Anda di halaman 1dari 12

TYPHOID

Dosen Pengampu : Wahyudi

Disusun oleh :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Anak dengan judul
Typhoid dan Atresia Ani pada Anak.Ucapan terima kasih juga tak lupa kami haturkan kepada
Bapak Wahyudi selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisanini, untuk itu kritik
dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian, agar kedepannya kami mampu
memperbaiki dan menjadi lebih baik.
Terima kasih.
Purwokerto, 14 Januari 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berdasarkan berita Tempo Interaktif 03 Pebruari 2005 di Rumah sakit Roemani


Semarang sejak Januari tercatat 95 (sembilan puluh lima) pasien anak rawat inap.
Urutan kedua penyakit yang diderita di bangsal anak adalah typhus, yaitu hingga
tercatat 8 (delapan) pasien sedangkan bulan Januari lalu tercatat 38 (tiga puluh
delapan) pasien.Menurut Dewi Hidayati, Kepala Ruang Anak di Rumah Sakit
Roemani, kebanyakan pasien anak rawat inap salah satunya dipengaruhi oleh faktor
kebersihan lingkungan yang kurang mendukung, antara lain melalui fekal-oral,
makanan-minuman

yang

terkontaminasi

kuman

salmonella

typhosa sehingga

mengakibatkan terjangkitnya penyakit typhoid. Gejala demam tifoid pada anak


bervariasi, namun secara garis besar terdiri dari demam satu minggu atau lebih,
terdapat gangguan saluran pencernaan. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala
menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala,
anoreksia, mual, muntah, diare/konstipasi. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan
suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten,
lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung bisa disertai gangguan
kesadaran dari ringan sampai berat. (Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku
Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta. 2001).Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari
(bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan.
Setelah masa inkubasi penderita mulai menunjukkan gejala klinis. Onset penyakit
berjalan secara perlahan tetapi bisa juga timbul secara tiba-tiba. Demam makin lama
makin tinggi tetapi bisa juga remiten atau menetap. Pada awalnya suhu meningkat
secara bertahap menyerupai anak tangga selama 2-7 hari, lebih tinggi pada sore dan
malam hari. Akan tetapi demam bisa pula mendadak tinggi.Setelah suhu mencapai
sekitar 400C kemudian akan menetap selama minggu kedua, mulai menurun tajam
pada minggu ketiga dan mencapai normal kembali pada minggu keempat. (Soegeng
Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika.
Jakarta. 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian typhoid?
2. Apa saja etiologi dari penyakit typhoid?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit typhoid?
4. Apa manifestasi klinis dari penyakit typhoid?

5. Bagaimana pengobatan atau Pencegahan penyakit typhoid?


6. Bagaimana pemeriksaan penyakit typhoid?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian dari penyakit typhoid.
2. Mengetahui etiologi apa saja yang dapat menyebabkan penyakit typhoid.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi atau jalannya penyakit typhoid.
4. Mengetahui manifestasi klinis yang terjadi apabila terkena penyakit typhoid.
5. Mengetahui tata cara pengobatan dan pencegahan pada penyakit typhoid.
6. Mengetahui tata cara pemeriksaan penunjuang apa saja yang harus dilakukan pada
pasien yang terkena penyakit typhoid.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus yang menimbulkan
gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Thyposa,Salmonella Parathypi
A,B,dan C.(Suratum, 2010).
Demam tifoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam dkk.,2005, hal 152).

Demam tifoid merupakan penyakti infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran. (Rampengan, 2007).
B. Etiologi
Etiologi demam thypoid dan demam parathypoid adalah salmonella thypi,salmonella
parathypi A,salmonella thypi B dan salmonella thypi C.Wujud dari bakteri tersebut
adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan
mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks
Bakteri salmonella
Malaise
Nafsu makan
berkurangterdapat
lipopolisakarida),
antigen H (flegella),
dan antigen VI. Dalam
serum penderita,

zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana
Lewat
aerob dan fakultatif anaerob pada
suhumakanan
15-41C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6Intake makanan turun

8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan atau minuman yang terkontaminasi, fomitus, dan lain-lain.

Bakteri mengeluarkan endotoksin

Saluran pencernaan

Metabolisme turun

C. Patofisiologi
Lambung
Kuman salmonella thypi masuk ke dalam
tubuh aktivitas
melalui
mulut dengan
Intoleransi
Gangg
nutrisi kurang
dari keb tubuh
Peradangan lokal meningkat

makanan dan air yang tercemar.Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung
Usus halus

dan sebagian lagi masuk ke dalam usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque
peteri di ileum terminalis yang mengalami perforasi.Di tempat ini komplikasi dengan

Pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jar radang


Infeksi usus
halus
perdarahan dan perforasi intestinal
dapat
terjadi,kuman

salmonellla thypi kemudian

menembus kelamina propra terus masuk ke aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesentrial dan juga mengalami
hipertropi. Setelah
melewati kelenjar limfe
Inflamasi
Peristaltik usus turun

Pirogen beredar dalam darah

ini,salmonella thypi masuk ke dalam darah melalui ductus thuracius.Kuman-kuman


salmonella thyposa lain bersarang diplaque peteri limfa,hati.Salmonella thyposa

berperan pada
Hipotalamus

Pembuluh limfe

Tdk terdengar
bising
usus zat
patogenesis,salmonella thyposa merangsang
sintesis dan
pelepasan

patogen oleh leukosit pada jaringan meradang.


Bakteri masuk ke aliran darah
Suhu
meningkat
D. tubuh
Pathway

Komplikasi
Bakteri berkembang di hati dan limfe

Gangguan termogulasi

Inflamasi hati dan limfe

Hepatomegali dan splenomegali

Nyeri tekan

Nyeri akut

E. Manifestasi Klinis
a. Masa tunas demam thypoid berlangsung 10-14 hari.
b. Minggu I : Keluhan dan gejala-gejala dengfan penyakit infeksi akut pada
umumnya

demam,nyeri

kepala,pusing,nyeri

otot,anoreksia,mual,muntah,

konstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,batuk dan epistaksis, pada
pemeriksaan hanya didapatkan peningkatan suhu badan.
c. Minggu II : Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,bradikardi
relatif,lidah

khas

(kotor

di

tengah,tepi

dan

ujung

merah

dan

tremor),hepatomegali,splenomegali,gangguan mental berupa somnolen,stupor,


koma,delirion/psikososial.
F. Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam :
1. Komplikasi intestinal
a.Perdarahan usus,ditemukan pada pemeriksaan tinja.Jika perdarahan banyak
terjadi melena,dapat disertai nyeri.
Perforasi usus : timbul pada minggu ketiga dan terjadi pada bagian

b.

distal ileum.
c.Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstraintestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (sumbatan sepsis),miokarditis,trombosit.
b. Komplikasi darah :
Anemia hemolitik,trombosmopenia dan atau disseminuted intravaskuler
coaguction (D : C) dan sindrom uremia hemotolik

c.
d.
e.
f.
g.

Komplikasi paru : pneumonia,empiema,dan pleuritis


Komplikasi hepar dan kantong empedu : hepatitis dan kolesistesis
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,plelonefritis,dan pennefritis
Komplikasi tulang : osteomelitis,periostitis,spondilitis dan artritis
Komplikasi neuropsikiatrik : Deurium,meningismus,meningitis,pouneuritis
perifer,sindrom guillan-barre,psikosis dan sindrom kototonsa.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan demam thypoid terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Perawatan
Tirah baring absolut sampai minimal tujuh hari dari bebas demam atau dari 14
hari.Tujuan dari tirah baring adalah untuk menjaga tidak terjadinya komplikasi
perdarahan di usus (perforasi).Mobilisasi klien dilakukan secara bertahap sesuai
dengan pulihnya kekuatan klien.
b. Diet
- Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein
- Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
- Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
- Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
- Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan
a.

secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas


Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet
Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
b. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan
bahaya perdarahan usus dan perforasi
c. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
d. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya
leucopenia
e. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit
f. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag
g. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin)

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
b.
Keluhan utama
c.Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turunturun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
d.
Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam
tubuh.
e.Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
f. Riwayat penyakit keluarga
g.
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
h.
Pola-pola fungsi kesehatan
- Pola nutrisi dan metabolism
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah
saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
- Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna
urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
- Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
- Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
- Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya
terjadi
kecemasan pada
orang
tua terhadap
keadaan
penyakit anaknya.
- Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad
klien.
- Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah
sakit dan klien harus bed rest total.
-

Pola penanggulangan stress


Biasanya orang tua akan nampak cemas

i. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 410 C,


muka kemerahan.
Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
Sistem integument
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
Sistem musculoskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak
serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung
serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan invasi kuman ke dalam usus halus
b. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses
infeksi pada usus halus
c. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan mukosa usus
d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Dx 1 : Hipertermi berhubungan dengan invasi kuman ke dalam usus halus
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil :
- tidak demam
- tanda-tanda vital dalam batas normal
- Suhu tubuh normal (36-37C)
- Ekspresi wajah ceria
Intervensi
1)
2)
3)
4)
5)

Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 jam.


Berikan kompres hangat
Atur suhu ruangan yang nyaman.
Anjurkan untuk banyak minum air putih
Kolaborasi pemberian obat penurun panas

b. Dx 2 : Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :

Porsi makan dihabiskan


Klien mengatakan nafsu makan meningkat
Tidak ada mual dan muntah

Intervensi
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Kaji pola makan tiap hari


Kaji kemampuan makan klien
Berikan makanan lunak
Anjurkan menjaga kebersihan oral/mulut
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Berikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna, dan sajikan dalam

keadaan hangat
7) Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein
8) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan
yang disukai
9) Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan
yang mengandung gas/asam
10) Kolaborasi Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi
c. Dx 3 : Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan mukosa usus
Tujuan : nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
- Tidak ada keluhan nyeri
- Wajah tampak tampak rileks
- Ekspresi wajah ceria
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
5)

Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri


Observasi TTV klien
Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien
Ajarkan tehnik nafas dalam
Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya
visualisasi, aktivitas hiburan yang tepat
6) Kolaborasi pemberian analgetik
d. Dx 4 : Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh
Tujuan : Kebutuhan sehari-hari terpenuhi setelah diberi tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
- pasien mengatakan tidak lemah
- tampak rileks
Intervensi
:
1) Kaji kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
2) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam thypoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus yang menimbulkan
gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Thyposa,Salmonella Parathypi
A,B,dan C.
Penatalaksanaan typhoid diperlukan perawatan seperti tirah baring, diet, dan
pemberian obat-obatan seperti kloramfenikol, antibiotic,dll.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Brunner dan Suddart.2002.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah,Edisi8.
EGC.Jakarta.
Doenges,Marylin,E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Penerbit EGC.Jakarta.
Markel E.K,Vaye M.1981.Medikal Parasitologi.Citra Aditya Bakti.
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.Yogyakarta : Fitramaya
Sudarti.2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak.Yogyakarta : Nuha Medika
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed),
Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai