah

MH 2SD ME < MH 1SD

= 7,34 - 10,67

= Rendah

MH 1SD ME < MH + 1SD

= 10,67 - 17,33 = Sedang

MH + 1SD ME < MH + 2SD

= 17,33 - 20,66

= Tinggi

ME MH + 2SD

= 20,66

= Sangat Tinggi

Berikut ini adalah kategori vigor berdasarkan persebaran skala keterikatan


kerja. Diketahui mean empirik pada indikator vigor sebesar 19,76. Berikut
gambar daerah persebarannya :
19,76

-2SD
7,34

-1SD
10,67

MH
14

+1SD
17,33

+2SD
20,66

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

Gambar 2. Kategorisasi Vigor

Setelah melihat gambar diatas, dapat diketahui bahwa responden


penelitian memiliki vigor yang termasuk dalam kategori tinggi (MH + 1SD
ME < MH + 2SD = 17,33 - 20,66). Hal ini menunjukkan bahwa responden
memiliki vigor yang baik.
b. Dedication
Jumlah aitem yang memiliki daya diskriminasi baik pada karakteristik
dedication sebanyak 4 aitem dengan menggunakan kriteria 1 sampai dengan
6. Berarti nilai skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar 6. Rentang minimum
yaitu nilai terkecil dikalikan dengan jumlah aitem yang memiliki daya
diskriminasi baik (1 x 4 = 4), kemudian dapat diketahui rentang maksimum
yaitu nilai terbesar dikalikan dengan aitem yang memiliki daya diskriminasi
baik (6 x 4 = 24), sehingga didapat rentangan antara 4 sampai 24 dengan
jarak sebaran 24 4 = 20, dengan demikian standar deviasinya (SD) sebesar
20 : 6 = 3,33. Nilai 6 didapat dari kurva persebaran yang terbagi atas 6
wilayah, yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan
nilai standar deviasi, selanjutnya mencari nilai mean hipotetik (MH) dengan
cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah aitem yang memiliki daya
diskriminasi baik (3,5 x 4 = 14). Nilai 3,5 didapat dari median atau nilai
tengah yang digunakan antara 1 sampai 6 yaitu 3,5.
Adapun penggolongan dedication diperoleh dengan cara menghitung :
MH - 2SD = 14 2 (3,33) = 7,34
MH 1SD = 14 1 (3,33) = 10,67

MH + 1SD = 14 + 1 (3,33) = 17,33


MH + 2SD = 14 + 2 (3,33) = 20,66
Dibawah ini adalah pengkategorian dedication:
ME < MH 2SD

= < 7,34

= Sangat Rendah

MH 2SD ME < MH 1SD

= 7,34 10,67

= Rendah

MH 1SD ME < MH + 1SD

= 10,67 17,33

= Sedang

MH + 1SD ME < MH + 2SD

= 17,33 20,66

= Tinggi

ME MH + 2SD

= 20,66

= Sangat Tinggi

Berikut ini adalah kategori dedication berdasarkan persebaran skala


keterikatan kerja. Diketahui mean empirik pada dedication sebesar 20,08.
Berikut gambar daerah persebarannya:
20,08

-2SD
7,34
Sangat Rendah

-1SD
10,67

Rendah

MH
14
Sedang

+1SD
17,33
Tinggi

+2SD
20,66
Sangat Tinggi

Gambar 3. Kategorisasi Dedication

Setelah melihat gambar diatas, dapat diketahui bahwa responden


penelitian memiliki dedication yang termasuk dalam kategori tinggi (MH +
1SD ME < MH + 2SD = 17,33 - 20,66). Hal ini menunjukkan bahwa
responden memiliki dedication yang baik.
c. Absorption

Jumlah aitem yang memiliki daya diskriminasi baik pada karakteristik


absorption sebanyak 6 aitem dengan menggunakan kriteria 1 sampai dengan
6. Berarti nilai skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar 6. Rentang minimum
yaitu nilai terkecil dikalikan dengan jumlah aitem yang memiliki daya
diskriminasi baik (1 x 6 = 6), kemudian dapat diketahui rentang maksimum
yaitu nilai terbesar dikalikan dengan aitem yang memiliki daya diskriminasi
baik (6 x 6 = 36), sehingga didapat rentangan antara 6 sampai 36 dengan
jarak sebaran 36 6 = 30, dengan demikian standar deviasinya (SD) sebesar
30 : 6 = 5. Nilai 6 didapat dari kurva persebaran yang terbagi atas 6 wilayah,
yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan nilai standar
deviasi, selanjutnya mencari nilai mean hipotetik (MH) dengan cara
mengalikan nilai tengah dengan jumlah aitem yang memiliki daya
diskriminasi baik (3,5 x 6 = 21). Nilai 3,5 didapat dari median atau nilai
tengah yang digunakan antara 1 sampai 6 yaitu 3,5.
Adapun penggolongan absorption diperoleh dengan cara menghitung :
MH - 2SD = 21 2 (5) = 11
MH 1SD = 21 1 (5) = 16
MH + 1SD = 21 + 1 (5) = 26
MH + 2SD = 21 + 2 (5) = 31

Dibawah ini adalah pengkategorian absorption:


ME < MH 2SD

= < 11

= Sangat Rendah

MH 2SD ME < MH 1SD

= 11 16

= Rendah

MH 1SD ME < MH + 1SD

= 16 26

= Sedang

MH + 1SD ME < MH + 2SD

= 26 31

= Tinggi

ME MH + 2SD

= 31

= Sangat Tinggi

Berikut ini adalah kategori absorption berdasarkan persebaran skala


keterikatan kerja. Diketahui mean empirik pada absorption sebesar 28,50.
Berikut gambar daerah persebarannya:
28,50

-2SD
11
Sangat Rendah

-1SD
16

Rendah

MH
21
Sedang

+1SD
26
Tinggi

+2SD
31
Sangat Tinggi

Gambar 4. Kategorisasi Absorption

Setelah melihat gambar diatas, dapat diketahui bahwa responden


penelitian memiliki absorption yang termasuk dalam kategori tinggi (MH +
1SD ME < MH + 2SD = 26 - 31). Hal ini menunjukkan bahwa responden
memiliki absorption yang baik.

4. Deskripsi Data Identitas Responden


Responden penelitian berjumlah 300 orang anggota security di daerah Jakarta
Timur dengan jenis kelamin Pria dan Wanita. Di bawah ini dapat dilihat deskripsi
responden penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, masa
kerja dan tempat bekerja.
a. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Usia

Sampel pada penelitian ini adalah anggota security yang memiliki usia
antara 15 50 tahun.
Tabel 7.
Mean Empirik Berdasarkan Usia Responden Penelitian
Mean Empirik (ME)
Usia

Jumlah

15-20 tahun

7
79
172
42
300

2,3%
26,3%
57,4%
14%
100%

21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
Total

Keterikatan Kerja
64,57
66,46
70,23
64,76
-

Dengan melihat data pada tabel diatas, berdasarkan usia dapat diketahui
bahwa tingkat keterikatan kerja pada security pada setiap penggolongan usia
yaitu antara usia 15-20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, serta 41-50 tahun
berkategorisasi tinggi.
b. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Sampel pada penelitian ini adalah anggota security berjenis kelamin Pria
dan Wanita.
Tabel 8.
Mean Empirik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Penelitian
Mean Empirik (ME)
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Total

Jumlah
271
29
300

%
90,33
%
9,67%
100%

Keterikatan Kerja
68,35
68,31
-

Pada tabel diatas, berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa tingkat
keterikatan kerja pada security pada jenis kelamin pria dan wanita
berkategorisasi tinggi.
c. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sampel pada penelitian ini adalah anggota security yang berpendidikan
terakhir SMP, SMA, D3, dan S1.
Tabel 9.
Mean Empirik Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden Penelitian

Pendidikan
Terakhir
S1
D3
SMA
SMP
Total

Mean Empirik (ME)


Jumlah

2
3
267
28
300

0,7%
1%
89%
9,3%
100%

Keterikatan Kerja
73,50
66,33
68,13
70,25
-

Pada tabel diatas, berdasarkan pendidikan terakhir dapat diketahui bahwa


tingkat keterikatan kerja pada security pada S1 berkategorisasi sangat tinggi, dan
pada D3, SMA, dan SMP berkategorisasi tinggi.
d. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Masa Kerja
Sampel pada penelitian ini adalah anggota security yang memiliki masa kerja
antara 0 6 tahun.
Tabel 10.
Mean Empirik Berdasarkan Masa Kerja Responden Penelitian
Masa Kerja

Jumlah

Mean Empirik (ME)

Keterikatan Kerja
0 3 Tahun
3 6 Tahun
Total

238
62
300

79,33
%
20,67
%
100%

67,65
71,00
-

Pada tabel diatas, berdasarkan masa kerja dapat diketahui bahwa tingkat
keterikatan kerja pada security pada setiap penggolongan masa kerja yaitu masa
kerja antara 0-3 tahun dan 3-6 tahun berkategorisasi tinggi.
e. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Tempat Bekerja
Sampel pada penelitian ini adalah anggota security yang bertempat kerja di
Pabrik, Rumah Sakit, Apartemen, Hotel, dan Kantor.

Tabel 11.
Mean Empirik Berdasarkan Tempat Bekerja Responden Penelitian
Mean Empirik (ME)
Tempat Bekerja
Pabrik

Jumlah
193

Rumah Sakit
Apartemen
Hotel

9
27

Kantor
Total

13
300

58

%
64,33
%
3%
9%
19,33
%
4,34%
100%

Keterikatan Kerja
70,40
72,66
63,96
63,56
65,23
-

Pada tabel diatas, berdasarkan tempat bekerja dapat diketahui bahwa tingkat
keterikatan kerja pada security yang bekerja rumah sakit berkategorisasi sangat
tinggi, dan security yang bekerja di pabrik, Apartemen, Hotel, serta Kantor
berkategorisasi tinggi.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan mengenai
keterikatan kerja pada anggota Security Guard. Berdasarkan hasil penelitian ini
ditemukan bahwa keterikatan kerja yang dimiliki oleh responden sebesar 68,34 (SD =
11,67) termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden mempunyai
keterikatan kerja yang baik. Hasil yang demikian menunjukan bahwa sebagian besar
anggota security sudah mengarah ke keterikatan kerja tetapi belum sepenuhnya.
Karyawan rata-rata mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya, mau bekerja lebih
keras, tetapi mereka hanya menyediakan waktu tanpa disertai perasaan yang positif
dalam menjalankan perannya di perusahaan (Gallup, 2006).
Secara keseluruhan, berdasarkan indikator variabel skala keterikatan kerja yaitu
dari karakteristik keterikatan kerja dinilai baik, dalam arti bahwa nilai mean empirik
pada masing-masing karakteristik, yaitu vigor, dedication, dan absorption ini masuk
dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil mean empirik diketahui bahwa keterikatan
kerja berdasarkan tiga karakteristik didalamnya, anggota security memiliki
keterikatan kerja yang baik. Dimana karyawan yang memiliki dedikasi akan selalu
mengerjakan apa yang harus dikerjakan, memiliki inisiatif dan menghasilkan umpan
balik bagi dirinya sendiri. Sedangkan dalam karakteristik vigor, karyawan akan
menunjukkan semangat dan antusiasme yang besar dalam melakukan pekerjaannya.
Mereka tetap dapat mempertahankan semangatnya meskipun berhadapan dengan
kesulitan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Engelbrecht (2006),
dimana orang yang memiliki keterikatan kerja mampu membangkitkan energi dan
tetap mempertahankan semangatnya meskipun mereka berada di tengah-tengah

lingkungan kerja yang memiliki moral rendah dan menyebabkan frustrasi (vigor), ia
juga akan mengerjakan apa yang harus dikerjakan, memiliki sikap positif terhadap
pekerjaannya, dan merasa bahagia atas apa yang dikerjakannya (dedication).
Sebagai tambahan, berdasarkan usia security, dapat diketahui bahwa tingkat
keterikatan kerja pada security berdasarkan usia yaitu usia 10-20 tahun, 20-30 tahun,
30-40 tahun, serta 40-50 tahun memiliki kategorisasi tinggi. Faktor usia cukup
menjadi perhatian karena didukung oleh penelitian Robinson (dalam Endres &
Smoak, 2008), yang menyatakan bahwa keterikatan kerja menurun seiring bertambah
tuanya seseorang. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanpacern
(1997), dimana Ia tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara keterikatan
kerja dan usia karyawan. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Weber & Weber (2001), dimana perbedaan hasil ini dapat diakibatkan
oleh perbedaan pengalaman dimana memang orang yang lebih tua cenderung
memiliki pengalaman yang lebih banyak dan cenderung lebih tenang dalam
menghadapi masalah.
Selanjutnya, berdasarkan jenis kelamin security, dapat diketahui bahwa tingkat
keterikatan kerja pada security yaitu baik pria ataupun wanita berada pada
kategorisasi tinggi. Perbedaan jenis kelamin juga ditemukan berkontribusi terhadap
keterikatan kerja. Pria memiliki keterikatan lebih dengan pekerjaannya dikarenakan
posisinya sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga misalnya, sedangkan
perempuan sebaliknya (Ferguson, 2006). Kemudian, berdasarkan pendidikan terakhir
security, dapat diketahui bahwa tingkat keterikatan kerja pada security yang memiliki
pendidikan terakhir S1 dinilai sangat baik karena berada pada kategorisasi sangat
tinggi, sedangkan security yang memiliki pendidikan terakhir D3, SMA, dan SMP
dinilai cukup baik karena berada pada kategorisasi tinggi.
Selanjutnya, berdasarkan masa kerja security, dapat diketahui bahwa tingkat
keterikatan kerja pada security yang memiliki masa kerja 0-3 tahun maupun 3-6 tahun
dinilai cukup baik dikarenakan keduanya berada pada kategorisasi tinggi. Namun,
menurut Endres dan Smoak (2008), mengungkapkan bahwa tingkat keterikatan kerja

menurun ketika seseorang telah bekerja selama 2 tahun di perusahaannya. Perbedaan


hasil ini dapat terjadi akibat adanya factor situasional. Hanpachern (1997),
menyebutkan dalam penelitiannya bahwa keterikatan kerja karyawan dapat bersifat
situasional, dan bias saja mendapatkan hasil yang berbeda jika dilakukan pada
karakteristik sampel yang berbeda.
Kemudian, berdasarkan tempat bekerja security, dapat diketahui bahwa tingkat
keterikatan kerja pada security yang bekerja di rumah sakit sangat baik karena berada
pada kategorisasi sangat tinggi, sedangkan security yang bekerja di pabrik,
apartemen, hotel, dan kantor dinilai cukup baik karena berada pada kategorisasi
tinggi. Hal ini sejalan dengan Smulder (dalam Schaufeli, 2011), yang menyatakan
bahwa ada beberapa tempat kerja yang menuntut keterikatan kerja yang tinggi,
diantaranya rumah sakit karena melibatkan kualitas pelayanan sebagai modal
utamanya. Ini menunjukkan bahwa beban kerja melebihi batas standar yang ada,
kelelahan fisik dan psikis yang berkepanjangan akan menjadi tantangan yang akan
dihadapi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai