Anda di halaman 1dari 9

MODUL ANESTESI

TERAPI CAIRAN

BAGIAN ANESTESI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
AGUSTUS 2016

LEARNING OBJECTIF

1. Kognitif
a. Menjelaskan definisi resisutasi cairan
b. Menjelaskan evaluasi kondisi cairan tubuh
1. Menjelaskan riwayat cairan pasien
2. Menjelaskan pemeriksaan fisik untuk menilai kondisi cairan pasien
3. Pemeriksaan laboratorium
c. Menjelaskan tentang terapi cairan intravena
i. Menjelaskan cairan cristaloid
ii. Menjelaskan cairan colloid
d. Menjelaskan tentang terapi cairan perioperasi
i. Menjelaskan kebutuhan cairan maintenance
ii. Menjelaskan penilaian kehilangan cairan sebelum operasi
iii. Menjelaskan penilaian kehilangan cairan selama operasi
1. Kehilangan darah
2. Kehilangan cairan jenis lain
iv. Menjelaskan penggantian cairan selama operasi
1. Penggantian darah yang hilang
2. Psikomotor
a. Mampu melakukan anamnesa tentang riwayat kondisi cairan tubuh
b. Mampu melakukan penilaian kehilangan cairan
c. Mampu membuat penghitungna cairan pengganti dan jenisnya
3. Attitute
a. Memperkenalkan diri kepada pasien yang menbutuhkan terapi cairan
b. Memberikan waktu kepada pasien untuk menjelaskan gejala klinis yang
dirasakan
c. Menerangkan kepada korban tindakan apa yang akan dilakukan
d. Memberikan informed consent kepada pasien

DEFINISI

Resisutasi cairan (terapi cairan) ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh
dalam batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid atau koloid secara intravena.
Terapi cairan ini dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan-keadaan yang menimbulkan
kehilangan cairan seperti dehidrasi, muntah, diare, dan syok hipovolemia. Khusus pada
proses pembedahan dengan anestesia yang sebelum dan sesudahnyanya memerlukan puasa,
maka terapi cairan tersebut berfungsi untuk mengganti kehilangan cairan akibat puasa,
mengganti perdarahan yang terjadi, dan mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan.

MENILAI KONDISI CAIRAN TUBUH PASIEN


KOMPOSISI CAIRAN TUBUH
Total cairan tubuh bervariasi antara 55-70% dari BB. Total ini bergantung pada umur
dan jenis kelamin. Total cairan pada saat bayi lahir sekkitar 75% dari BB, usia 1 bulan 65%
BB, dewasa pria 60% BB, dan wanita 50% BB. Sekitar 2/3 cairan tubuh berada dalam
ruangan intrasellular, dan sisanya berada dalam ruangan ekstrasellular. Ekstrasellular dibagi
lagi menjadi interstisial (15%) dan plasma (5%).1
RIWAYAT CAIRAN PASIEN
Riwayat cairan pasien berperan penting dalam menilai status volume cairan pasien saat
perioperative. Perlu digali jumlah cairan masuk sebelumnya, adanya mual atau diare yang
persisten, suction cairan lambung, adanya perdarahan, riwayat tranfusi dan cairan intavena ,
serta adanay riwayat hemodialisa jika pasien mengidap gagal ginjal.2
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik perlu dinilai adanya hipovolemia dengan melihat skin tugor,
membrane mucus, tekanan darah, nadi, dan urin. Pemeriksaan ini perlu dilakukan baik
sebelum, selama dan pasca operasi. Perludiperhitungkan pula efek obat anestesi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh.2

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Beberpa pemeriksaan labor seperti hematokrit ,Hb, natrium, kalium, clorida analisa gas
darah, ureum, dan creatinin perlu dilakukan sebelum pemeriksaan untuk melihat volume
intravascular dan kondisi perfusi jaringan pasien sebelum dilakukan tindakan operasi.
Namun, hasil laboratorium ini sulit untuk mempredeksi kondisi saat operasi karena berbagai
factor yang mempengaruhi saat operasi, dan hasil labor sering terlambat. 2
TERAPI CAIRAN INTRAVENA
TUJUAN TERAPI CAIRAN
a. Mengganti cairan tubuh yang hilang
b. Mencukupi kebutuhan per hari
c. Mengatasi syok
d. Rehidrasi
Terapi cairan dapat diberikan berupa cairan colloid, cristaloid, maupun campuran keduanya.
Beberpa hal penting yang musti diperhatikan 2:
1. Cristaloid jika diberikan dengan jumlah yang cukup akan sama efektifnya dengan
cairan colloid untuk mengembalikan volume intra vascular
2. Diperlukan jumlah cristaloid tiga hingga empat kali lipat cairan coloid jika ingin
mengembalikan volume intravascular dengan cistaloid.
3. Pasien dengan pembedahan dapat mengalami kekurangan cairan ektraseluler yang
melebihi kehilangan intravascular.
4. Kehilangan cairan intravascular yang berat dapt diperbaiki lebih cepat dengan cairan
colloid.
5. Pemberian cairan cristaloid secara cepat dan banyak (4-5 L) sering menyebabkan
edema jaringan.
CAIRAN CRISTALOID
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler . mengandung natrium ada yang
mengandung glukosa dan tidak. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar
20-30 menit
.
Contoh cairan kristaloid:

Larutan ionik 3:
a. Ringer Lactate (RL) merupakan cairan paling fisiologis jika sejumlah volume
besar diperlukan. Indikasi penggunaan cairan ini antara lain sebagai

replacement therapy, seperti pada keadaan syok hipovolemi, diare, trauma, dan
luka bakar. Komposisi: Na+ 130, K+ 4, Cl- 109, Ca2+ 3, Lactate+ 28.
b. Ringer Acetate digunakan sebagai terapi pengganti cairan pada pasien dengan
gangguan hepar, karena dimetabolisme di otot. Komposisinya terdiri dari Na +
130, K+ 4, Cl- 109, Ca2+ 3, Asetat+ 28.
c. NaCl 0,9% digunakan sebagai replacement therapy terutama pada kasus-kasus
seperti hiponatremi, keadaan dimana RL tidak cocok digunakan misalnya pada
kondisi retensi Kalium, dan alkalosis. Selain itu, cairan ini diperlukan untuk
mengencerkan darah sebelum transfusi, dan merupakan terapi pilihan pada
trauma kapitis.
d. Hartmanns Solutions jarang digunakan

Larutan non ionik:


a. Dextrose 5% dan 10% digunakan sebagai cairan maintanance pada pasien
dengan pembatasan intake natrium atau cairan pengganti pada pure water
deficit. Cairan ini memiliki kekurangan antara lain tidak mengandung elektrolit,
cairan bersifat hipotonik sehingga menambamh volume intrasel sehingga
mengakibatkkan terjadinya udem anasarka.3

.
Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan lebih banyak
menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih
untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitial.2
CAIRAN COLOID
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute atau
plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat
molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan
agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering
digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik
atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak
(misal luka bakar) .2
Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid 2:

a. Koloid alami:
Berasal dari darah yang mengandung fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan
2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10 jam untuk
membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain mengandung
albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta globulin.

b. Koloid sintetis:
1. Dextran:
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex)
dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B
yang tumbuh dalam media sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang
lebih baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki aliran
darah lewat sirkulasi mikro karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain
itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness,
menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah.
Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match, waktu
perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan reaksi
anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.

2. Hydroxylethyl Starch (Heta starch)


Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 1.000.000, rata-rata 71.000,
osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 30 mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini
pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64%
dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat
meningkatkan kadar serum amilase ( walau jarang). Low molecullar weight Hydroxylethyl
starch (Penta-Starch) mirip Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5
kali volume yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai
plasma volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu
koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita
gawat.

3. Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat molekul rata-rata 35.000
dibuat dari hidrolisa kolagen binatang.
Ada 3 macam gelatin, yaitu:
modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)
Urea linked gelatin
Oxypoly gelatin
TERAPI CAIRAN PERIOPERASI
KEBUTUHAN CAIRAN MAINTENANCE
Terapi rumatan diberikan untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh. Kecukupan cairan
diperlukan untuk menyeimbangkan dengan cairan yang keluar dari saluran cerna (100200mL/hari), insensible losses (5001000 mL/hari yang hilang dari pernafasan dan kulit),
dan urin (1000 mL/hari). Untuk estimasi kebutuhan cairan maintenance (rumatan) digunakan
rumus 4 : 2 : 1 .1

Berat Badan

Jumlah Cairan per Jam

Jumlah Cairan per


Hari

0-10 kg pertama

4 ml/kg/jam

100 ml/kg/hari

10-20 kg berikutnya

Tambahkan 2 ml/kg/jam

50 ml/kg/hari

Untuk setiap kg di atas 20 kg

Tambahkan 1 ml/kg/jam

20 ml/kg/hari

PENILAIAN KEHILANGAN CAIRAN SEBELUM OPERASI


Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa) harus diperhitungkan dan
sedapat mungkin segera diganti pada masa pra bedah sebelum induksi.
Kehilangan cairan akibat puasa dapat diperkirakan dengan mengakalikan jumlah cairam
maintenance dengan lama puasa .2
1. Operasi jam I = diberikan dari kebutuhan cairan pengganti puasa

2. Operasi jam II = diberikan dari kebutuhan cairan pengganti puasa


3. Operasi jam III = diberikan dari kebutuhan cairan pengganti puasa
Perlu diperhitungkan juga cairan yang hilang sebleum operasi karena perdarahan, demam,
diare atau kondisi lain yang menyebabkan kehilangan cairan pada pasien.
PENILAIAN KEHILANGAN CAIRAN SELAMA OPERASI
1. Kehilangan darah
Cara cepat menghitung jumlah darah yang hilang dengan ukuran dalam container
penyedot darah dikurangi cairan bersih bersih, surgical sponge 4 x 4 (10ml) , dan
lap sponge (100-150 ml)
2. Cairan lain
Perlu dihitung pula cairan yang hilang akibat sensible loss water dan ruangan
ketiga.2
PENGGANTIAN CAIRAN SELAMA OPERASI
1. Kehilangan Darah
Selain karena trauma yang berat cukup dengan penggunaan Ringer laktat dengan
perbandingan empat kali darah yang hilang atau dengan cairan colloid dengan
perbandingan 1:1 hingga transfution point (saatnya perlu transfuse darah) dicapai.
Transfution point dapat diperkirakan dengan kadar hematokrit dan perkiraan volume
darah.

Usia

Volume darah

Premature

95 mL/kg
85 mL/kg

Neonates
Full-term
Infants

80 mL/kg

Dewasa
Pria

75 mL/kg
65 mL/kg

Wanita
Indikasi
Pasien dengan kadar hematokrit normal, umumnya diperlukan transfuse stelah
kehilangan darah lebih dari 10-20% dari volume darah .2

Allowable Blood Loss / darah yang diperbolehkan hilang dpat diperkirakan dengan
HT target yang dinginkan denagan rumus dibawah ini :
ABL Ht target : [(Ht actual-Ht target)X volume darah]
(Ht actual+Ht target)/2
Dibawah ini merupakan indikasi transfusi dengan rule of thumb pemberian 1 unit
PRC akan menaikkan hematocrit 3-5% 4:
1. Kehilangan darah lebih dari 20% volume darah dengan minimal perdarahan
100ml
2. Hb kurang dari 8g/dl
3. Hb kurang dari 10g/dl dengan penyakit berat (missal empisiema, iskemik heart
disease)
4. Hb kurang dari 10 g/dl dengan darah autolog
5. Hb kurang dari 12 g/dl yang membutuhkan ventilator
REFERENSI
1. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock MC.2009.Handbook of
Clinical Anesthesia, 6th Edition. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins
2. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick DC. 2013. Clinical Anesthesiology 5th Edition.
USA : Mc Graw Hill .Chapther 51:1161-1169
3. Guyton & Hall, 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th edition. Elsevier
Saunders : Philadelphia
4. Miller RD. 2009. Miller's anesthesia. 7th edition. USA: Elsivier

Anda mungkin juga menyukai